TUHAN, ALAM SEMESTA, MANUSIA
MENURUT KITAB KEJADIAN
Midrash Sefer Bereshit/Kitab Kejadian 1-2
TEGUH HINDARTO
Kitab Kejadian memberikan penjelasan mengenai Tuhan sbb:
Pertama, Tuhan yang memulai
segala sesuatu. Kitab Kejadian 1:1 dimulai dengan frasa, bereshit bara Elohim…. Kata
bereshit dari kata reshit yang
bermakna permulaan. Segala sesuatu dimulai oleh Tuhan. Ada pertanyaan unik yang diberikan oleh adik sepupu saya saat saya masih awal kuliah teologi, sementara dia baru kelas enam sekolah dasar. Dia bertanya,
saya telah memiliki gelar Magister Theology. Kita memang tidak memiliki pengetahuan apapun tentang Tuhan kalau Dia tidak menyingkapkan-Nya pada kita. Dan Tuhan hanya memberikan pernyataan melalui Moshe bahwa Dialah yang memulai segala sesuatu. Apa yang dilakukan Tuhan sebelum Dia menciptakan, adalah diluar kemampuan akal dan penalaran kita. Ayat ini menepis spekulasi
Ilmu Pengetahuan yang
menyatakan bahwa segala sesuatu dimulai dari suatu kebetulan belaka, juga menepis bahwa angkasa dan bumi terjadi dari hasil ledakan besar (big bang) pada jutaan tahun lampau.
Apakah Teori Bing Bang itu (ledakan dahsyat) itu? Untuk memberikan gambaran umum bagi pembaca yang awam mengenai teori tersebut, akan saya kutipkan penjelasan dari Wikipedia sbb:
―Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan
Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem. Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang
berhubungan dengan
pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta,
melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut.
Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat. Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.
reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi‖1.
Teori Bing Bang sendiri masih menjadi perdebatan hingga kini. Baik kalangan Kristiani2 maupun Islam3 ada yang menyetujui teori
1Ledakan Dahsyat
http://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan _Dahsyat
2 Dr. Hugh Ross, Big Bang—The
Bible Taught It First!
http://www.reasons.org/articles/big-bang---the-bible-taught-it-first
3 Sherif Alkassimi, The Quran on the
Expanding Universe and the Big Bang Theory
http://www.islamreligion.com/article s/1560/
ini dan mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk membenarkan pararelisasi dengan teori ini.
Salah satu ayat yang dirujuk dalam TaNaKh (Perjanjian Lama) dan Qur‘an al.,
―Beginilah firman Tuhan, YHWH, yang menciptakan langit dan
membentangkannya (natah)
yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya‖ (Yes 42:5)
―Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya (lamusiun)― (QS
51:47).
Namun tidak semua kalangan sarjana yang berlatar belakang agama Kristen4 maupun Islam5
4 Branyon May, Ph.D., Bert
Thompson, Ph.D., Brad Harrub, Ph.D, The Big Bang Theory--A Biblical Critique
yang menyangkal korelasi teori Bing Bang dengan konsepsi penciptaan menurut kitab suci masing-masing.
Kita tinggalkan kontroversi Teori Bing Bang. Kembali kepada kajian Kejadian 1:1.
Kata bara bermakna
menciptakan dari tidak ada menjadi ada. Kata bara merupakan kata kerja yang khas dan hanya dilakukan oleh Tuhan. Kata bara dipergunakan Tuhan untuk menciptakan ―langit dan bumi‖ (Kej 1:1), ―mahluk-mahluk hidup‖ (Kej 1:21) dan ―manusia‖ (Kej 1:27). Untuk manusia, dipergunakan kata kerja asyah. Contoh: ―asyiti li gannot upardesim…‖ (aku membuat bagiku kebun-kebun dan taman-taman…Pengkht 2:5) Namun
Tuhan dapat sekaligus
―menciptakan‖ (bara) dan ―membentuk‖ (asyah). Contoh: ―Anoki asyiti erets we Adam aleyha barati‖ (Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di
5 Penciptaan alam semesta : ilmu pengetahuan vs al qur‘an (3)
http://imazu747.wordpress.com/200 9/10/07/penciptaan-alam-semesta-ilmu-pengetahuan-vs-al-quran-3/
atasnya;…Yes 45:12). Ini memberikan indikasi bahwa manusia memiliki keterbatasan dan tidak mampu melampui Tuhan. Manusia dapat membuat apa saja, dari robot super canggih sampai mengkloning hewan. Namun manusia tidak dapat menciptakan dari tidak ada menjadi ada, baik hewan, tumbuhan dan apapun.
Kata Elohim merupakan bentuk plural dari Eloah yang merupakan akar dari kata El yang bermakna Yang Kuat. Digunakan bentuk jamak Elohim untuk memberikan sifat pluralis maiestaticum (jamak kemuliaan) yaitu memberikan pernyataan bahwa Tuhan menguasai segala sesuatu. Bukan bermakna Dia memiliki keberadaan lebih dari satu,
sebagaimana anggapan
Kekristenan pada umumnya yang menghubungkan istilah Elohim dengan istilah ―Tritunggal‖. Elohim merujuk pada Tuhan itu sendiri, Firman-Nya dan Roh-Nya yang terlibat serentak dalam penciptaan, sebagaimana frasa, ―weruakh Elohim merakhefet al
ha mayim…‖ (Roh Tuhan
Roh-Nya bukanlah tiga pribadi melainkan hakikat Tuhan yang memiliki Firman dan Roh di dalam diri-Nya. Firman Tuhan menciptakan segala sesuatu (Mzm 33:6, Yokh 1:3). Roh Tuhan menghidupkan segala sesuatu (Ayb 34:14).
Kedua, Tuhan menciptakan
segala sesuatu. Frasa
selengkapnya dari Kejadian 1:1 adalah, ―Bereshit bara Elohim et ha shamayim we et ha arets‖. Yang diciptakan oleh Tuhan adalah ―ha shamayim‖ dan ―ha arets‖. LAI menerjemahkan dengan ―langit dan bumi‖. Istilah ―ha shamayim‖, secara literal dapat diterjemahkan ―langit‖ (Ul 10:14, Ayb 11:8, Mzm 19:2) namun dapat juga diterjemahkan ―surga‖ (Mzm 11:4, 2 Raj 2:11, 2 Taw 7:14). Tidak mudah untuk menetapkan apakah kata ―ha shamayim‖ dalam Kejadian 1:1 harus diterjemahkan ―langit‖ atau ―surga‖. Jika diterjemahkan secara literal sebagai ―langit‖ dalam pengertian suatu hamparan berwarna biru yang ada diatas bumi, maka menimbulkan pertanyaan serius:
Apakah Tuhan hanya
menciptakan bentangan
berwarna biru yang dinamakan langit dan bumi tempat manusia dan hewan dan tumbuhan hidup?
Jika diterjemahkan ―surga‖, maka menimbulkan pertanyaan serius serupa: Bagaimana dengan kata
―shamayim‖ yang muncul pada ayat 8-9, apakah layak untuk diterjemahkan ―surga‖, padahal ayat tersebut berbicara mengenai hamparan luas yang memisahkan air yang berada di atas dan air yang berada di bawah, yang kelak disebut daratan dan lautan? Maka sebutan ―angkasa‖ dipilih untuk memberikan identifikasi betapa luasnya angkasa tersebut dan tidak berbatas. Angkasa secara sempit dapat dimakna langit dan secara luas dapat dimaknai sebagai sebuah tempat keberadaan yang bersifat metafisika, yaitu Surga, tempat kediaman Tuhan dan
mahluk-mahluk surgawi.
Kejadian 1:1 sekaligus
menjelaskan mengenai
penciptaan dua dunia, yaitu dunia material dan dunia spiritual.
Ketiga, Tuhan menciptakan
dengan kolom geologis yang disusun oleh para ahli evolusi, di mana rentang waktu antara evolusi mahluk yang satu ke mahluk mencapai ratusan juta tahun. Namun teori ini tidak dapat diterima, karena kolom geologis memulai dengan keberedaan ganggang dan bakteri sebagai yang awal ada, sementara Kitab Kejadian memulai dengan Terang sebagai yang awal diciptakan. Kedua, lama waktu dua puluh empat jam. Namun hari-hari dalam penciptaan bukanlah hari yang lama waktunya selama dua puluh empat jam. Hari yang lama waktunya dua puluh empat jam, ditandai dengan perputaran matahari, padahal matahari baru diciptakan pada hari keempat. Ketiga, lama waktu seribu tahun berdasarkan Mzm 90:4-6. Namun jika jujur pada teks, Mazmur 90:4 hanya menyatakan, ―Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,…‖ (ki elef shanim beeyneka, keyom etmol). Kata ke merupakan ―particle preposition‖ yang bermakna ―seperti‖, ―bagai‖. Jadi ayat ini tidak memberikan perbandingan numerik bahwa satu hari adalah seribu tahun. Berarti istilah ―hari‖ di sini untuk menandai antara selesainya suatu fase tertentu yang dilanjutkan fase yang lain
yang lama waktunya tidak diketahui. Jeff Hammond dan Charles Pallaghy memberikan perbandingan istilah dlam penciptaan dengan istilah Ilmiah sbb:6
Hari 1 Penciptaan Terang Hari 2 Penciptaan
Cakrawala
Terbentuknya Atmosfir dan hidrosfir Hari 3 Penciptaan
daratan,
Hari 4 Penciptaan matahari, bulan, bintang
Terbentunya Astrosfir
Hari 5 Penciptaan hewan di Hari 6 Penciptaan
binatang
6Alkitab & Ilmu Pengetahuan, YPI
beristirahat beristirahat
Keempat, dari ciptaan yang
tohu wa vohu menjadi ciptaan yang tov meod. Beberapa penafsir meyakini bahwa ada ―rentang waktu‖ antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2. Menurut mereka, Kejadian 1:1 adalah peristiwa penciptaan yang pertama dan telah selesai. Sementara Kejadian 1:2-31 adalah penciptaan ulang. Alasan mereka adalah pertama, kata kerja hayeta merupakan bentuk lampau dari kata dasar hayah. Kata hayetabermakna ―menjadi‖. Sehingga kalimat ―wehaarets
hayeta tohu wa vohu‖ diartikan, ―Dan bumi menjadi kosong dan tidak berbentuk‖. Ayat ini ditafsirkan bahwa dunia yang sudah sempurna diciptakan Tuhan ―menjadi kosong dan tidak berbentuk‖. Padahal Tuhan berfirman dalam YeshaYah 45:18 sbb: ―Sebab beginilah firman Yahweh, yang menciptakan langit, -- Dialah Tuhan -- yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, -- dan Dia menciptakannya bukan supaya kosong, (lo tohu veraah) tetapi Ia membentuknya untuk didiami (lashevet yetsarah)--: "Akulah
Yahweh dan tidak ada yang lain‖.
Jika Tuhan tidak menciptakan
bumi dalam keadaan ―tohu wa vohu‖, maka keadaan ini pastilah disebabkan oleh sesuatu peristiwa.
Peristiwa inilah yang
memunculkan alasan kedua, bahwa penyebab bumi menjadi ―tohu wa vohu‖ adalah, jatuhnya Lucifer ke dunia (Yes 14:12-15, Yer 4:23-28, Yekhz 28:12-19). Finis Jennings Dake memberikan komentar mengenai kata ―tohu wa vohu‖ sbb: ―The Hebrew
phrase tohu wa vohu, waste and empty, describes the chaotic condition of the earth at that time it was cursed and made flooded because of the sins of Lucifer and the pre Adamites. It could not refer to the earth as originally created – beatiful, perfect, dry land‖ 7
Demikian pula Jeff Hamond dan Charles Phallaghy memberikan keterangan sbb: ―Dia antara kedua peristiwa yang disebutkan dalam ayat ini, telah terjadi suatu malapetaka yang dahsyat, yang mempunyai penmgaruh besar sekali terhadap planet bumi kita, - yakni kejatuhan Iblis! Yesaya 14:12-15; Yeremia 4:23-28 dan
7 Dake‘s Annotated Reference Bible,
Yekhezkiel 28:12-19 dapat kita pelajari dalam kaitannya terhadap peristiwa itu‖ 8
Menyikapi tafsiran di atas, marilah kita melihat secara wajar teks Ibrani dalam Kejadian 1:2. Kata hayeta, bukan hanya
mengindikasikan suatu
―perubahan‖ atau ―menjadi‖. Kata hayeta merupakan bentuk perfek dari kata hayah yang bermakna ―ada‖. Sehingga kata hayeta dapat bermakna ―suatu keadaan yang sudah terjadi‖. Sehingga American Standard Version pun menerjemahkannya dengan, ―And the earth was waste and void;…‖ (dan bumi pada waktu itu kosong dan belum berbentuk).
Kata hayeta dalam Kejadian 17:29 tidak harus diterjemahkan, sekalipun dalam terjemahan berbahasa Inggris ditambahkan
8 Op.Cit., Alkitab & Ilmu
Pengetahuan hal 92)
―was‖. Contoh: ―Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya‖. Padahal dalam teks Ibrani berbunyi, ―wee‘yne Leah rakkot
we Rakhel hayeta yefat toar wifat
mare‖.
Sungguh tidak tepat kata hayeta
dalam ayat ini jika
diterjemahkan, ―dan Rakhel menjadi elok sikapnya dan cantik parasnya‖. Kata hayeta dalam Kejadian 1:2 tidak memiliki makna apapun selain suatu proses dalam Penciptaan yang meliputi beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah tohu wa vohu, seperti seorang pembuat tembikar yang akan memulai dengan bentuk tanah yang tidak beraturan. Dan Penciptaan diakhiri dengan sebutan tov meod (Kej 1:31) setelah sebelumnya sebanyak enam kali tiap hasil ciptaan disebut dengan tov (baik, sempurna). Ini seperti pembuat patung atau tembikar yang menyelesaikan karya ciptaannya yang terbuat dari bahan tanah hingga menjadi ciptaan yang sempurna dan berbentuk indah.
Kelima, Tuhan menetapkan Hari
penciptaan langit dan bumi serta isinya, Dia melanjutkan dengan "memberkati" dan "menguduskan" hari ketujuh, dimana Dia mengakhiri proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 disebutkan, "wa yebarek Elohim et yom ha sheviyi wa yeqadesh otto ki vo shavat mikal melakto asyer bara Elohim la ashot" (maka diberkatilah oleh Tuhan hari yang ketujuh itu dan dikuduskan-Nya, sebab pada hari itu Dia berhenti dari semua yang
diperbuat-Nya saat
menciptakan). Sabat adalah hari yang diperkenan atau diberkati serta dikuduskan atau dipisahkan secara khusus dari hari-hari yang lain.
Yang menarik untuk kita perhatikan, jika pada kata "berhenti", dalam Kejadian 2:2 dan kata "memberkati" serta "menguduskan" dalam Kejadian 2:2 digunakan bentuk kata
imperfek (menunjukkan
pekerjaan yang belum
diselesaikan, sedang
berlangsung), maka kata "berhenti" dalam Kejadian 2:3 digunakan bentuk "perfek" yang bermakna, "menunjuk pada suatu kejadian yang sudah dikerjakan,lengkap". Hal ini bermakna bahwa Yahweh Sang Pencipta telah menyelesaikan
pekerjaan penciptaan tersebut dalam perspektif historis. Hari ini Yahweh TIDAK MENCIPTAKAN APAPUN. Hari ini, Yahweh bertanggung jawab (mengawasi, mengatur, mengontrol) proses regenerasi (kelahiran) dan bukan kreasi (penciptaan) pada mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Pengkajian Kejadian 2:2-3 memberikan petunjuk pada kita bahwa Sabat bukan semata-mata ibadah yang secara ekslusif dihubungkan dengan keberadaan orang Yahudi atau Bangsa Israel kuno. Sabat merupakan pola Sang Pencipta yang ditetapkan sebagai hari peringatan untuk perhentian dan menghormati hari yang diberkati serta dikuduskan oleh-Nya.
menekankan penggunaan nama Yahweh. Namun teori ini lemah karena sampai hari ini belum terbukti ada penemuan Kitab Suci TaNaKh yang hanya menggunakan Elohim saja atau sebaliknya hanya menggunakan nama Yahweh saja. Dalam hal ini, penggunaan istilah Elohim atau Tuhan dalam proses penciptaan alam semesta raya, memberikan petunjuk mengenai sifat universalitas dan generalitas terhadap ciptaan-Nya. Dengan kata lain, penggunaan istilah Elohim dalam Kejadian 1 memberikan informasi mengenai penciptaan umum. Sementara penggunaan nama Yahweh ketika dihubungkan dengan penciptaan alam semesta (Kej 2:4) dan penciptaan manusia (Kej 2:7), hendak memberikan informasi mengenai penciptaan yang bersifat khusus yang dilakukan oleh Tuhan yang bernama Yahweh, yaitu Tuhan perjanjian yang mengikat perjanjian dengan leluhur Yishrael yang menuliskan Kitab Kejadian, yaitu Moshe.
TUHAN DAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN
kekal‖. Dialah Tuhan Yahweh yang memulai segala sesuatu dan Ada sebelum segala sesuatu dan Ada dengan sendirinya.
Apakah penjelasan ini
bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan Ilmiah? Sama sekali tidak. Sebagaimana dikatakan Fritz Ridenour dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Dapatkah Alkitab dipercaya? sbb: ―Apa
yang disebut ‗pertikaian‘ yang
pertama antara Alkitab dan Ilmu pengetahuan, sesungguhnya adalah kasus sebuah teori ilmiah melawan sebuah tafsiran tertentu tentang Alkitab‖9.
Gereja dan Kekristenan pernah memiliki sejumlah tafsiran tertentu tentang alam semesta dan manusia dan berselisih
paham dengan beberapa
penemuan modern. Ketika Galileo (1564-1642) pada tahun 1616 menyatakan bahwa teori Copernicus yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari adalah benar, berdasarkan observasi melalui teleskop temuannya, maka pernyataan ini membuat marah
Gereja Katholik yang
berkeyakinan bahwa bumi adalah
9 Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993,
hal 97
pusat perputaran benda-benda langit rtermasuk matahari, berdasarkan tafsiran atas ayat dalam Mazmur 104:1-5 sbb:
―Pujilah Yahweh hai jiwaku!
Yahweh Tuhanku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin, yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu, yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya..
Apa yang terjadi di atas bukanlah
pernyataan Kitab Suci
Thomas Henry Huxley seorang ahli Sejarah Alam dan Palaentologi. Perdebatan terjadi setahun setelah diterbitkannya buku Darwin berjudul The Origin of the Species. Perdebatan diawali oleh tindakan Huxley yang mengejek hasil penemuan
Richard Owen seorang
Biologiawan Inggris ternama pada waktu itu. Pada pertemuan bangsawan Inggris, Huxley mengritik kelemahan ilmu urai tubuh dan perbandingan Owen, sehingga mempermalukan Owen. Oleh karena itu, Owen ingin membalas dan meningkatkan reputasinya. Dia menggandeng Samuel Wilberforce Uskup Oxford untuk mendebat teori Huxley mengenai teori Evolusi organik Darwin melalui proses Seleksi Alam. Hari yang dinantikan terjadi. Karena Wilberforce bukan seorang ilmuwan, dalam perdebatan tersebut, dia terpojok. Parahnya, ketika Wilberforce bertanya pada
Huxley apakah dirinya
mengganggap keturunan monyet dari pihak ibunya, jawaban yang diberikan Huxley menampar Wilberforce dan masyarakat pada umumnya yang hadir saat itu. Huxley menjawab, ―Saya lebih suka menjadi keturunan monyet malang yang berbunyi tidak berarti, daripada menjadi
keturunan manusia yang berbakat besar yang lebih suka
mengimbau dukungan
berdasarkan pendapat yang salah, daripada bertumpu pada kebenaran‖. Habislah sudah Wilberforce karena dia berbicara atas nama Kekristenan pada waktu itu. Sejak itulah muncul tudingan bahwa Kekristenan identik dengan agama anti ilmiah, anti ilmu pengetahuan,
agama penuh prasangka
terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga upaya untuk
menyajikan Kekristenan yang relevan habis sudah. Imbas itu masih terasa hingga Abad XXI.
Sekali lagi perlu ditegaskan, tidak ada pertentangan antara pernyataan-pernyataan dalam Kitab Suci dengan Ilmu Pengetahuan. Yang ada adalah tafsiran Kitab Suci yang keliru melawan hasil Ilmu Pengetahuan atau sebaliknya, tafsiran Ilmu Pengetahuan terhadap data-data tertentu terhadap pernyataan dalam Kitab Suci.
DR. D.C. Mulder memberikan
penjelasan mengenai
Ahli-ahli supaya menjalankan tugas mereka dengan rasa bebas. Makin majulah ilmu pengetahuan itu, makin baik juga. Hanyalah, ilmu pengetahuan itu harus insyaf aakan batas-batasnya. Akal manusia tidak dapat menjawab soal-soal pokok mengenai (Tuhan Yahweh), mengenai asal manusia atau tujuan kehidupannya, jika tidak diterangi oleh pernyataan (Tuhan Yahweh) sendiri. Karena hanya Tuhanlah yang mengerti dari manakan manusia itu dan kemanakah dia. Dan justru inilah yang menjadi tugas istimewa dari ahli-ahli theologia, yaitu membantu semua orang supaya mereka mengetahui Firman (Tuhan) dengan lebih jelas dan lebih dalam‖10
Perumpamaan ―Tikus Putih‖ yang dikisahkan Ray E. Sthal dalam artikelnya yang dimuat Christianity Today, Tgl 24 November 1967 memberikan gambaran dua sikap seorang ilmuwan terhadap Tuhan. Menerima atau menolak. Berikut kutipannya: ―Pada suatu hari,
10 Iman Dan Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hal 26
seorang ilmuwan yang sedang melakukan eksperimen dengan tikus-tikus putih, menciptakan suatu jaringan jalan yang ruwet, lalu ia menempatkan di dalamnya salah seekor di antara tikus-tikus putih pilihannya yaang bernama
―Teo‖ [singkatan ‗Teologiawan‘].
Berhari-hari dan berminggu-minggu Teo binggung tak mengerti akan misteri ciptaan ilmuwan itu. Dia berkata kpada tikus-tikus putih lainnyaa di
laboratorium itu, ‗Alangkah
agugnya ilmuwan kita!‘.
Kemudian pada suatu hari, setelah berminggu-minggu mengadakan eksperimen, Teo mampu memecahkan rahasia jaringan ruwet yang menakjubkan itu. Dengan sikap angkuh, ia berpaling kepada tikus-tikus putih lainnya di llaboratorium itu dan berkata,
‗Ilmuwan kita telah mati!‘11
Kedua, manusia diciptakan pada
hari keenam. Apa artinya bagi kita? Ada dua sisi mata uang bahwa manusia diciptakan pada hari keenam. Sisi pertama, manusia merupakan puncak karya penciptaan Elohim Yahweh, setelah ciptaan-ciptaan
11 Fritz Ridenour, Dapatkah Alkitab
lainnya. Manusia ada setelah semua ciptaan lainnya disediakan bagi manusia. Sisi kedua, manusia memiliki keterbatasan. Karena angkaa enam adalah angka keterbatasa, angka
ketujuh adalah angka
kesempurnaan. Ketika Yahweh menyelesaikan segala ciptaan-Nya pada hari keenam, maka pada hari ketujuh, Dia berhenti dan memberkati hari ketujuh. Inilah puncak kesempurnaan Tuhan. Ketika kita membaca Kitab Wahyu 13 mengenai munculnya Anti Mesias diakhir zaman yang akan mengontrol kekuasaan politik, dan ekonomi
dunia, Yokhanan
memperingatkan bahwa bilangan namanya adalah ―666‖ (Why 13:18). Terlepas dari berbagai spekulasi yang tiada henti mengenai siapakah tokoh ―666‖ yang akan datang itu, yang pasti bahwa angka ―666‖ memberikan isyarat bahwa tokoh yang akan datang nanti adalah ―seorang manusia yang meninggikan kemanusaannya dan segala
keterbatasannya, untuk
menyaingi Tuhan Pencipta‖.
Ketiga, manusia diciptakan
berdasarkan ―gambar‖ dan ―keserupaan‖ dengan Tuhan. Inilah kualitas yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan
lainnnya, baik malaikat, alam semesta dan hewan serta tumbuhan. Manusia diciptakan dengan suatu keistimewaan. Manusia diciptakan berdasarkan ―Gambar‖ dan ―Keserupaan‖ dengan Tuhan. Dalam Kejadian 1:26 dikatakan, ―wayyomer Elohim, naasyeh adam betsalmenu kidemutenu…‖ (dan berfirmanlah Tuhan, marilah kita menjadikan manusia berdasarkan gambar dan keserupaan dengan Kita). Kata Ibrani tselem bermakna ―gambar/lukisan yang menyerupai aslinya‖ (1 Sam 6:5), ―patung yang menyerupai aslinya‖ (Bil 33:52, Yekhz 16:17). Septaginta menerjemah tselem dengan eikona (gambar). Sementara kata demut bermakna ―keserupaan atau kemiripan dengan aslinya‖ (Yekhz 8:2, 2 Rak 16:10), ―setara dengan aslinya‖ (Yes 40:18). Septuaginta menerjemahkan demut dengan homoioi (kemiripan, kesehakikatan).
Arti bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan dengan
Tuhan, bahwa manusia
bukan terdiri dari unsur tanah belaka namun yang dihembusi ―nefhes khaya‖ (nafas kehidupan) oleh Tuhan. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan, ―wayyitser Yahweh et ha adam afar min ha adaman, wayipakh beapaiw nishmat khayim, wayehi
haadam lenefesh khaya‖.
Manusia dicipta dari unsur tanah, namun dia mulia karena dihembusi nafas Tuhan, sehingga dia menjadi jiwa yang hidup. Manusia bukan sekedar mahluk yang ada hanya karena dikatakan yehi (ada) maka yehi (ada)
seperti binatang dan
tummbuhan. Manusia dibentuk dan diambil dari unsur bumi namun diberi kemuliaan karena memiliki nishmat Elohim atau ―nafas Tuhan‖. Inilah yang menyebabkan manusia memiliki dua kesadaran, yaitu kesadaran akan Tuhan di dalam batin atau rohnya dan kesadaran akan alam semesta di dalam jiwa serta pancaindra tubuhnya.. Kedua, mandat manusia, yaitu menerima mandat penatalayanan bumi dan mengelolanya, baik darat dan lautan. Dikatakan dalam Kejadian 1:26 sbb: ―…wayirddu bidgat hayyam ubeof hashamayim uvabehema uvekal haarets uvekal haremesy haromesy al ha arets‖ (supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi).
Protestantisme Barat yang kelak melahirkan ekonomi Kapitalisme, memahami ayat ini sebagai suatu perintah bagi manusia untuk mengeruk seluas-luasnya kekayaan bumi yang telah diberikan Tuhan. Hasilnya dapat kita lihat sekarang, yaitu terjadinya ―pemanasan global‖ (global warming). Ayat ini adalah sebuah mandat yang diberikan pada manusia sebagai ciptaan yang mulia untuk ―memerintah‖ (rada) atas bumi dan seisinya sesuai dengan hakikat dirinya sebagai ciptaan yang mulia dan bukan ―mengeruk kekayaan alam sepuas-puasnya‖.
Ketiga, potensi manusia. Potensi
berkomunikasi dengan Tuhan tanpa sekat pembatas (Kej 3:9-10).
Keempat, kekekalan manusia.
Tuhan Yahweh tidak mengatakan
bahwa manusia yang
diciptakannya akan mengalami kematian, sampai dosa masuk melalui pelanggaran manusia terhadap perintah Tuhan Yahweh agar tidak memakan buah Ets
Da‘at ha Tov (Pengetahuan Yang Baik) dan Ets Da‘at ha Ra (Pengetahuan Yang Buruk).
Demikianlah manusia adalah mahluk mulia yang diciptakan berdasarkan gambar dan keserupaan dengan Tuhan Yahweh yang direfleksikan dalam hakikatnya yang memiliki kesadaran spiritual dan rasional, tugasnya mengelola bumi secara bertanggung jawab, potensi holistiknya atas ciptaan Tuhan serta sifat kekekalannya. Tidaklah heran jika kita melihat hasil karya manusia yang inovatif dan spketakuler, mulai dari penemuan berbagai teknologi
yang bermanfaat bagi
kepentingan manusia sampai yang disalahgunakan untuk memusnahkan umat manusia.
Inilah yang dinamakan
―kebudayaan‖ (cultural) dan ―peradaban‖ (civilization).
Manusia adalah mahluk yang berbudaya dan beradab. Dengan kata lain manusia adalah ciptaan yang menghasilkan berbagai karya yang mengekspresikan kesadaran spiritual dan rasional serta moralnya.
Berbicara manusia sebagai mahluk berbudaya dan beradab, ada satu pertanyaan menggelitik dalam diri kita sebagai orang beriman. Bagaimanakah sikap orang beriman (Maaminim) atau Gereja (Qahal Mesias/Ekklesia) menyikapi berbagai ekspresi kebudayaan manusia yang beragam bahkan cenderung paganistik (bersifat kekafiran) dan okultis (kekuatan ajaib)? Jawaban utuk ini adalah sbb:
Pertama, manusia adalah
Pasal 3 telah mengalami kejatuhan dalam dosa, sehingga merusak gambar dan keserupaan dengan Tuhan di dalam diri-Nya, bahwkan merusak hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan hewan dan tumbuhan serta manusia dengan manusia, maka ekspresi kebudayaan manusiapun mengekspresikan dosa dan kerusakan gambar dan keserupaannya dengan Tuhan.
Ekspresi dosa dan
pemberontakan ini nampak dalam bentuk penyembahan berhala, tarian-tarian yang dirasuki roh-roh jahat, upacara-upacara ritual yang bersifat satanis.
Karena Gereja adalah bagian dari suatu komunitas masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban tertentu (yang positip dan negatif), maka kita harus memilih dan memilah, mana saja ekspresi kebudayaan yang masih dapat kita tolerir dan pelihara (seperti kesenian, moralitas, dll) dan mana saja yang harus kita tinggalkan (ngipri, muja, pesugihan, tahayul, sihir, dll).
Sebagai pengikut Mesias, status gambar dan keserupaan dengan Tuhan itu dipulihkan, melalui kematian dan kebangkitan-Nya dari maut. Sehingga kita menjadi
manusia baru (2 Kor 5:17). Marilah kita mengekspresikan
pemulihan gambar dan
INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan kebudayaan Semitik
6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity
7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.
Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)
Email: derekhatov@gmail.com
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)