• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilu di Singapura Declining of PAP and

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemilu di Singapura Declining of PAP and"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Andi Wira Pratama NPM: 1306412703

Jurusan: Ilmu Politik

Pemilu di Singapura: Declining of PAP and Managing

Oppositionalism

Pendahuluan

Biasanya, negara yang menganut demokrasi, sudah dikenal sebagai negara yang maju dan berkecukupan. Hal ini bisa dilihat dari tingginya kualitas hidup di negara- negara yang maju, seperti di kawasan Eropa Barat. Namun, ada hal yang menarik yang membantah tesis tersebut. Singapura adalah sebuah negara yang tidak dianggap sebagai negara yang bebas. Akan tetapi, negara tersebut terkenal sebagai negara yang maju dan berkecukupan.

Oleh karena itu, cukup menarik rasanya membahas Singapura lebih dekat. Otoritarianisme di Singapura sudah terkenal di kalangan dunia internasional. Beberapa pengamat dan sebagian kaum oposisi bahkan menganggap Singapura adalah negara yang berpartai tunggal, yaitu PAP. Hal ini disebabkan karena PAP sudah memerintah negeri ini selama lima dekade dengan oposisi yang kecil dan tidak berkekuatan.

Hal seperti ini lah yang menimbulkan tanda tanya, bagaimana mungkin sebuah partai bisa berkuasa penuh selama lima dekade? Apa yang membiarkan mereka terus berkuasa? Mengapa oposisi sama sekali tidak bertaring? Disinilah pentingnya membahas sistem pemilu dan segala tetek bengeknya. Bagaimana pula, PAP dapat memanage oposisi dengan cukup apik?

(2)

Pembahasan

Sejarah PAP

PAP adalah partai yang awalnya berisikan kelas menengah dan professional yang pernah berkuliah di Inggris. Lee Kuan Yew, salah seorang pendirinya, terkenal cukup moderat. PAP awalnya memperjuangkan bergabungnya Singapura ke Federasi Malaysia, kewarganegaraan bagi masyarakat Cina, pendidikan yang wajib dan gratis, serta reformasi kebijakan yaitu mengisi staff pegawai negeri sipil dari ras Asia, membangun industri dalam negeri dan sebagainya.

PAP tidak langsung memerintah Singapura. David Marshall dengan LF ( League of Front) lah yang pertama kali memerintah, tepat setelah pemilu 1955. Baik PAP dengan LF sama sama datang dan berasal dari aliran kiri. Namun, David Marshall memiliki kesulitan dalam memerintah Singapura, disebabkan karena kurang kuatnya posisi Chief Minister yang dia jabat serta partainya yang tidak memperoleh kursi mayoritas sehingga membutuhkan partai oposisi untuk melegislasi hukum.

PAP berhasil memenangkan pemilu awalnya di tahun 1959. PAP sendiri awalnya terbelah menjadi dua kubu. Kubu pertama yaitu kubu moderat yang dipimpin oleh Lee Kuan Yew. Kubu kedua adalah kubu ekstrim yang dipimpin oleh seorang aktivis bernama Lim Chin Siong yang beraliran komunis1. Adanya kubu ekstrim di kalangan PAP telah menyebabkan konflik dengan

LF selaku partai berkuasa, dan hal ini berakibat yakinnya Inggris akan adanya militansi komunis di Singapura. Hal ini tentu memberikan alasan mengapa Lee Kuan Yew berusaha mendisosiasikan kegiatannya dengan kalangan komunis. Dia berhasil melakukan hal tersebut dan kaum militan yang ada di PAP akhirnya tersingkir.

(3)

eksekutif BS dan juga menangkap lebih dari 150 orang. Sejak saat itu, BS tidak pernah lagi menjadi ancaman bagi PAP.

PAP telah berkuasa di Singapura sejak tahun 1959. Semenjak pemilu tersebut, PAP selalu memenangkan mayoritas suara di Singapura sampai sekarang ini.

Sistem Pemilu di Singapura

Pemilu di Singapura meniru dan mewarisi pemerintahan kolonial di Inggris. Pemilu di Singapura menggunakan sistem distrik dan memakai prosedur winner takes all. Singapura menerapkan simple majority di single member constituencies dari tahun 1959 sampai tahun 1987 walau kemudian hal ini berubah dengan adanya penambahan. Penambahan tersebut misalnya adanya GRC (Group Representative Constituency), NCMP (Non Constituency Member of Parliament), Nominated Member of Parliament ( NMP), dan Elected Presidency2.

GRC adalah sistem dimana terjadi perubahan terhadap Single Member Constituency menjadi Multimember Constituency, dimana warga harus memilih grup yang mana mereka mengikutsertakan etnik minoritas di grup mereka. Skema NCMP diperuntukkan untuk kalangan oposisi yang terbaik namun kalah dalam pemilu. Hal ini diperuntukan untuk menyediakan suara oposisi di Parlemen, jikalau anggota parlemen yang terpilih dari kalangan oposisi berjumlah lebih sedikit dari tiga orang. NMP yang diperkenalkan pada tahun 1990 diperuntukkan untuk warga yang bukan partai untuk berpartisipasi di pemerintahan.

Dominasi oleh PAP dan Kontrol Terhadap Oposisi

PAP, tidak seperti partai politik di Barat, cenderung sangat skeptis terhadap demokrasi liberal yang ada di barat. Hal ini disebabkan karena pengalaman buruk yang mereka alami, seperti berhadapan dengan kaum komunis yang waktu itu adalah salah satu sayap mereka.

PAP juga memiliki alasan yang kuat bagi mereka untuk menjadi otoriter. Salah satunya adalah Asian Values yang menekankan perbedaan nilai yang dianut antara Singapura dan Barat. Di Singapura, bagi mereka, lebih diutamakan stabilitas, nilai kolektif dibandingkan dengan hak-hak individu. Oleh karena itu, kebebasan individu boleh dikorbankan demi stabilitas masyarakat.

(4)

Stabilitas Singapura sangat diandalkan oleh PAP sebagai salah satu penyokong terbesar dari ekonomi.

Mereka melakukan berbagai macam cara untuk menjaga stabilitas Singapura. Salah satunya adalah dengan menggunakan Internal Security Act dan Preservation of Public Security Ordinance. Hukum ini digunakan untuk kaum oposisi yang biasanya kritis dan vocal terhadap pemerintah dan dapat menahan serta memenjarakan tersangka tanpa proses ke pengadilan. Salah satu yang menjadi korban dari hukum ini adalah Lim Chin Siong.

Aktivitas Mahasiswa dikontrol ketat oleh PAP dengan melalui kontrol keuangan terhadap serikat mahasiswa. PAP bahkan mempengaruhi masa depan mahasiwa. Mahasiswa yang terkenal vokal dan trouble-maker akan sulit menemukan pekerjaannya. Kita dapat melihat betapa kuatnya pengaruh PAP di institusi pendidikan.

Saat ini, di Singapura, sangat sulit sekali membedakan PAP dengan pemerintah. PAP mengontrol masyarakat begitu kuatnya, sampai-sampai mereka harus masuk ke pusat komunitas. Sebagai contoh adalah kewajiban setiap guru TK untuk menjadi anggota PAP.

Pemerintah mengontrol dengan ketat media massa. Media massa berada dibawah pemerintah. Pemerintah juga sangat mengkritisi media massa asing, yang dianggap mengancam keamanan nasional. Selain media massa, pemerintah juga mengontrol ketat birokrasi, serikat dagang, serikat buruh.

PAP juga menggunakan cara kasar untuk mencegah kaum oposisi. Sebagai contoh adalah JB Jayaretnam, setelah beliau mengalahkan PAP di pemilu 1981 di distrik Anson, beliau langsung diserang dengan tunduhan fraud, dan lalu dituntut agar bangkrut. Dr Chee Jong Suan, yang merupakan kadindat oposisi yang bahkan hanya mengancam suara PAP dengan memperoleh seperempat suara, dipecat dari NUS, dan bahkan dituntut untuk dibangkrutkan dengan tuduhan defamasi.

(5)

mengumumkan pemilu hanya sekitar 2 minggu dari hari-H sehingga semakin mempersulit gerak authoritarian. Selain hybrid regime, Singapura bisa dibilang sebagai demokrasi illiberal karena upayanya dalam merongrong kebebasan oposisi dan membatasi serta mengontrol ketat media massa. Akibat dari ini, terjadi semacam depolitisasi sehingga pihak oposisi tidak bisa member serangan yang efektif kepada PAP.

Kemunduran PAP

Dengan kontrol negara berada di bawah pengaruhnya secara kuat dan mengakar, Apakah PAP berhasil memadamkan kaum oposisi? Ternyata tidak. PAP malah mengalami gejala penurunan performa. Hal ini terlihat di pemilu 2011, dimana oposisi berhasil memenangkan 6 kursi dari 82 kursi yang disediakan3. Ini kontras dengan pemilu 2006, oposisi hanya memperoleh 2 kursi dari

84 kursi yang disediakan.

Hasil yang menggembirakan ini menunjukkan bahwa kaum oposisi sudah semakin bertaring. Kaum oposisi yang dulunya terpecah belah, memiliki mesin politik yang lemah, kini telah mampu menjadi semacam mesin politik yang baik. Selain itu, semakin banyak kaum professional yang kompeten berada di bendera oposisi sehingga meningkatkan performa dan kualitas oposisi di Singapura.

Hal yang menarik lainnya adalah semakin menurunnya kualitas anggota Parlemen di PAP. Sebagai contoh adalah kasus kandidat PAP bernama Tin Pei Ling, yang menjijikkan bagi para pemilih di Singapura, karena memamerkan tas mewah dan perangai kekanak-kanakannya di facebook. Koordinasi dan strategi yang dimiliki oleh oposisi juga cukup baik. Karena relaksasi internet, Oposisi melakukan kampanye dan memobilisasi massa lewat media sosial. Setelah mengumpulkan massa, mereka melakukan aksi jalan dan mendebat anggota PAP yang kampanye. Mereka bahkan dapat mengumpulkan dana lewat internet.

(6)

Ada semacam kemarahan untuk PAP dari kalangan rakyat Singapura terutama kelas pekerja. Semakin tingginya inflasi, ditambah meroketnya kesenjangan menyebabkan suara PAP menurun di kalangan pekerja. Kekecewaan terhadap pemerintah juga meningkat akibat semakin banyaknya jumlah pekerja asing di Singapura. Isu transparansi dimanfaatkan oleh oposisi untuk meningkatkan suara dengan mendengungkan janji untuk menyeimbangkan PAP.

KESIMPULAN

PAP adalah partai yang sukses mendominasi perpolitikan di Singapura. PAP bahkan mampu mengubah negara tersebut menjadi Hybrid Regime yang mengandung unsur demokrasi dan otoritarianisme. Namun, dominasi tersebut tidak dapat bertahan lama. Hal ini dibuktikan dengan performa pemilu yang dimiliki oleh PAP pada saat 2011. Kekecewaan terhadap pemerintah juga menjadi alasan turunnya performa pemilu oleh PAP.

Referensi

Diamond, Larry Jay. April 2002,Thinking About Hybrid Regimes, Journal of Democracy, Volume 13, Number 2, pp. 21-35 diakses pukul 11.37 AM 10/6/2015 dari

http://www.asu.edu/courses/pos350/diamond--Thinking%20about%20Hybrid%20Regimes.pdf

Elgin, Molly. 2010, Asian Values: A New Model of Development?, Stanford Journal of East Asian Affairs, diakses pukul 11.41 AM 10/6/2015 dari

http://web.stanford.edu/group/sjeaa/journal102/10-2_12%20SeA-Elgin.pdf

Fetzer, S.Joel. July 2008, Election Strategy and Ethnic Politics in Singapore, Taiwan Journal of Democracy, Volume 4, No.1: 135-153, diakses pukul 11.50 AM 10/6/2015 dari

http://www.tfd.org.tw/export/sites/tfd/files/publication/journal/dj0401/135-154.pdf

(7)

Tan,Netina. 2014, The 2011 general and presidential elections in Singapore, Departement of Political Science, Mc Master Univeristy, diakses 11.58 AM 10/6/2015 dari

http://www.researchgate.net/publication/260216685_The_2011_General_and_Presidential_Electi ons_in_Singapore

Abshire, E. Jean. 2011. The History of Singapore. Santa Barbara: Greenwood

Referensi

Dokumen terkait

o Peserta diingatkan untuk menyempurnakan laporan hasil diskusi kelompok tentang jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan untuk dikumpulkan kepada guru... o

Pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga pengguna akhir

Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa antioksidan yang sudah ada di dalam komponen makanan, senyawa antioksidan yang terbentuk dari

Hal ini menyebabkan lapisan magnetite yang terbentuk akan mempersulit difusi karbon untuk proses reduksi lebih jauh sehingga bijih besi yang belum tereduksi

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatan , untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu untuk mendapatkan desain / gambar konstruksi sesuai dengan kondisi lokasi proyek dan kebutuhan yang

Misalnya, Tile dengan permukaan yang mengkilap (Polished Tile), seperti Body Tile Aurora yang dipasang pada dinding.. Pilih Tile yang berwarna terang sehingga pantulannya

Untuk itu akan dicoba menggunakan sistem yang berbasis SCADA yang menggunakan PLC (dengan vendor Modicon Schneider) dan penggunaan logika fuzzy sebagai pengambilan