• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Berbicara Di Muka Umum Pada Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Berbicara Di Muka Umum Pada Mahasiswa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Berbicara Di Muka Umum Pada Mahasiswa

Reni Susanti

Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Sri Supriyantini

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Expressive writing therapy merupakan terapi yang menggunakan aktivitas menulis sebagai sarana untuk merefleksikan pikiran dan perasaan terdalam terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan (menimbulkan trauma). Expressive writing therapy dapat digunakan sebagai terapi utama atau juga dapat diintegrasikan dengan pendekatan psikoterapi atau konseling lainnya, serta dilakukan secara individual dan kelompok. Pada penelitian ini expressive writing therapy dilakukan secara berkelompok dan merupakan terapi utama untuk membantu subjek mengembangkan insight yang lebih adekuat tentang diri dan situasi presentasi, meningkatkan self-esteem, mengembangkan coping skills yang lebih baik, serta menjadi sarana release tension. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat kecemasan berbicara di muka umum pada mahasiswa dalam konteks perkuliahan. Subjek penelitian berjumlah 12 orang, merupakan mahasiswa yang memiliki tingkat kecemasan berbicara di muka umum yang tergolong tinggi sampai sangat tinggi. Screening menggunakan skala kecemasan berbicara di muka umum yang telah disempurnakan oleh Susanti, Hasibuan, Siregar, & Fadillah (2011). Penelitian ini menggunakan randomized pretest-posttest control group design. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan expressive writing therapy selama 5 sesi dengan durasi 90-120 menit pada setiap sesinya. Hasil analisis kuantitatif Mann-Whitney & Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di muka umum kelompok eksperimen setelah perlakuan expressive writing therapy. Berdasarkan analisa kualitatif terhadap hasil observasi, wawancara, dan kuesioner disimpulkan adanya peningkatan kepercayaan diri, self-esteem, dan positive self-talk. Dengan demikian hipotesa penelitian yang berbunyi ada pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat kecemasan berbicara di muka umum terbukti.

Kata Kunci :expressive writing therapy, kecemasan berbicara di muka umum

Abstract

Expressive writing therapy is the one of therapy which use writing to reflect cognition and depth affection about traumatic or unpleasant experience. This therapy might be primary therapy or integrating with another psychoterapy or counseling approach. Beside that, it work in individual or group therapy. In this study expressive writing therapy is a primary therapy and did in group, which help subject to develop insight about self and the problem, coping skills, release tension, and to achieve self-esteem enhancement. The aim of the study is to examine whether expressive writing therapy could reducing the level of public speaking anxiety on college student. 12 college student from two university at Medan participated in the study. They were selected based on their public speaking anxiety scale scores. Subject who had score in high until highest category were being selected for this study. This quasi experimental research using randomized pretest-posttest control group design. The experimental group get the therapy during 5 session which did twice a week for 90-120 minutes. The result of Mann-Whitney & Wilcoxon Signed-Rank Test as quantitative analysis showed that the level of public speaking anxiety in experimental group significantly decrease after expressive writing therapy session. Beside that, qualitative analysis to experimental group based on data from observation,

(2)

interview, and quesioner showed that their had more confidence, self-esteem enhancement, and more positive self-talk. So, the hypotesis is approve.

Key words : expressive writing therapy, public speaking anxiety

Pendahuluan intervensi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan. Melalui expressive writing Proses perkuliahan dengan pen- individu merefleksikan pikiran dan perasaan dekatan student center learning dapat terdalamnya terhadap peristiwa yang tidak memfasilitasi penguasaan keterampilan menyenangkan atau menimbulkan trauma. komunikasi lisan melalui metode diskusi Refleksi ini memfasilitasi individu untuk kelompok dan presentasi. Pada kenyataan- merubah kognitifnya, meregulasi emosi nya tidak semua mahasiswa mampu menjadi lebih baik, menjadi sarana katarsis, berperan aktif dengan metode ini. Menurut memperoleh energi baru, mengarahkan Santrock (2008) terdapat beberapa faktor perhatian, meredakan tekanan emosional, yang mempengaruhi keaktifan mahasiswa, serta memberi kesempatan untuk fokus diantaranya adalah faktor motivasi, emosi, pada tujuan dan perilakunya (Malchiodi, serta keyakinan dan ekspektasi mahasiswa 2007; Kaufman & Kaufman, 2009).

terhadap kemampuannya yang dapat Perubahan ini akan membuat

memperkuat atau melemahkan kualitas masalah individu lebih mudah diatasi dan pemikiran dan pemrosesan informasi m embebaskan individu dari tekanan mental selama proses perkuliahan. Dengan yang senantiasa melingkupinya.

demikian emosi negatif dalam taraf yang Berdasarkan uraian di atas maka tinggi seperti takut gagal, akan menghambat peneliti ingin meneliti lebih lanjut bagaimana m a h a s i s w a d a l a m m e n g e m b a n g k a n pengaruh pemberian expressive writing potensinya. Salah satu situasi yang therapy pada mahasiswa yang mengalami memunculkan ketakutan akan kegagalan kecemasan berbicara di muka umum khusus-adalah saat mahasiswa dituntut untuk nya dalam konteks perkuliahan.

presentasi yang dapat mengakibatkan

meningkatnya kecemasan dalam diri maha- Kecemasan berbicara di muka umum

siswa. Berdasarkan penelitian McCroskey Morreale, Spitzberg, & Barge (2007) (1989) terdapat 15-20% mahasiswa di mendefinisikan public speaking anxiety Amerika Serikat menderita kecemasan sebagai ketakutan atau kecemasan yang

dalam berkomunikasi. Anwar (2009) juga dihubungkan dengan situasi berbicara menemukan 16,3% mahasiswa Fakultas yang nyata atau dibayangkan. Vye,

Scholl-Psikologi Universitas Sumatera Utara jegerdes, & Welch (2007) juga menambah-mengalami kecemasan berbicara di muka kan bahwa kecemasan bergerak dalam umum pada level yang tinggi dan tidak suatu kontinum, mulai dari level normal

terdapat perbedaan kecemasan yang sampai kepada gangguan. Kecemasan

signifikan antara mahasiswa dari berbagai dikelompokkan sebagai suatu gangguan

angkatan. jika hal tersebut mengakibatkan individu

Berdasarkan hasil penelitian McCros- terhambat untuk mengaktualisasikan potensi key, Booth-Butterfield, & Payne (1989), Khan, dan performa yang sebenarnya ia miliki, Ejaz, dan Azmi (2009), dan Wawancara termasuk kemampuannya dalam berinteraksi personal (2013) yang peneliti lakukan dengan orang lain atau untuk mendapatkan diketahui bahwa kecemasan yang dialami kepuasan dari kehidupannya.

mahasiswa ketika berbicara di muka umum

memiliki dampak negatif terhadap performa Komponen kecemasan berbicara di muka akademis, seperti kurangnya keterlibatan umum

dalam perkuliahan, kurang optimalnya Rogers (2003) membagi komponen

performa saat presentasi, penurunan prestasi kecemasan berbicara di muka umum menjadi belajar dan besarnya peluang drop out. t ig a, y a itu k o mponen fisik, proses mental Hal ini membuat pentingnya dilakukan atau kognitif, dan emosional. Komponen fisik intervensi untuk membantu mahasiswa berkaitan dengan reaksi tubuh terhadap dalam mengatasi permasalahan ini. situasi yang menimbulkan ketakutan, kekha-Expressive writing merupakan salah satu watiran, dan kecemasan, seperti detak

(3)

jantung yang semakin cepat, nafas menjadi dengan keinginan sendiri atau bimbingan sesak, suara yang bergetar, kaki gemetar, terapis atau peneliti. Secara umum berkeringat, tangan dingin dan sebagainya. expressive writing therapy bertujuan untuk Komponen proses mental atau kognitif meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri merupakan reaksi yang berhubungan dengan maupun orang lain; meningkatkan kreatifitas, kemampuan berpikir jernih saat berada ekspresi diri dan harga diri; memperkuat dalam situasi presentasi, seperti kesulitan kemampuan komunikasi dan interpersonal; untuk mengingat fakta secara tepat dan mengekspresikan emosi yang berlebihan melupakan hal-hal yang sangat penting. (katarsis) dan menurunkan ketegangan, Komponen emosional merupakan reaksi serta meningkatkan kemampuan dalam emosi yang menyertai kecemasan, seperti mengatasi masalah dan fungsi adaptif adanya rasa tidak mampu, tidak berdaya individu (Gorelick, dalam Malchiodi, 2007). dalam menghadapi situasi berbicara, panik Bolton (2011) juga menyatakan bahwa dan malu setelah berakhirnya pembicaraan. expressive writing therapy membantu

individu untuk memahami dirinya dengan Penyebab kecemasan berbicara di muka lebih baik, dan menghadapi depresi, distress,

umum kecemasan, adiksi, ketakutan terhadap

Perbedaan antara public speaking penyakit, kehilangan dan perubahan dalam dengan bentuk komunikasi lain terdapat kehidupannya (Bolton, 2011).

dalam tiga hal yaitu peluang untuk

men-dapatkan feedback, level persiapan, dan Tahapan pelaksanaan expressive writing derajat formalitas situasi pembicaraan. therapy

Feedback atau respon dari audiens berupa Hynes & Hynes (dalam Malchiodi, isyarat verbal dan non verbal memberikan 2007), dan Thompson (dalam Bolton dkk, informasi tentang apa yang dipikirkan dan 2004) membagi expressive writing therapy ke dirasakan oleh audiens. Individu menangkap dalam empat tahap, yakni :

isyarat non verbal tersebut melalui ekspresi a. Recognition/Initial write

wajah, vokalisasi, gesture, tepuk tangan, dan Merupakan tahap pembuka menuju berbagai gerakan tubuh lainnya. Adanya sesi menulis. Tahap ini bertujuan untuk feedback menuntut presenter untuk lebih membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, mempersiapkan diri dan mengantisipasi relaksasi dan menghilangkan ketakutan situasi yang mungkin terjadi. Derajat yang mungkin muncul pada diri klien, serta formalitas situasi berbicara di muka umum mengevaluasi kondisi mood atau konsentrasi juga menuntut presentasi yang lebih klien. Klien diberi kesempatan untuk menulis sistematik dibandingkan bentuk komunikasi bebas kata-kata, frase, atau meng-lainnya. Bagi sebagian presenter hal ini ungkapkan hal lain yang muncul dalam menjadi fokus perhatian yang berlebihan dan pikiran tanpa perencanaan dan arahan. mengakibatkan meningkatnya kecemasan Selain menulis, sesi ini juga dapat dimulai (O'Hair, Stewart, dan Ruberstein, 2010). dengan pemanasan, gerakan sederhana, Adapun faktor-faktor yang menyebab- atau memutar suatu instrumen. Tahap ini kan munculnya kecemasan saat berbicara di berlangsung selama 6 menit.

depan umum adalah merasakan adanya

ancaman terhadap self-esteem, modeling b. Examination/writing exercise

yang salah, harapan dan sikap yang tidak Tahap ini bertujuan untuk meng-realistis, faktor kepribadian dan negative eksplor reaksi klien terhadap suatu situasi self-thought terhadap situasi presentasi tertentu. Merupakan tahap dimana proses (Morreale, Spitzberg, dan Barge, 2007; menulis dilakukan. Instruksi yang diberikan Monarth & Kase, 2007; dan Wrench, adalah seperti instruksi yang digunakan

Richmond, & Gorham, 2009). Pennebaker (2007). Waktu yang diberikan

untuk menulis bervariasi, 10-30 menit setiap

Expressive Writing Therapy sesi. Setelah menulis klien juga dapat

Wr i g h t ( d a l a m B o l t o n , 2 0 0 4 ) diberi kesempatan untuk membaca kembali mendefinisikan expressive writing therapy tulisannya dan menyempurnakannya. Jumlah sebagai proses menulis yang merupakan pertemuan berkisar 3-5 sesi secara berturut-ekspresi dan refleksi individu dan dilakukan turut atau satu kali seminggu. Selain itu

(4)

expressive writing therapy dapat dilakukan individu dapat meningkat. Sebelum kelompok baik secara individual maupun kelompok. terbentuk, jumlah dan siapa saja yang masuk Cakupan topik tulisan juga dapat dalam kelompok mesti sudah jelas sejak diperluas menjadi peristiwa emosional yang awal. Jumlah ideal berkisar diantara 5-8 lebih umum atau peristiwa spesifik yang orang. Jika lebih dari 8 orang maka sebaiknya dialami individu, seperti saat di diagnosa dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok juga mengalami suatu penyakit kronis, kehilangan perlu menetapkan tujuan spesifik dan pola pekerjaan, atau masuk perguruan tinggi relasi selama proses terapi berlangsung (Pennebaker & Chung, 2007). Selain itu topik (Bolton, 1999; 2011).

tidak hanya berkaitan dengan pengalaman Prinsip dasar relasi yang harus masa lalu, akan tetapi juga situasi yang dibangun selama proses terapi adalah saling sedang dan akan dihadapi di masa menghargai, berbagi tanggung jawab,

mendatang (Dalton, 2009). percaya diri, dan prinsip kerahasiaan.

Disamping itu manajemen kelompok juga

c. Juxtaposition/Feedback perlu diperhatikan agar proses terapi atau

Tahapan ini merupakan sarana konseling dan diskusi dapat berjalan dengan refleksi yang mendorong pemerolehan lancar dari awal hingga selesai. Hal ini kesadaran baru dan menginspirasi perilaku, meliputi rencana membuat perkenalan yang

sikap, atau nilai yang baru, serta membuat dapat membantu para anggota merasa individu memperoleh pemahaman yang lebih akrab satu sama lain, evaluasi setiap sesi

dalam tentang dirinya. Tulisan yang sudah untuk mengetahui apa yang diperoleh dibuat klien dapat dibaca, direfleksikan, atau anggota dari proses kelompok, pengaturan dapat juga dikembangkan, disempurnakan, waktu, pengaturan proses diskusi yang dan didiskusikan dengan orang lain atau memperhatikan prinsip dasar relasi. Aktivitas kelompok yang dapat dipercaya oleh klien. pokok dalam kelompok adalah men-Hal pokok yang digali pada tahap ini adalah diskusikan tulisan yang telah dibuat.

bagaimana perasaan penulis saat

menye-lesaikan tugas menulis dan atau saat Penelitian Terdahulu

membaca.

Berdasarkan riset yang telah

dilaku-d. Aplication to the self kan oleh beberapa peneliti menunjukkan

Pada tahap terakhir ini, klien didorong adanya efek positif penggunaan expressive untuk mengaplikasikan pengetahuan baru- writing therapy terhadap kesehatan fisik dan nya dalam dunia nyata. Konselor atau terapis mental. McGuire, Greenberg, dan Gevirt membantu klien mengintegrasikan apa yang (dalam Pennebaker & Chung, 2007) menyim-telah dipelajari selama sesi menulis dengan pulkan adanya penurunan aktivitas sistem mereflesikan kembali apa yang mesti diubah saraf otonom dan kardiovaskular yang atau diperbaiki dan mana yang perlu di- menunjukkan respon seperti dialami oleh pertahankan. Selain itu juga dilakukan individu dalam proses relaks pada subjek refleksi tentang manfaat menulis bagi klien. yang diberi tugas expressive writing. Menulis Konselor juga perlu menanyakan apakah juga berdampak pada keaktifan mahasiswa klien mengalami ketidaknyamanan atau dalam proses diskusi (Pennebaker, 2002). bantuan tambahan untuk mangatasi masalah Selain itu berdasarkan riset Dalton (2009) sebagai akibat dari proses menulis yang dan Ramirez & Beilok (2011) diketahui bahwa

mereka ikuti. menulis juga dapat meningkatkan performa

calon mahasiswa pada ujian masuk Expressive writing therapy dalam kelompok perguruan tinggi dan kesehatan fisik mereka, Pelaksanaan expressive writing serta menurunkan kekhawatiran dalam therapy dalam kelompok bermanfaat untuk menghadapi ujian. Selain itu dari beberapa mengeksplorasi dan mengekspresikan diri riset lain yang dilakukan Pennebaker dan klien. Di dalam kelompok para anggota saling koleganya (dalam Kaufman & Kaufman, membantu untuk lebih memahami tulisan, 2009) juga ditemukan adanya peningkatan mendiskusikan permasalahan dengan orang- prestasi belajar siswa, konsentrasi, kapasitas orang yang memiliki masalah yang sama, daya ingat jangka pendek, serta peningkatan sehingga kepercayaan diri dan self-esteem self-image.

(5)

Di Indonesia sendiri sudah ada untuk memperkaya data penelitian. Obser-beberapa peneliti yang menguji efektifitas vasi dilakukan saat subjek menulis dan terapi menulis dalam berbagai konteks. mendiskusikan hasil tulisannya. Wawancara Susilawati (2009) dan Qonitatin, Widyawati, dilakukan pada tahap pre-test dan post-test. dan Asih (2011) meneliti pengaruh terapi Sedangkan kuesioner digunakan untuk menulis pengalaman emosional terhadap mengetahui insight yang diperoleh subjek penurunan depresi ringan. Fikri (2012) pada setiap sesi, bagaimana perubahan menggunakan terapi menulis untuk yang terjadi pada diri subjek setelah mengekspresikan emosi marah pada remaja mengikuti intervensi, dan bagaimana

laki-laki. penilaian subjek terhadap intervensi secara

keseluruhan setelah intervensi selesai. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam Prosedur Penelitian

penelitian ini adalah ada pengaruh Penelitian dibagi ke dalam dua

pemberian expressive writing therapy tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap terhadap penurunan tingkat kecemasan pelaksanaan.

berbicara di muka umum. 1. Tahap persiapan

Adapun langkah-langkah yang

di-Metode Penelitian lakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut :

Subjek Penelitian a. Penentuan skala kecemasan berbicara di

Subjek penelitian berjumlah 12 orang, muka umum

merupakan mahasiswa yang berasal dari Skala yang digunakan untuk meng-dua universitas yang ada di Kota Medan. ukur tingkat kecemasan berbicara di muka Pemilihan sampel menggunakan teknik umum subjek penelitian adalah skala dari purposive sampling dengan kriteria sebagai Anwar (2009) yang telah disempurnakan oleh

berikut : Susanti, Hasibuan, Siregar & Fadilah (2011).

1. Mahasiswa perguruan tinggi yang ada di Skala ini terdiri atas 45 pernyataan favorable Kota Medan dan berstatus aktif pada tahun dan unfavorable sesuai dengan komponen

ajaran 2012/2013 kecemasan berbicara di muka umum dari

2. Berada di semester IV-VI pada tahun Rogers (2003). Skala ini memiliki validitas

ajaran 2012/2013 0,389 - 0,773 dan reliabilitas 0,964.

3. Menjalani proses perkuliahan yang

sebagian besar menggunakan metode b. Melakukan screening subjek penelitian

presentasi Pemilihan subjek penelitian

di-4. Memiliki kecemasan berbicara di muka laksanakan sesuai dengan kriteria yang umum pada level tinggi sampai sangat telah peneliti tetapkan. Screening dilakukan

tinggi melalui 3 (tiga) langkah, yaitu observasi,

5. Belum pernah mengikuti intervensi pengukuran tingkat kecemasan berbicara di expressie writing dan bersedia mengikuti muka umum dengan menggunakan skala dan

proses intervensi. wawancara.

Instrumen Penelitian c. Penyusunan modul

Pengumpulan data pada penelitian Modul disusun oleh peneliti

berdasar-ini menggunakan empat instrumen, yaitu kan tahapan expressive writing therapy skala, observasi, wawancara, dan kuesioner. yang dikemukakan oleh Hynes & Hynes

Skala kecemasan berbicara di muka (d a lam Malchiodi, 2007) dan Thompson umum digunakan untuk mengukur tingkat (dalam Bolton dkk, 2004). Intervensi dalam kecemasan subjek saat berbicara di muka penelitian ini bertujuan untuk meningkat-

umum. Skala ini disusun berdasarkan kan pemahaman subjek tentang dirinya komponen kecemasan berbicara di muka dan situasi presentasi sehingga dapat

umum dari Rogers (2003), yang terdiri m e m ah am i pe nyebab munculnya kecemas-atas komponen fisik, mental, dan emosional. an saat berbicara di muka umum dan Sedangkan observasi, wawancara, dan melakukan usaha untuk mengatasinya. kuesioner merupakan instrumen penunjang Setiap sesi membahas satu topik tertentu

(6)

yang berkaitan dengan proses presentasi Subjek pada kelompok

ekspe-perkuliahan. rimen dan kelompok kontrol diminta

d. Uji coba modul untuk mengisi kembali skala

kecemas-Uji coba modul dilakukan an berbicara di muka umum. Skor yang

untuk memperkirakan apakah subjek diperoleh subjek pada baseline

penelitian memahami instruksi yang dijadikan skor pre-test. Baseline diberikan. Di samping itu peneliti juga dilaksanakan pada tanggal 13-16 Mei

mengevaluasi modul yang telah 2013, sedangkan briefing dengan

dibuat berdasarkan masukan dari kelompok eksperimen pada tanggal 16

dosen pembimbing dan diskusi Mei 2013.

peneliti dengan rekan mahasiswa

magister psikologi profesi yang telah b.Pelaksanaan eksperimen dan post-test

selesai melakukan penelitian. Eksperimen dilakukan dua kali

seminggu, dari tanggal 18 Mei – 1 Juni

e. Persiapan terapis dan observer 2013. Setiap sesi pertemuan

ber-Terapis dalam penelitian ini langsung dalam waktu 90-130 menit. adalah peneliti sendiri. Selain itu Selanjutnya post-test dilakukan dua peneliti juga melibatkan seorang minggu setelah eksperimen yakni observer yang mengamati proses tanggal 14-18 Juni 2013. Selain pelaksanaan terapi dan perilaku menggunakan skala, peneliti

melaku-subjek selama sesi berlangsung. kan wawancara untuk mengetahui

Sebelum intervensi dimulai, terapis frekuensi dan pengalaman subjek saat menjelaskan proses pelaksanaan presentasi. Pada kelompok eksperimen i n t e r v e n s i d a n m e n d i s k u s i k a n juga digali informasi tentang persepsi langkah-langkah yang dilakukan dan manfaat yang dirasakan subjek

selama intervensi berlangsung terhadap proses menulis.

dengan observer.

Hasil

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilakukan selama 5 kali Gambaran deskriptif dan hasil uji beda pertemuan. Adapun langkah-langkah yang Mann-Whitney Test setelah perlakuan

dilakukan pada tahap ini adalah : expressive writing therapy sebagaimana

a. Menetapkan baseline dan briefing terdapat pada tabel 1.1. dan 1.2. berikut. subjek

Tabel 1.1. Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 1.2. Hasil Uji Beda Mann-Whitney Tahap Post-test

Berdasarkan tabel 1.1. dan 1.2. di sedang r=-.49 (Z=-1,684). Dengan demikian atas terlihat bahwa terdapat perbedaan yang dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian signifikan tingkat kecemasan berbicara di yang berbunyi ada pengaruh pemberian muka umum antara kelompok eksperimen expressive writing therapy terhadap dan kelompok kontrol setelah pemberian penurunan tingkat kecemasan berbicara di expressive writing therapy (Mean=18), muka umum pada mahasiswa terbukti.

(7)

Tabel 1.3. Hasil Uji Beda Wilcoxon Signed-Rank Test

Berdasarkan data pada tabel 1.3. di berbicara di muka umum kelompok kontrol atas maka dapat disimpulkan bahwa pada post-test tidak signifikan, p>.05. Dengan penurunan skor kecemasan berbicara di demikian dapat disimpulkan bahwa pem-muka umum kelompok eksperimen pada berian perlakuan memiliki dampak yang post-test tergolong signifikan (z=-2,201), besar terhadap penurunan tingkat kecemas-p<.05 dan effect size adalah r=-,64. an berbicara di muka umum kelompok Sebaliknya penurunan skor kecemasan eksperimen.

Grafik 1. Perbandingan Mean Kelompok Eksperimen Berdasarkan Komponen Kecemasan Berbicara di Muka Umum

Selanjutnya penurunan rerata ke- memiliki keunggulan untuk mengatasi cemasan berbicara di muka umum kelompok berbagai masalah termasuk kecemasan. eksperimen terjadi pada ketiga komponen, Keunggulan tersebut diantaranya adalah yakni komponen fisik, kognitif, dan emosi- bahwa melalui proses menulis dapat onal. Sebagaimana terlihat pada grafik 1 memberi jalan bagi munculnya ingatan, bahwa mean post-test pada setiap komponen perasaan, dan pikiran yang ditekan atau di lebih rendah dibandingkan dengan mean pre- pendam; membantu mengorganisasikan test. Penurunan skor kecemasan berbicara di pikiran, ide-ide, dan inspirasi yang dimiliki muka umum pada komponen emosional individu; prosesnya bersifat holistik yang mencapai 10.2, sedangkan pada komponen memberikan kesadaran mental melalui

fisik 7.4 dan komponen mental 7. proses eksplorasi pengalaman. Sebagai

bagian dari creative therapy, proses menulis

Diskusi berlangsung secara bebas, kerahasiaan

tulisan juga dijaga, dan klien bebas Berdasarkan hasil analisa data dapat menentukan mana bagian yang akan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang didiskusikan, serta tidak perlu merasa signifikan tingkat kecemasan berbicara di khawatir akan penilaian benar salah selama muka umum setelah perlakuan expressive tulisan tersebut merupakan pengalaman writing therapy, U=7.5, p.05 dengan effect yang benar-benar dimiliki klien.

size tergolong sedang (r=-.49). Hal ini Expressive writing therapy juga sebagaimana diutarakan oleh Bolton (1999, memiliki kekhasan seperti expressive therapy 2011) bahwa expressive writing therapy

(8)

lainnya, diantaranya dalam hal self- tersebut, atau menuliskan situasi yang akan expression dan active participation. Melalui dihadapi (Pennebaker & Chung, 2007; kegiatan menulis, individu mengekspresikan Pennebaker & Sexton dalam Kaufman & diri hingga memperoleh pemahaman diri Kaufman, 2009; Dalton (2009); dan Ramirez yang lebih baik, atau mentransformasi & Beilock (2011). Hal inilah yang dilakukan pemahaman baru, menghasilkan kondisi dalam penelitian ini sehingga terjadi emosi yang lebih baik, penyelesaian konflik, penurunan skor kecemasan berbicara di dan sense of well-being. Di samping itu muka umum komponen kognitif sebesar 7 keterlibatan aktif dalam kegiatan dapat poin.

memberikan semangat, memfokuskan per- Menulis pengalaman emosional juga hatian, dan meredakan tekanan emosional dapat mempengaruhi kesehatan fisik. yang sedang dialami klien (Malchiodi, 2007; Sebagaimana riset Pennebaker, Hughes, & Rasmussen & Lange, dalam Bolton, Howlett, O'Heeron (dalam Pennebaker & Chung,

Lago, & Wright 2004). 2007) yang menunjukkan adanya penurunan

Berdasarkan hasil penelitian di- aktivitas sistem saraf otonom dan kardio-ketahui bahwa penurunan tingkat kecemasan vaskular seperti yang dialami individu dalam berbicara di muka umum terjadi pada ketiga proses relaks. Pengaruh aktivitas menulis komponen, yakni fisik, mental atau kognitif, terhadap kondisi fisik ini dapat dijelaskan dari dan emosional. Penurunan mean kelompok sudut pandang inhibition theory yang eksperimen pada komponen emosional menyatakan bahwa memendam pikiran dan mencapai 10.2 poin, lebih tinggi dibandingkan perasaan mengenai pengalaman traumatis dengan komponen fisik yang mencapai 7.4 berakibat pada adanya akumulasi tekanan/ dan mental 7 poin. Besarnya efek terapeutik stres pada tubuh dan meningkatnya aktivitas terhadap komponen emosional ini sejalan fisiologis, berpikir obsesif yang berkaitan dengan pendapat Pennebaker (dalam dengan kejadian-kejadian yang menekan Malchiodi, 2007) bahwa menulis merupakan sehingga dalam jangka panjang dapat cara efektif untuk memperbaiki kondisi emosi menyebabkan individu senantiasa berada dan menurunkan simptom beberapa penyakit dalam situasi tertekan dan merasa terancam kronis. Mardyaningrum (2007) juga secara sosial. Dengan mengekspresikan menyimpulkan adanya penurunan skor emosi pengalamannya dengan kata-kata, maka negatif dan peningatan skor emosi positif inhibisi yang selama ini dirasakan akan setelah melakukan terapi menulis pada berkurang secara bertahap dan terlihat korban kekerasan dalam rumah tangga. adanya peningkatan pada kesehatan.

Begitu pula riset Fikri (2012) menyimpulkan Di samping itu melalui diskusi manfaat terapi menulis untuk mengekspresi- kelompok proses refleksi lebih mendalam dan kan emosi marah pada remaja laki-laki. diperoleh gagasan yang bisa jadi tidak Selain itu Pennebaker (dalam terpikirkan sebelumnya oleh dirinya sendiri. Kaufman & Kaufman, 2009) menguraikan Selain itu dapat membantu individu melihat bahwa expressive writing therapy dapat masalah dalam konteks yang lebih luas membantu restrukturisasi kognitif dan sehingga tidak hanya terpaku pada sudut pengorganisasian peristiwa trauma yang pandangnya sendiri. Melalui diskusi dengan dialami. Begitu pula riset Boals (2012) yang orang-orang yang memiliki masalah yang menyimpulkan bahwa terdapat relasi antara sama maka kepercayaan diri dan self- pemberian makna terhadap pengalaman esteem individu dapat meningkat (Bolton, dengan perubahan pada pola pikir. Dengan 1999). Hal ini juga terlihat pada subjek pada demikian setelah proses menulis, individu kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil akan mencapai pemahaman baru yang lebih analisa individual disimpulkan bahwa

adaptif dan membantunya dalam mengatasi penurunan tingkat kecemasan berbicara

permasalahan yang dihadapi. di muka umum dipengaruhi oleh partisipasi

Menulis topik tertentu yang lebih aktif subjek selama proses intervensi, terstruktur juga dapat memberikan manfaat pencapaian tujuan terapeutik pada setiap psikologis bagi individu atau kelompok. sesi, dan motivasi subjek untuk mengatasi Begitu pula halnya orientasi topik, apakah permasalahan yang dialaminya.

berfokus pada pengalaman positif, negatif, Penelitian ini memiliki beberapa atau melihat manfaat dari pengalaman keterbatasan, diantaranya :

(9)

1. Waktu pelaksanaan yang mendekati state anxiety type. Communication masa ujian akhir semester dan peneliti Reports Proquest Research Library tidak memanipulasi situasi presentasi, 16(2),125

sehingga tidak semua subjek mendapat Anwar, Astrid I.D. (2010). Hubungan self-kesempatan untuk mengaplikasikan e f f i c a c y d e n g a n k e c e m a s a n insight yang telah diperoleh dalam situasi berbicara di depan umum pada

perkuliahan. mahasiswa fakultas psikologi usu.

2. Terbatasnya jumlah subjek dan adanya Skripsi (tidak diterbitkan). Medan :

peluang mortalitas Universitas Sumatera Utara

3. Cakupan skala kecemasan berbicara di Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan validitas.

muka umum yang digunakan pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

penelitian ini masih terbatas pada tugas Azwar, S. 2007. Penyusunan skala psikologi. presentasi saja, sedangkan proses Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

perkuliahan juga meliputi bentuk ber- Boals, Adriel. (2012). The use of meaning bicara lainnya seperti bertanya dan making in expressive writing : When mengajukan pendapat di luar peran meaning is beneficial. Jurnal of Social

sebagai presenter. and Clinical Psychology 31(4),

393-409

Oleh karena itu kepada peneliti Bolton, Gillie. (1999). The therapeutic selanjutnya diharapkan mempertimbangkan potensial of creative writing, writing waktu penelitian, menambah jumlah subjek, myself. London : Jessica Kingsley

dan memperluas cakupan kecemasan Publisher

berbicara di muka umum pada berbagai ___________. (2011). Write yourself, creative situasi perkuliahan lainnya, serta menyem- writing and personal development.

purnakan skala dengan menambahkan London : Jessica Kingsley Publisher

komponen perilaku sebagai salah satu Bolton, G; Howlett S; Lago C.; & Wright J.K. indikator dari kecemasan berbicara di muka (Editor). (2004). Writing cure : An

umum. introductory handbook of writing in

Mengingat manfaat yang diperoleh counseling and therapy. New York : subjek melalui menulis dan diskusi sebagai Brunner-Routledge

bagian yang tak terpisahkan satu dengan Dalton, Jonathan J & Glenwick, David S. lainnya, maka bagi mahasiswa yang memiliki (2009). Effects of expressive writing tingkat kecemasan berbicara di muka umum on standardized graduate entrance

yang tergolong tinggi dapat melakukan exam performance and physical

prosedur ini sebagai salah satu cara health functioning. The Journal of mengatasi permasalahan secara mandiri dan Psychology 2009, 143(3), 279-292 dengan sedikit bimbingan dari psikolog atau Esposito, Janet E. (2007). Overcome your

konsultan. f e a r o f p u b l i c s p e a k i n g a n d

Hasil penelitian ini juga menunjukkan performance (5th ed). USA : Strong bahwa expressive writing therapy dapat Books-Publishing Direction

digunakan sebagai terapi alternatif bagi Fatma, Anne & Ernawati, Sri. (2012).

permasalahan psikologis yang mem- Pendekatan perilaku kognitif dalam

pengaruhi kondisi fisiologis, kognitif, dan pelatihan keterampilan mengelola emosional individu. Meski demikian masih kecemasan berbicara di muka umum. sedikit peneliti yang menggunakan model Talenta Psikologi 1(1), 2012

expressive writing seperti yang peneliti Field, Andi. (2009). Discovering statistic using gunakan. Oleh karena itu peneliti selanjutnya SPSS (3rd ed). London : Sage diharapkan dapat melakukan replikasi pada P u b l i c a t i o n s L t d subjek atau permasalahan yang berbeda. Fikri, Harry Theozard. (2012). Pengaruh

menulis pengalaman emosional

Daftar Pustaka dalam terapi ekspresif terhadap emosi

marah pada remaja. Humanitas IX (2), Addison, Penny; Clay, Ele; Xie, Shuang; 103-122

Sawyer, C.R; & Behnke, R.R. (2003). Hapsari, Dyannita Andarningrum. (2010). Worry as a function of public speaking Pengaruh tari kontemporer terhadap

(10)

th

kecemasan berbicara di depan umum pada Experimental psychology (6 ed). USA remaja (Studi eksperimental di smp : ThomsonWadsworth

negeri 34 semarang). Skripsi. Nazarian, Deborah & Smyth, Joshua M.

Universitas Diponegoro (2013). An experimental test of

Haryanthi, Luh Putu Suta. (2012). Efektivitas i n s t r u c t i o n a l m a n i p u l a t i o n s i n metode terapi ego state dalam expressive writing interventions : mengatasi kecemasan berbicara di Examining processes of change.

depan publik pada mahasiswa Journal of Social and Clinical

f a k u l t a s p s i k o l o g i u i n s y a r i f Psychology 31(1), 77-96

hidayatullah jakarta. Jurnal Insan 14 Nelson, P.E & Pearon, J.C. (2004).

th

(01), April 2012 Confidence in public speaking (7 ed).

Kaufman, Scott Barry & Kaufman, James C USA : Roxbury Publishing Company (Editor). (2009). The psychology of [online]

c r e a t i v e w r i t i n g. N e w Yo r k : O'Hair, Dan; Steward, Rob; & Rubenstein,

Cambridge University Press Hannah. (2010). A speaker's guide

th

Khan, T.M, Ejaz, M.A, & Azmi, S. (2009). book, text and reference (4 ed). New E v a l u a t i o n o f c o m m u n i c a t i o n York : Bedford/St.Martin's

apprehension among first year and Pennebaker, James W. (2002). Ketika diam final year pharmacy undergraduates. bukan emas : Berbicara dan menulis Journal Of Clinical And Diagnostic sebagai terapi. Bandung : Mizan Research [Serial Online] 3, 1885- Pennebaker, James W & Chung, Cindy K.

1890. ( 2 0 0 7 ) . E x p r e s s i v e w r i t i n g :

Latipun. (2004). Psikologi eksperimen edisi connections to physical and mental

kedua. Malang : UMM Press health. The University of Texas at

MacInnis, C.C; Mackinnon, S.P; MacIntyre, Austin

P. D . ( 2 0 1 0 ) . T h e i l l u s i o n o f Pribyl, Charles B; Keaten, James; Sakamoto, transparency and normative beliefs Masahiro. (2001). The effectiveness about anxiety during pubic speaking. of a skills-based program in reducing C u r r e n t R e s e a r c h I n S o c i a l public speaking anxiety. Japanese

Psychology 15(4), 42-52 Psychological Research

43(3),148-Malchiodi, Cathy A (Editor). (2007). 155

Expressive therapies. New York : The Puteri, Nidya D. (2007). Hubungan antara

Guilford Press pola pikir positif dengan kecemasan

Mardyaningrum, Maria Bernadette Sri. berbicara di muka umum pada

(2007). Efektivitas terapi menulis mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). terhadap emosi korban kekerasan Jakarta : Universitas Gunadarma. dalam rumah tangga. (Skripsi). Qonitatin, Novi; Widyawati, Sri; & Asih, Gusti Semarang : Universitas Katolik Yuli. (2011). Pengaruh katarsis dalam

Soegijapranata menulis ekspresif sebagai intervensi

McCroskey, J.C, Booth-Butterfield, S., & depresi ringan pada mahasiswa. Payne, S.K. (1989). The impact of J u r n a l P s i k o l o g i U n i v e r s i t a s

communication apprehension on Diponegoro 9(1), 21-32

college student retention and succes. Ramirez, Gerardo & Beilock, Sian L. (2011). Communication Quarterly 37(2), 100- Writing about testing worries boosts

107 exam performance in the classroom.

Morreale, Sherwyn P.; Spitzberg, Brian H.; & Science 331

Barge, J. Kevin. (2007). Human Santrock, John W. (2002). Life span c o m m u n i c a t i o n : m o t i v a t i o n , development: perkembangan masa

nd

knowledge, and skills (2 Ed.). USA : hidup. edisi ke-5 jilid 2. Jakarta :

Thomson Wadsworth Erlangga

Monart, Harrison & Kase, Larina. (2007). The _______________. (2008). Psikologi confident speakers, beat your nerves pendidikan Edisi ke-2. Jakarta :

and communicate at your best in any Kencana

situation. USA : McGraw-Hill Sellnow, Deanna D. (2005). Confident public

nd

(11)

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N. (2009). Psikologi eksperimen. Jakarta : Indeks

Storts, Mary. (2008). Psychosocial, metacognitive, and performance related correlates of presentation anxiety in university students. A r g o j o u r n a l : U n d e r g r a d u a t e R e s e a r c h I n P s y c h o l o g y A n d Behavioral Science. University of West Florida

Susanti, Reni; Hasibuan, Rosyalinda; Siregar, Suri M; & Fadilah, Debi. (2011). Hubungan self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi USU. Laporan Tugas Mata Kuliah Konstruksi Alat Ukur (Tidak diterbitkan). Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Susilowati, Theresia Genduk. (2009). Pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan depresi pada mahasiswa tahun pertama. Tesis. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Vye, C., Scholljegerdes, K. & Welch, I.D.

( 2 0 0 7 ) . U n d e r p r e s s u r e a n d overwhelmed: coping with anxiety in college. London : Praeger

Wrench, Jason S.W; Richmond, Virginia Peck; & Gorham, Joan. (2009). Communication, affect, and learning

rd

in the classroom (3 ed). USA : Burgess Publishing

Gambar

Tabel 1.3. Hasil Uji Beda Wilcoxon Signed-Rank Test

Referensi

Dokumen terkait

1) Proses pengembangan aplikasi sistem penentuan sekolah dasar terbaik kota palembang ini dilakukan dengan 4 (empat) tahapan prosedur pengembangan, yaitu : a)Tahap

Untuk jenis penyerahan barang harian, mingguan, bulanan/selapanan: Diisi dengan lama hari terjadinya tunggakan penyerahan barang, misal 4 (empat) hari, 4 (empat) minggu, 4

Jika subsemigrup bentuk bilinear fuzzy dari , maka untuk setiap , adalah subsemigrup bentuk bilinear dari yang membuktikan bahwa. Selanjutnya, untuk setiap jika maka

menegoisasikan peran bawahan dalam organisasi, perlunya lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif yang dapat mempengaruhi karyawan sebagai individu bertingkah laku

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dalam pasal 49 telah menjelaskan tentang kewenangan Pengadilan Agama untuk mengesahkan pengangkatan anak bagi orang yang beragama

Tujuan pengangkatan anak hanya dapat dilakukan bagi kepentingan terbaik anak dan harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau berdasarkan

Berkenaan dengan realitas menyangkut keterlibatan warga dalam kelembagaan suatu ormas/parpol dan keterlibatan mereka dalam penyelenggaraan Pemilu, diketahui

Dalam pembentukan kelompok seorang guru bisa menyerahkan kepada siswa untuk memilih teman mereka dalam kelompok. Keuntungan yang dapat diambil dari cara ini adalah