• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAP TRAFFICKING (PERDAGANGAN WANITA) (Studi Kasus di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAP TRAFFICKING (PERDAGANGAN WANITA) (Studi Kasus di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAP TRAFFICKING (PERDAGANGAN WANITA)

(Studi Kasus di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI)

SKRIPSI

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

IRINE FAKRUNNISA 14160046

PROGRAM STUDI JINAYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO :

للوسنه رط في سوتلي ويف نلع ليس الله وب رط في ىلا ا تنحل.ًر ا ه نلسه

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga

Skripsi ini kupersembahkan :

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Bapakku Latip dan Ibuku Jamilah, Spd

Saudaraku Anggi Afrino, Spd

Sepupuku dan seluruh keluargaku yang dekat maupun yang jauh

Dosen-Dosen ku di UIN Raden Fatah Palembang

Semua sahabat-sahabatku

UKMK LIT_BANG UIN Raden Fatah Palembang

(8)

viii ABSTRAK

Maraknya perdagangan wanita/prostitusi yang terjadi di Kabupaten OKI khususnya di Kecamatan Sirah Pulau Padang tepatnya di Desa Awal Terusan sudah meresahkan ketentraman dan ketertiban masyarakat didesa tersebut. Berdasarkan permasalahan ini, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan wanita/prostitusiserta sanksi bagi pelakunya. Adapun Penelitian ini berjudul:“Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Trafficking (Perdagangan Wanita) Studi Kasus di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode (field research) yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan data dengan menggunakan metode dan tekhnik dalam rangkan mencari jawaban atas masalah yang dihadapi peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data primer tentang perdagangan wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan wanita/prostitusidi Kabupaten OKI khususnya di Kecamatan Sirah Pulau Padang tepatnya di Desa Awal Terusan adalah : faktor ekonomi, faktor putus cinta, faktor lingkungan, faktor hasrat seks dan faktor rayuan dan janji manis mucikari yang hendak mencarikan kerja yang pantas dan gaji besar. Adapun faktor paling dominan adalah faktor ekonomi.

Sanksi bagi pelaku perdagangan wanita menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 297 adalah pidana penjara minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun, dan denda paling sedikit Rp. 120.000.000,- dan paling banyak Rp. 600.000.000,-. Sedangkan Sanksi terhadap pelaku perdagangan wanita/prostitusi menurut Hukum Pidana Islam adalah rajam, dera dan pengasingan, karena perbuatan tersebut termasuk perbuatan zina yang merupakan Jarimah Hudud.

(9)

ix

PEDOMAN TRANSILITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Ri Dan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Ri Nomor 158/1987 Dan 0543 B/U/1987, Tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Penulisan

ا

Alif „ (Apostrop)

ب

Ba‟ B

ت

Ta‟ T

ث

Tsa S

ج

Jim J

ح

Ha H

خ

Kha Kh

د

Dal D

ذ

Zal Z

ر

Ra R

ز

Zai Z

س

Sin S

ش

Syin Sy

ص

Sad Sh

ض

Dlod Dl

ط

Tho Th

ظ

Zho Zh

ع

„Ain „

غ

Gain Gh

ف

Fa F
(10)

x

ق

Qaf Q

ك

Kaf K

ل

Lam L

م

Mim M

ى

Nun N

ً

Waw W

اى

Ha H

ء

Hamzah „

ي

Ya Y

ة

Ta (Marbutoh) T

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

يي دقعته

Ditulis Muta‟aqqidin

ةدع

Ditulis „Iddah

C. Ta’ marbutoh

1. Bila dimatikan ditulis h

تبه

Ditulis Hibbah

تيسج

Ditulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti Shalat, Zakat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

Bila diikuti dengan sandang “al” serta bacaan kedua isi terpisah, maka ditulis h.

(11)

xi

2. Bila ta‟ marbutoh hidup atu dengan harokat, fathah, kasrah dan dhammah ditulis t.

رطفنا ةبكز

Ditulis Zakatul Fitri

D. Vocal Pendek

َ

Fathah Ditulis A

ِ

Kasrah Ditulis I

ُ

Dhammah Ditulis U E. Vocal Panjang Fathah + Alif

تيهه بج

Ditulis A Jahiliyyah

Fathah + Ya‟ Mati

يعسي

Ditulis A

Yas‟a

Kasrah + Ya‟ Mati

,

ميرك

Ditulis I

Karim

Dhammah + Waw Mati

ضورف

Ditulis U

Furud

F. Vocal Pendek Yang Berurutan Dalam Satu Kata Dipisahkan Dengan Apostrop (‘)

متواا

Ditulis A‟antum

ثدعا

Ditulis U‟ Idat
(12)

xii G. Vocal Rangkap

Fathah + Ya‟ Mati

مكىيب

Ditulis Ai

Bainakum

Fathah + Waw Mati

لىق

Ditulis Au

Qaulun

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila Diikuti Huruf Qomariyah

Pola Penulisan

عيدبنا

Al-Badi‟u Al-Badi‟u

رمقنا

Al-Qamaru Al-Qamaru

2. Bila Diikuti Huruf Syamsiah

Pola Penulisan

ةاىتنا

Al

taww

a

bu

Al

taww

a

bu

سمشنا

Al-Syamsu Asy-Syamsu

3. Bila Diikuti Dengan Hamzah

Pola Penulisan

زارنا ريخ ىهن بهن ناو

هيق

Wa

innalah

a

Lahuwa Khair Al-Raziqin
(13)

xiii

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam tak lupa penulis kirimkan kepada nabi muhammad SAW, beserta keluarga, dan para sahabat.

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan study tingkat sarjana (SI) pada perguruan tinggi UIN Raden Fatah Palembang, Fakultas Syari‟ah dan Hukum Jurusan Hukum Pidana Islam. Untuk kiranya para pembaca dapat memaklumi atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka, tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Ayahanda Latip dan Ibunda Jamilah beserta saudara kandungku Anggi Afrino, yang selalu memberikan do‟a, nasehat serta

(14)

xiv

dukungan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

2. Yang terhormat bapak Rektor Prof. Dr. H. M. Sirozi, Ph.D. 3. Yang terhormat Prof. Dr. H. Romli SA, M.Ag, selaku Dekan

Fakultas Syari‟ah dan Hukum.

4. Yang terhormat Ibu Dra. Atika, SH.M.Hum selaku Penasehat Akademik.

5. Dr. Abdul Hadi, M.Ag Selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana Islam dan Fatah Hidayat, S.Ag. M.Pd.I.

6. Ibu Yuswalina, SH. MH selaku Pembimbing Utama dan Ibu Jumanah, SH.,MH selaku Pembimbing Kedua, yang selalu bersedia membagi pengetahuan dan kontribusi perbaikan dari proposal hingga akhir penelitian ini dengan sabar.

7. Para informan yang sabar meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam penelitian ini. Semoga Allah memberikan kebahagiaan dan membangun moral yang lebih baik.

8. Sahabat-sahabat terbaikku yang dikampus maupun yang di kampung halaman, mereka yang bersedia mendengarkan keluh kesah, berbagi cerita, canda, tawa, maupun sedih.

(15)

xv

9. Orang yang Tersayang yang selalu menjadi pendengar terbaikku.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan mereka semoga menjadi amal yang diberkahi Allah SWT sebagai bekal dan mendapatkan pahala darinya. Amin.

Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palembang, Oktober 2018 Penyusun

Irine Fakrunnisa Nim: 14160046

(16)

xvi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN DEKAN ... iii

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR IZIN PENJILIDAN SKRIPSI ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Penelitian Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II TINJAUAN UMUM ... 19

A. Tinjauan Umum Tentang Perdagangan Wanita ... 19

1. Pengertian Perdagangan Wanita ... 19

2. Perdagangan Wanita Dalam Hukum Islam ... 22 3. Upaya Masyarakat di Desa Awal Terusan Terhadap

(17)

xvii

Penanggulangan Perdagangan Wanita ... 26

B. Tinjaun Umum Tentang Sanksi Menurut Undang-Undang ... 29

1. Pengertian Sanksi ... 29

2. Macam-Macam Sanksi Menurut Pasal 10 KUHP ... 31

C. Sanksi Menurut Hukum Pidana Islam ... 41

1. Pengertian Sanksi ... 41

2. Macam-Macam Sanksi (Hukuman) ... 43

BAB III PROFIL WILAYAH PENELITIAN ... 52

A. Sejarah Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI ... 52 B. Tata Letak ... 53 C. Keadaan Penduduk ... 54 D. Mata Pencaharian ... 55 E. Pendidikan ... 57 F. Keagamaan ... 58 BAB IV PEMBAHASAN ... 59

A. Trafficking (Perdagangan Wanita) di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI ... 59

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Trafficking (Perdagangan Wanita) di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI ... 61

C. Sanksi Bagi Trafficking (Perdagangan Wanita) ... 69

1. Sanksi Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 ... 69

2. Sanksi Menurut Hukum Pidana Islam ... 71

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian si pelaku disebut penjahat. Oleh karena itu kejahatan memiliki pengertian yang sangat relatif. Adapun kejahatan yang mengenai tindak pidana perdagangan orang. Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-Undang No 21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Pasal 297 KUHP menentukan mengenai larangan perdagangan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa dan mengkualifikasikan tindakan tersebut sebagai kejahatan. Disamping itu pasal 297 memberikan sanksi yang terlalu ringan dan tidak sepadan dengan dampak yang diderita korban akibat kejahatan perdagangan orang yang diadili di Pengadilan Negeri. Padahal sanksi yang sebenarnya yang diatur pada pasal 297 KUHP tentang perdagangan wanita dan anak

(19)

laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.1

Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama yang sederajat serta di karuniai akal dan hari nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan pengakuan yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk di akui secara pribadi dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Tidak seorang pun di perbudak dan di perhamba. Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala perbuatan berupa apapun dan tujuannya, serupa dilarang. Menurut

1Haraf Zafrulla, pengenalan phychcology kriminal, Palembang, 2005, Hlm 13.

(20)

Rachmat Syafaat, perdagangan perempuan adalah bentuk imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan dan dipindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan atau penipuan.2 Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini. Peraturan dan perundangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia.

Pelaku perdagangan orang yang dengan cepat berkembang menjadi sindikat lintas batas negara dengan sangat halus menjerat mangsanya, tertapi dengan sangat kejam mengeksplotasinya dengan berbagai cara sehingga korban menjadi tidak berdaya untuk membebaskan diri. Perdagangan manusia juga merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM berat karena sangat merendahkan harkat dan martabat manusia yang memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri. Secara psikologis korban akan kehilangan self esteem dan terutama berkepanjangan. Hak ini pada akhirnya akan melemahkan diri seseorang dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia yang

2

Rachmat Syafaat, Dagang Manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak

(21)

sehat fisik, mental maupun spiritual.Tindak pidana perdagangan orang khususnya perempuan telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Tindak pidana perdagangan orang bahkan melibatkan tidak hanya perseorangan tetapi juga korporasi dan penyelenggaraan negara yang menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya. Perdagangan orang khususnya wanita banyak dijadikan budak terutama dijual sebagai pekerja seks komersial (PSK). Pada awalnya para wanita ini secara tepaksa melalukan perbuatan tersebut sehingga pada akhirnya meraka menikmati pekerjaanya sehingga terus menerus melakukan perbuatan tesebut.3

Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi harkat danmartabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasamaupun anak-anak wajib dilindungi dari upaya-upaya mempekerjakannya padapekerjaan-pekerjaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia ataupekerjaan yang tidak manusiawi. Allah telah menjadikan kaidah berpasang-pasangan sebagai dasar hukum alam raya. Manusia diciptakan dalam dua sifat biologis yang berbeda satu sama lain. Sudah merupakan sunatullah laki-laki diciptakan berbeda

3 U.S Departement of State Publication, 2004, Trafficking in Person Report , U.S Departemen of State Publication, Washington.

(22)

dengan wanita dan keduanya lalu saling tertarik antara satu dengan yang lain yang dalam kajian filsafat merupakan sebuah fenomena yang tidak mungkin dihilangkan. Meskipun demikian, agama Islam dengan seperangkat hukumnya telah memberikan aturan yang jelas untuk menyalurkan sunatullah tersebut.

FirmanAllah :

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula”.(Qs. At-Tahrim 4).

Nafsu syahwat manusia tidak akan terusik kecuali jika ada pemicunya, seperti pengaruh dari melihat sesuatu atau mendengar suara. Kedua faktor ini sangat memberi pengaruh terhadap aktivitasi nafsu birahi.4Islam melarang pergaulan bebas dan berzina, melihat gambar-gambar porno dan seni erotik, dan tidak pula di perkenankan

4 Bambang Waluyo, pidana dan pemidanaan dalam islam. (Jakarta : Sinar Grafika).hlm 12.

(23)

untuk masuk ke tempat-tempat maksiat, yang dapat menenggelamkan nafsu birahi atau menjerumuskan kita pada kejahatan seksual yang tidak dibenarkan oleh agama. Dari kenyataan inilah beberapa faktor penyebab masyarakat di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang beberapa wanita yang menggunakan cara lebih praktis dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka rela melakukan pekerjaan apa saja dengan mengharapkan imbalan yang kemudian hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain disebabkan sulitnya memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, ada banyak faktor seorang jatuh dalam kemaksiatan dan juga faktor keimanan nya yang tipis, pengaruh lingkungan, ekonomi, adanya konflik baik sosial maupun pribadi dan akibat dari mencoba hal-hal yang baru seperti meniru budaya barat.

Sejalan dengan keadaan dan pernyataan tersebut, Bagaimana Trafficking (Perdagangan Wanita) Sudah Sampai Merambah Kedesa Desa, Faktor Apa Saja Yang Menyebabkan Trafficking (Perdagangan Wanita) di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, dan Bagaimana Sanksi-Sanksi Bagi Pelaku Trafficking (Perdagangan Wanita) di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI?, ketiga hal inilah yang melatar

(24)

belakangi penelitian berjudul Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Trafficking (Perdagangan Wanita) (Studi Kasus di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Trafficking (Perdagangan Wanita) Sudah Sampai Merambah Kedesa Desa?

2. Faktor Apa Saja YangMenyebabkan Trafficking (Perdagangan Wanita) di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI?

3. Bagaimana Sanksi-Sanksi Bagi Pelaku Trafficking (Perdagangan Wanita) di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian untuk mengetahui :

1. Bagaimana Trafficking (Perdagangan Wanita) Sudah Sampai Merambah Kedesa Desa ?

(25)

2. Faktor Apa Saja Yang Menyebabkan Trafficking (Perdangangan Wanita di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI?

3. Bagaimana Sanksi-Sanksi Bagi Pelaku Trafficking (Perdagangan Wanita) di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI?

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Membantu persoalan kehidupan sehari-hari setidaknya lewat penelitian dapat di perolehnya jawaban atas masalah terutama tentang perdagangan wanita diDesa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam usaha menanggulangi tindak pidana perdagangan wanita diDesa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.

D. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan di teliti diantaranya sebagai berikut :

(26)

1. Skripsi Tery Perdana Kusuma Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang 2011 yang berjudul “Penegakan hukum pidana dalam menaggulangi tindak pidana perdagangan perempuan serta faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan perempuan di kota palembang” dalam penelitiannya Terry menyimpulkan bahwa di dalam hukum Islam maupun hukum positif memandang perdagangan wanita suatu kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan juga faktor pendidikan, sanksi tindak pidana perdagangan wanita ini di kenakan hukuman sesuai dengan (UU) UU RI Nomor 21 tahun 2007 pasal 12 tentang perdagangan orang dan kitab undang-undang hukum pidana (KUHP).

2. Skripsi Andi Hanif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang 2014 yang berjudul “Kebijakan hukum pidana terhadap pencegahan tindak pidana perdagangan orang” dalam penelitiannya Andi menyimpulkan bahwa perdagangan wanita sangat sulit di cegah karena maraknya wanita yang menjadi PSK ( pekerja seks komersial) baik di

(27)

kota maupun di perdesaan sehingga pihak kepolisian juga sulit untuk mencegahnya.

3. Skripsi Imam Munandar Mahasisswa UIN Raden Fatah Pelembang 2010 yang berjudul “penaggulangan prostitusi oleh masyarakat di desa rawang besar Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI dalam persfektif fiqh jinayah” dalam penelitiannya Imam menyimpulkan bahwa banyak faktor yang mengakibatkan wanita terjun ke dunia hitam, diantara faktor-faktor tersebut ialah : pertama faktor ekonomi, kedua faktor putus cinta, ketiga faktor lingkungan, keempat faktor hasrat seks, kelima faktor tertipu oleh rayuan atau janji manis seorang mucikari yang hendak mencarikan kerja dengan gaji yang besar.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan data dengan menggunakan metode dan tekhnik dalam rangka mencari jawaban atas

(28)

masalah yang dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data primer tentang perdagangan wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI. Adapun jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tentang penyelesaian Tindak Pidana Perdagangan Wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabapaten OKI.

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Data Kualitatif adalah informasi yang berbentuk data dan kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan.5 Data Kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik analisis mendalam dan tidak bisa diperoleh secara langsung.

b. Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber dari pelaku masyarakat di lokasi penelitian yaitu di Desa Awal Terusan

5 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakeserasin, 1996) hlm .2

(29)

Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, dan kemudian dilengkapi dengan data skunder (sekondary data) dengan pendekatan sumber bahan hukum yaitu: 1. Bahan Hukum Primer

Menurut Soejono Soekamto (didalam bukum Amirudin dan Zainal Asikin) bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat.6 Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadist, ketentuan Perundang-undangan dan kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Bahan Hukum Skunder

Menurut Soejono Soekanto (Didalam Buku Amirudin dan Zainal Asikin) bahan hukum skunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, Seperti Rancangan Undang-undang hasil Penelitian, yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang dikutif secara langsung maupun tidak langsung dari

6 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Malang: Ul Press, 2012) hlm 13

(30)

berbagai literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian ini.7

3. Bahan Hukum Tersier

Menurut Soejono Soekanto (Didalam buku Amirudin dan Zainal Asikin) bahan hukum tersier adalah bahan huku yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder contohnya kamus (hukum) ensiklopi, indeks komulatif, dan seterusnya.8

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, Karena menurut pandangan penulis penelitian kasus perdagangan wanita secara identifikasi dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut.

4. Populasi dan Sampel a. Populasi

7Ibid, hlm 32.

8

(31)

Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.9 Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini semua masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dengan penyelesaian tindak pidana perdagangan wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.

b. Sampel

Menurut Sugiyono Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.10 Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penelitian menggunkan porposiv samping yaitu mereka yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut dan yang mengetahui permasalahan ini diantaranya yaitu kepala desa, seketaris desa, kepala dusun, pemuka agama, tokoh masyarakat, para PSK, dan beberapa warga biasa.

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2003), hlm 297

10

(32)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data adalah suatu perencanaan penelitian sebetulnya merupakan suatu dokumen yang berisikan semua kegiatan rencana serta melaksanakan penelitian, yang berarti pula suatu tata cara untuk mengumpulkan data dan analisisnya. Dengan demikian, teknik pengumpulan data adalah suatu pedoman untuk mengumpulkan data, mengelolahnya, untuk kemudian di analisis dan kontruksikan, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Observasi

Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.11 Metode ini dipergunkan unttuk mengadakan pengamatan secara langsung ketempat lokasi penelitian, mengamati dan mencatat secara sistematis tentang faktor-faktor yang

11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) hlm 76

(33)

menyebabkan terjadinya perdagangan wanita dan sanksi-sanksi bagi pelaku perdagangan wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI. b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dipergunakan untuk mendapatkan data primer yaitu dengan melakukan wawancara, teknik wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab lisan tentang semua hal yang mencakup perdagangan wanita di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabapaten OKI.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan dalam masalah-masalah dalam penulisan dan agar dipahami masalah secara sistematis, maka pembahsannya disusun dalam bab-bab yang masing-masing mengandung sub bab sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis. Berikut ini adalah sistematika pembahasan yang terdiri :

(34)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran tentang skripsi, yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan dan daftar pustaka.

BAB II : TINJAUAN UMUM

Bab ini membahas tentang tinjauan umum tentang perdagangan wanita, Tinjauan umum tentang sanksi menurut Undang-Undang dan Sanksi menurut hukum pidana islam.

BAB III: LOKASI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang profil wilayah penelitian sejarah desa,tata letak, keadaan penduduk, ekonomi, pendidikan serta keagamaan di desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI. BAB IV: PEMBAHASAN

Bagaimana Trafficking di Desa Awal Terusan, faktor-faktor yang menyebabkan Trafficking (perdagangan wanita), Sanksi bagi pelaku trafficking (perdagangan

(35)

wanita) di Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI.

BAB V : PENUTUP

Penutup bab ini mengemukakan kesimpulan dari semua jawaban atas semua permasalahan yang dibahas dalam skripsi, sedangkan saran dikemukakan untuk memberi masukan kepada Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI dan masyarakat terhadap perdagangan wanita.

(36)

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN WANITA 1. Pengertian Perdagangan Wanita

Perdagangan wanita menurut kamus hukum pidana adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan atau pelacuran. Perdagangan wanita juga diartikan sebagai jasa seksual seperti oral seks atau hubungan seks untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK).

Di indonesia para pelakunya diberi sebutan Pekerja Seks Komersial. Ini artinya bahwa perempuan itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Karena pandangan semacam ini, para pekerja seks mendapatkan cap buruk sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat. Tetapi orang-orang yang mempekerjakan mereka dan mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan ini tidak mendapat cap demikian.12

12 Masland Robert, Apa Yang Ingin diketahui Remaja Tentang Seks,Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004, Hal 21

(37)

Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri, misalnyaseorang musisi yang bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu komersil. Di indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk dan hina di mata masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur sudah dikenal di masyarakat sejak beradab lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa ke masa. Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena mereka lah yang di tenggarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom.13

Menurut Lim yang dikutip dalam buku perdagangan perempuan dan anak di indonesia memberikan definisi prostitusi atau pekerja seks

13 Al-Hadad, At-Tahrir, Wanita Dalam Syari‟at dan Masyarakat.,Pustaka, Jakarta, 1992, Hal 42

(38)

komersial (commercial seks work) adalah pemberian layanan seks untuk melunasi hutang atau keuntungan materil.14

Upaya penegakan hukum terkait dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang (wanita), Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) No.21 tahun 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tanggal 19 April 2007 lahirlah Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang dan terdapat dalam Pasal 297 yang berbunyi:

“Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”

terbitnya Undang-undang ini merupakan suatu prestasi karena dianggap sangat komprehensif dan mencerminkan ketentuan yang diatur dalam Protokol PBB.

Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang “Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO)” melarang semua jenis tindakan, cara, atau semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan orang (wanita).15

14 Lim, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1998, Hal 1

15

(39)

2. Perdagangan Wanita dalam Hukum Islam

Berbicara tentang hukum Islam tidak bisa terlepas dari dua komponen pokoknya, yaitu; (1) al-Quran dan al-Sunnah, sebagai wahyu yang keberadaannya bersifat absolut (mutlak) dan keberlakuannya bersifat permanen dan universal; (2) Fiqh, sebagai wahyu yang telah diintervensi oleh pemikiran (ijtihad) para ulama. Kebenaran fiqh bersifat nisbi atau relatif, sementara keberlakuannya tidak permanen dan boleh jadi tidak bersifat universal. Tujuan utama dari hukum Islam adalah mengatur manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup (maslahah) dengan indikator utamanya yaitu mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat. Karena itulah dalam al-Quran dan al-Sunnah terdapat berbagai macam perintah dan larangan, dan setiap perintah pasti berkenaan dengan hal-hal yang bermanfaat, dan sebaliknya setiap larangan pasti berkenaan dengan hal-hal yang menimbulkan mudharat. Sementara itu, pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang ada dalam kedua sumber tersebut pasti akan menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Ada lima hal pokok yang ingin diatur dan dilindungi oleh hukum Islam dalam upaya mewujudkan ketertiban, ketentraman, dan kesejahteraan hidup manusia.

Perdagangan perempuan mengandung arti jual beli perempuan. Muncul pertanyaan apanya yang diperjualbelikan? Di dalam dunia

(40)

perdagangan dikenal adanya jual beli barang dan jual beli jasa. Di dalam hukum fiqh, jual beli barang termasuk dalam bahasan al-bai’, sementara jual beli jasa atau manfaat termasuk dalam pembahasan al-ijarah. Kenyataan menunjukkan, bahwa perdagangan perempuan yang semakin marak dewasa ini adalah menyangkut transaksi jual beli jasa atau manfaat, bukan jual beli barang. Dengan demikian, maka masalah perdagangan perempuan termasuk bahasan al-ijarah.16

Dalam ilmu fiqh, al-ijarah didefinisikan sebagai transaksi jual beli jasa atau manfaat dengan adanya imbalan tertentu terhadap jasa atau manfaat yang ditransaksikan itu.Ada tiga macam manfaat atau jasa yang ditransaksikan, yaitu;

1. Manfaat atau jasa yang menyangkut benda dan barang. Sebagai contoh bila seseorang menyewakan sebuah rumah atau kendaraan bermotor maka yang terjadi adalah transaksi terhadap manfaat atau jasa dari rumah atau kendaraan tersebut.

2. Manfaat atau jasa yang menyangkut keahlian profesi. Sebagai contoh, seorang penjahit pakaian yang menerima upah atau ongkos jahit

16Sayyid al-Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid 3, (Kairo: Dar Fath li I‟lam al-Araby, 1990), h. 283

(41)

3. Manfaat atau jasa yang menyangkut tenaga tanpa memerlukan keahlian tertentu. Sebagai contoh, kuli panggul, pembantu rumah tangga, dan lain-lain. Dalam praktik jual beli jasa atau manfaat minimal terdapat dua pihak pelaku transaksi, yaitu (a) pemilik atau penjual jasa atau manfaat; (b) pembeli jasa atau manfaat . Sementara itu manfaat atau jasa yang diperjualbelikan dalam hukum fiqh disebut.

Transaksi berupa jual beli jasa atau manfaat dibolehkan dalam hukum Islam, dengan persyaratan sebagai berikut:

1). Ada keridhaan antara pihak-pihak yang melakukan transaksi (pihak penjual dan pembeli jasa atau manfaat).

2). Pihak penjual jasa atau manfaat benar-benar dapat menyerahkan atau memberikan jasa atau manfaat terhadap pihak pembeli jasa atau manfaat.

3). Manfaat atau jasa yang diperjualbelikan harus berupa manfaat atau jasa yang dibolehkan (bukan termasuk yang diharamkan) oleh ketentuan syara‟. Karena itu tidak dibolehkan melakukan jual beli jasa perbuatan maksiat atau yang dilarang oleh agama.17

17

(42)

Kembali mencermati maraknya perdagangan perempuan dewasa ini, ternyata perdagangan yang paling banyak terjadi adalah berbentuk prostitusi. Dalam hal ini tidak hanya melibatkan dua pihak yang terkait dengan transaksi ini. Paling tidak terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu:

1. Pemilik jasa atau manfaat, yaitu perempuan-perempuan yang diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial.

2. Penjual jasa atau manfaat, yaitu para mucikari.

3. Pembeli jasa atau manfaat, yaitu para lelaki hidung belang. Sementara itu, manfaat atau jasa yang dijadikan transaksi dalam perdagangan perempuan ini adalah berupa perbuatan maksiat yaitu kencan dan hubungan seksual di luar nikah. Dengan demikian akad atau transaksi yang terjadi dalam kasus perdagangan perempuan ini hukumnya tidak sah, karena jasa yang ditransaksikan merupakan perbuatan maksiat. Disamping tidak adanya unsur keridhaan dari pihak pemilik jasa atau manfaat, jika memang benar mereka merasa tertipu oleh para mucikari.Mengenai perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kasus perdagangan perempuan ini dapat dirinci sebagai berikut:

(43)

1. Bagi perempuan-perempuan yang menjadi “korban‟ dalam kasus perdagangan perempuan ini, jika mereka benar-benar ditipu atau tertipu sehingga terperangkap dalam “lembah hitam‟ serta sulit dan tidak bisa melarikan diri, maka hukumnya terbebas dari dosa, karena terkena oleh salah satu halangan taklif yaitu dalam kondisi dipaksa .

2. Bagi para mucikari (jika mereka muslim atau muslimah) jelas telah melanggar ketentuan agama berupa membantu perbuatan maksiat serta memperoleh dan memakan harta yang tidak halal. 3. Bagi orang yang membeli jasa para PSK juga melanggar

ketentuan agama karena melakukan hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah.18

3. Upaya Masyarakat Terhadap Penanggulangan Perdagangan Wanita

Penanggulangan yang di lakukan oleh masyarakat desa Awal Terusan secara teoritis termasuk penanggulangan secara non penal yaitu penanggulangan yang tidak menggunakan sarana hukum pidana, dan penanggulangan ini pencegahan.

18Abdurrauf al-Munawi, Faidh al-Qadir, juz 4, (Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1356 H), h. 34

(44)

Pencegahan yang di lakukan oleh masyarakat adalah :

1. Mengadakan ceramah agama yang mana acara ini dilakukan oleh masyarakat desa awal terusan setiap malam sabtu jam 20.00 sampai dengan selesai. Adapun isi dari ceramah tersebut antara lain tentang lingkungan, pendidikan moral, kenalakalan remaja, dan sebagainya. Penceramanya adalah Sutyoso salah seorang anggota DPRD kabupaten yang bertempat tinggal di Awal Terusan, ia selalu datang setiap malam sabtu untuk mengisi acara masyarakat setempat dengan penceramahan.19 2. Mengadakan pembinaan muda-mudi yang di selenggarakan

oleh masyarakat dan karang taruna desa Awal Terusan, kegiatan ini berupa kegiatan olahraga dan kesenian. Kegiatan olahraga ini di lakukan muda-mudi setiap sore hari setelah sholat ashar, diantara olahraga tersebut adalah bola kaki, bola volly, bulu tangkis, tenis meja, dan lain sebagainya. Olahraga bola kaki, bola volly dilakukan pada sore hari. Sedangkan bulu tangkis, tenis meja dilakukan pada malam hari setelah sholat isya‟. Adapun keseniannya adalah seni keterampilan yaitu tenun songket yang termasuk pekerjaan sebagian ibu-ibu di

19

(45)

desa Awal Terusan tersebut kegiatan tenun songket ini dilakukan pada siang dan malam hari di rumah sendiri.20

3. Mengadakan pringatan hari-hari besar islam seperti hari lahirnya nabi Muhammad SAW, 1 Muharram, isra‟ mi‟raj Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini melibatkan masyarakat dan muda-mudi setempat.

4. Mengadakan razia setiap satu bulan sekali yang mana kegiatan razia ini adalah masyarakat yang di wakili oleh kepala desa Awal Terusan bersama-sama aparat kepolisian untuk melakukan razia di tempat-tempat yang dianggap rawan perdagangan wanita seperti cafe, warung remang-rewang, rumah penduduk. Namun, razia ini di nilai kurang efisien karena sering terjadi kebocoran informasi sehingga ketika sedang di razia para pelaku perdagangan wanita serta mucikari sudah tidak ada lagi ditempat tersebut sehingga para petugas tidak menemukan bukti-bukti ditempat tersebut.21

Upaya-upaya diatas yang dilakukan oleh masyarakat desa Awal Terusan tersebut pada point 1 sampai 3 tidak termasuk secara lanmgsung di tunjukkan untuk menanggulangi maraknya perdagangan

20 Hasil Wawancara Dengan Alamsyah (Kepala Desa), Rabu 21 Februari 2018 21

(46)

wanita di desa Awal Terusan, sedangkan point 4 adalah penanggulangan secara langsung. upaya yang dilakukan dengan tujuan secara umum untuk mengingatkan, memperbaiki moral masyarakat, dan untuk point 4 ini dilakukan dalam rangka penertiban masyarakat terhadap peraturan-peraturan yang ada sehingga terwujudlah masyarakat kecamatan Sirah Pulau Padang yang aman dan tentram, yang tentu tujuan akhirnya untuk mencegah perbuatan yang menyimpang atau perbuatan yang negatif.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG SANKSI MENURUT UNDANG-UNDANG

1. Pengertian Sanksi

Seorang filosofi Yunani,Aristoteles, mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, artinya manusia merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat. Sejak lahir hingga meninggal, manusia hidup ditengah-tengah masyarakat dan melakukan hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan antara seseorang dengan orang-orang lain mungkin bersifat langsung ataupun tidak langsung. Hubungan itu menyebabkan kehidupan bermasyarakat antara manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kebutuhan dapat sama

(47)

dengan satu yang lainnya, atau bahkan dapat bertentangan/berlawanan.22

Pertentangan-pertentangan tersebut dapat menimbulkan perselisihan dan kekacauan di dalam masyarakat, untuk mengatasinya diadakan ketentuan yang mengatur yaitu tata tertib yang dapat mengembangkan kepentingan yang bertentangan tersebut, sehingga timbul kedamaian. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan petunjuk hidup yang merupakan hukum yang berkembang bersama-sama masyarakat atau dengan lain perkataan hukum berarti tertib sosial.

Menurut P. Borst hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan agar menimbulkan tata kedamaian atau keadilan. Pelaksanaan peraturan hukum itu dapat dipaksakan artinya bahwa hukum mempunyai sanksi, berupa ancaman dengan hukuman terhadap si pelanggar atau merupakan ganti-rugi bagi yang menderita.

Menurut Black‟s Law Dictionary, sanction (sanksi) adalah sebuah hukuman atau tindakan memaksa yang dihasilkan dari

22

(48)

kegagalan untuk mematuhi undang-undang.23 Sedangkan pengertian sanksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan tanggungan (tindakan atau hukuman) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang (anggaran dasar, perkumpulan, dan sebagainya); tindakan (mengenai perekonomian) sebagai hukuman kepada suatu negara;Hukum, a imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan dalam hukum; b imbalan positif, yg berupa hadiah atau anugerah yang ditentukan dalam hukum.24

Berbagai tipe ideal dapat dirumuskan atas dasar cara-cara perilaku manusia dilaksanakan berdasarkan perintah atau larangan. Suatu tertib sosial mungkin memerintahkan agar manusia melakukan perbuatan tertentu, tanpa memberikan akibat tertentu apabila perintah itu ditaati atau dilanggar. Suatu tertib atau hukumannya.

2. Macam-Macam Sanksi Menurut Pasal 10 KUHP Sanksi Menurut Pasal 10 KUHP Yaitu Sanksi Pidana:25

Sanksi pidana merupakan sanksi yang bersifat lebih tajam jika dibandingkan dengan pemberlakuan sanksi pada hukum perdata maupun dalam hukum administrasi. Pendekatan yang dibangun adalah

23

Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa,Jakarta: Visimedia Pustaka, 2014, hal 191.

24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Fustaka, 1995, hal 1265 25

(49)

sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengatasi kejahatan melalui hukum pidana dengan pelanggaran dikenakan sanksinya berupa pidana.Menurut Roeslan Saleh, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Ramli dan Fahrurrazi, mengemukakan pendapat bahwa pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik (perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang). Hukum pidana menentukan sanksi terhadap pelanggaran peraturan larangan. Sanksi itu dalam prinsipnya terdiri atas penambahan penderitaan dengan sengaja.

Dalam hukum pidana pada Pasal 10 KUHP membagi hukuman dalam dua jenis, yakni hukuman pokok yang berupa pidana mati, pidana penjara, pidanakurungan, pidana denda, pidana tutupan. Pidana tambahan berupa, pencabutanhak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman keputusanhakim.Dalam RUU KUHP, pidana denda dijadikan pidana pokok, baik sebagaialternatif pidana penjara maupun pidana tunggal untuk pidana ringan. Sebagaipidana

(50)

alternatif, diharapkan pidana denda juga dapat diartikan sebagaipenderitaan bagi pelaku tindak pidana.26

Macam-Macam Sanksi Pidana Menurut Pasal 10 KUHP Terbagi Menjadi 4 Bagian Yaitu:

1. Pidana Mati

Sejak jaman dahulu telah dikenal hukuman mati, baik pada zamanhukuman Romawi, Yunani, Jerman. Pelaksanaan hukuman mati pada waktu tersebut adalah sangat kejam, terutama pada zaman Kaisar Romawi,cukup terkenal sejarah zaman Nero yang ketika itu banyak dijatuhkan pidana mati pada orang kristen dengan cara mengikatnya pada suatu tiangyang dibakar sampai mati.27

Penentangan yang paling keras pada pidana mati adalah C.Beccaria,ia menghendaki supaya di dalam penerapan pidana lebih memerhatikanperikemanusiaan. Beliau meragukan apakah Negara mempunyai hak untukmenjatuhkan pidana mati, keraguannya ini didasarkan pada ajaran“Kontrak Sosial”. Penentang yang gigih lainnya adalah Voltaire yangmendalihkan

26Aisah, “Eksistensi Pidana Denda Menurut Sistem KUHP”, Lex Crimen, Jakarta, 2015, hlm. 220.

27

(51)

penentanganya dari sudut kegunaan, dikatakan bahwakegunaan pidana mati tidak ada sama sekali. Sebagai akibat daripenentangan-penentangan yang terus berlanjut, baik dari sudutperikemanusiaan dan Ketuhanan, maka banyak Negara yang sudahmeniadakan hukuman mati, termasuk Belanda sejak abad XVIII telahmeniadakan hukuman mati atau pidana mati tersebut dari undang-undanghukum pidana umumnya.28

2. Pidana Penjara

Pidana penjara adalah salah satu bentuk dari pidana perampasankemerdekaan. Ada beberapa system dalam pidana penjara yaitu :

a) Pensylvanian System: Terpidana menurut system ini dimasukkan dalam sel-sel tersendiri, ia tidak boleh menerima tamu baik dari luarmaupun sesama narapidana, ia tidak boleh bekerja di luar sel satu satunya pekerjaan adalah membaca buku suci yang diberikan padanya. Karena pelaksanaanya dilakukan di sel-sel maka tersebut jugaCellulaire System.

28

(52)

b) Auburn System: Pada waktu malam ia dimasukkan dalam sel secara sendiri-sendiri, pada waktu siangnya diwajibkan bekerja dengan narapidana lainnya, tetapi tidak boleh saling berbicara diantaramereka, biasanya disebut dengan Silent System.

c) Progressive System: cara pelaksanaan pidana menurut system ini adalah bertahap, biasa disebut dengan English/Ire System.29

Dalam pasal 12 KUHpidana menjelaskan bahwa:

1) Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu.

2) Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah 1 haridan paling lama 15 tahun berturut-turut. 3) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan

untuk 20tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu atau antara pidana penjara selamawaktu tertentu; begitu juga dalam hal batas 15 tahun dapat dilampaui

29

(53)

karena perbarengan (concursus), pengulangan (residive) atau karena yang ditentukan dalam pasal 52 dan 52a. 3. Pidana Kurungan

Pidana kurungan ini juga merupakan salah satu bentuk pidana perampasan kemerdekaan, akan tetapi pidana kurungan ini dalam beberapa hal lebih ringan dari pada pidana penjara. Ketentuan-ketentuan tersebutadalah sebagai berikut:

a) Para terpidana kurungan mempunyai hak pistol. Yang artinya merekamempunyai hak atau kesempatan untuk mengurusi makanan dan alat tidur sendiri atas biaya sendiri/Pasal 23 KUHP.

b) Para terpidana mengerjakan pekerjaan yang diwajibkan, akan tetapi lebih ringan dibandingkan terpidana penjara Pasal 19 KUHP.

c) Para terpidana mengerjakan pekerjaan adalah satu (1) tahun. Maksimum ini boleh sampai 1 tahun 4 bulan dalam hal terjadi pemberatan pidana, karena perbarengan, atau karena ketentuan Pasal 52atau Pasal 52 a (Pasal 18 KUHP).

(54)

d) Apabila terpidana penjara dan terpidana kurungan menjalani pidana masing-masing disitu tempat permasyarakatan, maka terpidana kurungan harus terpisah tempatnya.(Pasal 28 KUHP).

e) Pidana kurungan biasanya dilaksanakan didalam daerahnya terpidananya sendiri/biasanya tidak di luar daerah yang bersangkutan.30

Dalam KUHPidana mengatur mengenai pidana kurungan, yaitu: Pasal 18

1) Pidana kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun.

2) Jika ada pidana yang disebabkan karena perbarengan atau pengulangan atau karena ketentuan pasal 52, pidana kurungan dapat ditambah menjadi satu tahun empat bulan. 3) Pidana kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari satu tahun

empat bulan.

30

(55)

Pasal 19

1) Orang yang dijatuhi pidana kurungan wajib menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sesuai dengan aturan-aturan pelaksanaanpasal 29.

2) Ia diserahi pekerjaan yang lebih ringan daripada orang yang dijatuhi pidana penjara.

Pasal 20

1) Hakim yang menjatuhkan pidana penjara atau pidana kurungan paling lama satu bulan, boleh menetapkan bahwa jaksa dapat mengizinkan terpidana bergerak dengan bebas di luar penjara sehabis waktu kerja.

2) Jika terpidana yang mendapat kebebasan itu mendapat kebebasan itu tidak datang pada waktu dan tempat yang telah ditentukan untuk menjalani pekerjaan yang dibebankan kepadanya, maka ia harusmenjalani pidananya seperti biasa kecuali kalau tidak datangnya itu bukan karena kehendak sendiri.

3) Ketentuan dalam ayat 1 tidak diterapkan kepada terpidana karena terpidana jika pada waktu melakukan tindak pidana

(56)

belum ada dua tahun sejak ia habis menjalani pidana penjara atau pidana kurungan.

Pasal 21

Pidana kurungan harus dijalani dalam daerah dimana si terpidana berdiam ketika putusan hakim dijalankan, atau jika tidak punya tempat kediaman, didalam daerahdimana ia berada, kecuali kalau Menteri Kehakiman atas permintaannya terpidana membolehkan menjalani pidananya di daerah lain.

4. Pidana Denda

Pengaturan pidana denda terdapat didalam KUHP pada Pasal 10 jopasal 30 KUHP. Dalam pasal 30 KUHP menyebutkan:

1) Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh lima sen. 2) Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan.

3) Jika ada pemberatan pidana denda di sebabkan karena perbarengan atau

pengulangan, atau karena ketentuan pasal 52, maka pidana kurunganpengganti paling lama delapan bulan.31

31

https://media.neliti.com/media/publications/3236-ID-eksistensi-pidana-denda menurut-sistemkuhp. pdf, diakses pada tanggal 18 Juli 2018.

(57)

Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 tahun 2012 tentang penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan jumlah dendadalam KUHP yang hanya memuat 5 pasal, yaitu:

Pasal 1

Kata-kata “dua ratus lima puluh rupiah” dalam pasal 364, 373, 379,384, 407 dan Pasal 482 KUHP di baca menjadi Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);

Pasal 2

1) Dalam menerima pelimpahan perkara pencurian, penipuan,penggelapan, penadahan dan penuntut umum, ketua pengailanwajib memperhatikan nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara dan memperhatikan pasal 1 di atas.

2) Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari2.500.000,00 ketua pengadilan segera menetapkan hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkaa tersebut dengan acara memeriksaan cepat yang diatur dalam pasal 205-210 KUHAP.

(58)

3) Apabila terhadap terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan,ketua pengadilan tidak menetapkan penahanann ataupun perpanjangan penahanan.

Pasal 3

Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303 ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2, dilipat gandakan menjadi 1.000 (seribu) kali.

Pasal 4

Dalam menangani perkara tindak pidana yang didakwa dengan pasal-pasal KUHAP yang dapat dijatuhkan pidana denda, hakim wajib memperhatikan pasal 3 diatas.

Pasal 5

Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada hari ditetap kan di jakarta pada tanggal 27 Februari 2012.32

C. SANKSI MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM 1. Pengertian Sanksi

Hukum Pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayat atau jarimah. Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan

32

Harifin A Tumpa, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda dalam KUHP, 2012, hlm 2-3.

(59)

delik atau tindak pidana. Biasanya pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqoha', perkataan Jinayat berarti perbuatan yang dilarang oleh syara' atau perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan sebagainya. Selain itu, sebagian fuqoha' membatasi istilah Jinayat kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan ta'zir.

Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu larangan syara' yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta'zir.33

Para ahli hukum menerapkannya pada setiap perbuatan yang dinyatakan melawan hukum oleh syariat, baik dilakukan terhadap hidup dan hak milik seseorang atau terhadap hal lainnya. Akan tetapi, mayoritas ahli hukum menerapkan istilah jinayat ini dalam arti kejahatan yang menyebabkan hilangnya hidup dan anggota tubuh seperti pembunuhan, melukai orang, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.34

33 opo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at

Dalam Wacana dan Agenda, Gema Insani Press, Jakarta, 2003, hal. 39. 34

(60)

Perbuatan yang dinyatakan sebagai kejahatan adalah perbuatan aktif atau pasif yang dapat merusak (mengganggu) terwujudnya ketertiban sosial, keyakinan, kehidupan individu, hak milik, kehormatan dan ide-ide yang diterima.35

2. Macam-Macam Sanksi (Hukuman)

1. Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman yang lain, hukuman dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Hukuman pokok yaitu hukuman yang menempati tempat hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina ghairu muhshan.

b. Hukuman pengganti yaitu hukuman yang menempati tempat hukuman pokok apabila hukuman pokok itu tidak dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman diyat atau denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan qishasnya oleh keluarga korban atau hukuman ta‟zir apabila karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat dilaksanakan.

35 Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2003,hal. 21.

(61)

c. Hukuman tambahan yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikutu hukuman pokok, seperti terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari harta terbunuh.

d. Hukuman pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong dilehernya. Hukuman ini harus berdasarkan keputusan hakim sendiri.

2. Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman, maka hukuman dibagi menjadi dua yaitu:

a. Hukuman yang memilki satu batas tertentu, dimana hakim tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti hukuman had.

b. Hukuman yang memilki dua batas yaitu batas tertinggi dan batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus-kasus maksiat yang diancam dengan ta‟zir.

(62)

3. Hukuman ditinjau sasaran hukum, hukuman dapat dibagi menjadi empat yaitu:

a. Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan manusia seperti hukuman jilid.

b. Hukuman yang dikenakan dengan hukuman jiwa, yaitu hukuman mati.

c. Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti hukuman penjara dan hukuman pengasingan.

d. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta sperti diyat, denda dan perampasan.

4. Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Maka hukuman dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Hukuman yang ada nashnya yaitu Hudud, Qishas, Diyat dan Kafarat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri, perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang mendzihar istrinya.

b. Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebut dengan hukuman Ta‟zir, seperti percobaan melakukan

(63)

tindak pidana, tidak melaksanakan amanah, sanksi palsu dan melanggar peraturan lalu lintas.

5. Hukuman ditinjau dari segi macamnya jarimah, hukuman dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Jarimah Hudud

Jarimah hudud adalah tindak pidana yang diancam hukuman had, yakni hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlah (berat ringan) sanksinya yang menjadi hak Allah swt melalui dalil naqli. Dalam hubungannya dengan hukuman had, maka hak Allah mempunyai pengertian bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang mewakili negara.

Ada tujuh macam perbuatan jarimah hudud yaitu, zina, menuduh orang lain berbuat zina (qadzaf), minum minuman keras, mencuri, menggangu keamanan (hirabah), murtad, dan pemberontakan (al-Bagyu).

(64)

Macam-Macam Sanksi Bagi Pezina Menurut Hukum Pidana Islam Yaitu:36

1. Orang yang melakukan perbuatan zina Muhsan baik itu laki-laki maupun perempuan dalam keadaan sadar dan atas dasar suka sama suka, maka keduanya wajib dikenakan hukuman Had (rejam) yaitu dicambuk sebanyak 100 kali, kemudian dikubur hidup-hidup hingga kepala saja yang terlihat kemudia dilempar dengan batu hinggal mati. Zina muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah, baik itu laki-laki maupun perempuan.

2. Orang yang melakukan zina ghairu muhsan, baik itu laki-laki maupun perempuan wajib diberi hukuman dengan 100 kali cambuk kemudian dibuang atau diasingkan dari ke luar dari tempar tinggalnya selam satu tahun, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 2. Zina ghairu

36 https://www.coretanzone.id/2018/04/hukuman-bagi-orang-yang-berzina.html

(65)

muhsan adalah orang yang melakukan zina belum menikah.

3. Bagi perempuan yang diperkosa, telah dibuktikan dengan bukti yang diperlukan, dan tidak menimbulkan keraguan bagi hakim, maka perempuan itu tidak boleh dijatuhi hukuman hudud, dan dia tidak berdosa atas perbuatan zina semacam ini.

4. Laki-laki yang memperkosa perempuan dan dibuktikan dengan bukti dan saksi yang kuat, maka hakim wajib memberikan hukum hudud kepada laki-laki tersebut, yaitu wajib dikenakan hukum cambuk/sebetan dan hukum rajam.

5. Bagi perempuan yang telah diperkosa secara paksa, maka dia hendaklah dibebaskan dari semua hukuman (tidak boleh direham) dan Allah maha pengampun atas segala dosa yang tidak disengaja oleh perempuan itu.

(66)

Jarimah Qishas dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishas atau diyat. Baik qishas maupun diyat keduanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara. Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah, sedangkan qishas dan diyat adalah hak manusia (individu).

Dalam arti korban dan keluarganya berhak memberikan pengampunan terhdap pelaku. Baik qishas maupun diyat adalah hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mepunyai batas terendah maupun batas tertinggi.

Pengertian qishas sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah sebagaimana yang dikutip oleh Djazuli, adalah memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yang dilakukan terhadap korban.

Sedangkan Diyat adalah sejumlah harta yang wajib diberikan karena suatu tindakan pidana kepada korban kejahatan atau walinya. Diyat disyariatkan dalam pembunuhan dan penganiayaan.

(67)

Dan yang termasuk jarimah qishas-diyat ialah pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, pembunuhan tidak sengaja, penganiayaan sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja.

c. Jarimah Ta‟zir

Jarimah Ta‟zir secara bahasa adalah memberi pengajaran (al-ta‟dib). Sedangkan jarimah Ta‟zir menurut hukum pidana islam adalah tindakan yang berupa edukatif (pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd dan kifaratnya. Atau kata lain, ta‟zir adalah hukuman yang bersifat edukatif dan hukumannya di tentukan oleh hakim, atau pelaku tindak pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syari‟at.

Dapat dijelaskan bahwa dijelaskan ta‟zir adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara‟, dikalangan para fuqoha jarimah yang hukumannya belum di tetapkan oleh syara‟ disebut dengan jarimah ta‟zir. Dapat dipahami juga bahwa jarimah ta‟zir terdiri atas

(68)

perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak di kenakan hukuman had dan tidak pula kifarat. Jadi hukuman ta‟zir tidak mempunyai batas-batas hukuman tertentu, karena syara‟ hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, mulai dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya. Dengan kata lain, hakim yang berhak menetukan macam tindak pidana beserta hukumannya, karena hukumannya belum di tentukan oleh syara‟.37

37 Dzajuli, “Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam

(69)

BAB III

PROFIL WILAYAH PENELITIAN

A. Sejarah Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI

Seperti di Desa-desa lain di wilayah Indonesia umumnya dan Sumatra Selatan khususnya, Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI sebagai objek penelitian ini, Menurut Bapak H. Hasanusi selaku tokoh masyarakat dan satu-satunya orang paling tua di Desa Awal Terusan.38 Pertama-tama desa ini adalah sekampungan hutan kecil dengan mata pencarian berburu Kijang dan Pepohonan Kayu, kayu tersebut di tebang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Desa ini dahulu dikenal dengan nama Kijang Awal Terusan atau Kedukan. Ini berasal dari sebuah wilayah hutan yang penduduknya berburu kijang dan babi, Kata Awal yang berarti permulaan dan terusan yang berarti terusan kesimpang. Simpang ini terbagi menjadi tiga yaitu tembusan ke Tanjung Raja dan Kayuagung. Sedangkan ke arah terusan ada tiga simpang yang menghubungkan tembusan ke Pampangan, Jejawi, dan Terate, dahulu desa ini dikeduk

38

Wawancara dengan H. Hasanusi kamis 15 februari 2018

(70)

dengan cara gotong royong, karena desa ini hutan dan dari sana Desa Awal Terusan ini juga disebut juga Desa Kedukan atau Desa Kijang.Kijang itu termasuk Kijang Batu Ampar, Kijang Tanjung Alai, dan Kijang Ulu.

B. Tata Letak

Desa Awal Terusan adalah Desa yang terletak di Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berdasarkan data diketahui jarak Desa Awal Terusan dari Ibu Kota Kecamatan adalah 6 km, sedangkan dari Ibu Kota Kabupaten adalah 12 km dan Ibu Kota Provinsi adalah 75 km. Geografis Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah sebagai berikut:

Tabel I: Batas Wilayah

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Pematang Buluran Sirah Pulau Padang

Sebelah Barat Kota Daro Sungai Pinang

Sebelah Timur Terusan Laut Sirah Pulau Padang

Sebelah Selatan Batu Ampar Sirah Pulau Padang

Sumber: Profil Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang 2017

Luas wilayah Desa Awal Terusan lebih kurang 272 Ha, yang dimanfaatkan untuk beberapa kegunaan diantaranya pemukiman penduduk, gedung sekolah, tanah perkebunan, tanah sawah dan ladang.

(71)

Untuk lebih rinci dapat di lihat dari tabel luas menurut kegunaan berikut ini:

Tabel II: Luas Tanah Menurut Penggunaanya

No Pemanfaatan Tanah Luas Tanah

(ha)

Prosentase

1 Tanah Rawa 4.00 ha 1.47%

2 Sawah Tadah Hujan 163 ha 59.93%

3 Tanah Perkebunan 99.60 ha 36.62%

4 Pemukiman Penduduk 5.40 ha 1.98%

Jumlah 272.00 ha 100.00%

Sumber: Profil Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang 2017

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa proporsi pemanfaatan tanah di Desa Awal Terusan pada sawah tadah hujan dengan proporsi 59.93% dan yang kedua adalah tanah perkebunan dengan proporsi 36.62%.

C. Keadaan Penduduk

Masyarakat Desa Awal Terusan adalah masyarakat yang mempunyai ragam suku dan budaya, diantaranya dari Aceh dan Melayu. Walaupun beragam suku yang ada mereka hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain.

(72)

dan Jenis Kelamin

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-6 42 64 106 2 7-12 62 89 151 3 13-19 90 193 263 4 20-26 61 299 360 5 27-33 110 182 292 6 34-40 312 370 682 7 41-47 152 179 331 8 48-65 120 168 288 9 66 keatas 56 70 126 Jumlah 1005 1550 2

Gambar

Tabel I: Batas Wilayah
Tabel II: Luas Tanah Menurut Penggunaanya
Tabel  IV:  Keadaan  Mata  Pencaharian  Mayarakat  Awal  Terusan
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  sawah  tadah  hujan  di  Desa  Awal  Terusan cukup banyak sedangkan hutannya sedikit, dikarenakan  lahan  di  Desa  Awal  Terusan  telah  banyak  di  buka  untuk  ladang  dan
+3

Referensi

Dokumen terkait