• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Radiasi Ionisasi

Radiasi adalah proses dikeluarkannya energi radiasi dalam bentuk gelombang atau partikel. Pada umumnya radiasi dibagi dua jenis yaitu radiasi pengion dan nonpengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang dapat menyebabkan proses terlepasnya elektron dari atom sehingga terbentuk pasangan ion. Berdasarkan asalnya, sumber radiasi pengion dibedakan menjadi dua yaitu sumber radiasi buatan dan sumber radiasi alam16.

Radiasi pengion yang termasuk radiasi buatan meliputi: sinar-x, sinar alfa(α), sinar beta (β)dan sinar gamma (γ).

1. Sinar-x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Perbedaan antara sinar-x dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada panjang gelombang, dimana gelombang sinar-x lebih pendek yaitu: 1 A= 1/100.000.000 cm = 10-8 cm17. 2. Sinar alfa (α) merupakan partikel bermuatan listrik +2 dam masanya 4 sma. Penelitian berikutnya diketahui bahwa sinar-α ini tidak lain dari inti atom Helium (2He4), jika inti atom memancarkan sinar-α, maka dihasilkan

inti baru dengan nomor atom inti tersebut akan berkurang 2 dan nomor massanya berkurang 4, dengan kata lain jumlah proton dan neutron dalam inti atom masing-masing berkurang 2 buah.

3. Sinar beta (β) juga dibelokkan oleh medan magnet namun arah pembelokannya berlawanan dengan arah pembelokan sinar- α, yaitu kearah kutub positif. Sinar β merupakan partikel dengan muatan listrik -1e dan tidak bermassa. Penelitian menjelaskan bahwa sinar- β ini tidak lain dari elektron dan diberi notasi -1 β0 dan -1e0 .

4. Sinar gamma (γ) merupakan radiasi elektromagnet yang tidak bermassa dan tidak bermuatan sehingga diberi notasi 0

γ

0 . Sinar- γ mempunyai sifat

sama dengan sinar-x, namun panjang gelombangnya lebih pendek dibandingkan sinar-x. Atom yang memancarkan sinar- γ tidak mengalami

(2)

7 pengurangan nomor atom maupun nomor massa, hanya atomnya saja yang berada dalam keadaan tereksitasi kembali dalam keadaan dasar10.

B. Dampak radiasi bagi manusia

Akibat dari ionisasi sinar x, maka terjadi kelainan atau kerusakan pada jaringan, akibat dari radiasi pengion ini dinamakan efek biologis. Berdasarkan jenis sel, efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik yaitu sel sperma pada laki-laki dan sel telur pada perempuan dan efek somatik yaitu sel-sel lain yang ada dalam tubuh. Efek genetik berpengaruh pada keturunan dari individu yang terpapar radiasi sedangkan efek somatik berpengaruh pada individu sendiri yang terpapar radiasi, dari efek somatik dapat dibedakan menjadi dua yakni efek segera yaitu efek yang dapat diketahui secara langsung setelah terpapar radiasi, seperti rambut rontok, kulit memerah, luka bakar dan penurunan jumlah sel, sedangkan efek tidak langsung yaitu gejala yang akan timbul setelah beberapa bulan atau tahun setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker19.

C. Keselamatan Radiasi

1. Pengertian keselamatan radiasi

Keselamatan terhadap radiasi adalah suatu upaya perlindungan yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dilaksanakan20.

2. Filosofi keselamatan radiasi

a. Setiap pekerja yang melibatkan penggunaan sumber radiasi harus mengingat dasar - dasar keselamatan radiasi.

b. Setiap orang yang bekerja dengan sumber radiasi perlu memahami pedoman dan arti As Low As Reasonably Achivable (ALARA) yang

(3)

8 berarti bekerja dengan radiasi serendah – rendahnya yang masih memungkinkan untuk dilaksanakan.

c. Faktor yang mempengaruhi penerimaan dosis radiasi, yaitu19,21,22: 1) Faktor waktu, bekerja dengan cepat dan dalam waktu

sesingkat-singkatnya, Karena dosis yang diterima = (laju dosis) x (waktu). 2) Faktor Jarak, Bekerja tidak terlalu dekat (tidak kontak langsung)

dengan sumber radiasi.

3) Faktor pelindung radiasi, bekerja dengan sumber radiasi diwajibkan pemakaian bahan pelindung radiasi, seperti sarung tangan, apron, bahan perisai radiasi, dan lain sebagainya.

3. Tujuan keselamatan radiasi

Penanggung jawab keselamatan radiasi (dalam hal ini pemegang ijin dan petugas proteksi radiasi) bertanggung jawab atas terwujudnya tujuan keselamatan radiasi, yang meliputi23:

a. Menyediakan

1) fasilitas dan/atau peralatan yang sesuai dengan sifat dan risiko untuk setiap Pemanfaatan Tenaga Nuklir

2) perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai dengan sifat dan risiko untuk setiap Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

b. Mewujudkan budaya keselamatan di fasilitas atau instalasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

c. Membatasi Paparan Kerja untuk setiap Pekerja Radiasi.

d. Mengoptimalkan Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

e. Melaksanakan pemantauan kesehatan bagi Pekerja Radiasi

f. Meningkatkan kualifikasi Pekerja Radiasi dalam memahami dan menerapkan Proteksi dan Keselamatan Radiasi melalui pendidikan dan pelatihan.

g. Memberikan dan memutakhirkan informasi mengenai Proteksi dan Keselamatan Radiasi kepada Pekerja Radiasi.

(4)

9 4. Proteksi terhadap pekerja radiodiagnostik

Pekerja radiodiagnostik pada umumnya terpapar radiasi dari tabung sinar-x, hal yang perlu diperhatikan dalam proteksi terhadap pekerja radiodiagnostik adalah24:

a. Filter, untuk mengurangi intensitas sinar-x yang dihasilkan oleh tabung sinar-x paling tidak harus dipasang filter A1 setebal 3 mm. Apabila tidak dipasang filter pada tabung, akibatnya tubuh akan lebih banyak menerima radiasi yang tidak berguna.

b. Kolimator, merupakan suatu cela yang berfungsi mengatur luas dari berkas sinar-x yang diperlukan. Proteksi radiasi kolimator harus diatur agar berkas sinar-x yang diterima oleh tubuh secukupnya saja.

c. Kualitas film, penggunaan film yang kurang sensitif akan memperoleh gambaran yang kurang jelas, untuk memperoleh gambaran yang jelas diperlukan intensitas sinar-x yang lebih besar, sehingga kemungkinan menimbulkan paparan radiasi pada pekerja yang lebih besar.

d. Pemantauan dosis pekerja, setiap pegawai atau operator yang berada di medan radiasi harus memakai film badge sehingga dosis yang diterima dapat diketahui dan apabila ada kesalahan dan kelalaian dalam proteksi radiasi dapat segera diselidiki.

5. Pembatasan dosis pekerja radiasi

Nilai Batas Dosis (NBD) adalah Dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetika dan somatik yang terjadi akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Berikut nilai batas dosis untuk pekerja radiasi25:

a. Dosis Efektif sebesar 20 mSv (dua puluh milisievert) per tahun rata – rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

b. Dosis Efektif sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu.

(5)

10 c. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 20 mSv (dua puluh milisievert) per tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut dan 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu. d. Dosis Ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv

(lima ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.

D. Monitor perseorangan

Suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi paparan radiasi yang diterima oleh tubuh manusia. Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi, dosis radiasi yang mengenai alat ukur akan dijumlahkan dengan dosis yang telah mengenai sebelumnya.

Beberapa jenis alat ukur dosis perorangan yaitu Film Badge, Thermoluminance dosimeter (TLD) dan Dosimeter saku10.

1. Film Badge

Film badge sering digunakan karena mempunyai nilai ekonomi yang rendah. Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat. Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Keuntungan film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.Film Badge menggunakan satuan milirem(mRem). Radiasi kurang dari 10

(6)

11 milirem(0,1mSv) tidak dapat diukur secara akurat, akan tetapi cukup akurat untuk eksposur lebih besar dari 100 milirem(5.000mSv)28.

2. TLD (Thermo Luminesence Dosimeter)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF (Lithium Fosfor). Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi26,27.

Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemprosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, misalnya satu bulan , baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiai yang diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu ,kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.

Prinsip Kerja dari TLD yaitu Konversi Panas menjadi Cahaya. Bahannya kristal fosfor, jika terkena radiasi pada temperatur normal. Apabila fosfor dipanaskan, energi yang berasal dari elektron yang terperangkap akan terlepas dan kembali pada posisi semula sambil memancarkan cahaya. Cahaya yang timbul ini akan ditangkap oleh alat TLD Reader dan dikonversikan dalam pembacaan dosis radiasi.Dengan adanya proses pemanasan inilah maka detektor ini disebut Thermo Luminesence Dosimeter. Dapat mengukur dosis radiasi sampai dengan 4.000 rem.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

3. Dosimeter saku

Terdapat dua jenis dosimeter saku, yaitu dosimeter yang dapat dibaca langsung dan dosimeter yang tidak dapat dibaca langsung. Alat ukur ini

(7)

12 mempunyai daerah ukur antara 0 hingga 5 mSv, dengan ketelitian kurang lebih 15% untuk energi radiasi antara 50 keV hingga 2 meV.

a. Dosimeter saku yang dapat dibaca langsung

Merupakan satu alat ukur radiasi yang menggunakan detektor kamar pengion. Alat ini bentuknya menyerupai pena, merupakan sebuah elektro meter yang dihubungkan dengan elektroda bagian dengan ruang ionisasi. Dosis radiasi dapat dibaca melalui mikroskop kecil yang tercatat pada alat tersebut. Oleh karena itu pembacaan dosis dapat dilakukan setiap saat tanpa menghilangkan informasi didalamnya. Dosimeter ini cocok dalam paparan dosis tinggi (angiografi, arteriografi atau kegiatan-kegiatan dengan pemeriksaan radiasi tinggi).tetapi dosimeter ini harganya mahal dan tidak tahan banting.

b. Dosimeter saku yang tidak dapat langsung dibaca

Dosimeter ini biasa disebur dosimeter kamar pengion kantong (pocket ionizing Chamber) atau detektor jenis kondensor. Dosimeter ini berbentuk tabung silinder dengan dinding tabung sebagai katoda dan dibagian tengahnya dilengkapi dengan kawat anoda. Untuk mengetahui nilai pengukurannya, dapat menggunakan “charger marker” yang dihubungkan dengan voltmeter elektrostatik, dan yang dibaca adalah perbedaan voltmeter tersebut27.

E. Sistem pencatatan dan pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan dosis adalah pencatatan dan pemeliharaan terhadap semua informasi yang menyangkut pemrosesan dosimeter perorangan, mekanisme pelaporan dosis dan hal-hal yang mendukung keabsahan penerimaan dosis pekerja29.

1. Pencatatan dosimeter

Beberapa hal yang perlu dicatat dan dipelihara dalam pemrosesan dosimeter pada instansi atau Badan Pelayanan Dosis Eksterna Perorangan (PPDP) adalah :

(8)

13 b. Jenis dosimeter yang digunakan

c. Kondisi ruang dan sistem pemroses dosimeter d. Data kalibrasi sistem pemroses dosimeter e. Data asli atau langsung pemrosesan dosimeter f. Langkah-langkah perhitungan dosis yang dilaporkan g. Data pendukung lainnya dalam pemrosesan.

2. Pemeliharaan Pencatatan Dosis

Pemeliharaan pencatatan dosis adalah sistem pembuatan dan pemeliharaan catatan agar tetap terjaga keamanannya dan memudahkan pencarian informasi. Catatan tersebut antara lain harus :

a. Memberikan dukungan dalam membuat suatu keputusan b. Menunjukkan dan memudahkan kepatuhan pada peraturan

c. Menjadi rujukan jika dilakukan rekonstruksi hasil pada saat tertentu d. Memudahkan koordinasi dengan pencatatan lain, seperti pencatatan

pemantauan daerah kerja. 3. Pelaporan Dosis Perorangan

a. Instansi atau badan PPDP harus melaporkan hasil pemrosesan dosimeter perorangan secara periodik kepada pelanggan dan BAPETEN

b. Laporan hasil evaluasi dosis perorangan harus jelas, informatif, dan disahkan oleh manajer teknis

c. Pelanggan atau pengusaha instalasi wajib memberikan informasi mengenai laporan penerimaan dosis ini kepada para pekerjanya. 4. Penerimaan Dosis Berlebih

a. Dalam hal ini, yang dimaksud dosis berlebih adalah :

1) dosis yang diterima pekerja melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang diizinkan

2) dosis yang diterima pekerja melebihi NBD, tetapi di bawah dosis ambang efek deterministik

3) dosis yang diterima pekerja melebihi atau sekitar dosis ambang efek deterministik.

(9)

14 b. Jika ditemukan dosimeter perorangan yang diproses menunjukkan salah satu kriteria di atas, maka pelaksana harus segera melaporkan hasil pemrosesan sementara kepada penanggung jawab proses dosimetri agar segera dilakukan investigasi. Sementara itu, pihak penanggung jawab proses mengoreksi hasil perkiraan dosisnya dengan memperhatikan faktor–faktor yang dapat mendukung terjadinya kesalahan perkiraan dosis. Hasil investigasi penanggung jawab proses dilaporkan kepada penanggung jawab pelayanan pemantauan dosis eksterna perorangan untuk klarifikasi dosis tersebut

c. Segera membuat laporan resmi kepada BPFK dan BAPETEN.

d. Jika pekerja menerima dosis radiasi 2 kali NBD tahunan, laporan tersebut harus diberikan catatan bahwa yang bersangkutan perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus oleh tenaga medis yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan tentang efek deterministik.

F. Kebijakan Rumah Sakit 1. Panduan mutu

Pada panduan ISO 25 dan Pedoman BSN No.01. Tahun 1991 mensyaratkan perlunya suatu panduan mutu yang berisi penjelasan mengenai sistem mutu pelayanan pemantauan dosis eksterna perorangan. Panduan mutu berisi unsur-unsur sistem mutu yang menyeluruh, sebagai berikut29:

a. Kebijakan, tujuan, dan komitmen sistem mutu manajemen b. Penugasan kepegawaian, tanggung jawab, dan kewenangan c. Pelatihan personel dan kecakapannya

d. Prosedur teknik yang terdokumentasi, pengendalian, dan pemeliharaan prosedur

e. Daftar pelayanan atau kalibrasi laboratorium dan tinjauan terhadap pekerjaan baru, untuk menjamin fasilitas dan sumber daya yang sesuai telah tersedia sebelum dimulainya pekerjaan tersebut

(10)

15 f. Prosedur harus diikuti sebagai umpan balik dan tindakan perbaikan pada saat ketidaksesuaian terdeteksi atau dimulai dari kebijakan yang terdokumentasi dan prosedur-prosedur yang ada

g. Kebijakan manajemen laboratorium harus diikuti, untuk melakukan segala sesuatu dimulai dari kebijakan dan prosedur atau rincian standard

h. Kegiatan dan upaya manajemen laboratorium untuk menangani keluhan

i. Prosedur untuk melindungi kerahasiaan dan hak-hak pemilik j. Prosedur untuk audit dan penilaian.

2. Organisasi dan manajemen

a. Struktur organisasi, bagan organisasi, dan manajemen pelayanan dosimeter harus dicantumkan didalam panduan mutu. Hubungan antara manajemen, operasi teknik, pelayanan pendukung, dan sistem mutu harus terdokumentasi

b. Kebijakan dan komitmen organisasi terhadap mutu sistem operasi harus didefinisikan dengan jelas

c. Kualifikasi dan tanggung jawab manajer teknik dan manajer mutu atau jabatan yang setara harus didefinisikan, dan umumnya mencakup pengalaman dalam memimpin pelayanan dosimetri

d. Manajer mutu harus mempunyai akses langsung ke tingkat manajemen tertinggi yang menentukan kebijakan rutin, antara lain dalam organisasi, penempatan pegawai, dan alokasi sumber daya e. Apabila terdapat lebih dari satu laboratorium, subfasilitas, dan atau

subkontraktor, maka panduan mutu harus ditujukan kepada manajemen dan kegiatan-kegiatan organisasi yang digunakan untuk menjamin keterpaduan kebijakan sistem mutu yang dapat melintas semua unsur pelayanan pemantauan dosis eksterna perorangan.

(11)

16 G. Kepatuhan

1. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu kedisiplinan atau ketaatan seseorang dalam melaksanakan suatu perilaku yang disarankan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya30,31.

2. Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu: a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin baik pula pekerja melaksanakan pekerjaannya. Pengetahuan merupakan dorongan untuk menjadikan pekerja menjadi patuh terhadap peraturan yang sudah ditetapkan dari instansi32.

b. Usia

Usia adalah perhitungan umur yang dimulai saat kelahiran sampai saat akan berulang tahun. Semakin dewasa seseorang, maka semakin tinggi pula cara berfikirnya semakin matang pula untukmentaati kepatuhan yang sudah ditetapkan oleh instansi32.

c. Pelatihan

Pelatihan merupakan usaha atau menggambarkan bakat dan minat pekerja untuk meningkatkan mutu dan kualitass dari daam diri pekerja, untuk mengembangkan bakat yang sudah dimilikioleh pekerja. Pelatihan dapat meningkatkan kepatuhan apabila pelatihan tersebut merupakan pelatihan yang aktif dari instansi32.

d. Keyakinan, sikap dan kepibadian

Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, tidak memperhatikan kesehatan, kekuatan ego yang lebih lemah, memusatkan perhatian pada dirinya sendiri dan memiliki kehidupan sosial yang lebih33.

(12)

17 e. Dukungan rekan kerja

Dukungan rekan kerja dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program yang mereka terima33.

3. Perilaku

Semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati maupun tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan31,34.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya34 : a. Faktor predisposisi (presdisposing factors)

Faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas kesehatan termasuk keampuan membayar jasa pelayanan kesehatan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

H. Sikap 1. Definisi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu34,35. Berdasarkan penelitian tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum obat TB paru36.

2. Komponen pembentuk sikap

(13)

18 a. komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

b. komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut emosional yang biasanya berakar paling dalam dan bertahan sebagai komponen sikap.

c. komponen konaktif

komponen konaktif merupakan aspek kecenderungan berperilaku dan bertindak sesuai sikap yang dimiliki seseorang.

3. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap menggunakan skala Thurston yaitu dengan menilai pernyataan yang berisi hal-hal positif yang bersifat mendukung pada obyek sikap (Favorable) dan pernyataan yang berisi hal-hal negatif yang bersifat tidak mendukung pada obyek sikap (Unfavorable). Skala ini terdiri dari 4 point ( Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran yaitu keadaan objek yang diukur, situasi pengukuran, alat ukur yang digunakan, penyelenggaraan pengukuran dan pembacaan atau penilaian hasil pengukuran.35,38.

I. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka teori Predisposing factors 1. Pengetahuan 2. Usia 3. Sikap* 4. Keyakinan Reinforcing factors 1. Rekan kerja 2. Direktur / Yayasan 3. Organisasi profesi Enabling factors 1. Kebijakan rumah sakit 2. Kebijakan pemerintah

3. Ketrampilan petugas kesehatan

Perilaku kepatuhan pemakaian Alat monitoring radiasi

(14)

19 J. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 2.2 Kerangka konsep K. Hipotesis

1. Ada hubungan sikap radiografer tentang pemakaian alat monitoring radiasi dengan kepatuhan pemakaian alat monitoring radiasi.

2. Ada hubungan sikap radiografer terhadap kebijakan rumah sakit mengenai pemakaian alat monitoring radiasi dengan kepatuhan pemakaian alat monitoring radiasi.

Sikap radiografer tentang pemakaian alat

monitoring radiasi Kepatuhan radiografer

dalam menggunakan alat monitoring radiasi Sikap radiografer

terhadap kebijakan rumah sakit

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul “Prediksi Perubahan Garis Pantai Dengan Pemodelan Numerik (Studi Kasus: Pantai Nusa Dua” ini merupakan proses akhir

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Saat pasien di pasang plate and scrw pasien jarng latihan atau kurangya aktivitas lengan kanannya dan terjadi penurunan LGS siku kanannya, kemudian saat

Pada putaran idle (1500 rpm) konsentrasi HC yang dihasilkan lebih tinggi oleh masing- masing bahan bakar bila dibangdingkan dengan putaran 4000 rpm dikarenakan

Hasil penelitian menunjukkan pembe- rian pupuk N, dan P pada kondisi agroklimat dataran tinggi desa Kayu Giyang, Dieng, mampu memperbaiki produktivitas piretrum

Pemerintahan Saibatin Marga Belunguh dalam hal ini Suntan sebagai Kepala Pemerintahan Adat mempunyai peranan yang sangat besar dalam Pemerintahan Desa Bedudu yaitu