• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB BERJAMA AH MELALUI METODE DEMOSTRASI. Aeni Fatonah SMP Negeri 5 Ulujami - Pemalang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB BERJAMA AH MELALUI METODE DEMOSTRASI. Aeni Fatonah SMP Negeri 5 Ulujami - Pemalang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

28 Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015) Dinamika

Vol. 5, No. 4, April 2015

ISSN 0854-2172

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB

BERJAMA’AH MELALUI METODE DEMOSTRASI

Aeni Fatonah

SMP Negeri 5 Ulujami - Pemalang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar dan pemahaman siwa dalam pembelajaran materi shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman Rukun Islam melalui metode demonstrasi. Subjek penelitian berjumlah 34 siswa kelas VII C dengan metode pengumpulan data menggunakan angket, pengamatan, dan tes formatif. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai pengamat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman materi shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam.

© 2015 Dinamika

Kata Kunci:metode demonstrasi, minat belajar, shalat wajib berjama’ah.

PENDAHULUAN

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai-nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan (BSNP, 2006: 51).

Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar, sementara iabadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Sehubungan dengan itu Nabi Muhammad saw bersabda “mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” dan “orang yang paling baik islamnya adalah yang paling baik akhlaknya” (Kemendikbud RI, 2014: iii). Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yag dipenuhi dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan

(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB BERJAMA’AH MELALUI METODE DEMOSTRASI

Aeni Fatonah 29 kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak mulia dan penuh kasih sayang kepada segenap unsur alam semesta.

Dalam BSNP, (2006: 52) Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk: (1) menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt; dan (2) mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu, manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 9). Degeng dalam http:// eprints.uny.ac.id mendefinisikan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memiliki haki-kat perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Oemar Hamalik (1986: 40) mengatakan “belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan”. Seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.

Untuk dapat disebut hasil belajar, maka perolehan sesuatu yang baru pada tingkah laku itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: hasil belajar sebagai pencapaian tujuan belajar, hasil belajar harus sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari, hasil belajar harus sebagai produk dari proses latihan, hasil belajar harus merupakan tindak tanduk yang berfungsi efektif dalam kurun waktu tertentu, dan hasil belajar harus berfungsi operasional dan potensial. (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989: 30)

Berdasarkan berbagai definisi belajar tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang dicapai melalui suatu proses yang dilakukan individu dalam memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan baru (tingkah laku sebelum dan sesudah proses akan belainan)” (Mucikno, 2009: 7).

Metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau cara melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu.Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengor-ganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.

Syaiful dalam Muchlisin Riadi (2012) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruannya.

Penekanan metode demonstrasi adalah untuk memeragakan gerakan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan pada suatu kegiatan/perbuatan, dan dalam penelitian ini metode demonstrasi dimaksudkan untuk memeragakan urutan kegiatan shalat berjama’ah. Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Alam, Teknik dan PAI, tetapi tidak semua pelajaran PAI bisa didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah yang menjelaskan iman kepada Allah, malaikat, surga, neraka dan lai-lain.

(3)

30 Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015)

Kelebihan metode demonstrasi dalam Muchlisin Riadi (2012) antara lain: (1) perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar, (2) dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. (3) ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek, (4) dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya, (5) karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak, (6) beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran dalam http://keratonilmu.com adalah: mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pem-belajaran, memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan, pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa, penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi, dan kesimpulan

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian yang digunakan terdiri dari 2 (dua) siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto, 2006: 6). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Ulujami semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah.

Aspek yang akan diteliti meliputi minat belajar dan pemahamnan materi shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam dengan instrumen pengam-bilan data sebagai berikut: angket, untuk mengetahui motivasi belajar; lembar pengamatan, untuk mengetahui respon siswa dalam menerima materi shalat wajib berjama’ah dan respon siswa terhadap metode pembelajaran demonstrasi; tes formatif, untuk mengetahui pemahamnan materi shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam.

Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran PAI materi shalat wajib berjama’ah melalui metode demonstrasi:

1. Minimal 85% siswa menyatakan berminat terhadap pembelajaran.

2. Minimal 80% siswa mampu memahami shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam dengan KKM 75.

Pada siklus 1, perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi shalat wajib berjama’ah melalui metode demostrasi. Semua data yang diperoleh pada siklus 1, dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi.

Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara

(4)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB BERJAMA’AH MELALUI METODE DEMOSTRASI

Aeni Fatonah 31 detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfronta-sikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3. Namun apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil rekap pengamatan peneliti dan guru mitra terhadap minat belajar siswa melalui metode demonstrasi dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1: Rekap Minat Belajar Melalui Metode Demonstrasi

SIKLUS 1 SIKLUS 2

No. Skor Kategori

Frek. Prosent. Frek. Prosent.

1. 0 - 10 Tidak Berminat - - - - 2. 11 – 20 Kurang Berminat - - - - 3. 21 – 30 Cukup Berminat 7 20,59% 5 14,71% 4. 31 – 40 Berminat 17 50,00% 19 55,88% 5. 41 – 50 Sangat Berminat 10 29,41% 10 29,41% Jumlah 34 100,00% 34 100,00%

Hasil pengamatan minat belajar siswa secara klasikal pada siklus 1 diperoleh 79,41% dan pada siklus 2 diperoleh 85,29%.

Hasil rekap dua kali tes formatif untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi shalat wajib berjama’ah dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Rekap Hasil Tes Formatif

Sik lus 1 Nilai (x) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jumlah Frekuensi (f) 0 0 0 0 1 3 4 23 1 2 34 fx 0 0 0 0 50 180 280 1840 90 200 2.640 Pencapaian KKM 76,47% Sik lus 2 Nilai (x) 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Jumlah Frekuensi (f) 2 1 1 2 0 24 1 1 0 2 34 fx 100 60 65 140 0 1920 85 90 0 200 2.670 Pencapaian KKM 82,35%

Dari tabel 2 terlihat bahwa pencapaian KKM siklus 1 sebesar 76,47% dan siklus 2 sebesar 82,35%.

(5)

32 Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015)

2. Pembahasan

Pada pelaksanaan siklus 1 minat belajar siswa masih dalam kategori rendah (79,41%) dan belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sedang pada siklus 2 memperoleh 85,29% (mengalami peningkatan 5,88%) dan telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dapat terlampaui karena:

1. Suasana pembelajaran menyenangkan dan tanpa ketegangan sehingga siswa dapat menikmati dan fokus terhadap pembelajaran.

2. Posisi tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat dengan mudah memperhatikan guru pada saat menjelaskan langkah-langkah dan men-demonstrasikan materi serta siswa dapat menirukan mendemonstrasikan seperti yang dilakukan guru.

Perbandingan skor minat belajar siswa terhadap pelaksanaan metode demonstrasi dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

Grafik 1: Perbandingan Minat Belaja Siswa

Hasil tes formatif siklus 1 mencapai 77,65 dan baru 26 siswa (76,47%) yang mencapai KKM. Sedang pada siklus 2 rata-rata nilai tes formatif mencapai 78,53 dan 28 siswa (82,35%) mencapai KKM. Pencapian KKM mengalami kenaikan karena: (1) siswa sudah memahami langkah-langkah dan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam penerapan metode demonstrasi; dan (2) siswa dapat fokus memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan materi pembelajaran. Instrumen tes formatif disusun berdasarkan SK dan KD tentang kemampuan siswa memahami shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari pemahaman rukun islam melalui metode demonstrasi.

Gambaran peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2: Perbandingan Hasil Belajar Siswa

PENUTUP

Pembelajaran mata pelajaran PAI pada materi shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam melalui metode demonstrasi adalah dapat meningkatkan minat

(6)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTEK SHOLAT WAJIB BERJAMA’AH MELALUI METODE DEMOSTRASI

Aeni Fatonah 33 belajar siswa dan pemahaman materi shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Aeni Fatonah, 2014. Peningkatan Hasil Belajar Sholat Wajib Berjama’ah Sebagai Implementasi dari Pemahaman Rukun Islam Melalui Metode Demostrasi Siswa Kelas VII C SMP Negeri 5 Ulujami. Laporan PTK SMP Negeri 5 Ulujami: Pemalang (Tidak Dipublikasikan)

BSNP, 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.. BSNP: Jakarta.

Depdiknas, 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas: Jakarta.

Kemendikbud RI, 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs. Kelas VII. File. Kemendikbud RI.

Muchlisin Riadi, 2012. Pengertian Metode Demonstrasi. Diunduh pada tanggal 25 Sep-tember dari http://metode-demonstrasi-dalam-belajar-kajian-pustaka.com

Mucikno, 2009. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Metode Kerja Kelompok, Latihan Berjenjang, dan Alat Peraga pada Bilangan Bulat, Laporan Hasil Penelitian, SMP Negeri 1 Karang Dadap: Pekalongan (Tidak Dipublikasikan).

Oemar Hamalik, 1986. Media Pendidikan. Alumni: Bandung.

Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989. Psikologi Belajar. IKIP Semarang Press: Semarang. ..., ...Karakteristik-Mata-Pelajaran-IPS. Bab II. Kajian Teori. Diunduh tanggal 5 September 2014

Gambar

Tabel 1: Rekap Minat Belajar Melalui Metode Demonstrasi
Grafik 2: Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait