MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
TESIS
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Program Magister Ilmu Hukum
OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
PEMBIMBING
PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, SH. MHum.
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
DISUSUN OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI
PADA TANGGAL 8 MEI 2010
TESIS INI TELAH DITERIMA
SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
MAGISTER ILMU HUKUM
PEMBIMBING
MAGISTER ILMU HUKUM
MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
DISUSUN OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI
PADA TANGGAL 8 MEI 2010
TESIS INI TELAH DITERIMA
SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
MAGISTER ILMU HUKUM
PEMBIMBING MENGETAHUI MAGISTER ILMU HUKUM KETUA PROGRAM
KATA PEN GAN TAR
Assalam ualaikum Wr. Wb.
Dengan m engucapkan segala puj i dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan
YME yang m enguasai seluruh alam sem est a dan m em berikan perlindungan
kepada seluruh um at - Nya, m aka akhirnya penulis dapat m enyelesaikan Tesis
ini. Sebagai Judul Dalam Tesis ini penulis m em ilih “M EM AN TAPKAN
PROFESI ON ALI SM E POLRI D I BI D AN G PEN EGAKAN H U KUM D ALAM
RAN GKA M EW UJUD KAN SU PREM ASI H UKU M ”, nam un penulis sadari
w alaupun t elah banyak m asukan, arahan, bim bingan yang diberikan t erut am a
oleh Dosen Pem bim bing dalam upaya m enyem purnakan Tesis ini, nam un Tesis
ini m asih j auh dari kesem purnaan dan m asih banyak kekurangan. Hal ini
m erupakan ket erbat asan penget ahuan dan pengalam an penulis, dan bukan
m erupakan suat u kesengaj aan.
Berangkat dari pendapat , bahw a banyak pendapat orang akan lebih
m enyem purnakan pendapat kit a dalam m encapai t uj uan, m aka dengan segala
kerendahan hat i penulis m engharapkan m asukan, krit ik sert a saran yang
bersifat m em bangun segaligus m em perbaiki guna sem purnanya Tesis ini.
Pada kesem pat an yang baik ini dengan segala kerendahan hat i dan rasa
horm at yang sangat dalam m aka penulis m enghat urkan t erim a kasih yang
set inggi – t ingginya, kepada :
1. Prof. Dr. Yos Johan Ut am a, S.H. MHum . selaku Pem bant u Dekan I
Fakult as Hukum Universit as Diponegoro dan Dosen Pem bim bing dalam
2. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapt o, S.H. MH. selaku Ket ua Program
Pascasarj ana Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro dan selaku
Dosen Met odologi dalam Penulisan Tesis ini.
3. Prof. Dr. Barda Naw aw i Arief, S.H. selaku Dosen Senior pada Program
Magist er I lm u Hukum dan Mant an Ket ua Program Pascasarj ana Magist er
I lm u Hukum Universit as Diponegoro pada saat Kelas Khusus Polda
Masuk Sebagai Mahasisw a.
4. Prof. Dr . Arief Hidayat , S.H. MS. selaku Dekan Fakult as Hukum
Universit as Diponegoro dan Dosen Penguj i
5. Prof. Dr . Moem poeni Mart oj o, S.H. selaku Dosen Senior pada Program
Magist er I lm u Hukum yang banyak m em berikan m asukan dalam
Penulisan Tesis ini.
6. I bu Ani Purw ant i, S.H. MHum , I bu Am alia, S.H. MHum . dan Bapak Eko
Sabar Prihat in, S.H. MH. dim ana Beliau – Beliau ini t elah banyak
m em bant u penulis unt uk m enyelesaikan st udi pada Program
Pascasarj ana Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro
7. Bapak dan I bu Dosen sert a Para Guru Besar pada Program Magist er I lm u
Huk um Universit as Diponegor o Sem arang yang t elah m em berikan
bim bingan dan m em bant u dalam kelancaran penyelesaian Tesis ini.
Karena at as Bim bingan dan Arahan sert a Pengaj aran Beliau – Beliau
t ersebut m aka penulis m em peroleh penget ahuan yang sangat berharga.
Sem oga Tuhan YME Mem berkahi dan Melindungi Bapak dan I bu
Sekalian.
8. Seluruh Civit as Akadem ika Program Magist er I lm u Hukum Universit as
Diponegoro, yang t elah m em berikan sem angat kepada penulis dalam
9. Kedua Orang Tua Penulis yang sangat kam i cint ai Bapak R.
Koesm an Wiradikoesoem a dan I bu Kam ilah Nyom an Ar m ini yang selalu
t ak ada hent i - hent inya m endoakan Penulis.
10. Bapak I rj en Pol ( Purn) H. Drs. Chaerul Rasj id, S.H. MH. Mant an Kapolda
Jat eng yang t elah Mengaj ak dan Mendorong penulis bergabung di Kelas
Khusus Polda unt uk Menunt ut I lm u di Program Magist er I lm u Hukum
Universit as Diponegoro, unt uk it u penulis ucapkan t erim a kasih yang
sebesar - besarnya at as sem ua bant uan dan bim bingan Beliau.
11. Bapak - Bapak di Kelas Khusus Polda yait u “ Kelom pok 16“ yang selalu
bersam a – sam a dalam Menunt ut I lm u di Progr am Magist er I lm u Hukum
Universit as Diponegoro, penulis ucapkan t erim a kasih at as
Kebersam aan, Kerukunan dan Kekom pakan yang t erj alin dengan baik ,
sem oga ini dapat dij adikan Cont oh dan Panut an bagi yang lain.
12. Sem ua pihak yang t idak dapat penulis sebut kan sat u persat u yang t elah
m em bant u pada saat Mununt ut I lm u m aupun m em bant u dalam
kelancaran penulisan Tesis ini, dan t ak lupa penulis ucapkan t erim a
kasih kepada AKBP. Suhart i, S.H. MH. dan Suam i, Bapak Didi Pram udj i
Hart ant o, S.H. MH. yang t elah bersusah payah dan m em bant u dalam
penyusunanan Tesis ini hingga selesai.
Akhirnya besar harapan penulis agar Tesis ini dapat bernilai st rat egis
dan berm anfaat bagi siapapun yang m em baca dan m enggunakannya unt uk
kepent ingan dan kem aj uan kehidupan berm asyarakat , berbangsa dan
bernegar a.
Bilahi t aufiq w al hidayah, Wasalam ualaikum . Wr. Wb.
Sem arang, M e i 2010.
ABSTRAK
Tunt ut an reform asi t ot al di I ndonesia, yang m enghendaki perubahan diberbagai aspek kehidupan dibidang Polit ik, Ekonom i, Sosial Budaya, Keam anan dan Hukum . Tunt ut an reform asi dibidang hukum m enghendaki t er wuj udnya suprem asi hukum yang dit opang dengan kokohnya pilar hukum yang m eliput i subst ansi hukum , kualit as aparat penegak hukum , sarana prasarana hukum yang m em adai dan t ingginya budaya hukum m asyarakat . Kehendak unt uk m ewuj udkan suprem asi huk um m erupakan t ant angan bagi Polri dalam upaya m eningkat kan profesionalism e dan kinerj a dibidang penegakan huk um .
Pendek at an y ang ak an digunak an adalah pendek at an y ang ber sifat Yur idis Em pir is. Penelit ian y ang ber basis pada inv ent ar isasi huk um posit if, penem uan azas- azas h uk um dan penem uan huk um in concr et t o, y ang dilengk api pengam at an oper asionalisasi huk u m secar a em pir is di m asy ar ak at .
Upaya m ew uj udkan Polr i yang m andiri, profesional dan dapat m em enuhi harapan m asyarakat , m enghendaki Polri unt uk m enuj u paradigm a baru sebagai Polisi Sipil yang m enj unj ung t inggi hak azasi m asnusia, dem okrasi, dan berorient asi pada kepent ingan m asyarakat . Pergeseran paradigm a Polri m em bawa im plikasi pem baharuan pada aspek st rukt ural, inst rum ent al dan k ult ural, yang m enunt ut berbagai peningkat an baik dibidang pem bangunan kekuat an, pem binaan kekuat an m aupun operasional dalam rangka m em ant apkan profesionalism e Polri.
St rat egi dan k ebij akan dalam m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum , diim plem ent asikan dalam bent uk program yang secara sim ult an dilak sanakan m elalui proses pem bangunan kek uat an dengan lebih m engedepankan sat uan kewilayahan, pem binaan sum berdaya pendukung yang m encak up sum berdaya personil, m at eriil dan anggaran, sert a m eningkat kan pem binaan operasional Polri dalam rangka m endukung pelaksanaan t ugas Polri dibidang penegakan hukum .
Secara spesifik pada aspek pem binaan sum berdaya m anusia diperlukan t erobosan dalam pola dan pr oses rekrut m en, pendidikan, pem binaan karier, peningkat an kesej aht er aan, fungsi pengawasan dan penerapan reward and punishm ent syst em , sert a diim bangi proses pengem bangan diri oleh set iap individu ( individual developm ent ) . Hal ini dilakukan dengan m aksud unt uk lebih m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum t erut am a yang bcrk ait an dengan int egrit as m oral, sikap perilaku dan et ika pr ofesi sert a disiplin dan t anggung j awab yang t inggi pada set iap personil Polri.
ABSTRACT
The dem and of t ot al reform at ion in I ndonesian dem ands changes in v arious Polit ical, Econom ic, Socio- Cult ural, Securit y and Legal aspect s of life. The dem and of reform at ion in legal area dem ands t he realizat ion of legal seprem acy support ed by t he solid legal pillars including legal subst ances, qualit y of law enforcer apparat us, adequat e legal facilit ies- infrast ruct ures, and high level of public legal cult ure. The init iat ive t o realize legal suprem acy is a challenge for I ndonesian Police in order t o im prove it s professionalism and perform ance in t he area of law enforcem ent .
The approach t hat w ill be used in t his research is t he j uridical- em pirical approach. This r esear ch is based on t he posit ive law invent ory, legal principle findings and inconcret t o law findings, com plet ed whit an observat ion of em pirical legal operat ion in t he societ y.
The effort s of realizing I ndonesian Police t hat is independent , professional, and ablel t o fulfill public dem ands requires I ndonesian Police t o shift t o a new paradigm as t he Civil Police, highly - respect ing hum an right s and dem ocracy, and it orient at es t o public im port ance. The paradigm shift ing in I ndonesian Police brings t he im plicat ion of reform in st ruct ural, inst rum ent al, and cult ural aspect s, dem anding various im provem ent s in st rengt h building and st rengt h and operat ional const ruct ions in order t o est ablish t he I ndonesian Police professionalism .
St rat egy and policy used in t he est ablishm ent of I ndonesian Police professionalism in t he area of law enforcem ent are im plem ent ed in t he form of program s sim ult aneously execut ed t hrough t he processes of st rengt h building t hat em phasizes on t he t errit orial unit , support ing resources conct ruct ion including personal, m at erial, and budget resources, and im provem ent of I ndonesian Police operat ional const ruct ion in order t o support t he execut ion t he t asks of I ndonesian Police in t he area of law enforcem ent .
Specifially, in t he hum an resource const ruct ion aspect , it requires breakt hrough in t he pat t erns and processes of recruit m ent , aducat ion, career building, w elfar e im provem ent , m onit or ing funct ion and t he applicat ion of reward and punishm ent syst em , and it is count erbalanced by t he process of self-developm ent of every individual ( indiv idual self-developm ent ) . This is perform ed wit h t he purpose of est ablishing I ndonesian Police professionalism in t he area of law enforcem ent firm ly, especially t he m at t ers relat ed t o m oral int egrit y, behavioral at t it ude an professional et hics, and high discipline and responsibilit y in every I ndonesian Police personnel.
D AFTAR I SI
H ALAM AN JU D UL ... i
H ALAM AN PEN GESAH AN ... ii
KATA PEN GAN TAR ... iv
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
D AFTAR I SI ... x i BAB I PEN D AH U LUAN ... 1
A. Lat ar Belakang ... 1
B. Per um usan Masalah ... 8
C. Tuj uan Penelit ian ... 9
D. Kerangka Pem ikiran ... 9
E. Met ode Penelit ian ... 26
F. Sist em at ika Penulisan... 30
BAB I I TI N JAUAN PUSTAKA ... 3 1 A. Paradigm a Bar u Polri ... 31
B. Profesionalism e Polri ... 40
B. Fakt or - Fakt or Yang Mem pengaruhi Kinerj a Penegakan Hukum
Polri Dalam Perspekt if Profesionalism e Polri ... 65
C. Mem ant apkan Kinerj a Penegakan Hukum Polr i
Dalam Perspekt if Profesionalism e Polri Di Masa Mendat ang 71
BAB I V PEN UTUP ... 9 1
A. Kesim pulan ... 91
B. Saran ... 92
BAB I
PEN D AH U LUAN
A. La t a r Be r la k a n g
Derasnya arus globalisasi m elalui pem anfaat an perkem bangan
ilm u penget ahuan dan t eknologi t elah m eram bah keseluruh negara di
dunia, dan m enj adikan dunia seakan t anpa bat as (borderless world) .
Seiring dengan perkem bangan global t ersebut , t elah berkem bang pula
isu global yang m encakup dem okrat isasi, HAM, lingkungan hidup dan
ket erbukaan, yang disam ping m em baw a dam pak posit if dalam sem angat
kebersam aan ant ar bangsa di dunia, j uga sering dim anfaat kan oleh
negara adidaya unt uk m elakukan int ervensi t erhadap negara- negara
berkem bang yang m enurut nya m engabaikan nilai- nilai dem okrat isasi,
HAM, lingkungan hidup dan nilai- nilai global lainnya.
Menyikapi berbagai perm asalahan bangsa dan krisis m ult i dim ensi
yang m elanda I ndonesia t erm asuk krisis di bidang hukum yang sarat
dengan penyim pangan dan kepent ingan polit ik. Bahkan t erkesan bahwa
penyim pangan- penyim pangan t ersebut seolah dilindungi oleh
“ pem biasan hukum ” yang berlaku saat it u. Karena berbagai
undang-undang, perat uran didesign unt uk m elindungi perbuat an- per buat an
penyim pangan yang pada akhirnya dij adikan “ pem benaran” dan sangat
m erugikan m asyar akat sebagai “ pencari keadilan” . Pada sisi lain t elah
berkem bang fenom ena- fenom ena yang m erupakan kelem ahan pr oses
dan kepast ian hukum , sehingga dapat m engakibat kan kekecewaan dan
lunt urnya kepercayaan m asyarakat t erhadap hukum di I ndonesia.
Rakyat dengan berbagai kom ponen bangsa sej ak t ahun 1999
m enggulir kan t unt ut an refor m asi t ot al di sem ua aspek kehidupan
m enuj u t at a I ndonesia Baru. Berbagai langkah reform asi t elah dilakukan
ant ara lain di bidang polit ik m elalui am andem en UUD 1945, dibidang
ekonom i dengan m enerapkan sist em yang bercirikan ekonom i
kerakyat an, dibidang sosial budaya unt uk m ew uj udkan m asyarakat
m adani, dan dibidang hukum lebih m engarahkan kepada t erwuj udnya
suprem asi hukum , yang dit opang kokohnya pilar- pilar hukum yang
m encakup subst ansi hukum , kualit as aparat penegak hukum , sarana
prasarana penegakan hukum yang m em adai, dan budaya hukum
m asyarakat nya.
Kom it m en rakyat dan seluruh kom ponen bangsa I ndonesia dalam
proses reform asi t ot al, t elah m am pu m endorong reform asi Polri unt uk
kem bali kepada j at idirinya sebagai salah sat u aparat ur pem erint ah, yang
sekaligus pengem ban fungsi pem erint ahan negar a di bidang penegakan
hukum yang “ m andiri, pr ofesional dan m em enuhi harapan m asyarakat ” ,
Hal ini secara t egas t ert uang dalam Undang Undang No 2 t ahun 2002
t ent ang Kepolisian Negara Republik I ndonesia. Selanj ut nya unt uk dapat
m elaksanakan t ugas pokoknya di bidang pem eliharaan keam anan dan
ket ert iban m asyar akat , penegakan hukum sert a m em berikan
perlindungan pengayom an dan pelayanan kepada m asyarakat , Polri
harus segera m eningkat kan sifat - sifat m ilit erist ik m enuj u paradigm a
Polri selaku apar at penegak hukum dit unt ut unt uk m am pu
berperan dalam m enunj ang t erw uj udnya suprem asi hukum . Kehendak
unt uk m ewuj udkan suprem asi hukum m erupakan t ant angan bagi Polri,
karena Polri diharapkan unt uk m am pu m eningkat kan profesionalism e
dan kinerj anya m elalui penerapan paradigm a baru dalam proses
penegakan hukum . Unt uk dapat m elaksanakan t ugas pokok, fungsi dan
perannya, m aka kepada Polri t elah diberikan st at us kem andiriannya
berdasar kaaan TAP MPR No VI / MPR/ t ahun 2000 t ent ang Pem isahan TNI
dan Polri dan TAP MPR No VI I / MPR/ t ahun 2000 t ent ang Peran TNI dan
Peran Polri sert a Undang Undang No. 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian
Negara Republik I ndonesia. Dengan m em perhat ikan uraian diat as,
m em berikan gam baran sekaligus harapan unt uk m endeskripsikan
pandangan penulis dalam t esis ini bahw a : “ t erw uj udnya suprem asi
hukum , berkait an erat dengan profesionalism e aparat penegak hukum
t erm asuk Polri di dalam nya” . Perm asalahan- perm asalahan yang dihadapi
Polri:
A. Paradigm a
1. St rukt ur pada saat posisi Polri m asih berint egrasi dengan ABRI
( m asa lalu) m aka Polri pada saat ini m em iliki ciri- ciri:
a) Secara st rukt ural at asan yang lebih t inggi adalah Mabes ABRI .
b) Dalam m enangani m asalah- m asalah keam anan, khususnya
yang berkait an dengan aspek penegakan hukum ( represif)
c) Peran ABRI bergerak pada dom ain pert ahanan ( defence) dan
keam anan ( securit y) ( baik pert ahanan w ilayah / t erit orial at au
keam anan ket ert iban um um ) .
2. Perilaku yang dibent uk :
a) Kurikulum pendidikan dengan filosofi " Dw i Warna Purw a
Cendikia Wusana" dan belum dapat m ew uj udkan perilaku Polri
yang " Mahir , Terpuj i dan Pat uh Hukum " sebagai filosofi
pendidikan Polri saat ini.
b) Penegakan hukum dengan pola represif m asih lebih
dikedepankan daripada m engedepankan pola perlindungan,
pengayom an m aupun pelayanan m asyarakat .
c) Part isipasi m asyarakat m asih kurang m endapat kan respon
secara baik (Com m unit y Policing) dan m asih m engedepankan
hukum dengan pendekat an respresif.
B. Sum ber Daya Manusia
1. Kebij akan yang berkait an dengan pengat uran usia pensiun m enj adi
48 t ahun unt uk Bint ara dan 55 t ahun Perw ira.
2. Rum usan Jakst ra PoI ri 2004 di bidang pendidikan t ersirat bahwa
" sekolah unt uk m em int arkan personel" bukan unt uk m endapat kan
j abat an.
3. Orient asi perbandingan Polisi dengan penduduk sam pai dengan
4. Rekr ut m en Polri m asih m encari bent uk yang pas, baik pada
penerim aan Akpol. PPSS at aupun Bint ara guna m enyaring calon
anggot a Polri yang m em iliki kepribadian sebagai pelindung,
pengayom dan pelayanan m asyarakat .
5. Pem benahan bidang st rukt ural, inst rum ent al dan kult ural m asih
dihadapakan pada perm asalahan geografi, dem ografi, kualit as
sum ber daya m anusia dan m asalah kebangsaan.
C. Dukungan m at eril dan anggaran berupa ( t r ansport asi, m obilit as,
kom unikasi pada fungsi operasional m aupun pem binaan Kepolisian)
belum m em adai.
D. Secara ekst ernal belum t um buhnya rasa kepercayaan m asyarakat
(t rust) kepada Polri dalam m enj alankan t ugasnya sebagai pelindung,
pengayom dan pelayan sert a penegak hukum .
Gam baran st rat egi sert a kenyat aan pelaksanaan kegiat an
pem binaan personil Polri, dalam m enuj u polisi sipil yang profesional dan
dem okrat is sej alan dengan kebij akan Kapolri di bidang sum ber daya
m anusia ant ara lain :
Pert am a : Proses seleksi yang diadakan unt uk m erekruit SDM Polri
dilaksanakan seobyekt if m ungkin, bila perlu m enggunakan j asa lem baga
yang independen unt uk m enent ukan seleksi dari calon polisi, dengan
m enggunakan st andar yang t inggi dan ket at dan pelaksanaan proses
Kedua : Dalam hal pendidikan yang sangat m endasar adalah
m elakukan perubahan filosofi pendidikan dari Dw i Warna Purna Cendikia
Wusana yang m elahirkan pr aj urit pej uang dan pej uang praj urit m enj adi
Mahir , Terpuj i dan Pat uh Hukum , yang berorient asi kepada Paradigm a
pendidikan yait u pendidikan Sist em at ik- Organik m enunt ut pendidikan
bersifat double t racks. Art inya pendidikan sebagai suat u proses t idak
bisa dilepaskan dari perkem bangan dan dinam ika m asyarakat nya.
Ket iga : Selain it u j uga bekerj asam a dengan Negara donor unt uk
m em berikan peralat an dan pelat ihan- pelat ihan yang diarahkan pada
pekerj aan polisi sipil. Sepert i kerj asam a dengan I OM ( I nt ernat ional
Organizat ion for Migrat ion) program difokuskan pada perbaikan
kurikulum . dan bahan aj aran di SPN- SPN sert a m elat ih inst rukt ur HAM.
Keem pat : Polri yang berorient asi pasar, di era globalisai sekarang
ini dalam . m em berikan j asa at au pelayanan kepada m asyarakat . Polri
m elihat at au berorient asi pada pasar ( apa yang m enj adi harapan at au
t unt ut an m asyarakat / apa yang sedang m enj adi t rend di m asyarakat
t erut am a yang berkait an dengan m asalah- m asalah Kam t ibm as) .
Kelim a : Polri yang Desent ralisasi : Dalam m enuj u Polri yang
m andiri salah sat u sasarannya adalah Polri yang ut uh dari Mabes sam pai
t ingkat pos polisi dan Polri t et ap dalam bent uk polisi nasional m engingat
negara RI adalah negara kepulauan yang t erpisah- pisah dan dengan
adanya polisi nasional akan m em perm udah dalam m em berikan back up
at aupun pergeseran pasukan.
Apakah ini dapat m enj aw ab harapan m asyarakat t erhadap proses
penegakan hukum yang m encerm inkan rasa keadilan, kepast ian hukum
adanya ket im pangan dan fenom ena- fenom ena negat if, dan inilah yang
m enj adi proses pem bahasan unt uk m enget engahkan perm asalahan :
“ Bagaim ana m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan
hukum dalam rangka m ew uj udkan supr em asi hukum ” .
B. Pe r u m u sa n M a sa la h
Mencerm at i lat ar belakang t ersebut diat as m aka dirum uskan
perm asalahan sebagai berikut :
1. Bagaim ana kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if
profesionalism e Polri ?
2. Fakt or - fakt or apa yang m em pengaruhi kinerj a penegakan hukum Polr i
dalam perspekt if profesionalism e Polri ?
3. Bagaim ana upaya m em ant apkan kinerj a penegakan hukum Polri
dalam perspekt if profesionalism e Polri di m asa dat ang ?
C. Tu j u a n Pe n e lit ia n
Penelit ian t esis ini bert uj uan unt uk :
Tuj uan penelit ian t esis ini, kiranya dapat dit erim a sebagai bahan
t indak lanj ut bagi Pim pinan Polri baik dalam rangka pengam bilan
keput usan m aupun penent uan kebij akan, guna pem ant apan
profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum dalam rangka
m ew uj udkan suprem asi hukum .
D . Ke r a ngk a Pe m ik ir a n
Reform asi t ot al t elah m endorong t erlaksananya reform asi Polri sesuai
t unt ut an perkem bangan m asyarakat dalam rangka m ew uj udkan Polri yang
m andiri, profesional dan m em enuhi harapan m asyarakat . Seluruh rakyat
dan bangsa I ndonesia m enghendaki agar Polri m erubah paradigm a m enuj u
Polisi Sipil (Civilian Police) yang ant ara lain bercirikan dem okrat is
m enj unj ung t inggi kebenaran, keadilan, dan hak asasi m anusia sert a
m ewuj udkan suprem asi hukum . Proses reform asi t ersebut t erus berj alan
dengan langkah dan program yang lebih j elas unt uk m enat a kem am puan
dan kesiapan Polri secara m enyeluruh baik aspek st rukt ural, inst rum ent al
m aupun aspek kult ural. Yang kem udian dirum uskan kem bali visi dan m isi
Polri, t erm asuk t idak kalah pent ingnya adalah rum usan j at i diri, kinerj a dan
t ant angan t ugas Polri ke depan sert a perw uj udan budaya Polri yang
paradigm at is, yait u bersifat prot agonis, berorient asi kepada pelayanan
m asyarakat , lebih baik m encegah dari pada m enindak dan lain- lain.
Dit engah arus reform asi m enyongsong perw uj udan m asyarakat
m adani (social societ y) dengan kecender ungan ber bagai per ubahan, akan
berpengaruh dan berim plikasi luas baik t erhadap pelaksanaan t ugas
m aupun pergeseran yang konsept ual kearah “ Paradigm a Baru Polri” .
Perum usan paradigm a baru Polri harus berangkat dari j at i diri Polri yang
diungkapkan berdasarkan t ugas pokok Polri yang m encerm inkan nilai- nilai
sej arah, hukum , budaya, sosiologis dan falsafah hidup yang m elekat pada
Polri it u sendiri. Reform asi Polri m em ang m er upakan m asalah k om pleks dan
m em but uhkan w akt u panj ang, sert a harus dilaksanakan secara konsist en
dan konsekuen. Dalam proses perubahan paradigm a baru Polri m enuj u
t ugas pokoknya selaku pem elihara kam t ibm as, dan sebagai penegak
hukum , senant iasa dij iw ai kinerj a sebagai sosok pelindung, pengayom dan
pelayan m asyarakat .
Dalam perkem bangan dan sej arah Polri selam a ini sebagai pej uang
dan t erint egrasi dengan ABRI , t elah m engukir dan m engendap dalam diri
sert a m em bent uk wat ak anggot a m aupun organisasi Polri yang m enj iw ai
kiprah dan budayanya sehingga t am pak “ m enyim pang” dari hakiki j at i
dirinya, t erut am a sebagai akibat dan pengaruh dari budaya m ilit erism e.
Paradigm a yang dem ikian t elah m engham bat pem bangunan st andar
profesionalism e Polri yang m enj unj ung t inggi HAM dan kaidah- kaidah
hukum sert a sosial yang berlaku di m asyarakat .1
Keadaan t ersebut dikait kan dengan perkem bangan global sert a
t unt ut an reform asi dew asa ini, m aka j elas bahw a kedepan Polri
m em erlukan adanya pergeseran cara ber pikir dan bert indak yang
berorient asi kepada suprem asi hukum , int egrit as m oral, et ika profesi dan
kepent ingan sosial sert a perlindungan, pengayom an dan pelayanan
m asyarakat , yang m enj unj ung t inggi hak asasi m anusia, dem okrat isasi dan
keadilan sesuai j at i diri Polri it u sendiri.
Apabila pem aknaan j at i diri Polri t ersebut dapat hidup dan
berkem bang dalam diri set iap anggot a Polri, t erut am a dalam gerak dinam is
kinerj a baik dibidang pelayanan m aupun dibidang operasional yang
dilandasi dengan profesionalism e dan int egrit as m oral, akan m enj adi ciri
dan w at ak baru Polri sesuai t unt ut an t ugas pokoknya. Maka hal dem ikian
m erupakan cerm in diri yang sesungguhnya dari paradigm a bar u Polri.
1
Kearah paradigm a baru inilah Polri harus dibawa dan diposisikan guna
dapat m engem ban t ugas pokoknya secara lebih baik sebab hanya dengan
dem ikian Polri akan m em peroleh kredibilit as, legalit as, akunt anbilit as dan
w ibawanya sehingga senant iasa, akan dekat dan dapat dipercaya oleh
rakyat nya.
2. Profesionalism e Polri
Tunt ut an t erhadap profesionalism e Polri dewasa ini didorong oleh
perkem bangan lingkungan st rat egik, sosial kem asyarakat an sert a t unt ut an
reform asi publik. Profesionalism e m uncul sebagai suat u kebut uhan
t erhadap t ant angan t ugas yang dihadapi, sebab t anpa pr ofesionalism e
t idaklah m ungkin t ercapai t ingkat efekt ifit as dan produkt ivit as yang t inggi.
Beberapa pengert ian berkait an dengan profesionalism e polri dapat
dikem ukakan sebagai berikut :
a. Profesional
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia Balai Pust aka 1999, m enyebut kan
bahw a “ Profesional adalah hal- hal yang m enyangkut dengan profesi
m em erlukan kepandaian khusus unt uk m enj alankannya
m engharuskan adanya pem bayaran unt uk m elakukan” .
2) Dalam bukunya ant ara Kekuasaan dan Pr ofesionalism e m enuj u
kem andirian Polri, cet akan pert am a t ahun 2001, Kunart o
m enyebut kan bahw a “ Profesional Polri adalah yang m enget ahui,
m engert i dan m em aham i apa t ugas, w ew enang dan
sikap yang selalu berpegang pada at uran yang berlaku” .
b. Profesionalism e
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia cet akan Balai Pust aka t ahun 1999
disebut kan bahw a “ Profesionalism e adalah m ut u, kualit as dan t indak
t anduk yang m erupakan ciri suat u profesi at au orang yang
profesioanlism e” .
2) Menurut Kunart o pada t ahun 1999 m enyebut kan bahwa
“ Profesionalism e” adalah sebagai berikut :
a) Ket ram pilan yang didasarkan at as penget ahuan t eorit is.
b) Mem per oleh pendidikan t inggi dan lat ihan kem am puan diakui olah
rekan sej awat nya.
c) Ada “ Organisasi Profesi” yang m enj am in berlangsungnya budaya
profesi m elalui persyarat an yang m em asuki or ganisasi yait u
“ ket aat an pada Kode- Et ik Profesi” .
d) Ada nilai khusus, harus diabdikan kepada m asyarakat .
3) Profesionalism e Polri
Profesionalism e Polri dalam naskah m at a kuliah Manaj em en St rat egi
Polri dir um uskan sebagai berikut “ Kem ahiran dan ket ram pilan set iap
anggot a dan sat uan Polri dalam m elaksanakan t ugas, fungsi dan
perannya didukung penget ahuan, w aw asan, m oral et ika sert a et os
kerj a yang t inggi, dengan m em anfaat kan ilm u penget ahuan dan
t eknologi m aupun t akt ik dan t eknik Kepolisian secara benar dan t epat
ber dasar kan hukum dan per undang- undangan m aupun norm a- norm a
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a t unt ut an profesionalism e
Polri m erupakan kebut uhan t ugas yang disikapi sebagai bagian dari
proses adapt asi t erhadap pem aknaan j at i diri Polri sert a reakt ualisasi
at as kedudukan, fungsi dan perannya. Hal ini sej alan dengan
perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi dalam rangka
opt im alisasi pelaksanaan t ugas dalam m ew uj udkan Polri sebagai Polisi
Sipil yang profesional, berwibawa dan dapat dipercaya oleh rakyat nya.
Pem bangunan m anaj em en Polri j uga harus sesuai dengan prinsip- prinsip
yang m enganut asas ket erbukaan, efekt if dan efisien, proakt if dan
kooperat if yang didukung kem am puan m anagerial yang handal.
3. Pengert ian Penegakan Hukum
Sebagaim ana dit egaskan dalam UUD 1945 hasil perubahan
dit egaskan bahw a I ndonesia adalah negara yang berdasarkan hukum
(recht st aat) , bukan berdasarkan kekuasaan (m achst aat) , apalagi
bercirikan negara penj aga m alam (nacht w acht erst aat) . Sej ak aw al
kem erdekaan, para bapak bangsa sudah m enginginkan negara I ndonesia
harus dikelola berdasarkan hukum .
Penegakan hukum sebagai bagian dari legal sist em , t idak dapat
dipisahkan dengan subst ansi hukum (legal subst ance) dan budaya
hukum (legal cult ur e) . Roger Cot t errell dari Universit y of London t elah
m engkaj i t erhadap hubungan hukum dalam inst rum en perubahan sosial.
Hal ini adalah sej alan dengan pendapat William Evan yang t elah
m engem ukakan t eorinya t ent ang st rukt ur hukum dalam hubungan
int eraksi ant ara lem baga- lem baga hukum dan lem baga- lem baga
non-hukum yang saling m em pengaruhi. Sebelum abad ke- 20 t erdapat suat u
wuj ud m asyarakat at au disebut sebagai paradigm a posit ivism e. Orang
penganut posit ivism e m elihat hukum dari akar m oralnya, m aka disini
kelihat an hukum t idak m em punyai independensi at au ot onom i.
Perm asalahan m endasar dalam pardigm a posit ivm e ini ialah unt uk
m enj aw ab suat u pert anyaan dengan cara dan bagaim ana hukum it u bisa
dibebaskan dari akar sosial dan k ult uralnya2.
Selanj ut nya dikat akan bahw a sej ak abad ke- 20 t erdapat
perubahan hukum berdasarkan aspek m asyarakat sehingga sangat
kent al hubungan hukum dengan negara (law t he st at e) , m isalnya dalam
usaha perekonom ian seolah- olah t erj adi revolusi dunia dalam hubungan
sosial, ant ara lain dalam bent uk upaya program m onopoli. Bent uk sikap
dan key akinan dengan cara yang t idak pernah t erpikirkan oleh para ahli
hukum sebelum nya bahwa hukum sebenarnya j uga unt uk m em enuhi
kepent ingan ekonom i. Hal ini sesuai dengan pandangan Cot t erell bahw a
hukum dapat direncanakan secara luas yang m eliput i bidang ekonom i
dan sosial j ika suat u negara m enghendaki dalam keadaan kuat dan
m em punyai fasilit as t eknologi yang m em adai dan m engaw asi
pengendalian j aringan kom unikasi yang besar yang dikendalikan oleh
m edia m assa.
Dikem ukakan lebih lanj ut bahwa hukum sebagai agen kekuasaan
m aka hukum sebagai inst rum en negara, hukum dapat dipisahkan dari
m asyarakat nya. Dengan dem ikian, hukum sebagai alat m engubah sosial
(law act ion upon societ y) m aka hukum berpengaruh t erhadap sist em
sosial. Kelem ahan dari konsep ini, ukurannya bukan didasarkan pada
kesesuaian at as adat ist iadat m asyarakat nam un lebih dikonsent rasikan
pada kekuasaan polit ik dan sebagai t olok ukurnya ialah efekt ivit as
2
hukum yang didasarkan pada hukum yang berkem bang di m asyarakat .
Kondisi ini m em unculkan m asalah yang t idak past i bagi m asyarakat
dim ana hukum seolah- olah t ercabut dari akar m asalahnya dim ana
at uran- at uran it u hanya bersifat t eknis belaka t anpa dilandasi unsur
m oralnya (a purely t echnical regulat ion) m aka t erj adilah fenom ena
hukum sebagai suat u w ilayah penget ahuan est oric yang asing dan
t ert inggal dari prakt isi hukum (law becom es an alliance realism of ect oric
knowledge left only t o law yers) .
Dengan dem ikian, ot onom i hukum dapat dibedakan kedalam 2
( dua) hal, yakni pert am a adalah hukum ke luar w ilayah kekuasaan
negara dan kedua, hukum harus dapas dipisahkan dengan polit ik. Dalam
hal ini kit a sebaiknya berpandangan bahw a hukum harus kem bali pada
akar m asalahnya, yakni hukum har us kem bali ke m asyarakat guna
m encari keadilan. Berkait an dengan hal ini, Max Weber m engat akan
bahwa hukum m em egang m onopoli kekuasaan negara yang sah didalam
m asyarakat sebagai suat u ciri dari negara m odern.3
Dalam suat u penegakan hukum , sesuai kerangka Friedm ann,
hukum harus diart ikan sebagai suat u isi hukum (cont ent of law) , t at a
laksana hukum (st ruct ur e of law) dan budaya hukum (cult ure of law) .
Sehingga penegakan hukum t idak saj a dilakukan m elalui
perundang-undangan, nam un j uga bagaim ana m em berdayakan aparat dan fsilit as
hukum . Juga yang t idak kalah pent ingnya adalah bagaim ana
3
m encipt akan budaya hukum m asyarakat yang kondusif unt uk penegakan
hukum .4
Keberhasilan penegakan hukum pada dasarnya dipengaruhi oleh
beberapa fakt or, dim ana fakt or- fakt or ini m em punyai hubungan yang
erat dan saling m em pengaruhi ant ara sat u dengan lainnya. Menurut
Soerj ono Soekant o, fakt or- fakt or t er sebut adalah : 5
1. Fakt or hukum nya sendiri;
2. Fakt or penegak hukum , yang m eliput i aparat at aupun lem baga yang m em bent uk dan m enerapkan huk um ;
3. Fakt or sarana pendukung penegakan hukum ; 4. Fakt or Masyarakat ;
5. Fakt or kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipt a dan rasa yang didasarkan pada m anusia dan pergaulan hidup.
Kerangka bagi pengam bilan keput usan polit ik dan penyelesaian
sengket a yang m ungkin dilakukan m elalui suat u hukum acara yang baik,
sehingga dapat dilet akkan suat u dasar hukum bagi penggunaan
kekuasaan. Hukum dapat pula berfungsi sebagai alat at au sarana
penj aga keseim bangan ant ara kepent ingan um um dengan kepent ingan
individu, sedangkan fungsi hukum sebagai kat alisat or adalah sebagai
pem bant u unt uk m em udahkan t erj adinya proses perubahan m elalui
pem bangunan hukum dengan bant uan t enaga hukum yang
berkom pet en. Dengan dem ikian, hukum berfungsi sebagai sarana
pengaw al dan pengam an pelaksanaan pem bangunan.
Dengan dem ikian, penegakan hukum dipengaruhi oleh fakt
or-fakt or ut am a, yait u : perundang- undangan, m asyarakat , sarana dan
prasarana, aparat penegak hukum , sert a kebudayaan. Kelim a fakt or
4
HM Hidayat Nur Wahid, 24/03/2006, Penegakan Hukum yang Menciptakan Keadilan, Seputar Indonesia,
Jakarta, hal. 1
5
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada,
t ersebut har us dibenahi dan diberdayakan secara kom prehensif,
sim ult an, konsist en dan berkelanj ut an.
Hukum pidana m er upakan hukum yang paling keras, karena
sanksi pidana t idak hanya dirasakan berat oleh t erpidana pada saat
dij at uhi pidana dan kem udian m enj alani pidana, t et api j uga t et ap
dirasakan sebagai penderit aan pada saat set elah m enj alani pidana. Hal
ini dim ungkinkan karena kondisi m asyarakat m asih m em berikan st igm a
sosial ( cap j ahat ) yang pernah dilakukan t erpidana, dengan segala
dam paknya .
Dikem ukakan oleh Muladi bahwa m asalah hukum pidana, m aka
subst ansi perm asalahan selalu berkisar pada t iga perm asalahan dasar,
yait u : 6
a) Perum usan perbuat an yang dipert im bangkan sebagai t indak pidana ( aspek sifat m elaw an hukum nya perbuat an) .
b) Masalah pert anggungj awaban pidana ( aspek kesalahan) .
c) Jenis sanksi yang dapat dij at uhkan t erhadap pelaku t indak pidana.
Hal ini dapat ber upa pidana (st raaf) at au t indakan t at a t ert ib
(m aat regel) .
Didalam im plem ent asi hukum pidana m aka dilakukan dengan
berbagai asas pem bat as (lim it ing principles) yang harus digunakan
apabila hendak m engoperasionalkan hukum pidana. Asas pem bat as
dim aksud sepert i asas legalit as, pem bedaan delik biasa dan delik aduan,
syarat –syarat krim inalit as, asas proporsionalit as, pedom an m enj at uhkan
pidana, asas culpabilit as, asas subsidarit as (ult im um rem idium) dan
sebagainya, yang sem uanya m engacu agar hukum pidana t idak
dit erapkan secara represif. Dikem ukakan lebih lanj ut oleh Muladi bahw a
6
asas pem bat as dalam krim inalisasi yang ut am a adalah7 :
a) Perbuat an t ersebut benar- benar vikt im ogen ( m endat angkan korban at au kerugian) , baik pot ensial m aupun riil.
b) Per buat an t ersebut , baik oleh m asyarakat m aupun penegak hukum / pem erint ah, dianggap t ercela, at au dengan perkat aan lain krim inalisasi t ersebut harus m endapat kan dukungan publik.
c) Penggunaan hukum pidana bersifat subsidiair, dalam art i sudah t idak ada sarana lain yang dapat digunakan unt uk m enghent ikan perbuat an t ersebut , kecuali dengan hukum pidana.
d) Penggunaan hukum pidana t idak akan m enim bulkan efek sam pingan yang lebih m erugikan .
e) Pengat uran dengan hukum pidana t ersebut harus dapat dit erapkan (enforcable) .
Persyarat an- persyarat an t ersebut sangat pent ing unt uk m enj am in
agar t idak t erj adi krim inalisasi yang berkelebihan (overcrim inalizat ion) .
Sedangkan m enurut Sudart o8 m em berikan pengert ian polit ik
krim inal yait u sebagai usaha rasional dari m asyarakat dalam
m enanggulangi kej ahat an. Definisi t ersebut diam bil dari definisi Marc
Ancel yang m erum uskan sebagai “t he rat ional organizat ion of t he cont rol
of crim e by societ y“ , yang dim uat dalam bukunya “Social Defence“ .
Selanj ut nya dikat akan oleh Sudart o9 bahw a pengert ian polit ik
krim inal t erdapat dalam art i sem pit dan art i luas. Dalam art i sem pit
polit ik krim inal it u digam barkan sebagai keseluruhan asas dan m et ode,
yang m enj adi dasar dari reaksi t erhadap pelanggaran hukum yang
berupa pidana. Dalam art i yang luas dikem ukakan bahw a m erupakan
keseluruhan fungsi dari aparat ur penegak hukum , t erm asuk didalam nya
cara kerj a dari pengadilan dan polisi. Sedang dalam art i yang paling luas
adalah m erupakan keseluruhan kebij akan, yang dilakukan m elalui
perundang- undangan badan- badan resm i yang bert uj uan unt uk
7
Ibid
8
Sudarto,1977, Hukum dan Hukum Pidana, Semarang, hal.38
9
m enegakan norm a- norm a sent ral dari m asyarakat .
Lebih lanj ut Muladi10 m engem ukakan bahwa sebagai salah sat u
bagian dari keselur uhan kebij akan penanggulangan kej ahat an, m em ang
penegakan hukum pidana bukan m erupakan sat u- sat unya t um puan
harapan unt uk dapat m enyelesaikan at au m enanggulangi kej ahat an
secara t unt as. Hal ini w aj ar karena pada hakekat nya kej ahat an it u
m erupakan “ m asalah kem anusiaan dan m asalah sosial“ . Walaupun
dem ikian, nam un keberhasilan penegakan hukum pidana dalam rangka
penanggulangan kej ahat an sangat diharapkan karena pada bidang
penegakan hukum inilah dipert aruhkan m akna dari “ negara ber dasarkan
at as hukum “ .
Dikem ukakan lebih lanj ut oleh Muladi11 bahw a salah sat u
karakt erist ik yang m enonj ol dalam adm inist rasi peradilan pidana adalah
badan- badan yang t erlibat cukup banyak yakni Kepolisian, Kej aksaan,
Pengadilan dan Lem baga Kem asyarakat an, oleh karena it u benar- benar
m em but uhkan pengelolaan yang seksam a. Berkait an dengan
adm inist rasi peradilan pidana m eliput i pula lem baga penasehat hukum .
m engingat peranan penasehat hukum relat if sem akin krusial, penasehat
hukum dapat dim asukan sebagai quasi sub- syst em .
Penegakan hukum pidana pada sist em hukum m odern dikelola
oleh negara m elalui alat - alat perlengkapannya dengan st rukt ur yang
birokrat is, yang kem udian dikenal dengan ist ilah adm inist rasi peradilan
pidana (adm inist rat ion of crim inal j ust ice) .
10
Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Undip, Semarang, hal. 7
11
Dikem ukakan oleh Sat j ipt o Rahardj o12 bahw a dengan sem akin
kuat nya kedudukan dan kekuasaan negara sert a pem erint ah, penerapan
keadilan it upun berpindah ke t angan negara dan dengan dem ikian lalu
dilem bagakan, khusus dalam hal ini dinegarakan. Dari penerapan
keadilan kini ist ilah yang lebih khusus, yait u : “law enforcem ent“
( pelaksanaan at au penerapan hukum ) dari “adm inist rat ion of j ust ice“
( adm inist rasi keadilan pidana) .
4. Suprem asi Hukum
Suprem asi hukum dalam bahasa I nggris “ Suprem acy” art inya
keunggulan, at au “ Suprem e” art inya t ert inggi at au ut am a. Dengan
m em pelaj ari Black’s Law Dict ionary yang digunakan secara universal
oleh pakar dan ahli hukum m em beri pengert ian bahw a suprem asi hukum
pada hakekat nya adalah kedaulat an hukum sebagai sesuat u yang
ut am a, ar t inya sem ua kehidupan berm asyarakat , bernegara dan
ber bangsa di regar a hukum dalam hal ini I ndonesia, m aka sem ua
m asyarakat , aparat penyelenggara negara t anpa t erkecuali harus t unduk
t erhadap hukum , m enghorm at i dan m engut am akan hukum bukan
m engedepankan kekuasaan dan at au bert indak sew enang- w enang
(Arbit rary) .
Unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , dilakukan m elalui
pem bangunan dibidang hukum yang m eliput i penat aan sist em hukum
nasional yang m enyeluruh dan t erpadu dengan m engakom odir sub- sub
sist em hukum yang m encakup hukum agam a, hukum adat , hukum
posit if dan segenap hukum acaranya sert a niial- nilai at au norm a yang
12
berkem bang dit engah- t engah m asyarakat . Didalam penat aan sist em
hukum nasional j uga t erm asuk upaya penat aan rat ifikasi konvensi
int ernasional, t erut am a yang berkait an dengan hak- hak asasi m anusia
( HAM) sesuai dengan kebut uhan dan kepent ingan bangsa dalam bent uk
undang- undang.
Perw uj udan suprem asi hukum j uga t idak t erlepas dari
penyelenggaraan penegakan hukum secara konsist en dalam rangka
m enj am in kepast ian hukum , keadilan dan kebenaran sert a m enghargai
hak- hak asasi m anusia. Unt uk it u kiranya perlu didukung pula dengan
penyelenggaraan proses per adilan secara cepat , m udah, m udah dan
t erbuka sert a bebas dari korupsi, kolosi dan nepot ism e ( KKN) dengan
senant iasa m enj unj ung t inggi asas kebenaran dan keadilan. Hal ini dapat
dicapai apabila disert ai dengan upaya m eningkat kan int egrit as m oral dan
profesionalism e aparat penegak hukum t erm asuk Polri, sehingga dapat
m enum buhkan kepercayaan m asyarakat t erhadap penegakan hukum di
I ndonesia.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a dalam rangka
perw uj udan Suprem asi Hukum bukan hanya m erupakan t anggung j aw ab
Polri saj a t et api j uga m erupakan t anggung j aw ab bersam a baik
pem erint ah m elalui aparat penegak hukum , lem baga legislat if, m aupun
m asyarakat secara luas. Dalam kait an ini dipedukan pula peningkat an
m em at uhi dan t unduk pada at uran hukum yang beriaku sej alan dengan
prinsip “equalit y before t he law” .
Dari uraian t ersebut diat as, penulis berpendapat bahw a unt uk
m ew uj udkan suprem asi hukum , harus dapat m em enuhi indikat
or-indikat or sebagai berikut :
1) Menunj ung t inggi keadilan dan kebenaran.
2) Menj unj ung t inggi hak asasi m anusia.
3) Bebas dari KKN.
4) Bersifat t erbuka / t ransparansi.
5) Akunt abilit as publik.
6) Bebas dari int ervensi.
E. M e t ode Pe n e lit ia n
a. Met ode pendekat an
Pendekat an yang digunakan dalam penelit ian ini adalah pendekat an
yuridis norm at if. Met ode pendekat an yuridis norm at if digunakan unt uk
m engkaj i / m enganalisis dat a skunder yang berupa bahan- bahan
hukum , t erut am a bahan- bahan hukum prim er dan bahan- bahan hukum
sekunder13. Unt uk lebih m em pert aj am , penelit ian t idak hanya berhent i
pada hukum posit if, t et api diperkaya dengan m et ode yuridis kom parat if.
13
Lihat klasifikasi bahan hukum primer dan skunder pada : Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian
b. Spesifikasi Penelit ian
Bert it ik t olak dari j udul dan perm asalahan yang m endasar i penelit ian ini,
m aka penelit ian ini t erm asuk j enis penelit ian deskript if analit is. Menurut
Burhan Bungin, penelit ian sosial yang m enggunakan for m at deskript if
bert uj uan unt uk m enggam barkan, m eringkaskan ber bagai kondisi,
berbagai sit uasi at au berbagai variabel yang t im bul di m asyarakat yang
m enj adi obyek penelit ian it u. Kem udian m enarik ke perm ukaan sebagai
suat u ciri at au gam baran t ent ang kondisi, sit uasi at aupun variabel
t ert ent u14. Di sam ping it u, penelit ian ini j uga m erupakan penelit ian
preskript if yait u suat u penelit ian yang dit uj ukan unt uk m endapat kan
saran- sar an m engenai apa yang harus dilakukan unt uk m engat asi
m asalah- m asalah t ert ent u.
c. Teknik Pengum pulan Dat a
Berdasarkan pendekat an yang dipergunakan dalam penelit ian ini
( deskript if) , m aka dat a yang dikum pulkan berupa kat a- kat a, gam bar,
dan bukan angka- angka15. Oleh karena it u t eknik pengum pulan dat a
yang dipergunakan adalah :
1. St udi Kepust akaan dan Dokum en
14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kantitatif dan Kualitatif, Airlangga University press, 2001, hal. 48.
15
Dat a yang dikum pulkan adalah dat a skunder. Dat a sekunder di
bidang hukum ( dipandang dari sudut kekuat an m engikat nya) dapat
dibedakan m enj adi16:
1) Bahan Hukum Prim er
a) Norm a dasar Pancasila;
b) Perat uran dasar : bat ang t ubuh UUD 1945, Tap MPR;
c) Perat uran perundang- undangan;
d) Bahan hukum yang t idak dikodifikasikan;
e) Yurisprudensi;
f) Trakt at .
2) Bahan Hukum Skunder
a) Rancangan perat uran perundang- undangan;
b) Hasil karya ilm iah para sarj ana;
c) Hasil- hasil penelit ian.
3) Bahan Hukum Tert ier
a) Bibliografi;
b) I ndeks kum ulat if.
Dari sekian banyak dat a skunder di bidang hukum yang dipakai dalam
penelit ian ini adalah norm a dasar Pancasila, Perat uran Dasar,
Perat uran Perundang- undangan yang t erkait , Trakt at , Rancangan
Perat uran Per undang- undangan, Hasil Karya I lm iah para sarj ana, dan
hasil- hasil penelit ian.
16
Ronny Hanitijo Soemitro, Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Di sam ping it u j uga dipergunakan dokum en- dokum en dan art ikel
m edia m assa.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan unt uk m elengkapi kaj ian yuridis- norm at if, baik
t erhadap para pakar hukum ( pidana) , m aupun perorangan / lem baga
pem erhat i / pakar / t erlibat guna m enget ahui, m enggali dan m encari
upaya- upaya yang t elah, sedang dan akan dilak ukan dalam
penegakan hukum yang dilakukan Polri di I ndonesia.
d. Met ode Analisis Dat a
Analisis dat a dilakukan secara kualit at if. Analisis kualit at if yait u m et ode
analisis yang pada dasarnya m em pergunakan pem ikiran logis, analisis
dengan logika, dengan induksi, analogi / int erpret asi, kom parasi dan
sej enis it u. Met ode berfikir yang dipergunakan adalah m et ode indukt if,
yait u dari dat a / fakt a m enuj u ke t ingkat abst raksi yang lebih t inggi,
t erm asuk j uga m elakukan sint esis dan m engem bangkan t eori ( bila
diperlukan dan dat anya m enunj ang)17. Dari analisis t ersebut kem udian
akan dit arik kesim pulan sebagai j aw aban at as perm asalahan yang ada.
F. Sist e m a t ik a Pe nu lisa n
Penulisan ini diaw ali dengan Bab I yang m enget engahkan lat ar
belakang, per um usan m asalah, kerangka t eori dan m et ode penelit ian.
Bab I I berisi Tinj auan Pust aka. Bab ini diaw ali dengan pem bahasan
m engenai, Paradigm a Baru Polri, Profesionalism e Polri.
17
Bab I I I berisi uraian Hasil Penelit ian dan Pem bahasan sebagai
berikut Gam baran Um um Tent ang Kinerj a Penegakan Hukum Dalam
Perspekt if Pr ofesionalism e Polri, Fakt or - fakt or yang m em pengaruhi
kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if profesionalism e Polri
dan Mem ant apkan kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if
profesionalism e Polri di m asa m endat ang.
Bab I V berisi Penut up berupa Kesim pulan dan Saran berdasarkan
uraian dalam hasil dan pem bahasan penelit ian yang ada.
BAB I I
TI N JAUAN PUSTAKA
A. Pa r a digm a Ba r u Polr i
Berdasarkan Undang- Undang Republik I ndonesia Nom or 2 Tahun
2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik I ndonesia dalam pasal 1
disebut kan bahwa yang dim aksud dengan keam anan dalam negeri
adalah suat u keadaan yang dit andai dengan t erj am innya keam anan dan
ket ert iban m asyar akat , t ert ib dan t egaknya hukum sert a
t erselenggaranya perlindungan, pengayom an dan pelayanan
m asyarakat .
Secara kronologis pem babakan Polri dapat diuraikan sebagai
berikut :
Di I ndonesia pengert ian polisi dikenal dalam bent uk pengaw al
pribadi dari raj a- r aj a Maj apahit , yang bernam a Bhayangkara, yang
dipim pin oleh Gadj ah Mada. Kem udian pada w akt u VOC ( 1602- 1799) ,
kepolisian di Bat avia dan sekit arnya.
Pada m asa Pem erint ahan Hindia Belanda ( 1800- 1942) , keadaan
keam anan dikat akan sangat buruk karena gangguan pasukan- pasukan
Mat aram yang dibant u dari orang- or ang yang berasal dari luar Jawa
sepert i Bugis, Bali, dan sebagainya. Ket ika perang ant ara Belanda dan
I nggris dihent ikan karena t ert angkapnya Napoleon Bonapart e, m aka
Belanda m engam bil alih pem erint ahan di I ndonesia dari t angan
Pem erint ah Pendudukan I nggris t erm asuk m em buat rancangan
perat uran t ent ang Kepolisian dan peradilan at au disebut Polit ie &
Just it iew ezen.
Pada m asa Penj aj ahan Jepang ( 1942–1945) . Bangsa I ndonesia
dipercaya oleh pem erint ah Jepang m enggant ikan kedudukan dan
kepangkat an Kepolisian yang sebelum nya dij abat oleh orang Belanda.
Pada m asa I ndonesia paska m erdeka. Pada saat penj aj ah Jepang
m em bubarkan Pet a dan Gyu Gun Kepolisian t et ap bert ugas dan pada
saat Pr oklam asi 19- 08- 1945 secara resm i Kepolisian m enj adi Kepolisian
I ndonesia yang m erdeka. Pada t anggal 29 Sept em ber 1945 Presiden RI
m elant ik Kepala Kepolisian RI pert am a yait u Jenderal Polisi RS.
Soekant o. Pada t anggal 01 Juli 1946 dibent uk j aw at an Kepolisian
negara. Lem baga Kepolisian pada saat it u bert anggung j awab kepada
Perdana Ment eri, periode ini m elahirkan Kepolisian Nasional I ndonesia.
Pada periode Republik I ndonesia Serikat ( RI S) . Bapak RS
Soekant o diangkat m enj adi Kepala Jaw at an Kepolisian negara RI S,
sedangkan Bapak R. Soem ant o sebagai Kepala Kepolisian Negara RI
yang dianut adalah sist em perlem ent er. Kepala Kepolisian Negara t et ap
dij abat Bapak RS Soekant o. Lem baga Kepolisian bert anggung j awab
kepada Perdana Ment eri / Presiden.
Pada m asa periode Dem okrasi Terpim pin. Melalui Dekrit Presiden
t anggal 5 Juli 1959 I ndonesia kem bali ke UUD 1945, lem baga Polri
berada pada Ment eri Pert am a ( Perdana Ment eri) . Ket et apan MPRS No. I
dan I I t ahun 1960 dibent uk Angkat an Bersenj at a Republik I ndonesia
( ABRI ) , yang kom ponennya t erdiri dari angkat an perang dan Kepolisian.
Pada periode ini lahirlah UU Pokok Kepolisian RI no. 13 t ahun 1961
t epat nya pada t anggal 19 Juni 1961 yang disyahkan oleh DPR- GR.
Kedudukan Polri dalam UU ini disebut kan sebagai salah sat u unsur ABRI .
Pada m asa periode Orde Baru. Guna m em perkuat int egrasi ABRI
Presiden Soehart o m engeluarkan Surat Keput usan No. 132 t ahun 1967
t anggal 24 Agust us 1967 yang m enet apkan pokok- pokok organisasi dan
prosedur bidang pert ahanan dan keam anan yang m enyat akan bahw a
ABRI m erupakan bagian dari or ganisasi Depart em en Hankam m eliput i
AD, AL, AU dan AK yang m asing- m asing diikut i oleh Panglim a Angkat an
dan bert anggung j awab kepada Menhankam Pangab ( Presiden Soehart o
sebagai Menhankam Pangab Pert am a) . Sebut an Panglim a Angkat an
Kepolisian digant i m enj adi Kepala Kepolisian Republik I ndonesia
( Kapolri) yang diat ur dalam Kepres No. 52 t ahun 1969 yang diresm ikan
pada t anggal 1 Juli 1969.
Pada m asa periode Reform asi. Sam pai dengan 21 Mei 1998 st at us
Kepolisian m asih sebagai bagian I nt egral ABRI . Set elah diundangkannya
I ndonesia yang m enggant ikan No. 13 t ahun 1961, Polri m asih
m erupakan bagian yang t idak t er pisahkan dengan ABRI . Sej alan dengan
per gant ian pim pinan Nasional, reform asi t erus bergulir yait u
dihapuskannya Dwi Fungsi ABRI dan t erpisahnya Polri dengan TNI . Hal
ini dit andai dengan adanya pidat o k enegaraan Presiden RI t anggal 15
Agust us 1998 dan I nst ruksi Presiden RI No. 2 t ahun 1999 t anggal 1 April
1999 dilakukan pem isahan Polri dari ABRI sert a dit egaskan kem bali
dalam pidat o Presiden RI t anggal 16 Agust us 1999, nam un
penyelenggaraan pem binaan Polri ada pada Depart em en Hankam .
Berdasarkan I nst ruksi Presiden RI No. 2 t ahun 1999 yang
dit egaskan kem bali dengan Kepres RI No. 89 t ahun 2000 t ent ang
kedudukan Polri, pasal 2 bahw a Polri berkedudukan langsung dibaw ah
Presiden dan pasal 2 ayat 2 Polri dipim pin oleh Kapolri yang dalam
pelaksanaan t ugasnya bert anggung j aw ab langsung kepada Presiden.
Tap MPR No. VI / MPR / 1999 t ent ang GBHN 1999- 2004 dalam but ir 5
m enegaskan t ent ang pem isahan Polri dan TNI . St at us dan kedudukan
Kepolisian RI dit egaskan kem andirian dan profesionalism enya dalam Tap
MPR No. VI I / MPR/ 2000 dalam pasal 6 ayat ( 1) dan ( 2) yang
m enegaskan Peran Polri dan Pasal 7 ayat ( 1) , ( 2) , ( 3) dan ( 4) yang
m em uat pokok- pokok pikir an.
Menurut UU RI Nom or 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara RI
pasal 1 ayat 1 m enyebut kan bahw a kepolisian adalah segala hal- ihwal
yang berkait an dengan fungsi dan lem baga polisi sesuai dengan
perat uran per undang- undangan. Dalam pasal 2 disebut kan bahw a fungsi
pem eliharaan keam anan dan ket ert iban m asyarakat , penegakan hukum ,
perlindungan, pengayom an, dan pelayanan kepada m asyarakat .
Dari pengert ian fungsi diat as, m aka dapat lah dij abar kan t
ugas-t ugas pokok kepolisian negara RI ( pasal 13 UU RI Nom or 2 Tahun 2002)
adalah :
a. Mem elihara keam anan dan ket ert iban m asyarakat ;
b. Menegakkan hukum ;
c. Mem berikan perlindungan, pengayom an, dan pelayanan kepada
m asyarakat
Dari uraian diat as t erlihat nya dengan j elas bahwa st at us dan
kedudukan Polri m engalam i perubahan. Tunt ut an m asyarakat , perj alanan
panj ang m enent ukan st at us dan kedudukan Polri sehingga m em punyai
peran yang j elas set elah r eform asi m erupakan andil r akyat . Kini saat nya
rakyat m enunt ut Polri unt uk ber buat sebagai Polri yang profesional
Selanj ut nya, dinyat akan dalam Undang- Undang Nom or 2 Tahun 2002
m engenai bat asan dan kewaj iban bagi Polri dalam m elaksanalan t ugasnya
sebagai berikut :
1) Pelak san aan k et ent u an sebagaim an a dim ak sud dalam Pasal 1 8 ay at ( 1 )
h an y a dapat dilak u k an dalam k eadaan y an g san gat per lu den gan
m em per h at ik an per at u r an per u n dan g- u n dan gan, ser t a Kode Et ik Pr ofesi
Kepolisian n egar a Repu blik I n don esia.
2) Pasal 1 9 ay at ( 1 ) dalam m elak san ak an t u gas dan w ew en an gn y a, pej abat
Kepolisian Negar a Repu blik I n don esia ber t in dak ber dasar k an n or m a h u k u m
dan m en gindahk an nor m a agam a, k esopan an, k esusilaan, ser t a m en j unj u ng
3) Dalam m elak san ak an t u gas dan w ew en an g sebagaim an a dim ak su d dalam
ay at ( 1) . Kepolisian Negar a Repu blik I n don esia m en gu t am ak an t indak an
pen cegah an.
Reform asi t ot al t elah m endorong t erlaksananya reform asi Polri sesuai
t unt ut an perkem bangan m asyarakat dalam rangka m ew uj udkan Polri yang
m andiri, profesional dan m em enuhi harapan m asyarakat . Dim ana seluruh
rakyat dan bangsa I ndonesia j uga m enghendaki agar Polri m erubah
paradigm a m enuj u Polisi Sipil ( Civilian Police) yang ant ara lain bercirikan
dem okrat is m enj unj ung t inggi kebenaran, keadilan, dan hak asasi m anusia
sert a m ewuj udkan suprem asi hukum . Pr oses reform asi t ersebut t er us
berj alan dengan langkah dan program yang lebih j elas unt uk m enat a
kem am puan dan kesiapan Polri secara m enyelur uh baik aspek St rukt ural,
I nst rum ent al m aupun aspek Kult ural. Yang kem udian dirum uskan kem bali
VI SI , MI SI Polri, t erm asuk t idak kalah pent ingnya adalah rum usan j at idiri,
kinerj a dan t ant angan t ugas Polri kedepan sert a perw uj udan budaya Polri
yang paradigm at is, yait u bersifat prot agonis, berorient asi kepada pelayanan
m asyarakat , lebih baik m encegah dari pada m enindak dan lain- lain.
Dit engah arus reform asi m enyongsong perw uj udan m asyarakat
m adani ( social societ y) dengan kecender ungan ber bagai per ubahan, akan
berpengaruh dan berim plikasi luas baik t erhadap pelaksanaan t ugas
m aupun pergeseran yang konsept ual kearah “ Paradigm a Baru Polri”.
Per um usan paradigm a bar u Polri har us berangkai dari j at idiri Polri yang
diungkapkan berdasarkan t ugas pokok Polri yang m encerm inkan nilai- nilai
Polri it u sendiri. Reform asi Polri m em ang m er upakan m asalah kom pleks dan
m em but uhkan w akt u panj ang, sert a harus dilaksanakan secara konsist en
dan konsekuen. Dalam proses perubahan paradigm a baru Polri m enuj u
Polisi Sipil, m aka set iap langkah operasional Polri dalam lingkup peran dan
t ugas pokoknya selaku pem elihara kam t ibm as, dan sebagai penegak
hukum , senant iasa dij iw ai kinerj a sebagai sosok pelindung, pengayom dan
pelayan m asyarakat .
Dalam perkem bangan dan sej arah Polri selam a ini sebagai pej uang
dan t erint egrasi dengan ABRI , t elah m engukir dan m engendap dalam diri
sert a m em bert uk w at ak anggot a m aupun or ganisasi Polri yang m enj iw ai
kiprah dan budayanya sehingga t am pak “ m enyim pang” dari hakiki j at i
dirinya, t erut am a sebagai akibat dan pengaruh dari budaya m ilit erism e.
Paradigm a yang dem ikian t elah m engham bat pem bangunan st andar
profesionalism e Polri yang m enj unj ung t inggi HAM dan kaidah- kaidah
hukum sert a sosial yang berlaku di m asyarakat .18 Keadaan t ersebut
dikait kan dengan perkem bangan global sert a t unt ut an reform asi dewasa ini,
m aka j elas bahwa kedepan Polri m em erlukan adanya pergeseran cara
berpikir dan bert indak yang berorient asi kepada suprem asi hukum ,
int egrit as m oral, et ika profesi dan kepent ingan sosial sert a perlindungan,
pengayom an dan pelayanan m asyarakat , yang m enj unj ung t inggi hak asasi
m anusia, dem okrat isasi dan keadilan sesuai j at i diri Polri it u sendiri. Apabila
pem aknaan j at i diri Polri t ersebut dapat hidup dan berkem bang dalam diri
set iap anggot a Polri, t erut am a dalam gerak dinam is kinerj a baik dibidang
pelayanan m aupun dibidang operasional yang dilandasi dengan
18
profesionalism e dan int egrit as m oral, akan m enj adi ciri dan w at ak baru Polri
sesuai t unt ut an t ugas pokoknya. Maka hal dem ikian m er upakan cerm in diri
yang sesungguhnya dari paradigm a bar u Polri. Kearah par adigm a baru
inilah Polri harus dibaw a dan diposisikan guna dapat m engem ban t ugas
pokoknya secara lebih baik sebab hanya dengan dem ikian Polri akan
m em peroleh kredibilit as, legalit as, akunt anbilit as dan w ibaw anya sehingga
senant iasa, akan dekat dan dapat dipercaya oleh rakyat nya.
B. Pr ofe sion a lism e Polr i
Tunt ut an t erhadap profesionalism e Polri dewasa ini didorong oleh
perkem bangan lingkungan st rat egik, sosial kem asyarakat an sert a t unt ut an
reform asi publik. Profesionalism e m uncul sebagai suat u kebut uhan
t erhadap t ant angan t ugas yang dihadapi, sebab t anpa pr ofesionalism e
t idaklah m ungkin t ercapai t ingkat efekt ifit as dan produkt ivit as yang t inggi.
Beberapa pengert ian berkait an dengan profesionalism e polri dapat
dikem ukakan sebagai berikut :
a . Pr ofe sion a l
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia Balai Pust aka 1999, m enyebut kan
bahwa “ Profesional adalah hal- hal yang m enyangkut dengan pr ofesi
m em erlukan kepandaian khusus unt uk m enj alankannya
m engharuskan adanya pem bayaran unt uk m elakukan”.
2) Dalam bukunya ant ara Kekuasaan dan Pr ofesionalism e m enuj u
kem andirian Polri, cet akan pert am a t ahun 2001, Kunart o
m enyebut kan bahw a “ Profesional Polri adalah yang m enget ahui,
t anggungj aw abnya sebagai seorang Polisi yang dit unj ukkan dengan
sikap yang selalu berpegang pada at uran yang berlaku”.
b. Pr ofe sion a lism e
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia cet akan Balai Pust aka t ahun 1999
disebut kan bahw a “ Profesionalism e adalah m ut u, kualit as dan t indak
t anduk yang m erupakan ciri suat u profesi at au orang yang
profesioanlism e”.
2) Menurut Kunart o pada t ahun 1999 m enyebut kan bahwa
“ Profesionalism e” adalah sebagai berikut :
a) Ket ram pilan yang didasarkan at as penget ahuan t eorit is.
b) Mem per oleh pendidikan t inggi dan lat ihan kem am puan diakui olah
rekan sej awat nya.
c) Ada “ Organisasi Profesi” yang m enj am in berlangsungnya budaya
profesi m elalui persyarat an yang m em asuki or ganisasi yait u
“ ket aat an pada Kode- Et ik Profesi” .
d) Ada nilai khusus, harus diabdikan kepada m asyarakat .
c. Pr ofe sion a lism e Polr i
Profesionalism e Polri dalam naskah m at a kuliah Manaj em en
St rat egi Polri dirum uskan sebagai berikut “ Kem ahiran dan ket ram pilan
set iap anggot a dan sat uan Polri dalam m elaksanakan t ugas, fungsi dan
perannya didukung penget ahuan, w aw asan, m oral et ika sert a et os kerj a
yang t inggi, dengan m em anfaat kan ilm u penget ahuan dan t eknologi
hukum dan perundang- undangan m aupun norm a- norm a um um lainnya
yang berlaku”.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a t unt ut an profesionalism e
Polri m erupakan kebut uhan t ugas yang disikapi sebagai bagian dari
proses adapt asi t erhadap pem aknaan j at i diri Polri sert a reakt ualisasi
at as kedudukan, fungsi dan perannya. Hal ini sej alan dengan
perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi dalam rangka
opt im alisasi pelaksanaan t ugas dalam m ew uj udkan Polri sebagai Polisi
Sipil yang profesional, berwibawa dan dapat dipercaya oleh rakyat nya.
Pem bangunan m anaj em en Polri j uga harus sesuai dengan prinsip- prinsip
yang m enganut asas ket erbukaan, efekt if dan efisien, proakt if dan
kooperat if yang didukung kem am puan m anagerial yang handal.
d. Su pr e m a si H u k u m
Suprem asi hukum dalam bahasa I nggris “ Suprem acy” art inya
keunggulan, at au “ Suprem e” art inya t ert inggi at au ut am a. Dengan
m em pelaj ari Black’s Law Dict ionary yang digunakan secara universal
oleh pakar dan ahli hukum m em beri pengert ian bahw a suprem asi hukum
pada hakekat nya adalah kedaulat an hukum sebagai sesuat u yang
ut am a, ar t inya sem ua kehidupan berm asyarakat , bernegara dan
ber bangsa di regar a hukum dalam hal ini I ndonesia, m aka sem ua
m asyarakat , aparat penyelenggara negara t anpa t erkecuali harus t unduk
t erhadap hukum , m enghorm at i dan m engut am akan hukum bukan
m engedepankan kekuasaan dan at au bert indak sew enang- w enang
Unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , dilakukan m elalui
pem bangunan dibidang hukum yang m eliput i penat aan sist em hukum
nasional yang m enyeluruh dan t erpadu dengan m engakom odir sub- sub
sist em hukum yang m encakup hukum agam a, hukum adat , hukum
posit if dan segenap hukum acaranya sert a niial- nilai at au norm a yang
berkem bang dit engah- t engah m asyar akat . Didalam penat aan sist em
hukum nasional j uga t erm asuk upaya penat aan rat ifikasi konvensi
int ernasional, t erut am a yang berkait an dengan hak- hak asasi m anusia
( HAM) sesuai dengan kebut uhan dan kepent ingan bangsa dalam bent uk
undang- undang.
Perw uj udan suprem asi hukum j uga t idak t erlepas dari
penyelenggaraan penegakan hukum secara konsist en dalam rangka
m enj am in kepast ian hukum , keadilan dan kebenaran sert a m enghargai
hak- hak asasi m anusia. Unt uk it u kiranya perlu didukung pula dengan
penyelenggaraan proses peradilan secara cepat , m udah, m udah dan
t erbuka sert a bebas dari korupsi, kolosi dan nepot ism e ( KKN) dengan
senant iasa m enj unj ung t inggi asas kebenaran dan keadilan. Hal ini dapat
dicapai apabila disert ai dengan upaya m eningkat kan int egrit as m oral dan
profesionalism e aparat penegak hukum t erm asuk Polri, sehingga dapat
m enum buhkan kepercayaan m asyarakat t erhadap penegakan hukum di
I ndonesia.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a dalam rangka
perw uj udan Suprem asi Hukum bukan hanya m erupakan t anggung j aw ab
Polri saj a t et api j uga m erupakan t anggung j aw ab bersam a baik
m asyarakat secara luas. Dalam kait an ini dipedukan pula peningkat an
et ika dan kom it m en para penyelenggar a negara unt uk bersam a- sam a
m em at uhi dan t unduk pada at uran hukum yang beriaku sej alan dengan
prinsip “ equal before t he law ”.
Dari uraian t ersebut diat as, penulis berpendapat bahw a unt uk
m ew uj udkan suprem asi hukum , harus dapat m em enuhi indikat
or-indikat or sebagai berikut :
1. Menunj ung t inggi keadilan dan kebenaran.
2. Menj unj ung t inggi hak asasi m anusia.
3. Bebas dar i KKN.
4. Bersifat t erbuka / t ransparansi.
5. Akunt abilit as publik.