• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL ETNIS BIMA, NTT, DAN ETNIS JAWA (Studi pada Masyarakat di BTN Tambana Kota Bima)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL ETNIS BIMA, NTT, DAN ETNIS JAWA (Studi pada Masyarakat di BTN Tambana Kota Bima)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL ETNIS BIMA, NTT, DAN ETNIS JAWA (Studi pada Masyarakat di BTN Tambana Kota Bima)

Firdaus,

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP Mbojo Bima) Email; firdaus2magister@gmail.com

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini mengenai bagaimana proses Interaksi etnis Bima, NTT dengan etnis Jawa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan menggunakan teori atribusi eksternal. Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan cara snow ball. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang di gunakan dengan cara reduksi data, model data serta penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa komunikasi antar budaya yang terjadi antara etnis Bima, NTT dengan etnis Jawa terjalin dengan baik. Namun interaksi yang terjadi pada awal perkenalan antara kedua budaya ini dapat dikatakan belum begitu baik, dimana antara keduanya hanya melakukan pengamatan tanpa diketahui oleh warga baru atau sebaliknya. Selanjutnya warga saling bertanya kepada warga lain yang mereka angga plebih banyak tahu informasi mengenai warga yang sedang mereka amati. Setelah beberapa kali bertemu antar warga dan saling menyapa, barulah antara satus ama lain saling mengungkapkan informasi diri mereka untuk mengetahui informasi antara satu sama lain. komunikasi yang berlangsungpun cukup efektif dan tidak memiliki hambatan yang begitu berarti. Pengaruh budaya Bima pun cukup dirasakan oleh pendatang Jawa. Bentuk interaksi yasng terjadi di BTN Tambana yang terjadi pada masyarakat Bima, NTT dan Jawa, berjalan dengan baik hal ini dikeranakan adanaya kesadaran antar mayarakat di BTN Tambana, bentuk interaksi yang terjadi seperti berbicara dengan mengguanakan Bahasa Indonesia hal ini dilakukan sebagai penghormatan pada pendatang yang belum memahami bahasa Bima, selain itu masyarakat disana sering saling tegur menegur jika berpapasan dijalan hal ini untuk mempererat kekeluargaan mereka, selain itu masyarakat tambana sering melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan itu untuk bersosialisasi maupun untuk sekedar silatuhrahim. Masyarakat Tambana sering melalukan perlombaan jika ada momen-momen seperti 17 Agustus mereka selalu berpartisipasi agar mempererat silatuhrahim dan kekeluargaan mereka.

Kata Kunci: Interaksi Sosial, Etnis, dan Budaya PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain tentunya tidak terlepas dari komunikasi dan interaksi dengan makhluk sosial lainnya. Baik dalam lingkup tempat tinggal maupun dengan lingkup yang lebih luas atau yang berada di tempat jauh. Dengan tatap muka maupun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi

seperti internet, yaitu dengan menggunakan media sosial yang sudah begitu banyak diciptakan.

Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekterm manusia

(2)

akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.

Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.

Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menJadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.

Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana

alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) Intinya interaksi sosial yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll).

Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku, ras, agama, dan bahasa di tiap-tiap provinsinya. Sejalan dengan hal tersebut, di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat banyak melakukan perjalanan ke berbagai daerah, kota, atau bahkan keluar negeri. Baik untuk keperluan bisnis, pekerjaan, hingga melakukan traveling. Perjalanan tersebut memaksa para pelakunya untuk mengenal dan mengetahui budaya-budaya baru yang mereka jumpai.

Budaya adalah kebiasaan, kebiasaan yang diwarisi dari orang-orang terdahulu (nenek moyang), kemudian diikuti oleh keturunannya, dan begitu pula seterusnya. Budaya sangat melekat pada kehidupan manusia, sehingga masyarakat cenderung lebih mudah menerima dan mempercayai budaya yang mereka pahami dan ketahui. Budaya telah berakar dalam diri setiap masing-masing individu, oleh karenanya budaya sangat mempengaruhi kehidupan manusia seperti misalnya; bahasa, gaya hidup, perilaku, sampai pengambilan keputusan, dan lain-lain.

Mobilitas yang cukup tinggi memicu pertemuan antara manusia-manusia dengan latar belakang budaya yang berbeda termasuk cara pandang mereka terhadap suatu hal, pada dasarnya manusia tidak ada yang sama, masing-masing memiliki identitas budaya

(3)

yang berbeda. Dari sinilah tercipta sebuah komunikasi antar manusia yang berbeda budaya tersebut yaitu Komunikasi antarbudaya.

Menurut Dedi Mulyana Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal nonverbal), kapan mengkomunikasikannya. dadananugrah.wordpress.com.

Budaya sangat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi, sehingga cara bicara intonasi, yang telah menjadi kebiasaan dari dua orang yang berbeda budaya yang terdengar antara satu sama lain dapat mempengaruhi efektif atau tidaknya sebuah komunikasi yang sedang berlangsung.

Kota Bima merupakan salah satu Kota tujuan yang juga banyak didatangi oleh masyarakat pendatang yang berasal dari daerah lain. Umumnya orang-orang ini datang untuk bekerja dan mencari peruntungan dengan memanfatkan peluang yang ada di Kota Bima, sehingga mengharuskan mereka untuk tinggal dan menetap di kota yang dulunya dipimpin pertama kali oleh Sultan Abdul Kahir ini.

Masyarakat Bima memiliki karakter yang cenderung keras, namun kehidupan masyarakat Bima masih berpedoman pada norma agama, dimana sistem kekeluargaannya masih melekat dan menjadi ciri khas, hal ini dapat dilihat dari terjalinnya silaturahmi antar masyarakat seperti gotong royong, mbolo weki (musyawarah bersama) dan berbagai kegiatan

sejenisnya. Masyarakat Bima biasanya sangat bersikap ramah terhadap pendatang dengan lebih menjaga tutur kata dan perilaku mereka, hal ini tidak lain dikarenakan oleh sifat masyarakat Bima yang mudah menerima pendatang dan berjiwa kekeluargaan. Tidak heran, para pendatang sangat betah tinggal dan menetap di kota Bima, Sadar atau tidak sadar hal tersebut menyebabkan terjadainya Komunikasi antarbudaya.

Tubbs dan Moss (dalam Ahmad, Komunikasi antarbudaya 2011 : 13) Komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah angota dari suatu budaya lain. Komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, ataupun perbedaan sosioekonomi).

Sihabudin mengemukakan dalam bukunya Komunikasi antarbudaya (2011:52) budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula praktik-praktik komunikasi. Kita perlu menaruh perhatian khusus untuk menjaga jangan sampai perbedaan kultur menghambat interaksi yang bermakna, melainkan justru menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman komunikasi. Jika ingin berkomunikasi secara efektif maka perlu memahami dan menghargai perbedaan ini. Kita juga perlu memahami penghambat-penghambat yang lazim serta prinsip-prinsip efektifitas untuk berkomunikasi diantara kultur yang berbeda.

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota budaya lain. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang dalam suatu situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi baik dalam budaya lain (Sihabudin, 2011:21).

Melalui komunikasi antarbudaya secara tidak langsung kita saling mempelajari budaya yang dimiliki oleh orang-orang yang berbeda

(4)

budaya dengan kita. Dengan demikian kita dapat saling memahami antar satu sama lain untuk dapat menciptakan komunikasi yang lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas dan realitas yang ada di BTN Tambana Kota Bima, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Interaksi sosial Etnis Bima, NTT, dan Etnis Jawa (Studi pada Masyarakat di BTN Tambana)”.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Social

Interaksi sosial adalah Hubungan timbal balik dalam masyarakat yang tercipta karena adanya komunikasi antara satu pihak dengan pihak lainnya melalui sebuah tindakan tertentu. Tindakan yang dimaksud disini adalah semua tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang manusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia pasti membutuhkan bantuan dari individu atau kelompok lain, oleh karena itu kita sebagai manusia sebenarnya melakukan interaksi sosial dengan tujuan utama untuk bertahan hidup.

1. Interaksi antara individu dengan individu adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/ stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. 2. Interaksi antara individu dengan kelompok

secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada

saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.

3. Interaksi antar kelompok dengan kelompok bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Syarat terjadinya interaksi social

Suatu proses sosial harus memenuhi dua syarat berikut untuk dapat dikatakan sebagai Interaksi Sosial.

1. Kontak Sosial

Kata kontak berasal dari bahasa latin “con” yang artinya bersama dan “tango” yang artinya menyentuh. Secara harfiah kontak sosial dapat diartikan “sama – sama menyentuh. Arti kata kontak dalam ilmu sosial tidaklah harus dengan sentuhan atau koneksi fisik. Kontak sosial merupakan sebuah tindakan yang menimbulkan kesadaran untuk saling berhubungan dari satu pihak dengan pihak lainnya. Kontak sosial dapat berupa sebuah percakapan, berjabat tangan, percakapan atau bahkan dengan sebuah isyarat. Oleh karena itu hubungan fisik tidak menjadi syarat pokok terjadinya kontak sosial.Kontak sosial dapat terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Berdasarkan bentuk hubungannya, Kontak sosial dapat menimbulkan interaksi sosial yang negatif dan positif. Kontak sosial positif biasanya akan berakhir pada interaksi sosial yang juga positif seperti kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif juga akan berakhir pada interaksi sosial yang negatif seperti pertengkaran. b. Berdasarkan tingkat hubungannya, kontak

sosial terbagi menjadi dua, kontak sosial primer dan kontak sosial sekunder. Kontak sosial primer merupakan kontak sosial yang terjadi dengan kedua belah

(5)

pihak bertatap muka secara langsung, contohnya penjual dan pembeli atau guru dengan muridnya. Sedangkan kontak sosial sekunder adalah kontak sosial yang terjadi secara tidak langsung (melalui perantara), misalnya ketika kita berbicara melalui telepon. Penting diingat bahwa perantara disini bukan hanya benda, bisa juga manusia yang jadi perantara, contohnya seorang ayah menyuruh anaknya untuk menyampaikan sesuatu kepada sang ibu, anaknya disini menjadi perantara dalam kontak sosial yang terjadi.

c. Berdasarkanbentuk hubungannya kontak sosial dapat terjadi antara individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pada umumnya komunikasi yang sering kita lihat dilakukan secara verbal (berbicara) dengan menggunakan cara yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, contohnya dengan menggunakan bahasa dari suatu negara tertentu. Tetapi komunikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, menunjukkan sikap tertentu, ekspresi wajah, dll. Intinya jika informasi yang ingin disampaikan oleh satu pihak dapat diterima dengan baik oleh pihak lainnya, maka komunikasi sudah terjadi antara kedua belah pihak tersebut.Ada lima komponen pokok selama terjadinya komunikasi:

a. Pengirim (sender), pihak yang mengirimkan informasi.

b. Pesan (message), isi atau informasi yang akan disampaikan.

c. Saluran (channel), media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.

d. Penerima (receiver), pihak yang menerima pesan.

e. Umpan Balik (Feedback), tanggapan dari penerima terhadap pesan yang dikirim oleh si pengirim.

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi social

Berlangsungnya suatu Interaksi sosial dapat didasarkan pada beberapa faktor berikut: 1. Sugesti; Sugesti adalah pemberian

pengaruh atau merangsang tumbuhnya pandangan seseorang pada orang lainnya melalui cara tertentu sehingga orang tersebut memiliki pandangan yang sama dengan pihak yang men-sugestinya tadi. Seseorang mensugestikan bahwa calon pemimpin A lebih baik daripada pemimpin B dengan cara menjabarkan kelebihan pemimpin A dan menggambarkan kekurangan pemimpin B.

2. Imitasi; Sederhananya imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik suatu pihak tertentu. Imitasi biasanya terjadi secara tidak sadar dan karena pengaruh kehidupan orang yang ditiru dan orang yang menirunya. Contoh imitasi adalah seorang anak yang meniru orang tuanya. Imitasi berhubungan erat dengan lingkungan seseorang.

3. Identifikasi; Identifikasi dalam ilmu sosial adalah kencenderungan atau keingin dalam diri seseorang untuk menyamakan dirinya dengan pihak lain. Proses identifikasi ini dapat berlangsung tanpa disadari ataupun dilakukan dengan sengaja, biasanya kita ingin menjadi seperti orang lain yang mempunyai kedudukan lebih tinggi atau dihormati.

4. Empati; Empati adalah ketertarikan terhadap seseorang secara emosional terhadap orang lain. Ikatan emosi orang yang ber-empati dengan orang yang dikagumi biasanya sangat kuat secara emosional. Sehingga biasanya kehidupan orang yang dikagumi akan mempengaruhi

(6)

kehidupan orang yang mengaguminya. Contohnya adalah jika seorang teman kita orang tuanya meninggal, maka kita juga akan merasa sedih karena kita ber-empati kepadanya.

5. Simpati; Simpati adalah proses kejiwaan dimana seseorang indvidu merasa tertarik atau terhubung dengan orang lainnya. Simpati dapat timbul karena pengaruh dari sikap, penampilan, wibawa, perbuatan atau hal hal lainnya dari seseorang. Simpati berbeda dengan empati, kehidupan orang yang dikagumi biasanya tidak mempengaruhi kehidupan orang yang mengagumi secara mendalam.

6. Motivasi; Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuan dalam kehidupannya. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi apabila ia secara terus menerus, dengan pasti dan tekun berusaha mencapai sebuah tujuan dalam kehidupannya.

7. Lainnya; Ada banyak proses sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu interaksi sosial. Adanya tingkat kesadaran di dalam masyarakat untuk mempertahankan suatu kesatuan akan menciptakan sebuah sistem komunikasi. Sistem ini akan membuat interaksi sosial terus terjadi dan banyak faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi tersebut.

Macam-Macam Bentuk Interaksi Sosial Berlangsungnya suatu Interaksi sosial dapat dibedakan pada beberapa macam sebagai berikut:

1. Interaksi Sosial Asosiatif; Interaksi Sosial Asosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah kepada hal – hal positif. Terdapat beberapa jenis interaksi sosial yang termasuk kedalam kelompok interaksi sosial asosiatif yaitu:

a. Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara pihak yang melakukan interaksi sosial untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama biasanya terjadi karena suatu pihak menyadari dirinya memiliki kepentingan yang sama dengan pihak lain, untuk membuat tercapainya tujuan itu menjadi lebih mudah, efektif dan efisien maka terciptalah sebuah hubungan kerja sama.Berdasarkan bentuknya kerjasama dibagi menjadi beberapa macam.

1) Kerja sama Spontan, berlangsung secara spontan / serta merta

2) Kerja Sama Langsung, kerjasama yang dilakukan karena perintah atasan atau penguasa

3) Kerja Sama Kontrak, kerja sama yang dilakukan atas dasar kontrak (perjanjian) tertentu yang telah disepakati dalam waktu tertentu

4) Kerja Sama Internasional, kerja sama yang dilakukan atas dasar sistem tradisi. b. Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah proses sosial untuk meredakan pertentangan antar dua pihak atau lebih. Tujuan dari akomodasi adalah untuk mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, permusuhan antarsuku, mencegah konfilk dan mengupayakan pembauran antara dua pihak berbeda.Beberapa bentuk akomodasi adalah sebagi berikut: 1) Koersi, merupakan akomodasi yang

terjadi karena paksaan kehendak dari suatu pihak (yang lebih kuat) terhadap pihak lain yang lebih lemah.

2) Kompromi, merupakan akomodasi terbentuk karena pihak yang terlibat bersedia merasakan dan memahami kegiatan pihak lain serta mengupayakan suatu cara untuk meredakan perselisihan dengan persetujuan pihak yang terlibat. 3) Arbitrase, merupakan akomodasi yang

terjadi karena pihak yang terlibat pertentangan tidak bisa menyelesaikan masalah mereka sehingga diundang pihak

(7)

ketiga yang kedudukannya lebih tinggi untuk membantu penyelesaian masalah. Pihak ketiga ini biasanya tidak berhubungan dengan konflik, bersifat netral, dan berasal, dan badan yang berwenang.

4) Mediasi, hampir sama seperti arbitrase, yaitu mengundang pihak ketiga untuk menyelesaikan permasalahan. Perbedaannya, keputusan pihak ketiga ini sifatnya tidak mengikat pihak yang bertentangan.

5) Ajudikasi, proses akomodasi penyelesaian perkara melalui pengadilan.

6) Kosilasi, merupakan usaha mempertemukan keingian kedua belah pihak dan mencapai persetujuan bersama melalui perundingan.

7) Stalemate, merupakan akomodasi dengan menurunkan kekuatan dua belah pihak yang berselisih serendah mungkin sehingga mencapai suatutitik seimbang. Dua belah pihak ini tidak boleh muju atau mundur dari keadaan seimbang tersebut dan menunggu hingga konflik reda dengan sendirinya.

8) Segregasi, merupakan akomodasi karena pihak yang bertentangan saling memisahkan diri atau saling menghindar satu sama lain.

9) Gencatan Senjata, penangguhan permusuhan atau peperangan dalam waktu tertentu.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses penggabungan kebudayaan sehingga masing masing pihak yang terlibat merasakan adanya kebudayaan tunggal baru milik bersama. Beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi antara lain adalah sebagai berikut: 1) Toleransi

2) Kesempatan dalam bidang ekonomi yang seimbang

3) Sikap saling menghargai

4) Sikat terbuka dari golongan yang berkuasa dalam lingkungan masyarakatnya

5) Persamaan unsur unsur kebudayaan dasar 6) Perkawinan campuran

7) Adanya tujuan dan musuh yang sama. d. Akulturasi

Akulturasi adalah proses diterimanya unsur – unsur kebudayaan asing yang masuk tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari unsur unsur kebudayaan yang sudah ada sebelumnya. Biasanya unsur kebudayaan asing yang derima adalah dalam bentuk benda yang dirasa mudah digunakan dan bermanfaat bagi kehidupan.

2. Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi Sosial Disosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah kepada hal – hal negatif. Terdapat beberapa jenis interaksi sosial yang termasuk kedalam kelompok interaksi sosial Disosiatif yaitu:

a. Persaingan (Competition); Persaingan adalah proses sosial saling bersaing antara suatu pihak dengan pihak lainnya secara bersih tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Kontraversi; Kontraversi merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang berada diantara persaingan dan konflik. Ada beberapa bentuk Kontraversi,

c. Konflik(Pertentangan); Konflik merupakan interaksi sosial negatif dimana suatu pihak berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang atau menghilangkan pihal lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Teori Interaksi Sosial

Dalam penelitian ini saya menggunakan teori atribusi eksternal. Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter,

(8)

sikap, dan sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan atas prilaku yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu. Contoh: Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya, begitu pula dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan pernah juga bertengkar dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya, Topan hanya bertengkar dengan guru matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan bahwa Topan marah kepada guru matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan karena watak topan yang pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang merupakan proses pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.

Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.

Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari

pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.

Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang ini adalah cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973).

1. Komponen dan Karakteristik Atribusi Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).

Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi. Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni:

a. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau

(9)

karena factor yang berasal di lingkungan kita.

b. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.

c. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.

Merupakan faktor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol, misalnya seseorang gagal dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit karena bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan. Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.

2. Factor yang mempengaruhi atribusi

Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara lain:

a. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan control langsung.

b. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian besar di luar pembelajaran control.

c. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak control.

d. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.

Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi yaitu:

a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas

b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Penelitian ini akan dilaksanakan di BTN Tambana yang berlokasi di jalan Karantina Baru, Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan Asakota, Kota Bima.

Informan dipilih secara Snowball (dengan memiliki Kritirea inklusi) dan Key Person. Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam peneletian ini yaitu reduksi data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung

(10)

terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

Sementara itu teknik uji keabsahan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik tingulasi sumber. Triangulasi Sumber yakni menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut. Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penyajian data deksriptif dimana penulis menganalisa serta memaparkan hasil penelitian berdasarkan fakta yang didapat di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara geografis Kota Bima terletak di pulau Sumbawa bagian timur pada posisi 118* 41’00 bujur timur dan 8*30’00 lintang selatan dengan batas wilayah sebelah utara kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, Sebelah Timur Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Sebelah selatan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima dan sebelah barat Teluk Bima. Di lansir dari arujiki.blogspot.co.id.

Budaya Etnis Bima dan Etnis Jawa yang peneliti teliti berlokasi di BTN Tambana, Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan Asakota, Kota Bima. Lokasi tersebut dipilih karena peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang proses komunikasi antarbudaya yang terjadi di BTN Tambana. Selain itu, terdapat cukup banyak masyarakat Jawa yang tinggal dan menetap di lokasi tersebut, sehingga mempermudah peneliti mengumpulkan berbagai informasi dari narasumber.

Luas wilayah Kota Bima adalah 222,25 Km2 yang terbagi dalam lima kecamatan yaitu kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Asa Kota, Kecamatan Mpunda, Kecamatan

Rasanae Timur dan Kecamatan Raba. (arujiki.blogspot.co.id)

Kelurahan Jatiwangi merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Asakota. Kelurahan Jatiwangi memiliki luas wilayah 846,5 Ha, yang disebelah timurnya berbatasan dengan Kelurahan Jatibaru dan Matakando, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Kelurahan Sarae. Sedangkan disebelah selatannya berbatasan dengan Kelurahan Na’e dan Santi kemudian di sebelah utara berbatasan dengan Kolo.

Jumlah penduduk diKelurahan Jatiwangi adalah 9.063 jiwa yang terdiri dari 1.777 Kepala Keluarga. Terdapat 9 Lingkungan yakni: Jatiwangi, Tato, Pelita, Gindi, Tambana, Tolotongga, Kedo, Mekar Baru, dan Songgela. Di Lingkungan Tambana sendiri memiliki 1 RW dan 5 RT yang 3 diantaranya adalah termasuk BTN Tambana yang merupakan lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian.

Jumlah keseluruhan Kepala Keluarga yang ada di BTN Tambana keluraham Jatiwangi kecamatan Asakota yaitu 212 kepala keluarga dari 3 RT (Rukun Tetangga) terdiri dari RT 17, RT 29, dan RT 30 RW 06. Dari 212 Kepala Keluarga, 43 Orang diantaranya merupakan Etnis Jawa, 56 Orang lainnya berasal dari Etnis selain NTT, sementara sisanya berasal dari Etnis Bima dan etnis lain. Rata-rata pekerjaan masyarakat disana adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Komunikasi Etnis Bima, NTT dengan Etnis Jawa di BTN Tambana

1. Motivasi Pendatang (Etnis Jawa dan NTT) Pindah Ke Bima

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari tempat satu ke tempat lainnya. Ada yang menetap dalam waktu yang relatif singkat ada pula yang menetap dalam waktu yang relatif lama, masyarakat yang menetap dalam waktu yang relatif lama biasanya mereka yang sudah memiliki keluarga dan

(11)

pekerjaan tetap. Berbagai macam alasan yang menjadi faktor terjadinya perpindahan penduduk. Mulai dari alasan politik, sosial, ekonomi, agama, dan lain sebagainya.

2. Respon Etnis Bima Terhadap Etnis Jawa dan NTT

Seperti masyarakat indonesia pada umumnya yang memiliki rasa toleransi dan saling menghormati. Etnis Bima yang ada di BTN Tambana pun demikian, umumnya etnis Bima memiliki sikap mudah menerima siapapun termasuk pendatang. Dengan demikian respon mereka terhadap etnis Jawa dan NTT tentunya akan sangat baik. Mereka bisa menerima etnis Jawa dan NTT dengan tangan terbuka, etnis Bima, NTT dan etnis Jawa bisa saling membaur antara satu sama lain di BTN Tambana.

3. Hambatan Komunikasi Antarbudaya Antara Pendatang Dengan Penduduk Lokal

Dalam sebuah proses komunikasi, hambatan itu tentu ada baik dari komunikator maupun komunikan, atau dari keduanya. Apalagi terkait dengan komunikasi antarbudaya, perbedaan pendapat dan lain sebagainya tentu ada mengingat komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya. Dari masing-masing individu pun tidak sama, sehingga mudah timbul hambatan dalam berkomunikasi. Walaupun hambatan yang ada dapat diatasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya tersebut. 4. Pengaruh Budaya Pendatang (Jawa dan

NTT) Terhadap Masyarakat Bima

Perpindahan penduduk dari wilayah satu ke wilayah lain membawa pula kebiasaan yang mereka lakukan di wilayah sebelumnya, ada atau tidaknya pengaruh terhadap wilayah yang baru tergantung seberapa banyak dan sejauh

mana pendatang tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap warga lokal.

5. Pengaruh Budaya etnis Bima Terhadap etnis Jawa dan NTT di BTN Tambana

Saat pendatang bermukim di tempat baru dengan mayoritas penduduk asli, tentunya banyak hal baru yang mereka ketahui, termasuk kebiasaan yang dilakukan masyarakat di wilayah baru tersebut. Kondisi alam dan keagamaan yang berbeda dengan wilayah sebelumnya turut mempengaruhi kebiasaan pendatang. Namun budaya asli mereka yang telah terbiasa mereka lakukan dan telah melekat pada diri mereka tetap dipertahankan.

Seperti yang terjadi di BTN Tambana, sebagian besar masyarakat etnis Jawa terpengaruh dengan budaya etnis Bima, misalnya bahasa dan mulai menyukai kuliner Bima yang tentunya mereka ketahui dari tetangga mereka yang merupakan etnis Bima. 6. Kesan Masyarakat Etnis Jawa dan NTT

Terhadap Masyarakat Etnis Bima

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya kita akan banyak menemui orang-orang baru, dalam lingkungan tempat tinggal maupun dalam lingkungan kerja. Akan tercipta pula kesan terhadap orang baru tersebut dan sebaliknya. Bagaimana kita memberikan gambaran diri dan penilaian terhadap orang lain itu tergantung seberapa pandai kita membawa diri. Orang lain dapat menilai diri kita melalui penampilan, cara bicara, bahasa tubuh, cara berpakain dan lain-lain.

Kesan masyarakat etnis jawa terhadap masyarakat etnis Bima yang ada di BTN Tambana cukup baik, walaupun ada beberapa warga yang belum terbiasa dengan intonasi masyarakat etnis Bima saat bicara namun masyarakat etnis Jawa bisa memahami hal tersebut, dan rata-rata mengungkapkan bahwa masyarakat etnis Bima itu baik

(12)

7. Kesan Masyarakat Etnis Bima Terhadap Masyarakat Etnis Jawa dan NTT.

Manusia tidak dapat menghidari interaksi dengan manusia lainnya, karna manusia merupakan makhluk sosial, yang setiap harinya pasti berkomunikasi. adanya perbedaan budaya dalam masing-masing individu memberikan kesan tersendiri bagi setiap individu tersebut.

Umumnya etnis Jawa yang kita ketahui memiliki tata krama yang begitu baik, seperti kesan yang tercipta dari masyarakat etnis Bima terhadap masyarakat etnis Jawa yang ada di BTN Tambana.

Berdasarkan penuturan masyarakat etnis Bima mengenai kesannya terhadap masyarakat etnis Jawa di BTN Tambana sejalan dengan apa yang kita ketahui bagaimana masyarakat etnis Jawa pada umumnya, tergambar jelas bahwa kesan masyarakat etnis Jawa sangat baik, sopan, dan mampu membaur dengan masyarakat etnis Bima yang ada di BTN Tambana.

Bentuk Interaksi Sosial di Masyarakat BTN Tambana

Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekterm manusia akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.

Dalam proses interaksi social mengharuskan ada hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah

laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi. Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik.

Bentuk interaksi yasng terjadi di BTN Tambana yang terjadi pada masyarakat Bima, NTT dan Jawa, berjalan dengan baik hal ini dikeranakan adanaya kesadaran antar mayarakat di BTN Tambana, bentuk interaksi yang terjadi seperti berbicara dengan mengguanakan Bahasa Indonesia hal ini dilaskukan sebagai penghoitmatan pada pendatang yang belum memahami baha Bima, selain itu masyarakat disana serinfg saling tegur menegur jika berpapasan dijalan hal ini untuk memper erat kekeluargaan mereka, selain itu masyarakat tambana sering melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan itu untuk bersosialisasi maupun untuk sekedar silatuhrahim. Masyarakat Tambana sering melalukan perlombaan jika ada momen-momen seperti 17 Agustus mereka selalu berpartisi pasi agar mempererat silatuhrahim dan kekeluargaan mereka.

KESIMPULAN

Pada dasarnya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses Komunikasi antarbudaya antara etnis Bima dengan etnis Jawa yang berada di BTN Tambana, Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan Asakota, Kota Bima. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bagaimana proses komunikasi yang terjadi antara etnis Bima dengan etnis Jawa di BTN Tambana dan beberapa hambatan serta solusinya. Awalnya proses komunikasi yang terjadi antara dua etnis yang berbeda berlangsung secara pasif, kemudian seiring dengan peningkatan interaksi

(13)

antara kedua etnis, komunikasi yang terjadipun mengalami perubahan dari pasif menjadi aktif, hingga akhirnya berlangsung secara interaktif. Komunikasi pasif yang dimaksud, dimana komunikator tidak mencoba melakukan komunikasi secara langsung dengan komunikan untuk mendapakan informasi namun melibatkan pihak ketiga untuk mengurangi ketidakpastian informasinya. Selanjutnya setelah terjadi interaksi antara kedua etnis, proses komunikasinya berubah menjadi aktif dimana komunikator dan komunikan mulai berkomunkasi secara langsung. Perlahan terjadi peningkatan interaksi antara kedua etnis sehingga memicu terjadinya proses komunikasi strategi interaktive, dimana komunikator dan komunikan yang berbeda etnis mulai saling mengungkapkan isi pikiranya secara terang-terangan kepada lawan bicara.

Dalam proses komunikasi antara etnis Bima dan Jawa yang terjadi di BTN Tambana beberapa hambatan yang mengurangi efektifitas komunikasi antara lain seperti, bahasa, kesibukan masing-masing masyarakat, dan kurangnya interaksi antar masyarakat. Namun sejauh ini komunikasi yang berlangsung dirasa sudah cukup efektif oleh masyarakat etnis Bima dan masyarakat etnis Jawa. Antara kedua budaya ini dirasa saling mempengaruhi satu sama lain, seperti dalam hal bahasa, cara bicara, dan penerapan pola didik kepada anak-anak mereka, serta gaya hidup.

Bentuk interaksi yasng terjadi di BTN Tambana yang terjadi pada masyarakat Bima,

NTT dan Jawa, berjalan dengan baik hal ini dikeranakan adanaya kesadaran antar mayarakat di BTN Tambana, bentuk interaksi yang terjadi seperti berbicara dengan mengguanakan Bahasa Indonesia hal ini dilaskukan sebagai penghoitmatan pada pendatang yang belum memahami baha Bima, selain itu masyarakat disana serinfg saling tegur menegur jika berpapasan dijalan hal ini untuk memper erat kekeluargaan mereka, selain itu masyarakat tambana sering melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan itu untuk bersosialisasi maupun untuk sekedar silatuhrahim. Masyarakat Tambana sering melalukan perlombaan jika ada momen-momen seperti 17 Agustus mereka selalu berpartisi pasi agar mempererat silatuhrahim dan kekeluargaan mereka.

Sehubung dengan adanya beberapa permasalahan yang ada, maka penulis akan memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk ketiga masyarakat agar lebih

meningkatkan lagi silaturahmi dan silaturahim antara sama lain agar tidak terdapat hambatan dalam berkomunikasi, dengan lebih sering mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat secara langsung.

2. Peran dari RT dan RW setempat sangat dibutuhkan agar kedua masyarakat yang berebeda budaya ini dapat saling hidup berdampingan dengan tetap menjaga lingkungan tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah dadan, 2014. dadangnugrah. wordpress.com/category/komunikasi-antarbudaya/ (dikutip tanggal 2 februari 2017 pada pukul 20.25)

Bobsusanto, 2015. Spengetahuan.com /2015/03/100-macam-pengertian -komunikasi-menurut-para-ahli. html (dikutip tanggal 2 februari 2017 pada pukul 10.23)

(14)

Comdom,2010.Communicationdomain.wordpress.com/2010/12/17/model-model-komunikasi/ (dikutip tanggal 15 mei 2017 pada pukul 16.32)

Hanifah Oel, 2012. oelhanifah. blogspot.co.id/2012/11/teori-pengurangan-ketidakpastian. html (dikutip tanggal 20 mei 2017 pada pukul 21.05)

Liliweri, Alo. 2004. Dasar – Dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ma Mbari Dana, 2011. arujiki. blogspot.co.id/2011/05/profil-kota-bima.html (di kutip pada tanggal 16 april 2017)

Miles, Matthew dan Huberman,A.Michael.1992.Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

--- & Jalaludin, Rakhmat 2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ningrat,Soewarno Handaya.1980. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen. Jakarta.CV Haji Masagung

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi antarbudaya.Jakarta:Bumi Aksara

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta

Taylor & Bogdan, 1984. Penghantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito

Saipudin Ikhwan, 2014. saipudinikhwan.wordpress.com/2014/01/04/jenis-jenis-komunikasi/(di kutip tanggal 15 mei 2017 pada pukul 16.14)

Sfp Irman, 2015. www.irmanfsp. com/2015/08/pengertian-komunikasi-antar-budaya.html (di kutip tanggal 1 mei 2017 pada pukul 09.15)

unknown, 2016. muhammadazzikra15. blogspot.co.id/2016/09/pengertian-etnis.html (dikutip tanggal 29 agustus 2017 pada pukul 09.18)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kandungan air tanah dapat dilakukan dengan memberikan material berpori dalam tanah untuk meningkatkan daya atau

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUKAN MEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA.. KELAS XII IPA SMA NEGERI

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana

Penelitian ini membatasi permasalahan pada: berapa dan darimana modal awal para pelaku UMKM; bagaimana pengelolaan modal pinjaman yang dilakukan para pelaku UMKM; dan

Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.. Tanggung jawab terhadap penggunaan anggaran

pendugaan umur simpan cookies kaya serat yang diperoleh dengan metode ASLT model pendekatan kadar air kritis untuk kemasan polietilen, metalizing, dan alumunium foil

tampak bahwa sapi yang diberi jerami fermentasi ditambah dengan pemberian dedak padi tiga kg (perlakuan D) menunjukkan PBBH lebih tinggi dibanding dengan

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya, Diana Fitriana menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK, KEWAJARAN HARGA DAN KEPUASAN