• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Stakeholder Terhadap Beberapa Klon Bunga Potong Krisan di Daerah Istimewa Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Preferensi Stakeholder Terhadap Beberapa Klon Bunga Potong Krisan di Daerah Istimewa Yogyakarta"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

73

Preferensi Stakeholder Terhadap Beberapa Klon Bunga

Potong Krisan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Sudaryono, Endang Wisnu, dan Tri Martini

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

ABSTRAK. Bunga krisan merupakan salah satu bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bunga krisan yang terdapat di pasar domestik telah banyak varietasnya. Namun terbatasnya keragaman genetik tanaman krisan dalam negeri menjadi kendala utama dalam pemasaran tanaman itu sehingga saat ini masih bergantung pada varietas krisan immmmmport. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangsa pasar akan koleksi varietas baru dan untuk perbaikan varietas nasional yang sudah ada, maka diujicoba pertanaman 10 klon bunga krisan. Tujuan penelitian ini mengetahui preferensi stakeholder (pemerintah, petani, pedagang dan konsumen) bunga krisan terhadap 10 klon baru hasil pemuliaan tanaman BALITHI. Penelitian dilaksanakan di Greenhouse UPTD BPPTPH, Dusun Ngipiksari, Desa Hargobinangun, Kabupaten Sleman pada bulan September 2010. Data dianalisa statistik dengan metode ANOVA dan dilanjutkan dengan uji beda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel penilaian preferensi stakeholder yang memiliki nilai kesukaan tertinggi adalah klon baru bunga krisan I sebesar 2.72 dengan tingkat penerimaan moderat.

Kata kunci: Krisan, Yogyakarta dan preferensi konsumen.

ABSTRACT. Chrysanthemum is one type of cut flowers that have a high economic value. Chrysanthemum flower found in the domestic market has many different varieties, but the limited genetic diversity of plants became a major obstacle in the marketing of cut flower chrysanthemum, which is still dependent on imported varieties of chrysanthemum. In order to meet the needs of the market share will be a collection of new varieties and for the improvement of existing local varieties, then produced 10 new clones of chrysanthemum flowers. The purpose of this study was to determine the preferences of stakeholders (government, farmers, traders) and consumers chrysanthemums against 10 new clones of participatory plant breeding. Research conducted at the Greenhouse UPTD BPPTPH, Hamlet Ngipiksari, Hargobinangun village, Sleman regency in September 2010.. Data were analyzed statistically by the method of ANOVA test followed by a real difference. The results showed that overall assessment variables and consumer preferences of stakeholders who have the highest preference value is a new clone chrysanthemums I of 2.72 with a moderate level of acceptance.

(2)

74

PENDAHULUAN

Krisan (Chrysanthemum sp.), biasa dikenal dengan sebutan bunga aster atau seruni mulai banyak bersanding dengan bunga-bunga lainnya dalam rangkaian dekorasi yang indah dan menawan. Krisan merupakan salah satu jenis tanaman hias yang mempunyai peluang untuk meningkatkan taraf hidup petani karena bernilai ekonomi tinggi. Krisan semakin banyak penggemarnya, baik dalam bentuk bunga potong maupun bunga pot. Demikian pula di Daerah Istimewa Yogyakarta, kota wisatawan dan bernuansa kerajaan yang tidak pernah terlepas dari upacara-upacara adat dan tidak terpisahkan dengan bunga. Sehingga kebutuhan bunga, khususnya pada saat-saat tertentu (tahun baru, natal, lebaran, upacara adat dan sebagainya) meningkat secara tajam.

Terbatasnya keragaman genetik tanaman krisan nasional menjadi kendala utama dalam pemasaran bunga potong krisan yang hingga saat ini masih bergantung pada varietas krisan import. Upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan tersebut yaitu dengan menyediakan varietas unggul hasil pemuliaan di dalam negeri. Para pemulia Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) sudah banyak menghasilkan klon-klon harapan krisan. Klon-klon krisan yang dihasilkan tersebut perlu dikaji lebih lanjut melalui kajian preferensi konsumen untuk mengetahui apakah varietas krisan dapat diterima pasar. Penerimaan pasar suatu varietas krisan yang akan dilepas merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kegiatan pemuliaan krisan. Oleh karena itu sangat diperlukan introduksi berbagai macam klon terpilih krisan yang dapat mewakili tingkat kesukaan di daerah sentra produksi hingga menjadi ciri khas hasil budidaya spesifik lokasi.

Sejalan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui preferensi stakeholder (pemerintah, petani, pedagang dan konsumen) terhadap 10 klon baru krisan hasil pemuliaan di BALITHI. Pengujian preferensi konsumen sangat penting dilakukan karena dalam proses pelepasan varietas perlu mempertimbangkan keinginan dari pengguna varietas tersebut (Ameriana et al., 1998). Preferensi konsumen

(3)

75 merupakan tingkat utilitas kesukaan konsumen terhadap sesuatu produk. Suatu produk akan lebih disukai konsumen jika ditempatkan pada pilihan pertama. Menurut Sumarno (2004), industri tanaman hias merupakan usaha fashion plants, selera konsumen sangat menentukan tipe yang diinginkan pasar.

Penelitian ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan program pemuliaan tanaman partisipatif, yaitu program pemuliaan yang melibatkan peneliti, petani dan stakeholder lain seperti konsumen, vendors, industri, penyuluh dan kelompok tani (Sperling et al., 2001). Program tersebut merupakan kerjasama antara Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DI Yogyakarta dan Dinas Pertanian Porvinsi DI Yogyakarta untuk pelepasan varietas baru krisan. Kerjasama berupa pemuliaan partisipatif klon-klon krisan terpilih hasil pemuliaan di BALITHI dengan melakukan uji preferensi konsumen di Yogyakarta. Melalui kegiatan ini diharapkan akan diperoleh varietas unggul yang sesuai dengan keinginan pengguna dan adaptif terhadap lingkungan spesifik serta tetap dapat memenuhi standar mutu konsumen (Sobir, 2005). Klon-klon yang diuji, dibudidayakan menurut cara petani produksi krisan di daerah Sleman. Setelah berbunga dan layak panen, maka diundang stakeholder meliputi pemangku kebijakan, petani dan kelompok tani krisan, pengepul dan pedagang, pendekor dan perangkai bunga untuk melaksanakan uji preferensi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca UPTD BPPTPH, Dusun Ngipiksari, Desa Hargobinangun, Kabupaten Sleman pada bulan September 2010. Penentuan lokasi tersebut secara purposive karena merupakan lokasi pengkajian program pemuliaan partisipatif klon-klon krisan terpilih hasil pemuliaan di BALITHI. Sepuluh klon-klon yang diuji (A,B,C,D,E,F,G,H,I dan J) dibudidayakan menurut cara petani produksi bunga krisan di daerah Sleman. Setelah berbunga dan layak panen, maka diundang stakeholder meliputi pemangku kebijakan, petani dan kelompok tani krisan, pengepul dan pedagang, pendekor dan perangkai bunga untuk melaksanakan uji preferensi.

(4)

76

Metode yang digunakan adalah survei preferensi stakeholder sebanyak 25 responden terhadap 7 variabel bunga potong krisan yaitu meliputi ukuran bunga, warna bunga, bentuk bunga, tipe bunga, batang bunga, daya hasil produksi, dan kesukaan secara keseluruhan terhadap sepuluh klon baru bunga krisan. Uji preferensi menggunakan uji kesukaan dengan tingkat (skala) kesukaan 1 s/d 3 (1 = tidak suka, 2 = agak suka, dan 3 = suka) (Soekarto, 1985). Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan (Pratisto, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji preferensi dilakukan terhadap 25 orang responden yang terkait dengan pengguna bunga krisan yaitu stakeholder yang meliputi pemangku kebijakan, petani, pedagang, dekorator bunga dan konsumen. Semakin suka responden terhadap klon krisan yang dihasilkan, maka nilai penerimaan yang diberikan juga semakin tinggi, begitu juga untuk persentase penerimaannya. Nilai kesukaan responden terhadap sepuluh klon krisan dengan tujuh variabel yang diujikan disajikan pada Tabel 1.

Ukuran Bunga

Ukuran bunga krisan adalah ukuran diameter dari kuntum bunga krisan. Rata-rata stakeholder menyukai klon krisan I dengan nilai kesukaan sebesar 2.64, diikuti oleh klon J dengan nilai kesukaan 2.48 dan klon E yang mempunyai nilai kesukaan sebesar 2.36. Menurut penilaian responden

(stakeholder), ukuran kuntum klon I sangat sesuai untuk disandingkan

dengan bunga lainnya dalam suatu rangkaian bunga.

Warna Bunga

Penilaian terhadap warna bunga menunjukkan bahwa rata-rata

stakeholder menyukai klon krisan I dengan nilai kesukaan sebesar 2.68,

diikuti oleh klon J sebesar 2.48 dan klon E sebesar 2.40. Menurut

(5)

77 kuntum bunganya ungu lembut, helai bunga pita yang seperti tabung memanjang dengan piringan bunga yang kecil berwarna hijau.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pedagang bunga di pasar bunga Kotabaru Yogyakarta menyebutkan bahwa hingga saat ini pasar lebih menyukai krisan yang mempunyai warna piringan bunga kehijauan, akan tetapi penampilan bunga secara keseluruhan sangat menentukan preferensi konsumen. Dengan demikian perpaduan antara warna kuntum bunga, piringan bunga dan bentuk bunga pada akhirnya yang akan menentukan keindahan bunga potong krisan dan layak untuk dipasarkan. Seperti pada klon E yang mempunyai warna piringan kuning terang dengan perpaduan warna kuntum bunga merah gelap. Jadi bunga krisan yang mempunyai piringan bunga berwarna selain hijau dapat menjadi pilihan konsumen jika mempunyai nilai keindahan tersendiri Tabel 1. Nilai kesukaan responden untuk beberapa klon baru krisan terhadap 7

variabel bunga krisan. (Value preferences of respondents to some new

clone of 7 variables chrysanthemum)

Klon Krisan (Chrysanthemum clones) Ukuran bunga (flower size) Warna bunga (flower color) Bentuk bunga ( form of interest) Tipe bunga (type of interest) Batang (stem) Daya hasil produksi (Output power) Keseluruhan (Totally) A 1.60a 1.56a 1.48a 1.36a 1.28a 1.32a 1.44a B 1.84abc 1.96bc 1.64a 1.52ab 1.72b 1.32a 1.72abc C 2.12cd 1.96bc 2.08bc 2.12c 1.84b 1.96c 2.00cd D 2.04bcd 2.12cd 2.16c 2.12c 1.48ab 1.80bc 1.84bc E 2.36de 2.40de 2.32cd 2.40cd 2.36c 2.40d 2.44ef F 1.76abc 1.64ab 1.76ab 1.76b 1.76b 1.68abc 1.64ab G 1.72ab 1.60ab 1.64a 1.68ab 1.24a 1.44ab 1.56ab H 1.48a 1.60ab 1.44a 1.48ab 1.36a 1.44ab 1.48a I 2.64e 2.68e 2.56d 2.68d 2.64c 2.72d 2.72f J 2.48e 2.48de 2.40cd 2.20c 1.80b 2.40d 2.24de Keterangan/Note:

* Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan tidak beda nyata dengan uji Duncan, dengan taraf kepercayaan 95%.

* Figures followed by same letters in the same column indicates no real difference

(6)

78

Bentuk Bunga

Dari beberapa klon krisan, rata-rata stakeholder menyukai bentuk bunga klon krisan I yang sangat bagus yaitu bentuk bulat merata dengan nilai kesukaan sebesar 2.56, diikuti oleh klon J sebesar 2.40 dan klon E sebesar 2.32.

Tipe Bunga

Tipe bunga standart merupakan tipe bunga yang paling disukai oleh rata-rata stakeholder. Klon krisan I mempunyai nilai kesukaan tertinggi sebesar 2.68, diikuti oleh klon E sebesar 2.40 dan klon J) sebesar 2.20.

Batang

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakteristik kualitatif dan kuantitatif klon yang diuji menunjukkan bahwa diameter batang untuk semua klon yang diuji berkisar antara 0.50 cm sampai 0.72 cm sedangkan tinggi tanaman berkisar antara 90.5 cm sampai dengan 114.0 cm. Tinggi tanaman klon-klon tersebut sudah memenuhi kriteria panen untuk bunga potong grade A, yaitu panjang batang minimal 75 cm ( Cahyono, 1999).

Rata-rata stakeholder menyukai klon krisan I dengan nilai sebesar 2.64, diikuti oleh klon E sebesar 2.36 dan klon C) sebesar 1,84 sedangkan klon J sebesar 1,80. Menurut penilaian stakeholder, batang bunga pada klon I bagus, kuat atau kokoh, dimana diameter batangnya berkisar antara 0.60 – 0.71 cm. Batang yang kokoh merupakan hal terpenting pada krisan. Hal ini terkait dengan kemudahan sewaktu perangkaian bunga. Batang yang kokoh akan mudah untuk dirangkai pada posisi tangkai bunga serong atau mendatar dan akan tetap lurus tidak lemas melengkung

Daya hasil produksi

Daya hasil produksi bunga menunjukkan bahwa rata-rata stakeholder menyukai klon krisan I dengan nilai sebesar 2.72, diikuti oleh klon J dan klon E sebesar 2.40. Daya hasil produksi bunga pada klon I bagus dan sempurna, pertumbuhan tanamannya-pun bagus. Hal ini terlihat dari semua bunga yang sudah mekar penuh. Sedangkan klon yang lainnya terlihat kurang

(7)

79 bagus pertumbuhannya, hal ini diindikasikan dengan sedikitnya klon tersebut yang dapat tumbuh dan keseluruhan bunga yang belum mekar.

Selain itu, dari hasil pengamatan terhadap karakteristik kualitatif dan kuantitatif klon yang diuji menunjukkan bahwa Klon F dan I termasuk kategori tahan terhadap penyakit karat; klon E termasuk pada kategori peka terhadap penyakit karat, sedangkan klon B, C dan J termasuk pada kategori agak tahan terhadap penyakit karat. Penggunaan kultivar yang tahan merupakan alternatif paling baik dalam mengendalikan penyakit, karena merupakan cara yang paling murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap lingkungan dan tidak menambah biaya produksi (Hooker, 1983).

Kesukaan secara keseluruhan

Kesukaan secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata

stakeholder menyukai klon krisan I dengan nilai kesukaan sebesar 2.72,

diikuti oleh E sebesar 2.44 dan klon J sebesar 2.24.

Tabel 2. Persentase penerimaan responden terhadap karakteristik secara keseluruhan klon krisan yang dihasilkan (Percentage of respondents

acceptance of the overall characteristics of the resulting clones chrysanthemum) Klon/Clone A B C D E F G H I J a (%) 41,14 69,14 83,43 79,43 96 70,86 54,86 53,14 98,86 84 b (%) 58,86 30,86 16,37 20,57 4 29,14 45,14 46,86 1,14 16 Keterangan/Note: a = menerima, b = menolak a = accept, b = reject

Secara keseluruhan responden (stakeholder) dapat menerima beberapa klon baru krisan yang dicoba dibudidayakan (Prayitno et al., 2010). Klon krisan I memiliki persentase penerimaan paling tinggi dibandingkan dengan klon-klon krisan lainnya, yaitu sebesar 98,86%. Kemudian diikuti oleh klon E sebesar 96%, klon J : 84% dan klon C : 83.43%. Sedangkan klon baru krisan yang kurang dapat diterima oleh stakeholder adalah klon A, dengan persentase penerimaan kurang dari 50%.

(8)

80

KESIMPULAN

Dari 7 variabel bunga krisan (ukuran, warna, bentuk, tipe, batang, daya hasil produksi, kesukaan keseluruhan), klon I merupakan klon bunga krisan yang paling disukai oleh stakeholder dengan nilai kesukaan tertinggi sebesar 2.72 dan persentase penerimaan 98.86%. Karakter bunga klon I merupakan tipe bunga standar dan mempunyai bentuk bunga semi dekoratif, dengan warna kuntum bunga ungu lembut, helai bunga pita yang seperti tabung memanjang dengan piringan bunga yang kecil berwarna hijau; batang bagus dan kuat serta tahan terhadap penyakit karat sehingga prospektif untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M., W. Adiyoga, L. Sulistyowati dan D. Ma’mun. 1998. Perilaku konsumen rumah tangga dalam menilai kualitas kentang (Household

cosumer behavior in evaluating potato quality). J. Hort. 7(4): 944-951.

Sobir, 2005. Pemuliaan tanaman partisipatif (PTP) dan percepatan perakitan varietas dalam Sriani S. dan Sobir (Ed.). Participatory Plant Breeding (Pemuliaan Tanaman Partisipatif). Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, LPPM – IPB, Kampus IPB Baranangsiang, Jalan Pajajaran Bogor. p. 1 – 16.

Sumarno, 2004. Potensi Florikultura untuk Usaha Agribisnis di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor 4-5 Agustus 2004:1-4

Sperling, L., J. A. Asbhy, M. E. Smith, E. Weltzien and S. McGuire. 2001. A framework for analyzing participatory plant breeding approaches and results. Euphytica 122 : 439 – 45

Soekarto, S.T. Prof., 1985, Penilaian Organoleptik, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Pratisto, Arif., 2004, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Prayitno,Sutami, Kristamtini, Tri Martini, Fatchurochim, M., Setyorini, 2010.

Laporan Akhir : Uji Multilokasi Masing-masing 5-6 Galur Padi Sawah dengan

Peningkatan Produksi (>20%) dan 5-6 Galur Harapan Bunga Potong Krisang sesuai Preferensi Konsumen Pasar di DIY, BPTP Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1.  Nilai kesukaan  responden untuk beberapa klon baru krisan terhadap 7  variabel bunga krisan

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan tentang Kebebasan dan Kemandirian Badan Pemeriksa Keuangan dalam pengawasan penggunaan keuangan negara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Hal ini menunjukkan bahwa variabel, faktor individu (jenis kelamin) dan faktor sosial (tingkat pendidikan) merupakan bagian penting dijadikan sebagai variabel kontrol

Maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan media dari yang semula hanya menggunakan buku paket dan papan tulis menjadi media pembelajaran audio

Dalam penelitian ini yang menjadi data yang menjadi fokus pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus satu dan dua dalam penelitian ini adalah proses upaya

Apersepsi dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan pernyataan Mansur yaitu untuk mengaitkan materi yang telah dimiliki mahasiswa dengan materi yang akan

Peneliti menyimpulkan bahwa Bapak Ainus Syuhada dan Ibu Sulastri dalam memaknai pesan dalam tayangan drama kolosal Tutur Tinular versi 2011 adalah film yang menayangkan kembali

Karena masih dalam tahap awal perkembangan, dapat dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai sistem dan prinsip perbankan syariah masih

Kebijakan fiskal (fiscal policy) merupakan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan baik penerimaan pendapatan dari berbagai macam sumber pendapatan seperti