• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS NAGARI SEBAGAI IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3 TAHUN 2015 POKJA AHLI DEWAN KETAHANAN PANGAN SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS NAGARI SEBAGAI IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3 TAHUN 2015 POKJA AHLI DEWAN KETAHANAN PANGAN SUMATERA BARAT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS

NAGARI SEBAGAI IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3

TAHUN 2015

(2)

INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI

KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR – NO. 2 DI DUNIA SETELAH

BRAZIL

800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN

+ 1000 SPESIES TUMBUHAN MEDISINAL

RIBUAN SPESIES MICRO ALGAE

77 Jenis Sumber Karbohidrat

75 Jenis Sumber

Lemak/Minyak

26 Jenis Kacang-kacangan

389 Jenis Buah-buahan

228 Jenis Sayuran

40 Jenis Bahan Minuman

110 Jenis Rempah-rempah

(3)

Kerangka Pikir UU Pangan No.18/2012

Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan Kemananan Pangan Masyarakat dan perorangan yang

sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan

(4)

RUMAH GADANG SALANJA KUDO BALARI

ITIAK LAH TANANG DI MUARO

DALIMO MASAK RANGKAH

DIMAKAN ANAK RANG LALU

PADI MASAK JAGUANG MAUPIAH

BUAH MANJADI TARANAK BAKAMBANG BIAK

SINAN NAGARI AMAN SANTOSO

(5)
(6)
(7)
(8)

 Memenuhi pangan bagi

kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung pangan dan pemberdayaan masyarakat

 Membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk

meningkatkan produksi pangan dan pertanian, menyediakan lapangan kerja dan pendapatan (daya beli)

Strategi Jalur Ganda

(twin track strategy)

Menggerakkan seluruh komponen bangsa: pemerintah,

masyarakat/LSM, organisasi profesi, organisasi massa,

koperasi, organisasi sosial, dan pelaku usaha

(9)
(10)

VISI :

Terwujudnya Ketahanan Pangan Masyarakat Sumatera Barat berbasis Pangan Lokal.

MISI :

1. Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju

kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam

pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan.

2. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.

3. Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku

distribusi pangan dalam rangka peningkatan pendapatan

masyarakat.

4. Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global.

VISI MISI BKP

(11)

“STRATEGI PEMBANGUNAN KETAHANAN

PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT”

1. Melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam penyusunan kebijakan ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan dan keamanan pangan segar 2. Mendorong pengembangan cadangan pangan, sistem distribusi pangan,

penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan segar

3. Mendorong peranserta swasta, masyarakat sipil, dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan segar 4. Menyelenggarakan program aksi pemberdayaan masyarakat dalam memecahkan

permasalahan ketahanan pangan masyarakat

5. Mendorong sinkronisasi pembiayaan program aksi antara APBN, APBD dan dana Masyarakat

6. Memecahkan permasalahan strategis ketahanan pangan melalui mekanisme Dewan Ketahanan Pangan

(12)

“KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Meningkatkan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan

 Penyediaan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri, impor is the last resort.

 Pengelolaan dan pengembangan cadangan pangan pemerintah, pemda dan masyarakat.

 Kemandirian pangan berbasis sumberdaya dan budaya pangan lokal.

 Pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian pangan masyarakat (Program Aksi Desa Mandiri Pangan)

2. Meningkatkan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan

 Stabilisasi pasokan/penyediaan dan harga pangan utama (HPP, OP)  Bantuan pangan bagi rakyat miskin (Raskin/Pangkin)

 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)

3. Meningkatkan Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi dan Keamanan Pangan

 Peningkatan kualitas konsumsi pangan ke arah B2SA (beragam bergizi seimbang dan aman)

 Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal

 Industri olahan pangan berbasis tepung-tepungan: kudapan dan “nasi non beras”

 Penurunan konsumsi beras/kapita  Peningkatan keamanan dan mutu pangan

(13)

Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan dan implementasi

PERDA No 3 Tahun 2015 Tentang Kemandirian Pangan Provinsi

Sumatera Barat berbasis Nagari

Pasal 4

Lingkup pengaturan Kemandirian Pangan meliputi:

a. perencanaan Pangan;

b. ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan;

c. keterjangkauan Pangan;

d. konsumsi Pangan dan gizi;

e. Keamanan Pangan;

f. peran serta masyarakat;

g. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

h. pembiayaan; dan

(14)

Pentingnya perencanaan pangan

 Merupakan bagian penting dari ekonomi masyarakat dan regional

 Tingginya alih fungsi lahan pertanian pada non pertanian

 Adanya kepentingan pangan untuk konsumsi dan bahan bakar

 Mendukung sistem pangan yang meningkatkan kesehatan dan gizi

penduduk di wilayah tersebut termasuk mengurangi

peningkatan insiden kelaparan dan obesitas

 Dukungan sistem pangan yang berkelanjutan secara ekologis dan

mandiri

 Mendukung sistem pangan yang merata dan adil

 Mendukung sistem pangan yang melestarikan dan

(15)

KETERSEDIAAN PANGAN

PER KAPITA

Produksi

Pasokan pangan dari luar

(Impor )

Cadangan pangan

Bantuan pangan

Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers. 2003 (dimodifikasi

Luas panen

Produktifitas

Diversifikasi produk

Sarana dan

prasarana

pemasaran

Irigasi, teknologi,

kredit,

Sarana produksi

Jumlah Penduduk

Iklim, hama penyakit,

bencana,dll.

(16)

16

KETERSEDIAAN PANGAN INDONESIA

nuhfil hanani :

(17)

TUGAS PEMERINTAH SEBAGAIMANA YANG TERCAKUP DALAM PASAL 5

DALAM PENYELENGGARAAN KEMANDIRIAN PANGAN, KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH MELIPUTI :

A. PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA PRODUKSI;

B. PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN FASILITAS INFRASTRUKTUR PANGAN;

C. PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KETERSEDIAAN CADANGAN PANGAN BAGI MASYARAKAT;

D. PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN NABATI DAN HEWANI;

E. PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS POTENSI LOKAL; F. PENGENDALIAN DISTRIBUSI PANGAN DAN PENINGKATAN AKSES PANGAN MASYARAKAT.

(18)

MODEL SUPLAI, PERMINTAAN DAN KEBUTUHAN PANGAN

SUPLAI

1. Tk. Produksi 2. Import-eksport 3. Dinamika industri 4. Kemampuan pengolahan 5. Fasilitas penyimpanan 6. Cara pengawetan

PERMINTAAN

1. Kebiasaan makan 2. Status sosial 3. Tingkat pendidikan 4. Tingkat pendapatan 5. Besar Keluarga

KEBUTUHAN

1. Mutu pangan 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Ukuran tubuh 5. Aktivitas 6. Keadaan kesehatan Konsumsi pangan STATUS GIZI

Faktor

eksternal

Faktor

internal

(19)

PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS NAGARI

Pembangunan ketahanan pangan periode 2010-2014 lingkup Badan Ketahanan Pangan, sesuai tugas pokok dan fungsinya memiliki 1 (satu ) program yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, yang mencakup empat kegiatan utama yaitu

(1) Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan;

(2) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

(3) Pengembangan Penganekaraman Konsumsi Pangan (4) Peningkatan Keamanan Pangan Segar

kegiatan utama tersebut yaitu: Pengembangan Desa Mandiri pangan di daerah miskin dan rawan pangan, Penanganan Kerawanan Pangan Transien, Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di daerah sentra pangan, serta Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat dan Cadangan Pangan Pemerintah

(20)

VISI :

Terwujudnya Ketahanan Pangan Masyarakat Sumatera Barat berbasis Pangan Lokal.

MISI :

1. Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju

kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam

pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan.

2. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.

3. Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku

distribusi pangan dalam rangka peningkatan pendapatan

masyarakat.

4. Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global.

VISI MISI BKP

(21)

NAGARI

Keberadaan Nagari sebagai sistem pemerintahan teren-dah di Propin-si

Sumatera Barat telah ada sejak sebelum kedatangan kolonial Belanda

ke Indonesia. Bahkan menurut situs, dikatakan bahwa sistem nagari

diduga sudah ada sejak sebelum Aditya---war-man mendiri-kan

Kerajaan Pagaruyung, suatu kera-jaan kon-fe-derasi dari nagari-nagari

otonom yang berada di bumi Minang---kabau.

(22)

ADA EMPAT MACAM JENISNYA DENGAN FUNGSI DAN BENTUKNYA

YANG BERBEDA. JUMLAH RANGKIANG YANG TERTEGAK DI

HALAMAN MEMBERIKAN TANDA KEADAAN PENGHIDUPAN KAUM.

1.

Si tinjau lauik (si tinjau taut),

yaitu tempat menyimpan padi

yang akan digunakan untuk

membeli

barang

atau

keperluan rumah tangga yang

tidak dapat dibikin sendiri.

Tipenya lebih langsing dan

yang lain, berdiri di atas

empat

tiang.

Letaknya

di

tengah di antara rangkiang

yang lain

(23)

2. Si bayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk

makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiangnya.

Letaknya di sebelah kanan

(24)

3. Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat menyimpan padi

cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan

berdiri di atas empat tiangnya.

(25)

4. Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan yang

akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim

berikutnya. Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih kecil dan

rendah. Ada kalanya bentuknya bundar.

(26)

RANGKIANG DIHALAMAN RUMAH GADANG DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI CERMINAN TINGKAT

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI MINANG KABAU

SELAIN RANGKIANG ADA SATU LAGI KELEMABAGAAN LOKAL DI SUMATERA BARAT ADALAH LUMBUNG

PANGAN NAGARI (LPN)

1. Memantapkan ketahanan pangan masyarakat Nagari merupakan prioritas utama dalam pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa.

2. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk secara fisik maupun ekonomi, diperlukan pengelolaan cadangan pangan di seluruh komponen masyarakat.

3. Salah satu caranya ialah dengan menumbuh kembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan.

(27)
(28)

POLA PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS

NAGARI SEBAGAI IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3

(29)
(30)

DESAIN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN

BERBASIS NAGARI

Kelembagaan Lokal Kelembagaan Permodalan Lokal (Pola LKMA) Kelembagaan Petani Lokal (Pola Poktan/Gapoktan) Kelembagaan Pemasaran Lokal (Pola STA) BANTUAN PEMBERDAYAAN PEMBANGUNAN INSTITUSI (KEBIJAKAN) TRANSFORMASI  Kelembagaan lokal yang inefektif

menjadi efektif dalam pengembangan sistem pertanian terpadu organik  Skala usaha kelompok tani dari skala

mikro/mikro menjadi skala menengah/skala ekonomi

PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN BERBASIS NAGARI

 Berhasil, berdayaguna, dan berkelanjutan  Masyarakat sejahtera dan mandiri

(31)

ALEK TURUN KASAWAH MAKAN BAJAMBA

(32)

Referensi

Dokumen terkait