• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG PADA KONSTRUKSI KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG PADA KONSTRUKSI KAYU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Bab III

SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG

Sambungan dibutuhkan untuk merangkai elemen batang menjadi suatu Sambungan dibutuhkan untuk merangkai elemen batang menjadi suatu konstruksi. Sambungan perangkai elemen batang tersebut sering disebut sebagai konstruksi. Sambungan perangkai elemen batang tersebut sering disebut sebagai sambungan

sambungan titik buhul titik buhul  atau sambungan atau sambungan titik simpul titik simpul ..

Di samping itu, akibat terbatasnya ukuran panjang kayu, sambungan dibutuhkan Di samping itu, akibat terbatasnya ukuran panjang kayu, sambungan dibutuhkan untuk mendapatkan ukuran kayu yang sesuai dengan kebutuhan yang untuk mendapatkan ukuran kayu yang sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sambungan semacam ini pada umumnya disebut sebagai direncanakan. Sambungan semacam ini pada umumnya disebut sebagai sambungan perpanjangan 

sambungan perpanjangan .. Karakteristik sambungan

Karakteristik sambungan struktur kayustruktur kayu (sambungan perpanjangan maupun(sambungan perpanjangan maupun sambungan titik buhul) adalah terjadinya deformasi-deformasi atau pergeseran sambungan titik buhul) adalah terjadinya deformasi-deformasi atau pergeseran pada sambungan. Dengan demikian sifat sambungan kayu adalah tidak kaku, pada sambungan. Dengan demikian sifat sambungan kayu adalah tidak kaku, artinya sanmbungan tersebut tidak dapat menahan momen.

artinya sanmbungan tersebut tidak dapat menahan momen.

Tiga hal pokok yang harus diketahui tentang sambungan pada struktur kayu Tiga hal pokok yang harus diketahui tentang sambungan pada struktur kayu yaitu:

yaitu: a.

a. Macam dan jenis alat-alat sambung.Macam dan jenis alat-alat sambung. b.

b. Besaran dan arah gaya dari elemen batang yang disambung.Besaran dan arah gaya dari elemen batang yang disambung. c.

c. Ukuran-ukuran dan jenis bahan dari elemen batang yang akan disambungUkuran-ukuran dan jenis bahan dari elemen batang yang akan disambung

Persyaratan umum sambungan kayu : Persyaratan umum sambungan kayu : 1.

1. Dipenuhinya tegangan-tegangan izin, baik dari elemen batang yang akanDipenuhinya tegangan-tegangan izin, baik dari elemen batang yang akan disambung maupun dari alat-alat penyambung.

disambung maupun dari alat-alat penyambung. 2.

2. Jarak pergeseran (deformasi) yang terjadi tidak boleh terlalu besar. LazimnyaJarak pergeseran (deformasi) yang terjadi tidak boleh terlalu besar. Lazimnya sambungan kayu itu mempunyai angka keamanan antara 2,5

sambungan kayu itu mempunyai angka keamanan antara 2,5  / /ss dd 3; Sedangkan 3; Sedangkan

pergeseran diambil tidak lebih besar dari 1,5 mm. pergeseran diambil tidak lebih besar dari 1,5 mm.

Untuk beban yang sama, sambungan baut memberi pergeseran yang Untuk beban yang sama, sambungan baut memberi pergeseran yang terbesar. Hal sebaliknya terjadi pada sambungan yang menggunakan perekat. terbesar. Hal sebaliknya terjadi pada sambungan yang menggunakan perekat. Perekat merupakan alat penyambung kayu yang terkaku dibandingkan dengan alat Perekat merupakan alat penyambung kayu yang terkaku dibandingkan dengan alat penyambung yang lain.

(2)

Pada sambungan perekat gaya yang mematahkan sambungan (disebut Ppatah)

akan terjadi pada saat besarnya pergeseran kurang dari 1,5 mm. Sementara itu pada sambungan baut, sebelum Ppatah  terjadi pada sambungan telah terjadi

deformasi (perubahan bentuk akibat pergeseran) yang cukup besar. Angka keamanan sambungan adalah perbandingan antara P patah dengan P yang diisikan (Ppatah /Pisi).

 Akibat adanya deformasi, maka sambungan kayu tidak direkomendasikan untuk menahan momen. Untuk itu dalam penyambungan harus diupayakan agar tidak terjadi eksentrisitas arah gaya yang akan menimbulkan momen. Dengan kata lain, gambar arah gaya harus bertemu pada satu titik.

 Alat penyambung berfungsi untuk dapat menahan dan mengalihkan gaya-gaya yang terjadi dari elemen batang yang satu terhadap elemen batang lain yang akan disambung. Macam gaya yang terjadi dan macam alat penyambung yang umum digunakan untuk menahan gaya tersebut adalah :

1. Gaya geser  : Perekat, baut, paku, pasak kayu. 2. Gaya lentur  : Baut, paku, pasak kayu.

3. Gaya jungkit  : Pasak kayu.

4. Gaya desak  : Kokot bulldog, cincin belah, dan sebagainya.

Karena mudah dalam pelaksanaan (dapat dibongkar pasang), baut sebagai alat penyambung tetap banyak dipakai meskipun mempunyai beberapa kelemahan. Di antaranya efisiensi yang rendah (30%) dan deformasi (bergesernya sambungan akibat beban) besar. Di samping itu, perlemahan luas batang akibat sambungan baut cukup besar yaitu sekitar 20% - 25%.

A l a t p en y a m b u n g k a y u

(3)

Sambungan Tampang 2 l  P P P P P P S ½S S

Kekuatan sambungan baut tergantung pada :

a. Kekuatan baut – baut dalam menahan muatan.

b. Deformasi atau geseran yang terjadi pada sambungan yang tergantung pada gaya tarik yang terjadi.

c. Kekuatan izin kayu.

 Ada dua macam sambungan : 1. Sambungan tampang satu. 2. Sambungan tampang dua.

Untuk menganalisa sambungan dengan baut dilakukan pembebanan sampai rusak. Ada 2 (dua) kemungkinan “kerusakan” sambungan, yaitu :

1. Baut cukup kaku, yang rusak hanya kayunya (baut gemuk). 2. Baut membengkok sehingga kayu ikut rusak (baut langsing).

1. Baut cukup kaku, yang rusak hanya kayunya.

P = 0,414.tK .d.l 

Dimana :

* tK  = Tegangan tumpu kayu

* = Gaya P d S ½S Sambungan Tampang 1 S a m b u n g a n T a m p a n g 1 l 

(4)

l m l ½.P ½.P P d P P l  l 

2. Baut membengkok sehingga kayu ikut rusak.

P = 0,442

.

d2

.

tK .tB

Dimana :

* tB = Tegangan tumpu baja

* = Gaya P

Jadi untuk sambungan tampang 1, ada “2 (dua) rumus”. Dari hasil kedua rumus ini diambil harga yang terkecil (aman).

1. Baut cukup kaku (tidak membengkok).  Ada 3 (tiga) kemungkinan :

− Kayu di tengah > 2 kayu tepi. − Kayu di tengah < 2 kayu tepi. − Kayu di tengah = 2 kayu tepi.

2. Baut membengkok di bagian tengah tetapi tidak membengkok di bagian tepi.

3. Baut membengkok di bagian tengah dan tepi.

1. Baut cukup kaku

* m ≥ 2.l 

P = 2.tK .d.l 

* m ≤ 2.l 

P = tK .d.m

* Untuk m = 2.l  dapat dipakai d

(5)

m l l P ½.P ½.P d m P ½.P ½.P d

2. Baut membengkok di bagian tengah saja di tepi tidak.

P = 0,667.tK .d.l 

3. Baut membengkok di tengah dan di tepi

b K  2. t .t d . 886 , 0 P =

Untuk sambungan tampang 2, ada “4 rumus ”: I. P = 2.tK .d.l  (m  2.l ) II. P = tK .d.m (m < 2.l ) III. P = 2.tK .d.l 

π

+

+

2 2 K  B .d t t . 8 3 4 1 -l  IV. P = 0,886.d2. t.tB 2 2 K  b . d t t . 8 3 4 1 . l π 

(6)

Bila nilai-nilai untuk tK , tB, d, l , dan m dimasukkan dalam rumus-rumus

di atas, ternyata hasil rumus III selalu di antara hasil rumus-rumus I, II, IV. Karena selalu diambil harga “terkecil”, maka rumus III tidak perlu dipakai sehingga tinggal 3 rumus saja.

Jadi rumus untuk sambungan tampang 2.

I. P = 2.tK .d.l  (m ≥ 2.l )

II. P = tK .d.m (m < 2.l )

III. P = 0,886.d2. t.tB

Dari hasil ketiga rumus ini diambil harga yang terkecil.

Perumusan untuk Pemakaian :   Dipakai Angka keamanan n (safety factor ).

nkayu ≠ nbaja (sambungan baut!) − nkayu diambil = 4

− nbaja diambil = 2,25

Dengan demikian angka keamanan untuk rumus : a.  Yang mengandung tK  : n = nK  = 4

b.  Yang mengandung t.tB : n = 4.2,25 3

Selanjutnya diambil :

− Untuk besi (baut) : tB = 5400 kg/cm2

− Untuk kayu : Gol. I : t = 500 kg/cm2.

Gol. II : tK  = 400 kg/cm2.

Gol. III : tK  = 300 kg/cm2.

(7)

Untuk kayu Golongan I. Sambungan Tampang 1. * PU = 0,414.tK .d.l  P = 0,414. 4 500 d.l  P = 50.d.  ... 1 * PU = 0,442.d2. t.tB P = 0,442.d2 3 500.5400 P  = 240.d2 ... 2

Dari kedua rumus ini diambil harga terkecil.

…….. dan seterusnya untuk Golongan II, Golongan III.

Untuk kayu Golongan I. Sambungan Tampang 2 .

* PU = 2.tK .d.l  P = 2. 4 500 .l  P = 250.d.... 1 * PU = 2.tK .d.m P = 4 500 .d.m P = 125.d.m ... 2 * PU = 0,886.d2. tK .tB P = 0,886.d2. 3 500.5400 P = 480.d2... 3

Dari ketiga rumus ini diambil harga terkecil.

…….. dan seterusnya untuk Golongan II, Golongan III.

Catatan : 

− Perumusan-perumusan terpakai di atas adalah perumusan untuk keadaan

pembebanan pada sambungan dengan gaya yang bekerja sejajar arah serat ( = 0).

(8)

− Untuk gaya yang bekerja tidak sejajar arah serat, tetapi membentuk sudut

(dengan arah serat) maka perumusan tersebut harus dikalikan:

→ (1 – 0,60.sin ) : Untuk rumus yang mengandung t.

→ (1 – 0,35.sin ) : Untuk rumus yang mengandung t t. b − Golongan I untuk Kayu Kelas Kuat I & Kayu Rasamala

Sambungan Tampang 1  : P = 50..d.(1 – 0,60.sin α)

B = 4,8 P = 240.d2.(1 – 0,35.sin α)

Sambungan Tampang 2  : P = 125.m.d.(1 – 0 ,60.sin α)

B = 3,8 P = 250.l .d.(1 – 0,60.sin α) P = 480.d2.(1 – 0,35.sin α)

− Golongan II untuk Kayu Kelas Kuat II & Kayu Jati

Sambungan Tampang 1  : P = 40..d.(1 – 0,60.sin α)

B = 5,4 P = 215.d2.(1 – 0,35.sin α)

Sambungan Tampang 2  : P = 100.m.d.(1 – 0 ,60.sin α)

B = 4,3 P = 200.l .d.(1 – 0,60.sin α) P = 430.d2.(1 – 0,35.sin α)

− Golongan III untuk Kayu Kelas Kuat III

Sambungan Tampang 1  : P = 25..d.(1 – 0,60.sin α)

B = 6,8 P = 170.d2.(1 – 0,35.sin α)

Sambungan Tampang 2  : P = 60.m.d.(1 – 0,60.sin α)

B = 5,7 P = 120.l .d.(1 – 0,60.sin α) P = 340.d2.(1 – 0,35.sin α)

(9)

P P P P α = 0 α = 0 P α = α α = 0 α

P = Kekuatan izin sambungan kayu/Gaya dukung yang diizinkan untuk

1 baut (kg)

= Tebal kayu tepi (cm)

m = Tebal kayu tengah (cm) d = Diameter baut (cm)

α = Sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat kayu.

Sambungan Tampang 1

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti akan mengidentifikasi efek dari pemberian psikoedukasi yang meliputi infomasi tentang semua hal yang berkenaan dengan kasus fraktur dan melihat efeknya

Dapat disimpulkan bahwa perancang organisasi perlu mempertimbangkan kondisi ketidakpastian (seperti intensitas kompetisi pasar) untuk mendesain dan mengimplementasikan

Using peer review in writing class, the writer intended to improve students' writing especially recount, descriptive, procedure, and cause and effect texts.. How

 Judul diketik dengan huruf besar (kapital), maksimal 15 kata dan hendaknya menarik, ekspresif, mudah dipahami, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan

Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada proses pemboran dengan berbagai macam lapisan mata bor, lapisan mata bor TiN baik sebagai lapisan tunggal ataupun

Ujian ini diikuti oleh seluruh siswa takhasus yang dilaksanakan setahun satu kali sebelum adanya Wisuda atau disesuiakan jadwal Penilaian Akhir Tahun (PAT)b. Pengujinya

Pada tahun ini telah diterapkan otonomi daerah dimana tiap daerah diberikan wewenang untuk mengelola daerahnya sendiri sehingga potensi-potensi daerah bisa tergali

Berbagai cara dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan produtivitas karyawan melalui motivasi kerja karyawan salah satu cara adalah dengan peningkatan motivitas kerja karyawan