• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN IPM BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN IPM BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA SEMARANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN IPM BIDANG

PENDIDIKAN UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

KOTA SEMARANG

Rasdi Ekosiswoyo, Kardoyo, Tri Joko Raharjo

Abstrak

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu parameter kinerja pembangunan daerah. IPM merupakan nilai dari pengukuran Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, dan Indeks Daya Beli. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kondisi umum capaian IPM bidang pendidikan serta melakukan analisis potensi dan permasalahan pendidikan di Kota Semarang untuk dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan strategis akselerasi pencapaian IPM bidang pendidikan . Penelitian bertipe deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data melalui analisis situasi dan kondisi, analisis regulasi dan kebijakan, dan analisis standarisasi. Angka melek Huruf (AMH) sebesar 99,67% dan Rerata Lama Sekolah (RLS) tahun 2003 sampai 2006 selalu naik. Rata-rata perkembangan IPM pendidikan tahun 2003 – 2006 adalah 2,8. Pencapaian IPM pendidikan tahun 2006 sebesar 69,71 dan proyeksi di tahun 2010 sebesar 72,388. Dibutuhkan akselerasi pencapaian menjadi angka 75 di tahun 2010 , hal ini tidak begitu sulit megingat dukungan anggaran pendidikan yang cukup besar. Strategi akselerasi peningkatan indeks pendidikan didasarkan pada pemerataan dan perluasan akses, perlunya peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta adanya penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Arah strategi akselerasi program pendidikan dasar dan PADU adalah semua anak usia dini (0-6) tahun memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan usianya dan meningkatkan pemerataan dan perluasan layanan pendidikan dsar yang bermutu dan terjangkau. Program pendidikan menengah memiliki arah strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan menengah umum dan kejuruan, dalam upaya mewujudkan rintisan wajar dikmen 12 tahun. Strategi pada program pendidikan luar sekolah adalah memberi pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang belum sekolah, tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah, dan masyarakat yang kebutuhan pendidikannya tidak terpenuhi jalur pendidikan formal.

Kata kunci : indeks pendidikan, akselerasi, strategi

A. Latar Belakang

Indeks Pembangunan Manusia yang selanjutnya disingkat menjadi IPM adalah indeks ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kemajuan suatu daerah dilihat dari pembangunan sumber daya manusianya yang dicerminkan dari ukuran standar sebagai berikut :

1. Indeks atau Angka Harapan Hidup (Life expectacy).

2. Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy Rate) dan Rata-rata Lama sekolah (Mean Years of Schooling). 3. Indeks Daya Beli ( Adjusted Real per Capital). IPM merupakan salah satu parameter untuk mengetahui capaian kinerja pembangunan suatu daerah, secara aplikatif telah menjadi landasan konseptual bagi daerah guna mengapresiasikan

berhasil atau tidaknya pembangunan yang dilakukan di daerahnya.

Berdasarkan realitas pemahaman tersebut, maka pemerintah daerah saat ini sangat concern terhadap pencapaian target IPM. Namun Pemerintah Kota Semarang kelihatannya belum menetapkan Pencapaian IPM pada tahun 2010, hal tersebut berdasar tidak tercantumnya pencapaian IPM pada akhir RPJMD Kota Semarang tahun 2010. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang sangat disayangkan, mengingat tolok ukur keberhasilan pembangunan salah satunya dilihat dari IPMnya.

Dengan memperhatikan situasi dan kondisi IPM Kota Semarang saat ini, perlu dilakukan upaya-upaya strategis dalam rangka mengakselerasi pencapaian IPM bidang pendidikan

(2)

pada tahun 2010. Akselerasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang diaktualisasikan dalam misi-misi RPJMD Kota Semarang Tahun 2005 – 2010 yang mengarah pada pengembangan kualitas SDM. Mengingat tujuan pembangunan pendidikan Kota Semarang yang sangat mengharapkan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pada bidang pendidikan, maka dengan adanya anggaran pendidikan 20 % yang telah disediakan perlu dirumuskan untuk peningkatan pencapaian IPM bidang pendidikan.

Tujuan disusunnya Perencanaan dan Strategi Akselerasi Pencapaian IPM Bidang Pendidikan, adalah untuk :

1. Memberikan Gambaran tentang kondisi umum capaian IPM Bidang Pendidikan Kota Semarang.

2. Melakukan analisis potensi dan permasalahan pendidikan di Kota Semarang, dikaitkan dengan capaian Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah, sebagai bahan penyusunan Perencanaan dan Strategi Akselerasi Pencapaian IPM Pendidikan di Kota Semarang.

Kajian Teoretis Konsep Indeks Pembangunan Manusia

Nilai modal manusia (Human Capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah populasi penduduk, atau tenaga kerja kasar (labour intensif) tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (Brain intensif). Adam Smith (1952), pakar ekonomi klasik, mengakui bahwa pendidikan dan latihan, akan apat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Ia mengatakan bahwa kesejahteraan dan keakayaan suatu bangsa sangat bergantung pada keunggulan intelegensi dan intelektual.

Sebagaimana dilaporkan oleh Word Development Report (1982), bahwa investasi sumber daya manusia sebenarnya telah difikirkan sejak zamannya Adam Smith dan para teoritisi lainnya, sejak abad ke-15 Bank Dunia dengan program internasionalnya telah mengukuhkan kepercayaan terhadap investasi sumber daya manusia bagi pertumbuhan ekonomi (Nanang Fatah, 2000).

Keuntungan ekonomi dari investasi pendidikan (rate of return), ternyata lebih tinggi dari investasi fisik dengan perbandingan rata-rata 15,3 % dan 9,1 %. Ini berarti bahwa investasi di bidang pendidikan sangat menguntungkan, baik dilihat dari sisi sosial maupun ekonomi. Banyak negara lainnya telah mengalami lonjakan kemajuan yang begitu menakjubkan, tidak lain karena

mereka menjadikan pembangunan pendidikan sebagai prioritas penting dan menjadi pilar utama penopang pembangunan lainnya.

Pembangunan pendidikan tidak bisa terlepas dari adanya pergeseran secara global paradigma pembangunan di dunia. Paradigma pembangunan yang berorientasi pada produksi (production centered development) yang terjadi pada dekade 60-an, beralih kepada paradigma pembangunan yang lebih menekankan distribusi hasil-hasil pembangunan (distribution growth development) pada dekade tahun 70-an. Selanjutnya pada dekade tahun 80-an muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (basic need development) yang berkembang menjadi pembangunan yang berparadigma pada manusia (human centered development) pada dekade tahun 1990-an.

Sejak tahun 1960-an Bank Dunia menentukan empat kriteria untuk investasi pengembangan sumber daya manusia, yakni (1) kebutuhan tenaga kerja terampil dalam lapangan kejuruan dan teknologi, (2) perluasan pendidikan dasar yang dipandang memiliki tingkat keuntungan/manfaat (rate of return) yang lebih tinggi sehubungn dengan rendahnya biaya. (3) pengembangan sektor pedesan sehingga memperlihatkan peranan pendidikan masal untuk meningkatkan produktivitas sektor pedesaan. (4) keadilan dan pemerataan yang menunjukkan pentingnya distribusi kesempatan memperoleh pendidikan dan bentuk-bentuk pengembangan SDM lainnya, baik secara geografis, sosial dan ekonomis.

Pendidikan menjadi salah satu aspek dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks) yang dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP). Dalam komposit IPM, aspek pendidikan diukur dengan menggunakan dua indikator yakni; angka melek huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun keatas, dan Rata-rata lama sekolah (RLS). Melek huruf diukur melalui kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung dengan tiga variabel, yakni partipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedangpernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian bertipe deskriptif kualitatif yang ditekankan pada perumusan akselerasi pencapaian IPM Bidang Pendidikan Kota Semarang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penyusunan Strategi Akselerasi Pencapaian IPM Bidang Pendidikan adalah: 1) Analisis Situasi dan Kondisi digunakan untuk mengetahui deskripsi kondisi eksisting dan prediksi IPM bidang pendidikan Kota Semarang

(3)

secara umum. Selanjutnya, berdasarkan data dilakukan penentuan strategi. 2) Analisis Regulasi dan Kebijakan digunakan untuk menginventarisasi regulasi terkait dengan IPM bidang pendidikan pada umumnya dan bidang standar pendidikan pada khususnya, baik tingkat Nasional maupun lokal, hingga penentuan item-item pokok yang dapat digunakan sebagai acuan IPM pendidikan di Kota Semarang. Selanjutnya, setelah dikaitkan dengan data kondisi umum dan IPM bidang pendidikan Kota Semarang, dapat dirumuskan berbagai rekomendasi kebijakan strategis Akselerasi Pencapaian IPM Bidang Pendidikan. Hasil rumuskan kebijakan tersebut akan digunakan sebagai salah satu masukan utama dalam Peningkatan IPM dalam mendukung RPJMD Kota Semarang pada urusan pendidikan. 3) Analisis Standardisasi digunakan untuk memberikan batasan item-item pokok dari regulasi maupun definisi dan tolok ukur IPM yang dapat diterapkan sebagai acuan penelitian ini.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kinerja Pendidikan dalam Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

Fasilitas pendidikan di kota Semarang pada tahun ajaran 2006/2007 baik sekolah negeri maupun swasta untuk jenjang pendidikan Dasar, SD/MI sebanyak 729 buah dan SMP/MTs sebanyak 192 buah, selanjutnya jumlah SMU/SMK/MA sebanyak 168 buah.

Sedangkan sarana dan prasarana pendidikan, jumlah gedung yang rusak SD/MI 47,77% Ruang Kelas (RK), SLTP/MTs 7,91 % RK dan SMU/SMK/MA 5,58 % RK.

Apabila diukur dari tingkat pendidikan penduduk (diatas 5 tahun) maka dapat diketahui terbesar adalah tamat SD/MI diikuti oleh Tamat SLTP dan SLTA.

Beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pendidikan adalah rata-rata lama sekolah, Angka melek huruf, APK, APM dan angka drop out. Untuk mengetahui indeks pendidikan disamping rata-rata lama sekolah, angka yang dapat memberikan kontribusi pada indeks pendidikan adalah Angka Melek Huruf (AMH). Indeks pendidikan secara umur ditelusuri dari 2 indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang diamati dari penyebab langsung, penyebab tak langsung, dan penyebab mendasar.

Penyebab langsung dinyatakan dengan Angka Partisipasi Murni (APM) di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK. Dari data, terlihat bahwa kondisi APM untuk ketiga jenjang baik SD, SMP dan SMA turun. Hal ini tentu akan mempengaruhi secara langsung Indeks pendidikan Kota Semarang.

Sedangkan untuk angka drop out menunjukkan angka yang menggembirakan, dimana sudah tidak ada lagi murid SD, SMP dan SMA yang drop out. Sehingga pemerataan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

Tingkat pendidikan dapat mengambarkan mutu/kualitas sumber daya manusia. Semakin besar proporsi pada jenjang pendidikan SLTA keatas, maka menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dasar yang telah dicapai semakin tinggi. Berdasarkan data yang ada, pada tingkat pendidikan penduduk usia 5 tahun keatas, menunjukkan proporsi terbesar ada pada tamat SD dan diikuti SLTA dan SLTP. Namun untuk penduduk usia 5 tahun yang keatas yang belum sekolah masih cukup tinggi.

Dilihat dari persentasi penduduk berusia 10 tahun keatas yang dirinci menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk yang dapat menamatkan SMP/MTs keatas berjumlah sebanyak 67,27% dari seluruh penduduk usia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun telah berhasil dilaksanakan sehingga mempunyai kualitas jenjang pendidikan yang lebih baik.

Dari APBD Kota Semarang tahun 2007 (tahun terakhir pada waktu penelitian), dapat diketahui bahwa secara keseluruhan anggaran Dinas Pendidikan pada tahun 2007 sebesar Rp. 411.113.967.864,- , yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.300.622.149.000,- dan belanja langsung sebesar Rp.110.491.818.864,-. Dari alokasi anggaran Belanja tersebut belanja langsung yang akan digunakan untuk belanja Program/kegiatan. Anggaran pendidikan Kota Semarang sudah mencapai 19,51 persen. Perhitungan tersebut berasal dari APBD Kota Semarang dikurangi Belanja pegawai pada APBD, kemudian hasilnya sebagai dasar pembagi belanja langsung pendidikan. Perhitungannya seperti berikut Rp.1.002.712.000.000 – Rp.436.498.000.000 = 566.214.000.000, selanjutnya Rp.110.491.000.000 / Rp.566.214.000.000 = 0,1951 atau 19,51 persen.

Dari besarnya anggaran pendidikan pada tahun 2007 tersebut, yang dialokasikan untuk pemberian beasiswa bagi keluarga tidak mampu SD/MI/SDLB sebanyak 82.618 siswa (Negeri + Swasta) dan SMP/MTs/SMPLB sebanyak 24.043 siswa (Negeri + Swasta).

Sedangkan besarnya anggaran pendidikan tersebut yang dipergunakan untuk pemeberantasan buta huruf lebih kurang hanya Rp.425.000.000,-.

Melihat besarnya anggaran pendidikan Kota Semarang tentunya dapat mendukung realisasi

(4)

pencapaian IPM pendidikan Kota Semarang. Realisasi anggaran pendidikan baru terealisasi dua tahun terakhir, sehingga diharapkan besarnya anggaran untuk tahun-tahun berikut dapat mendongkrak nilai IPM pendidikan Kota Semarang.

2. Analisis Pendidikan Dalam Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

Berdasar Analisis kondisi dan situasi dengan melihat profil atau gambaran umum tentang pendidikan di Kota Semarang, maka dapat dilakukan analisis terhadap kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang pendidikan, yang mana diperlukan sebagai landasan dalam menentukan strategi pembangunan pendidikan di Kota Semarang.

A. Kekuatan Pendidikan Di Kota Semarang

a. Fungsi Kota Semarang sebagai kota pendidikan yang menjadi tujuan utama masyarakat kota Semarang dan sekitarnya. b. Potensi peserta didik, tenaga kependidikan,

serta sarana dan prasarana.

c. Anggaran pendidikan yang cukup tinggi. d. Tingginya minat dan partisipasi sebagian

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di semua tingkatan, dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. e. Adanya kesadaran kolektif aparatur

kewilayahan dan dan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi pembangunan sumber daya manusia.

f. Adanya peningkatan indikator makro pendidikan (AMH dan RLS).

g. Adanya Peraturan Daerah yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan di Kota Semarang.

h. Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk mewujudkan sekolah gratis dikdas.

B. Kelemahan Pendidikan Di Kota Semarang.

a. Masih banyaknya tingkat kerusakan infrastruktur pendidikan dasar khususnya SD, menyebabkan sulitnya distribusi dan proporsi alokasi anggaran pendidikan yang berorientasi pada pembangunan fisik dan non fisik. b. Keadaan geografis dan penyebaran penduduk

yang tidak merata, kurang baiknya penyebaran guru, serta tidak meratanya sarana dan prasarana pendidikan pada setiap kecamatan di Kota Semarang.

c. Relevansi pendidikan dengan kebutuhan ketenaga kerjaan masih rendah, sehingga lulusan pendidikan belum siap kerja (baru

siap latih), dan menimbulkan masalah pengangguran.

d. Belum semua kecamatan yang memiliki Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebagai pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan non formal.

C. Tantangan Pendidikan Di Kota Semarang.

a. Banyaknya kaum urbanate yang tidak berpendidikan berpeluang menambah anjal dan anak terlantar.

b. Semakin banyaknya masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau terkena PHK dan memiliki anak yang sedang bersekolah. c. Masyarakat yang terpaksa membayar tinggi

biaya pendidikan, mengakibatkan munculnya sikap skeptis terhadap program pemerintah dan kekurang percayaan terhadap kemampuan pemerintah untuk menjamin biaya pendidikan bagi warganya.

d. Banyaknya sekolah negeri dan swasta yang menerapkan biaya pendidikan tinggi, sehingga memberikan kesan adanya komersialisasi pendidikan

e. Adanya masyarakat usia produktif yang belum melek huruf dan bersikap apatis terhadap upaya pemerintah dalam program keaksaraan fungsional.

f. Sikap masyarakat yang “Sekolah negeri minded” mempengaruhi upaya peningkatan angka partisipasi.

g. Banyaknya warga daerah sekitar atau perbatasan Semarang yang tergolong miskin, yang menyekolahkan anak-anaknya ke Kota Semarang menjadi beban sekolah/Pemerintah Kota Semarang.

h. Adanya sejumlah LSM yang peduli pendidikan, hanya melihat persoalan pendidikan secara parsial, mengakibatkan berkembangnya isu dan menjadikan iklim kurang kondusif bagi pelaksanaan program pemerintah yang telah disusun.

D. Peluang Pendidikan Di Kota Semarang.

a. Semakin tingginya perhatian stakeholder pendidikan di Kota Semarang, termasuk adanya dukungan politis dari legislatif terhadap upaya pembangunan pendidikan. b. Mulai adanya perhatian dan kontribusi nyata

dari berbagai perusahaan terhadap pendidikan, melalui pemberian berbagai bantuan ke sekolah, dalam bentuk bea siswa, perbaikan bangunan, sumbangan buku, dan lain-lain.

c. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap partisipasi pendidikan bagi anak usia sekolah.

(5)

d. Adanya kesepakatan bersama antara Legislatif dan Walikota untuk Akselerasi Wajar Dikdas 9 Tahun.

e. Perhatian dan kontribusi masyarakat terhadap biaya pendidikan di sekolah sudah cukup tinggi.

f. Pemerintah pusat dan Provinsi masih memberikan bantuan biaya pendidikan yang cukup tinggi bagi pembangunan pendidikan di Kota Semarang.

g. Adanya kesepakatan untuk sharing dana antara pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah Kota Semarang untuk perbaikan bangunan sekolah jenjang pendidikan dasar. h. masyarakat semakin kritis dan sadar mutu,

sehingga muncul lembaga pendidikan swasta yang berkualitas sebagai mitra pemerintah.

3. Indeks Pendidikan Kota Semarang A. Kondisi Indeks Pembangunan

Manusia Kota Semarang

Seperti disampaikan oleh BPS (1997) bahwa indikator dari aspek kesehatan, pendidikan dan daya beli dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan berumur panjang, berpendidikan dan berketerampilan serta mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk dapat hidup layak.

Oleh karena itu salah satu wujud keberhasilan Pemerintah Kota Semarang dalam pembangunan dapat dicirikan dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang. Perkembangan IPM Kota Semarang selama kurun waktu empat tahun (2003-2006), dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1

Realisasi Pencapaian IPM Kota Semarang Tahun 2003-2006.

KOMPONEN 2003 2004 2005 2006 Indeks Pendidikan 66,63 66,20 66,60 69,71 Indeks Kesehatan 70,50 71,70 71,80 70 Indeks Daya Beli

Masyarakat 81,27 86,8 87,5 87,09 Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

72,8 74,9 75,3 75,6

Sumber : Bakorlin I, Jateng Dalam Angka 2006 dan Review RPJMD Kota Semarang

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pencapaian IPM Kota Semarang selama empat tahun terakhir naik turun. Salah satunya dipengaruhi oleh indeks pendidikan yang merupakan salah satu komposit pendukung IPM tersebut.

IPM pada dasarnya menggambarkan tingkat kesehatan penduduk yang dipresentasikan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan dan kemajuan sosial yang ditunjukkan melalui Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta kemampuan ekonomi penduduk yang diukur dengan Pengeluaran riil Per Kapita atau Indeks Daya Beli (IDB). IPM memberikan beberapa petunjuk untuk melihat hasil pembangunan suatu wilayah. Penggolongan daerah berdasarkan IPM ada 4 kategori : Rendah ( IPM dibawah 50), menengah rendah ( IPM antara 51 – 65), menengah tinggi (IPM antara 66 – 70) dan tinggi ( IPM diatas 70). (BPS, Bappenas, UNDP : 2004).

Berdasarkan tabel 5.1. diatas, menunjukkan bahwa IPM Kota Semarang dalam kurun waktu tahun 2003 – 2006 termasuk kategori tinggi. Selanjutnya sejak tahun 2003 – 2006 selalu mengalami kenaikan terus yaitu dari indek sebesar 72,8 pada tahun 2003 naik menjadi sebesar 74,9 pada tahu 2004 dan naik lagi menjadi sebesar 75,3 pada tahun 2005, kemudian naik menjadi 75,6 pada tahun 2006.

B. Pencapaian Indeks Pendidikan Kota Semarang

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka berikut akan diuraikan bagaimana Kinerja Peningkatan IPM bidang Pendidikan Kota Semarang selama ini.

Fenomena menunjukkan bahwa indeks pendidikan Kota Semarang dari tahun 2003 hingga tahun 2006 dapat diketahui bahwa cenderung mengalami fluktuasi naik turun. Dari tahun 2003 sampai tahun 2004 menurun, namun pada tahun 2005 mengalami kenaikan dibanding tahun 2004. Selanjutnya dari tahun 2005 ke tahun 2006 juga naik.

Secara kumulatif rata-rata nilai IPM pendidikan Kota Semarang dari tahun 2003-2006 adalah naik rata-rata 1,02 per tahun. Nilai IPM pendidikan ini dapat dicari melalui rumus :

( 2/3 X Angka Melek Huruf) + ( 1/3 X rerata lama Sekolah)

Berdasar rumus tersebut Indeks Pendidikan terdiri dari komposit rata-rata lama sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Karena itu perlu diketahui bagaimana perkembangan dari target RLS dan AMH tersebut.

Dilihat dari aspek pendidikan, angka melek huruf telah mencapai 99,67 persen pada tahun 2006 yang berarti tinggal 0,33

(6)

persen penduduk atau sejumlah 4.662 orang (Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2007) yang masih buta huruf dan diantaranya didominasi oleh penduduk berusia lanjut yang dahulu tidak pernah sekolah. Melihat angka melek huruf yang tinggal 0,33 persen disebabkan adanya dukungan anggaran pemberantasan buta huruf yang terstruktur dari Pemerintah Provinsi. Selanjutnya 4.662 orang tersebut akan dituntaskan pada tahun 2007.

Perkembangan angka melek huruf tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, menunjukkan bahwa dari tahun 2003 sampai 2004 angka tersebut menurun dan pada tahun 2005 hingga 2006 naik kembali. Angka Melek huruf tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Angka Melek Huruf Kota Semarang Tahun 2003-2006

No Tahun Nilai

Secara nasional diketahui bahwa penduduk yang dapat membaca huruf latin sebanyak 89,79%, yang dapat membaca huruf lainnya sebanyak 0,92% dan yang buta huruf sebanyak 9,29%. Berdasarkan data diatas angka melek huruf Kota Semarang masih diatas angka melek huruf nasional.

Disamping angka Angka Melek Huruf diatas, komponen IPM lainnya yaitu rerata lama sekolah. Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

1 2003 95,30

2 2004 95,16

3 2005 96,43

4 2006 99,67

Tabel 3

Jumlah Siswa menurut Umur Kota Semarang Tahun 2006

NO JENJANG JUMLAH SISWA MENURUT UMUR (th.) JUMLAH

<6 7-12 13-15 16-18 19-21 >21 1 SD/MI 13725 90347 2214 94775 2 SMP/MTs 16835 51214 3110 125483 3 SMA/MA 1604 28350 1491 3 62893 4 SMK 6704 19733 2205 13 57297 JUMLAH 13725 107182 61736 51193 3696 16 340448

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2007.

Berdasar data angka Rerata lama Sekolah (RLS) untuk Kota Semarang juga mengalami peningkatan sejak tahun 2003. Perkembangan rerata lama sekolah tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, menunjukkan selalu naik. Angka rata-rata lama sekolah juga meningkat yaitu tahun 2005 sebesar 9,6 naik menjadi 9,8 pada tahun 2006, jadi ada kenaikan 0,20 poin. Hal ini kemungkinan disebabkan makin membaikknya sarana-sarana pendidikan, dukungan beasiswa dan biaya operasional sekolah (BOS) serta makin sadarnya masyarakat akan pentingnya pendidikan.

Perkembangan pencapaian Rerata Lama Sekolah tahun 2003-2006 sebagaimana perkembangan indeks pendidikan, dalam hal ini selalu mengalamikenaikan tiap tahunnya. Angka realisasi inilah yang nantinya dijadikan pedomanagi perkiraan target pencapain rata Lama Sekolah untuk tiga tahun yang akan datang.

C. Proyeksi Indeks Pendidikan Tahun 2008-2010

Pada bahasan berikut merupakan jawaban dari permasalahan berapakah target realistis pencapaian IPM Bidang Pendidikan Kota Semarang dari tahun 2008 hingga tahun

(7)

bahwa secara kumulatif rata-rata perkembangan IPM pendidikan Kota Semarang dari tahun 2003-2006 adalah 2,8. Dengan asumsi kenaikan rata-rata pertahun 0,93, sebenarnya dapat ditarik sebagai dasar pertumbuhan indeks pendidikan setiap tahunnya. Namun berhubung nilai tersebut merupakan rata-rata pertumbuhan dan kenyataanya perkembangan indeks pendidikan fluktuatif naik turun, maka untuk memproyeksi besarnya nilai indeks pendidikan beserta komposit yang mempengaruhinya dilakukan berdasarkan perhitungan tren periode empat tahun.

Tabel 4

Realisasi Pencapaian IPM Pendidikan Kota Semarang 2003-2006 NO INDIKATOR 2003 2004 2005 2006 1 Indeks Pendidikan 66,63 66,20 66,60 69,71 2 Angka Melek Huruf 95,30 95,16 96,43 99,67 3 Rerata Lama Sekolah 9,3 9,4 9,6 9,8

Sumber : Bakorlin I, Jateng Dalam Angka 2006 dan Data diolah

Selanjutnya akan ditunjukkan proyeksi indeks pendidikan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sesuai tahun akhir RPJMD Kota Semarang. Dalam pembuatan proyeksi tersebut, dengan melihat tren empat tahun sebelumnya melalui bantuan program SPSS 12 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5

Target Pencapaian IPM Pendidikan Kota Semarang 2007-2010 NO INDIKATOR 2007 200 8 2009 2010 1 Indeks Pendidikan 70,225 70,843 71,564 72,388 2 Angka Melek Huruf 100 100 100 100 3 Rerata Lama Sekolah 10,2 10,4 10,6 10,8 Sumber : Data diolah

Berdasar data diatas terlihat bahwa target pencapaian indeks pendidikan hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,16 selama 4 tahun atau rata-rata 0,72 tiap tahun. Melihat pertumbuhan indeks pendidikan per tahun yang kecil (0,72), maka perlunya dilakukan akselerasi pencapaian indeks pendidikan pada tahun 2010 hingga mencapai 75 dari proyeksi yang hanya sebesar 72,38.

Akselerasi pencapaian indeks pendidikan tersebut realistis, mengingat salah satu kompositnya yaitu Angka Melek Huruf (AMH) diprediksi mencapai 100 % pada tahun 2007. Untuk dapat mencapai indeks pendidikan hingga 75, perlu kebijakan dan langkah-langkah strategis agar dapat terealisasi harapan tersebut. Hal ini tidak begitu sulit, mengingat dukungan anggaran pendidikan di Kota Semarang yang cukup besar. Selain itu capaian tersebut sebagai dasar penguatan untuk mengejar ketertinggalan dengan daerah lain, yang mana Kota Semarang sebagai ibukota provinsi justru hanya menempati peringkat kedua indeks pendidikan di Jawa Tengah.

D. Kebijakan Dalam Pencapaian Target Indeks Pendidikan

Kebijakan dalam Pencapaian Target Indeks Pendidikan dilakukan melalui Analisis Regulasi dan Kebijakan. Dalam hal ini proyeksi IPM dan lebih khusus lagi indeks pendidikan belum tercantum dalam RPJMD Kota Semarang Tahun 2005-2010, maka dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan berikut akan direkomendasikan beberapa kebijakan pembangunan pendidikan sebagai berikut :

a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh masyarakat kota, dengan sasaran meningkatnya derajat pendidikan masyarakat kota.

b. Penyusunan program pendidikan secara terpadu yang juga merupakan salah satu elemen perencanaan strategis bagi tercapainya kebijakan yang telah ditetapkan,

c. Dalam penyelenggaraan pendidikan mengacu pada prinsip “Pendidikan murah” dan “Pendidikan Gratis” untuk masyarakat miskin.

d. Pembelajaran dalam pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat.

e. Meningkatkan atau mengintensifkan kegiatan pemberantasan buta aksara atau kesetaraan fungsional, untuk memberantas tuntas masyarakat buta huruf.

f. Mengoptimalkan program wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun. g. Peningkatan kemampuan, keahlian dan

kualitas tenaga pengajar (guru) dalam proses belajar mengajar terutama untuk tingkat sekolah dasar, sehingga dapat mempengaruhi terhadap kualitas siswa.

(8)

h. Mewujudkan sistem pendidikan kejuruan yang memenuhi standar kebutuhan dan tuntutan pasar kerja, sehingga menunjang terhadap penurunan jumlah pengangguran.

4. Strategi Akselerasi Peningkatan Indeks Pendidikan

A. Perspektif Strategi Pembangunan

Berdasarkan analisis permasalahan pendidikan tersebut diatas, maka pembangunan pendidikan kedepan harus diarahkan kepada :

a. pemerataan dan perluasan akses, b. perlunya peningkatan mutu, relevansi

dan daya saing, dan

c. adanya penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Kota Semarang untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era glogal, serta meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) hingga mencapai 80 pada tahun 2010 sesuai target nasional maupun provinsi. Untuk itu sampai dengan tahun 2008 dilakukan upaya-upaya sistematis dalam pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan mempertahankan Angka Melek Huruf 99,67% dan Rata-rata Lama Sekolah sampai dengan 10 tahun.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun dan Rintisan Wajar Dikmen 12 tahun, akan menambah jumlah lulusan SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, Pemerintah Kota Semarang perlu melakukan perluasan pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA yang bersifat reguler, melalui SMA terbuka dan Paket C, sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan APM SMA. Selain itu Pemerintah Kota Semarang lebih mempercepat pertumbuhan SMK diiringi dengan upaya mendorong peningkatan program pendidikan

kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pasar.

Perluasan akses pendidikan tinggi diperlukan untuk menjawab meningkatnya partisipasi pendidikan menengah yang diiringi oleh kebijakan yang mengarah kepada daya saing lulusan Perguruan Tinggi secara global. Secara bersamaan, dilakukan upaya untuk meningkatkan proporsi jumlah keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Salah satu upaya untuk pemenuhan tersebut, diantaranya melalui peningkatan jumlah keahlian bidang vokasi melalui institusi politehnik. Selain itu, dikembangkan program community college yang merupakan harmonisasi antara pendidikan kejuruan di SMK, pendidikan non-formal berkelanjutan, dan vokasi.

Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing di masa depan diharapkan dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interaksinya, sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya. Selain itu upaya peningkatan mutu dan relevansi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta daya saing bangsa. Mutu pendidikan juga dilihat dari meningkatnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan taqwa serta berahlak mulia, etika, wawasan keangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika, dan kualitas jasmani. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik dan non akademik yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat pro aktif terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang, baik di tingkat lokal, regional, maupun global.

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai komponen yang terkait dengan mutu pendidikan mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22,23,24 Tahun 2006, tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah).

Peningkatan mutu pendidikan semakin diarahkan pada perluasan inovasi

(9)

pembelajaran, baik pada pendidikan formal maupun pendidikan non formal dalam rangka mewujudkan proses yang efisien, menyenangkan dan mencerdaskan sesuai tingkat usia kematangan serta tingkat perkembangan peserta didik.

Dalam upaya perwujudan tata kelola pemerintahan yang sehat dan akuntabel dilakukan secara intensif melalui sistem pengendalian secara internal, pengawasan masyarakat serta pengawasan fungsional yang terintegrasi dan berkelanjutan.

B. Strategi Akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan.

Konsep dan strategi pencapaian taget IPM Kota Semarang bidang pendidikan Tahun 2010 berikut, merupakan jawaban dari permasalahan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Dimana dalam penyusunan Strategi Akselerasi pencapaian Indeks Pendidikan, agar dapat diimplementasikan dalam program pembangunan pendidikan sesuai dengan RPJMD Kota Semarang Tahun 2005-2010, maka berikut ini disajikan arah dari strategi pembangunan pendidikan serta Indikasi Program Akselerasi Pembangunan Pendidikan berikut :

Tabel 6

Arah Strategi akselerasi dalam Program Pembangunan Pendidikan

Program Arah Strategi Akselerasi

Pendidikan dasar dan PADU

 Semua anak dini usia (0-6 thn) memiliki kesempatan yg sama untuk tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan usianya.

 Meningkatkan pemerataan dan perluasan layanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau Pendidikan

Menengah Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan menengah umum dan kejuruan, dalam upaya mewujudkan rintisan wajar dikmen 12 tahun. Pendidikan Luar

Sekolah Memberi pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang belum sekolah, tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah, dan masyarakat yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui jalur pendidikan formal

Berdasarkan arah strategi dari program tersebut, maka strategi akselerasi yang dapat diimplementasikan ke dalam program-prpgram sesuai RPJMD Kota Semarang, dituangkan kedalam indikasi strategi yang dapat dijadikan panduan bagi SKPD terkait

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan berdasarkan program program yang telah disepakati. Berikut ini adalah Indikasi Strategi Akselerasi berdasarkan program dan strategi yang akselerasi pembangunan pendidikan secara keseluruhan.

Tabel 7

Indikasi Strategi Akselerasi Program Pembangunan Pendidikan

Program Strategi Indikasi Strategi

Pendidikan dasar dan PADU

Pemerataan dan

Perluasan akses   Stimulan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan PADU. Mendorong peran serta masyarakat dalam pendidikan PADU  Bantuan biaya operasional pendidikan dasar

 Pengadaan perpustakaan sekolah  Rehabilitasi ruang kelas

 Pembangunan USB dan RKB pendidikan dasar terutama SMP  Penyelenggaraan kelas layanan khusus di Sekolah Dasar Peningkatan mutu,

relevansi dan daya saing

 Pengembangan model pendidikan PADU.

 Peningkatan kapasitas institusi dan sumber daya penyelenggaraan pendidikan PADU.  Pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PADU.

 Pengembangankurikulum, metodepembelajaran, dan sistem penilaian pendidikan dasar.

 Pengembangan profesi tenaga pendidikan dasar.  Perbaikan sarana dan bahan ajar pendidikan dasar. Penguatan tata kelola

akuntabilitas dan pencitraan publik

 Sosialisasi pendidikan PADU.

 Pengembangan kapasitas dewan pendidikan dan komite sekolah  Pengembangan EMIS

Program Pendidikan Menengah

Pemerataan dan

perluasan akses   Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Pemerataan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik  Rintisan wajar dikmen 12 tahun.

 Peningkatan kuantitas peserta didik pada sekolah kejuruan. Peningkatan mutu,

relevansi dan daya saing

 Pengembangan kurikulum.

 Pengembangan mutu buku pendidikan.  Pendidikan kecakapan hidup.

(10)

 Pembinaan dan fasilitasi anak berprestasi.  Perbaikan fasilitas KBM.

 Penataan bidang keahlian pada SMK.  Pengembangan mutu dan keunggulan.

 Pemberian bea siswa bagi siswa miskin yang berpotensi.  Penyesuaian program / bidang studi.

 Pengembangan pemanfaatan ICT Penguatan tata kelola,

akuntabilitas dan daya saing

 Pengembangan kapasitas Dewan pendidikan dan Komite Sekolah.  Pengembangan EMIS

Pendidikan

Luar Sekolah. Pemerataan Perluasan akses dan   Peningkatan sosialisasi dan promosi. Pengembangan pendidikan kesetaraan.

 Penurunan angka buta aksara dan pengembangan keaksaraan fungsional.  Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan.

 Bantuan biaya operasional.  Pengembangan budaya baca. Peningkatan mutu,

relevansi dan daya saing

 Pengembangan kurikulum.

 Pengembangan pendidikan luar sekolah.  Penyediaan materi pendidikan.  Pengembangan sertifikasi.  Pengembangan model unggulan. Penguatan tata kelola,

akuntabilitas, dan pencitraan publik

 Peningkatan partisipasi masyarakat.

 Penataan pengembangan sistem informasi manajemen C. Indikasi Strategi Prioritas dan

Penunjang Akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan.

Dalam pencapaian sasaran, indikasi strategi dapat dibedakan ke dalam indikasi strategi prioritas dan indikasi strategi penunjang. Indikasi strategi prioritas adalah indikasi strategi yang menyebabkan kenaikan Indeks Pendidikan secara langsung, sedangkan indikasi strategi penunjang yang dapat menyebabkan kenaikan Indeks Pendidikan secara tidak langsung. Dimana dalam

menetapkan sasaran program Prioritas dan Penunjang akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan dengan menggunakan Analisis

Standarisasi, untuk memberikan batasan

item-item pokok dari regulasi maupun definisi yang dapat diterapkan sebagai acuan peningkatan IPM.

Berikut ditampilkan Indikasi strategi prioritas dalam akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan Kota Semarang.

Tabel 8

Strategi Prioritas dalam akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan Kota Semarang

Sasaran Program Indikasi Kegiatan

APK SD/sdrjt : 100,00 % SMP/sdrjt: 100,00 % APM SD/sdrjt : 100,00 % SMP/sdrjt : 91,44 %

Pendidikan dasar dan

PADU  Stimulan dalam penyediaan sarana dan pra sarana pendidikan PADU.

 Mendorong peran serta masyarakat dalam pendidikan PADU.

 Bantuan Biaya Operasional Pendidikan Dasar.

 Rehabilitasi ruang kelas pendidikan dasar.

 Pembangunan USB dan RKB pendidikan dasar terutama SMP.

 Penyelenggaraan Kelas layanan khusus di Sekolah Dasar. APK SMA/sdrjt:

85,21 % APM SMA/sdrjt 60,17 % RLS : 12 tahun

Pendidikan Menengah  Pengadaan Sarpras Pendidikan Menengah.

 Pemerataan kuantitas tenaga pendidikan menengah.

 Rintisan wajar dikmen 12 tahun

 Peningkatan kuantitas peserta didik pada sekolah kejuruan.

 Perbaikan fasilitas KBM.

Pemberian bea siswa bagi siswa miskin yang berpotensi. AMH ; 99,52 % Pendidikan Luar

Sekolah  Pengembangan keaksaraan fungsional Pengembangan Pendidikan Kesetaraan.

 Bantuan biaya operasional.

 Bantuan sarana dan prasarana pendidikan.

(11)

 Peningkatan sosialisasi dan promosi PLS.

Selanjutnya berikut adalah tabel indikasi

strategi prioritas dalam menunjang akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan Kota Semarang. Tabel 9

Strategi Penunjang dalam akselerasi Pencapaian Indeks Pendidikan Kota Semarang

Sasaran Program Indikasi Kegiatan

APK SD/sdrjt : 100,00 % SMP/sdrjt: 100,00 % APM SD/sdrjt : 100,00 % SMP/sdrjt : 92 %

Pendidikan dasar dan

PADU   Pengembangan model pendidikan PADU. Peningkatan kapasitas institusi dan sumber daya penyelenggaraan pendidikan PADU.

 Pengembangan kurikulum,metode pembelajaran, dan sistem penilaian pendidikan dasar.

 Pengembangan profesi tenaga pendidik.

 Perbaikan sarana dan bahan ajar pendidikan dasar.

 Pengembangan kapasitas komite sekolah.Pengembangan Education Management Information System (EMIS).

APK SMA/sdrjt: 86 %

APM SMA/sdrjt 62 %

RLS : 12 tahun

Pendidikan Menengah  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Menengah.  Pengembangan mutu buku pendidikan.

 Pembinaan dan fasilitasi anak berprestasi.  Penataan Bidang Keahlian pada SMK.  Pengembangan Mutu dan Keunggulan.

 Penyesuaian Program dan Bidang Studi pada SMK.  Pengembangan Pemanfaatan ICT.

 Pengembangan kapasitas Komite Sekolah.

 Pengembangan Education Management Information System (EMIS). AMH ; 99,50 % Pendidikan Luar

Sekolah   Pengembangan Kurikulum Pengembangan PLS.  Pengembangan Materi Pendidikan.  Pengembangan Sertifikasi.  Pengembangan Model Unggulan.  Peningkatan Partisipasi masyarakat.

 Penataan dan Pengembangan System Pendataan dan Informasi Managemen.

Kesimpulan

Keberhasilan pembangunan pendidikan sangat membutuhkan partisipasi dari semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, baik pemerintah maupun non pemerintah, sejak langkah perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga evaluasinya. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan pencapaian target indeks pendidikan, seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan harus memiliki komitmen untuk dapat tercapainya harapan tersebut.

Dalam akselerasi pencapaian indeks pendidikan tersebut, merupakan langkah yang harus ditempuh untuk mendukung visi-misi dalam RPJMD Kota Semarang 2005-2010. Mengingat dalam RPJMD tersebut, belum mencantumkan target pencapaian indeks pendidikan pada tahun akhir RPJMD. Selanjutnya kajian ini dapat dijadikan rujukan bagi unit kerja terkait dalam mewujudkan indeks pendidikan, sebagai bagian dari komposit IPM Kota Semarang.

Saran

Untuk mendukung perwujudan akselerasi indeks pendidikan maka kebijakan pendidikan yang dikembangkan di Kota Semarang harus

berbasis pada potensi lokal tanpa meninggalkan amanat regulasi dan kebijakan tingkat pemerintahan di atasnya, antara lain tentang standar nasional pendidikan, standar minimal pelayanan publik bidang pendidikan, dan proporsi pembiayaan pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Desa Rangperang Laok Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan adalah tempat aku dan bersama 12 orang lainnya yang tergabung dalam kelompok 14 akan melaksanakan Kuliah

Di dalam kasus infotainment, ideologi yang bermain adalah ideologi pemilik stasiun televisi, yaitu ideologi neo- liberalisme, bahwa semakin kuat pasar berperan, maka pers akan

Kebijakan lain yang telah dilakukan Taiwan antara lain mengimpor kayu untuk memproduksi produk olahan dengan bahan baku kayu seperti plywood / panel dari kayu

Kawasan ini mulai mendapat berbagai masalah sejak keluarnya SK.Menhut : No.290/Kpts-II/1991 tentang perluasan lahan penelitian untuk kehutanan 3000 ha, hingga

[r]

Filter Arahan RP4D DIY, Pola Ruang peruntukan permukiman berdasarkan RTRW, Topografi, Bencana, Penggunaan Lahan dan Sempadan Sungai dengan sistem filter boleh dan tidak

Banyak hal yang mungkin dapat dijadikan alasan untuk terjadinya perselisihan di masyarakat dalam kaitannya dengan pemilu antara lain, isu seperti mencoblos lebih dari

For example, once a user has logged in to your system, their personal information can be cached so that requests for that data do not need to be processed by the database; rather ,