• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

Hari Suroto

(Balai Arkeologi Jayapura)

Abstract

Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces, is later concluded as pot and crock after the reconstruction was made. The size of the pot is small and thin while the crock is big and thick. The function of the earthenware can be analyse from the shape and link it to the other earthenware. After analysing them, it is concluded that pot was used for cooking, while crock was used for keeping food and water.

Keyword: earthenware, form, function, Sentani Lake

Latar Belakang

Gerabah merupakan wadah yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian gerabah meliputi alat-alat dapur (untuk memasak dan sebagainya) dibuat dari tanah liat yang dibakar (Depdikbud, 1990:27). Suhu pembakaran gerabah berkisar antara 350º sampai 1000º C (Mc Kinnon, 1991:2).

Salah satu faktor yang menyebabkan gerabah banyak ditemukan di situs-situs arkeologi adalah sifat gerabah yang tahan dari pelapukan, sehingga walaupun mudah pecah akan tetapi tidak hancur. Oleh karena itu, temuan gerabah pada umumnya berbentuk fragmen (Atmosudiro, 1998: 1).

Gerabah sangat mendukung kehidupan penutur Austronesia di Papua yang berlatar belakang budaya bahari. Terdapat persamaan dalam penyebutan gerabah di wilayah Papua yang berbahasa Austronesia, yakni sempe (periuk), uren (belanga), dan forna (pemanggang sagu). Budaya Austronesia diperkirakan yang diadopsi oleh masyarakat Sentani adalah tradisis pembuatan dan penggunaan gerabah, sedangkan bahasa Austronesia tidak

(2)

diadopsi (Suroto, 2010: 13). Pecahan gerabah banyak terdapat di situs-situs arkeologi Kawasan Danau Sentani, sangat menarik untuk mengetahui bentuk dan fungsi gerabah berdasarkan pecahan gerabah.

Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa bentuk gerabah yang terdapat di Kawasan Danau Sentani?

2. Apa fungsi gerabah yang ditemukan?

Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan ilmu arkeologi mengandung pemahaman yang berlandaskan kepada tiga paradigma kebudayaan yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan, merekonstruksi cara hidup masa lalu dan penggambaran proses perubahan kebudayaan (Binford, 1972:78). Berkaitan dengan hal itu, maka hakikat dari penelitian ini adalah menjawab bentuk dan fungsi gerabah yang terdapat di Kawasan Danau Sentani. Jika dikaitkan tiga tujuan ilmu arkeologi yang dikemukaakan oleh Binford, maka tujuan penelitian ini sesuai dengan tujuan pertama dan kedua yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan dan cara hidup masa lalu.

Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data dan pengolahan data.

Pengumpulan Data

Proses penjaringan data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data tertulis yang berhubungan dengan gerabah yang diteliti. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji sumber-sumber

(3)

tertulis berupa: buku, makalah, artikel, yang berhubungan dengan permasalahan yang ditulis.

b. Survei permukaan tanah yaitu dengan cara mengamati obyek yang diteliti secara langsung, untuk mendapatkan sebanyak mungkin pengetahuan mengenai obyek yang diteliti.

Pengolahan data

Untuk mengetahui fungsi gerabah dilakukan analisis artefaktual (analisis morfologi, analisis teknologi), analisia pecahan gerabah dilakukan dengan cara memilih atribut-atribut yang dapat mencirikan bentuk asli yaitu bagian tepian, leher, karinasi dan dasar, sedangkan pecahan bagian badan dijadikan pendukung rekonstruksi. Selain itu juga dilakukan analisis kontekstual yaitu analisis yang mempelajari konteks (hubungan) dengan ruang dimana gerabah ditemukan, dan dengan benda-benda lain yang ditemukan bersama-sama dengan gerabah.

Pembahasan

Hasil penelitian arkeologi di beberapa situs Kawasan Danau Sentani, diperoleh sejumlah situs yang terdapat tinggalan gerabah. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

- Gerabah Situs Marweri Urang

Gerabah dari Situs Marweri Urang menunjukkan permukaan gerabah terdapat bekas-bekas jari, serta ketebalan gerabah tidak merata, hal ini menunjukkan pembuatan dengan teknik tangan (hand made) (Tim Penelitian, 2010). Analisis pembakaran pada gerabah Situs Marweri Urang menunjukkan warna bagian permukaan terdiri dari merah, coklat, hitam. Bagian penampang lintang gerabah berwarna hitam, menunjukkan pembakaran yang tidak sempurna, maka diperkirakan dibakar di tempat terbuka (open fi re), tanpa menggunakan tungku. Berdasarkan analisis terhadap fragmen gerabah bagian tepian dan badan maka dapat diketahui bahwa gerabah dari Situs Marweri Urang terdapat dua jenis yaitu periuk dan tempayan.

(4)

- Gerabah Situs Pulau Mantai

Situs Mantai merupakan situs terbuka, pada situs ini ditemukan sejumlah fragmen gerabah hias. Gerabah di Pulau Mantai didapatkan di permukaan tanah, namun kondisi situs tersebut sudah teraduk oleh aktivitas berkebun (Tim Penelitian, 2010). diketahui bentuk gerabah adalah periuk dan tempayan. Pengamatan terhadap permukaan fragmen gerabah bagian luar dan dalam, diketahui bahwa ketebalan gerabah situs Pulau Mantai tidak rata, terdapat bekas tekan jari pada permukaannya, hal ini mengindikasikan gerabah Situs Pulau Mantai dibuat dengan teknik tangan. Sedangkan pada analisis pembakarannya menunjukkan warna bagian permukaan hitam dan penampang lintang hitam yang menunjukkan tingkat pembakaran tidak sempurna, karena dibakar di tempat terbuka.

- Gerabah Situs Ceruk Ifeli-feli

Fragmen gerabah bagian badan ditemukan di Ceruk Ifeli-Feli, Kampung Babrongko (Tim Penelitian, 2010). Diperkirakan berjenis periuk. Berdasarkan pengamatan diketahui warna permukaan gerabah merah. Ketebalan gerabah tidak merata, terdapat bekas-bekas tekan jari pada bagian permukaan dalam, hal ini menunjukkan pembuatan dengan teknik tangan (hand made). Analisis pembakaran gerabah situs Ceruk Ifeli-feli warna penampang lintang hitam, menunjukkan pembakaran yang tidak sempurna. Berdasarkan pengamatan terhadap jenis tanah, tanah di Kampung Babrongko tidak memungkinkan untuk pembuatan gerabah, maka diperkirakan gerabah Situs Ceruk Ifeli-feli didatangkan dari luar. Berdasarkan konteks temuan berupa tulang binatang dan moluska laut, maka gerabah Situs Ceruk Ifeli-feli diperkirakan berfungsi sebagai peralatan sehari-hari.

- Gerabah Situs Pulau Asei

Gerabah di Pulau Asei masih digunakan penduduk sebagai tempat menyimpan sagu, terdapat juga gerabah hias yang ditemukan dari dalam danau dan disimpan penduduk (Tim Penelitian, 2010). Gerabah milik kotelo Asei, berukuran tinggi 50 cm dengan diameter 30 cm, dengan ketebalan bibir 0,7 cm. Berwarna coklat dengan pola hias tempel, saat ini digunakan untuk menyimpan sagu.

Selain gerabah utuh, kotelo Asei juga memiliki sebuah gerabah dalam kondisi pecah yang didapatkan dari dasar danau. Gerabah ini berdiameter 32 cm, tinggi 20

(5)

cm, ketebalan bibir 1,3 cm. Berwarna coklat dengan core hitam. Permukaan gerabah kasar, ketebalan gerabah tidak merata. Hal ini mengindikasikan dibuat dengan teknik tangan, penampang lintang hitam menunjukkan pembakaran tidak sempurna. Gerabah ini memiliki hiasan motif matahari, dengan teknik gores. Motif matahari hanya dimiliki oleh ondoafi .

- Situs Yomokho

Temuan artefak pecahan gerabah Situs Yomokho berdasarkan analisis bentuk tepian dan badan menunjukkan gerabah jenis tempayan dan periuk. Analisis teknik pembuatan gerabah jenis tempayan dari situs Bukit Yomokho dilakukan dengan mengamati jejak pembentukan di permukaan dinding fragmen gerabah bagian luar, dibuat dengan teknik pijit dipadukan dengan tatap pelandas. Hal ini terlihat adanya cekungan bekas tekan jari, permukaan dalam atau luar yang tidak rata, ketebalan gerabah tidak merata, terdapat cekungan bekas pelandas, dan pada permukaan luar terdapat jejak berupa bekas pemukul. Warna bagian permukaan terdiri dari merah, coklat dan hitam. Gerabah ini memiliki penampang lintang hitam, diperkirakan dibakar di tempat terbuka.

Analisis teknik pembuatan gerabah jenis periuk dari situs Yomokho, diketahui dibuat dengan teknik roda putar, hal ini terlihat permukaan gerabah terdapat jejak bekas striasi yang lurus dan rapi, hal ini menunjukkan gerabah dibuat dengan teknik roda putar cepat. Pada akhir pembuatan sebelum proses pembakaran diupam terlebih dahulu, ini terlihat dari permukaan dinding yang halus dan tidak berpori. Bentuk tepian periuk situs Yomokho yaitu tepian tertutup dan tepian terbuka (Suroto et. al., 2011). - Situs Gua Rukhabulu Awabu

Berdasarkan analisis bentuk tepian dan badan fragmen gerabah Situs Gua Rukhabulu Awabu menunjukkan jenis periuk. Analisis gerabah situs Gua Rukhabulu Awabhu, Kampung Ayapo berdasarkan pengamatan atas pecahan yang ditemukan, bekas-bekas jari berupa cekungan bekas tekan jari, baik pada permukaan luar maupun dalam, dan ketebalan gerabah tidak merata, diperkirakan gerabah tidak merata. Adanya jelaga pada dinding bagian luar mengindikasikan dibuat dengan teknik tangan (hand made) (Tim Penelitian, 2010). Ketebalan adanya pemakaian untuk memanaskan sesuatu (memasak). Hal ini didukung pula oleh konteks temuan berupa

(6)

fragmen cangkang moluska laut kelas Bivalvia famili fi mbridae dan arang. Analisis pembakaran pada gerabah situs Gua Rukhabulu Awabhu menunjukkan warna bagian permukaan terdiri dari merah, coklat, hitam. Gerabah yang memiliki core (penampang lintang) hitam, menunjukkan pembakaran yang tidak sempurna, maka diperkirakan dibakar di tempat terbuka (open fi re), tanpa menggunakan tungku.

- Situs Ceruk Reugable

Analisis terhadap gerabah situs Ceruk Reugable, Kampung Ayapo berdasarkan pengamatan atas pecahan yang ditemukan, berjenis periuk diperkirakan dibuat dengan teknik tangan, hal ini terlihat pada adanya bekas-bekas jari berupa cekungan bekas tekan jari, baik pada permukaan luar maupun dalam, ketebalan gerabah tidak merata (Tim Penelitian, 2010). Adanya jelaga pada dinding bagian luar mengindikasikan adanya pemakaian untuk memanaskan sesuatu (memasak). Hal ini didukung pula oleh konteks temuan berupa fragmen kerang dan arang. Analisis pembakaran pada gerabah situs Ceruk Reugable menunjukkan warna bagian permukaan terdiri dari merah, coklat, hitam. Core (penampang lintang) gerabah berwarna hitam, hal ini menunjukkan pembakaran yang tidak sempurna, maka diperkirakan dibakar di tempat terbuka (open fi re), tanpa menggunakan tungku.

- Situs Phulende

Berdasarkan analisis bentuk tepian dan badan fragmen gerabah dari Situs Phulende menunjukkan jenis tempayan (Suroto et. al., 2011), penampang lintang berwarna hitam menunjukkan pembakaran tidak sempurna dan proses pembakaran di tempat terbuka. Dinding gerabah dari Situs Phulende berukuran tebal dibuat dengan teknik tatap pelandas.

- Situs Kampung Tua Abar

Gerabah dari Kampung Tua Abar dibuat dengan teknik tatap pelandas, hal ini terlihat cekungan yang tidak rata pada permukaan dalam. Penampang lintang berwarna hitam menunjukkan pembakaran tidak sempurna. Terdapat dua jenis gerabah yang ditemukan di Kampung Tua Abar yaitu tempayan dan periuk. Ukuran tempayan lebih besar daripada periuk. Pengamatan terhadap pembuatan gerabah di Kampung Abar menunjukkan bahwa periuk tidak diproduksi (Suroto et. al., 2011).

(7)

Kesimpulan

Gerabah ditemukan di situs-situs arkeologi di Kawasan Danau Sentani, gerabah ini ditemukan di permukaan maupun di dalam tanah. Berdasarkan analisis diketahui bentuk gerabah adalah periuk dan tempayan. Kedua jenis gerabah ini memiliki fungsi praktis yaitu tempayan untuk menyimpan bahan makanan dan air, sedangkan periuk digunakan untuk memasak.

Selain berfungsi praktis, gerabah juga berfungsi untuk bekal kubur. Hal ini terlihat dari temuan gerabah hasil ekskavasi di Situs Yomokho, yang memiliki konteks temuan dengan tulang manusia. Pertanggalan gerabah Kawasan Danau Sentani secara C-14 belum diketahui, kandungan bahan penyusun gerabah juga belum dilakukan analisis labolatoris. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi penelitian ke depan.

(8)

Daftar Pustaka

Bellwood, Peter. 1978. Man’s Conquest of The Paciifi c The Prehistory of Southeast

Asia and Oceania. Aucland: Collins.

Atmosudiro, Sumijati. 1998. Manfaat Kajian Gerabah Masa Lalu bagi Pengembangan Kerajinan Tembikar Sebagai Penunjang Industri Pariwisata, Berkala Arkeologi

XVIII (2). Balai Arkeologi Yogyakarta. Hlm. 1-11.

Binford, Lewis R. 1972. Archaeological Perspective. New York: Seminar Press. Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mc Kinnon, E. Edward. 1991. Panduan Keramik. Jakarta: Puslit Arkenas-Ford Foundation. Rice, Prudence M. 1987. Pottery Analysis, A Source Book. Chicago: The University of

Chicago Press.

Soejono, R.P. 1994. “Prasejarah Irian Jaya” dalam Koentjaraningrat ed., Irian Jaya

Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Djambatan. Hlm. 23-24.

Suroto, Hari. 2010. “Korelasi Persebaran Bahasa Austronesia dengan Persebaran Temuan Artefak Gerabah di Papua”. Kibas Cenderawasih Volume 6, Nomor 1, April 2010. Balai Bahasa Jayapura. Hlm. 9-16.

Suroto, Hari, Erlin N. I. Djami, dan M. Irfan Mahmud. 2011. Ekskavasi dan Survei

Arkeologi di Kawasan Danau Sentani. Laporan Penelitian Balai Arkeologi

Jayapura.

Tim Penelitian. 2010. Penelitian Arkeologi di Kawasan Danau Sentani. Laporan Penelitian Balai Arkeologi Jayapura.

Referensi

Dokumen terkait