i
PENGARUH TERAPI AKTIF MENGGENGGAM BOLA KARET TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE
NON HEMORAGIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGASIH II KULON PROGO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh: DIRGA ADI DAYA
2213095/PSIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmad karunianya penulis telah menyelesaikan usulan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta”. Skripsi ini telah diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempakatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.,MB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Dwi Kartika Rukmi, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.,MB, selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta dengan sabar memberikan motivasi dan dorongan penuh dalam penyusunan usulan penelitian.
4. Penguji Wenny Savitri,S.Kep.,Ns.,MNS, selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan saran serta masukan terhadap usulan penelitian ini.
5. Kepala Puskesmas Pengasih II Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian diwilayah kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta dan memberikan kesempatan penelitian kepada penulis.
6. Kepala Desa Margosari yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 7. Kepala Desa Karangsari yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis.
8. Kepala Desa Pengasih yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 9. Kedua orang tua Bapak/Ibu dan kakakku yang selalu memberikan doa dan
dukungan yang terbaik untuk anaknya dan adiknya untuk selalu semangat dalam menyusun laporan dan menggapai semua cita-citanya.
10. Mahasiswa S1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta sebagai asisten penelitian yang telah membantu dalam penelitian dan teman-teman seperjuangan di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang saling memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
Sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 25 September 2017.
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix INTISARI ... x ABSTRACK ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8
1. Stroke ... 8
a Definisi Stroke ... 8
b Klasifikasi Stroke ... 8
c Faktor Risiko Stroke ... 9
d Tanda dan Gejala Stroke ... 12
e Patofisiologi Stroke Non Hemoragik ... 12
f Komplikasi Stroke ... 13
g Manajemen Waktu ... 14
h Penataksanaan Stroke ... 16
2. Terapi Latihan ... 18
a Definisi Terapi Latihan ... 18
b Macam-macam Terapi Latihan ... 18
3. Kekuatan Otot ... 23
a Definisi Sistem Otot ... 23
b Karakterisik Fungsi Otot ... 24
c Rangsangan Saraf Terhadap otot ... 24
d Definisi Kekuatan Otot ... 24
e Derajat Nilai Kekuatan Otot ... 25
f Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot ... 25
g Mekanisme Umum Kontrasi Otot ... 26
h Sistem Motorik ... 27
i Sisem Sensorik ... 28
B. Kerangka Teori ... 29
C. Kerangka Konsep ... 30
vi BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Waktu ... 32
C. Populasi dan Sampel ... 32
1. Populasi ... 32
2. Sampel ... 32
3. Besar Sampel ... 33
D. Variabel Penelitian ... 34
E. Definisi Operasional... 35
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 37
1. Alat Penelitian ... 37
2. Pengumpulan Data ... 37
G. Validitas dan Reliabilitas ... 38
H. Metode Pengelolaan dan Analisa Data ... 39
1. Metode Pengelolaan Data ... 39
2. Analisa Data ... 40
I. Etika Penelitian ... 40
J. Pelaksanaan Penelitian ... 42
1. Persiapan Penelitian ... 42
2. Pelaksanaan Penelitian ... 42
3. Tahap Penyusunan Laporan ... 43
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian ... 45
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 45
2. Analisa Hasil pembahasan ... 45
B Pembahasan ... 48
C Keterbatasan Penelitian ... 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 57
B Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Derajat Nilai Kekuatan Otot ... 25 Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 35 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 46 Tabel 4.2 Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif
menggenggam bola karet ... 47 Tabel 4.3 Hasil uji normalitas ... 48 Tabel 4.4 Hasil uji paired t-test ... 48
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 29
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 30
Gambar 3.3 Desain Penelitian ... 31
Gambar 3.4 Alur Jalan Penelitian ... 44
Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan lama stroke ... 46
Gambar 4.2 Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet ... 47
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Time Schedule
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Penyusunan SKRIPSI Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Karakteristik Responden
Lampiran 6. Lembar Observasi Kekuatan Otot
Lampiran 7. Standar Operasional Prosedur Menggenggam Bola Karet Lampiran 8. Standar Operasional Prosedur Kekuatan Otot
Lampiran 9. Surat Izin Studi Pendahuluan Dinas Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
Lampiran 10. Surat Izin Studi Pendahuluan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Lampiran 11. Surat Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta
Lamoiran 12. Surat Izin Penelitian Dinas Badan Penanaman Modal Dan Pelayana Terpadu Kabupaten Kulon Progo
Lamoiran 13. Surat Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Lampiran 14. Surat Izin Penelitian Desa Karangsari Kabupaten Kulon Progo Lampiran 15. Surat Izin Penelitian Desa Margosari Kabupaten Kulon Progo Lampiran 16. Surat Izin Penelitian Desa Pengasih Kabupaten Kulon Progo Lampiran 17. Lembaran Kehadiran Mengikuti Usulan Proposal
Lampiran 18. Keterangan Persetujuan Kode Etik Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 19. Surat Izin Keterangan Penelitian Di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta
Lampiran 20. Interrater Reliability Lampiran 21. Hasil SPSS
x
PENGARUH TERAPI AKTIF MENGGENGGAM BOLA KARET TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE
NON HEMORAGIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGASIH II KULON PROGO YOGYAKARTA
Dirga Adi Daya1, Dwi Kartika Rukmi2 INTISARI
Latar Belakang: Stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial sehingga akan menyumbat pada aliran darah di otak. Stroke dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh. Rehabilitasi penderita penyakit stroke salah satunya dengan cara terapi latihan aktif menggenggam bola karet.
Tujuan Penelitian: Diketahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan one-group
pre-post test design. Eksperimen dilakukan dengan memberikan intervensi berupa
terapi aktif menggenggam bola karet. Jumlah sampel yang digunakan adalah 16 responden dari Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta. Analisa data menggunakan uji paired t-test.
Hasil Penelitian: Sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 2,44. Setelah diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81. Hasil uji paired t-test didapatkan signifikansi (p) 0,000.
Kesimpulan: Ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta (p value 0,000).
Kata kunci : stroke non hemoragik, terapi aktif mengenggam bola karet
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
THE INFLUENCE OF ACTIVE THERAPY OF SQUEEZING RUBBER BALL ON MUSCULAR STRENGTH OF PATIENTS WITH NON
HEMORRHAGIC STROKE IN THE OPERATIONAL AREA OF PENGASIH II COMMUNITY HEALTH CENTER
OF KULONPROGO YOGYAKARTA Dirga Adi Daya1, Dwi Kartika Rukmi2
ABSTRACT
Background : Stroke may cause neurological damage due to total or partial clog which blocks blood circulation in brain. Stroke may lead to various disorders such as cerebral tissue dysfunction, muscle tonus degradation, and loss of sensibility in some body parts. One of rehabilitations for patients with stroke is active therapy of squeezing rubber ball.
Objective : To identify The Influence of Active Therapy by Squeezing Rubber Ball on Muscular Strength of Patients with Non Hemorrhagic Stroke in The Operational Area of Pengasih II Community Health Center of Kulonprogo Yogyakarta.
Method : This study type was pre-experimental with one-group pre-post test
design. Experiment was conducted by giving intervention such as active therapy
of squeezing rubber ball. Number of samples was 16 respondents from Pengasih II community health center of Kulonprogo Yogyakarta. Data analysis applied
paired t-test formula.
Result : Prior to intervention with active therapy of squeezing rubber ball, the average muscular strength of patients with non hemorrhagic stroke was 2,44. After intervention with active therapy of squeezing rubber ball, the average muscular strength of patients with non hemorrhagic stroke was 3,81. The result of
paired t-test figured out significance value (p) of 0,000.
Conclusion : There was an influence of Active Therapy by Squeezing Rubber Ball on Muscular Strength of Patients with Non Hemorrhagic Stroke in The Operational Area of Pengasih II Community Health Center of Kulonprogo Yogyakarta, with p value of 0,000.
Keywords : Non Hemorrhagic Stroke, Active Therapy of Squeezing Rubber Ball.
1A student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta
2A counseling lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian) yang disebabkan oleh gangguan vaskuler di otak (Gofir, 2009). Stroke merupakan suatu penyakit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan gejala yang sesuai dengan daerah otak yang terserang (Bustan, 2015). Berdasarkan American Heart Association (2013), pada tahun 2010 stroke menyebabkan kematian kurang lebih 1 dari 19 orang di Amerika Serikat. Setiap 40 detik orang terdiagnosa stroke di Amerika Serikat dan setiap 4 menit 1 orang meninggal dunia karena stroke.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevelensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Sedangkan untuk angka kejadian stroke di DIY menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi kejadian stroke tertinggi berdasarkan diagnosa dokter salah satunya ada di Kulon Progo dengan persentase sebesar 34,0%.
Stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menyumbat aliran darah keotak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi (Ikawati, 2011). Stroke dapat menyebabkan berbagai macam gangguan seperti kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh yang dapat menurunkan kemampuan fungsi tubuh yang dikendalikan oleh
2
jaringan tersebut. Jika ada bagian otak yang terkena lesi maka dapat mengakibatkan kelemahan pada ekstermitas yang sangat mengganggu kemampuan dan aktifitas sehari-hari (Irfan, 2010 dalam Sukmaningrum, Sri & Solechan 2012). Pasien stroke mengalami kelemahan pada anggota tubuh disebabkan karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu bergerak.
Immobilisation atau tidak mampu menggerakkan tubuh apabila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypertension, deep vein thrombosis dan kontraktur (Garrison, 2003 dalam Mutaqib, 2013).
Asuhan keperawatan pada pasien stroke ada tiga fase yaitu fase akut, fase subakut dan fase kronis pasca serangan stroke. Fase akut ditujukan mempertahankan fungsi vital, fase subakut ditujukan untuk penanganan rehabilitasi yang intensif dan fase kronis pasca serangan stroke ditujukan untuk mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah komplikasi (Chaidir & Zuardi 2014). Komplikasi stroke dapat diminimalkan dengan cara rehabilitasi. Rehabilitasi penderita penyakit stroke salah satunya adalah dengan cara terapi latihan (Yulinda, 2009). Terapi latihan adalah salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam penatalaksanaannya menggunakan gerakan aktif dan pasif. Gerakan aktif adalah gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot itu sendiri (Yulinda, 2009). Gerakan pasif adalah latihan yang tidak bersangkutan dengan melawan gravitasi (Ashadi, 2014). ROM (Range Of Motion) baik pasif maupun aktif memberikan efek pada fungsi motorik anggota ekstermitas pasien paska stroke (Chaidir & Zuardi 2014).
Penderita stroke harus dimobilisasi sedini mungkin ketika kondisi klinis neurologis dan hemodinamik penderita sudah stabil (Chaidir & Zuardi 2014). Mobilisasi dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke. Mobilisasi pada penderita stroke bertujuan untuk mempertahankan Range Of
Motion (ROM), memperbaiki fungsi pernapasan dan sirkulasi darah, mencegah
komplikasi, dan memaksimalkan aktifitas perawatan diri. Bentuk mobilisasi yang dapat diberikan salah satunya adalah dengan menggunakan latihan fisik (Purwanti & Maliya 2008).
3
Latihan fisik merupakan salah satu program latihan yang bisa diberikan kepada pasien paska stroke non hemoragik untuk mendapatkan kembali kekuatan otot pada ekstremitas mereka (Prok, Gessal & Angliadi 2016). Untuk membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas diperlukan teknik untuk merangsang tangan seperti latihan spherical grip yang merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan. Penelitian Kwakkel (2003) dalam Prok, Gessal, Angliadi (2016) memperlihatkan bahwa peningkatan intensitas waktu terapi latihan, khususnya jika penambahannya minimal 16 jam dalam enam bulan pertama memiliki pengaruh yang kecil tapi bermakna pada kemampuan fungsional penderita stroke, terutama jika dilakukan lebih intensif dan lebih dini (Kwakkel 2003 dalam Prok, Gessal & Angliadi 2016).
Latihan fisik menggenggam bola karet pernah diteliti oleh Chaidir & Zuardi (2014) di RSSN Bukittinggi dengan hasil latihan Range Of Motion (ROM) dengan bola karet berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas sehingga dapat meningkat kekuatan otot pada pasien stroke.
Hasil studi pendahuluan dilakukan pada bulan Juli 2017, terhadap 5 pasien Stroke Non Hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta yang sedang dirumah didapatkan hasil berupa 1 pasien dalam fase subakut dan 4 pasien dalam fase kronis pasca serangan stroke. Kondisi pasien yang fase subakut dengan kekuatan otot 1. Pasien dengan fase kronis didapatkan 2 orang dengan kekuatan otot 1 dan 2 orang lainnya kekuatan ototnya 3. Dari hasil wawancara 4 pasien belum tahu cara terapi aktif menggenggam bola karet dan 1 pasien mengatakan mengetahui tetapi belum tahu cara menggunakan dengan tepat dan berapa lama. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “pengaruh terapi aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah: ”Adakah Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a Diketahui karakteristik penderita stroke non hemoragik pada pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
b Diketahui kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
c Diketahui kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
d Diketahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya keperawatan untuk dapat memberikan wawasan baru tentang terapi alternatif yaitu terapi komplementer terapi aktif menggenggam bola karet untuk meningkatkan kekuatan otot pasien stroke non hemoragik sehingga dapat digunakan sebagai bahan perbaikan maupun peningkatan pengetahuan.
5 2. Praktis
a Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang terapi aktif mengenggam bola karet terhadap perubahan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
b Institusi Pendidikan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1) Sebagai bahan masukan untuk kegiatan proses belajar mengajar mengenai terapi aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
2) Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang berkaitan dengan terapi aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
c Bagi Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta
Dengan memberikan informasi dan pengetahuan kepada pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta terapi aktif mengenggam bola karet dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik, sehingga pasien dapat mempraktikan sendiri untuk penyembuhan.
E. Keaslian Penelitian
1. Chaidir R & Zuardi M.I (2014), meneliti tentang “Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstermitas Atas Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemorogik Di Ruangan Rawat Stroke RSSN Bukittinggi Tahun 2014”. Penelitian ini menggunakan jenis quasi eksperimen dengan pendekatan pre test and post nonequivalent control group p=0,012. Pengambilan dilakukan dengan tekhnik purposive sampling. Jumlah sampel ini sebanyak 16 orang ditempat Rehabiliasi medik RSSS Bukittinggi sebagai subjek untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Analisa data pada
6
penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu menggunakan independent t-test. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa latihan Range Of Motion (ROM) dengan bola karet berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama memberikan menggunakan bola karet terhadap penderita stroke, variabel bebas, metode penelitian, rancangan, teknik uji, teknik sampling. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabel terikat, desain penelitian.
2. Prok W, Gessal J & Angliadi L.S (2016), meneliti tentang “Pengaruh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada Pasien Stroke Diukur Dengan
Handgrip Dynamometer di Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R.D Kandaou
Manado 2016”. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan rancangan pretest-postest p=0,000. Pengambilan dilakukan dengan tekhnik
purposive sampling. Jumlah sampel 18 orang ditempat Rehabilitasi Medik
RSUP Prof. Dr. R.D Kandaou Manado. Penelitian ini uji statistik yang digunakan menggunakan uji t-test berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot sebelum latihan gerak aktif menggenggam bola karet selama 1 bulan sebesar 10.56 kg dan sesudah latihan 14.06 kg, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermakna latihan gerak aktif menggenggam bola terhadap kekuatan otot tangan pada pasien stroke. Persamaan penelitian terletak pada variabel bebas, teknik sampling, teknik uji, metode penelitian. Sedangkan perbedaan terletak pada variabel terikat, rancangan, alat ukur. 3. Murtaqib (2013), meneliti tentang “Pengaruh Latihan Range Of Motion ROM)
Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2013”. Penelitian ini menggunakan desain Experimental dengan jenis desain dua kelompok
pretest-posttest (P=0,001). Pengambilan dilakukan dengan tekhnik purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 15 orang. Penelitian ini menggunakan
uji ANOVA. Hasil penelitian ada perbedaan dalam rentang gerak fleksi dan ekstensi ROM pasif dan ROM aktif dalam Tanggul Puskesmas Jember, dengan nilai p = 0,001 (p <0,05) dan ada perbedaan dalam rentang gerak fleksi
7
dan ekstensi ROM pasif dan ROM aktif dalam Tanggul Puskesmas Jember, dengan nilai p = 0,001 (p <0,05). Persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel terikat, pengambilan sampel, metode penelitian, dan rancangan peneltian dan perbedaan pada variabel bebas, teknik uji.
45 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Pengasih II Kulonprogo Yogyakarta, beralamat di Dusun Kembang, Pengasih, Margosari, Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Program di Puskesmas Pengasih II Kulonprogo yang sering diselenggarakan adalah puskesmas keliling setiap 1 bulan sekali, posyandu lansia dan balita, pemberantasan penyakit menular (TBC, DB dan HIV), kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, KB dan KIA, gizi dan imunisasi. Jumlah tenaga menurut jenisnya yaitu untuk medis, dokter umum sebanyak 2 orang, dokter gigi sebanyak 1 orang, bidan sebanyak 16 orang, perawat sebanyak 6 orang. Tenaga profesi kesehatan yaitu gizi 1 orang, kesehatan lingkungan 1 orang dan laboratorium 2 orang.
Puskesmas Pengasih II Kulonprogo terletak di tempat yang strategis karena dapat dijangkau dari berbagai arah dengan menggunakan berbagai alat transportasi. Hal tersebut memudahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas Pengasih II Kulonprogo Yogyakarta. Menurut perawat di Puskesmas Pengasih II Kulonprogo, pemberian layanan dasar kepada pasien memiliki banyak keterbatasan yang menjadi kendala kurang maksimalnya pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Keterbatasan tersebut antara lain struktural bangunan yang tidak dapat menampung pasien.
2. Analisa Hasil Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien laki-laki yang tekena penyakit stroke non hemoragik yang terdaftar di Puskesmas Pengasih II Yogyakarta yang berjumlah 70 pasien dan jumlah sampel penelitian sebanyak 16 pasien. Pengaruh terapi aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik akan dijelaskan dalam bentuk distribusi mean, median, standar deviasi berdasarkan variabel dalam penelitian.
46 a Analisa Univariat
1) Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan lama stroke. Gambaran karakteristik responden dapat diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1.
Distribusi frekuensi karakteristik responden Karakteristik Frekuensi Persentase Lama stroke a. 2 mg - 6 bln b. > 6 bulan 5 11 31,2 68,8
Tabel 4.1. Memperlihatkan bahwa berdasarkan lama stroke, sebagian besar responden telah mengalami stroke lebih dari 6 bulan yaitu 11 orang (68,8%) sedangkan responden yang paling sedikit telah menderita stroke antara 2 minggu sampai 6 bulan yaitu 5 orang (31,2%).
Gambar 4.1. Karakteristik responden berdasarkan lama stroke
0 5 10 15 2 mg - 6 bln > 6 bulan 5 (31,2%) 11 (68,8%)
Lama stroke
47
2) Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum da sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
Kekuatan otot pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah diberikan terapi aktif menggenggam bola karet dapat diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 4.2.
Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet
Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik
Mean SD Pre 2,44 0,892 Post 3,81 0,655
Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 2,44 dan standar deviasi (SD) 0,892. Setelah diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81 dan standar deviasi (SD) 0,655.
Gambar 4.2. Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet b Analisis Bivariate
Untuk mengetahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Mean Median SD pre 2.44 2 0.892 post 3.81 4 0.655
48
Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta dilakukan uji paired t-test. Hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil uji normalitas
Variabel Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Pre 0,888 16 0,057 Post 0,794 16 0,051
Hasil uji Shapiro Wilk didapatkan semua variabel (pre-post) mempunyai signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
Tabel 4.4. Hasil uji Paired T-Test.
Variabel Mean Difference
T Df Sig. (2-tailed) pre-post -1.375 -11.000 15 0,000
Hasil uji paired ttest didapatkan Mean Difference 1.375 nilai t -11.000 df 15 dan signifikansi 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Kulon Progo Pengasih II Yogyakarta.
B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Memperlihatkan bahwa berdasarkan lama stroke, sebagian besar responden telah mengalami stroke lebih dari 6 bulan yaitu 11 orang (68,8%) sedangkan responden yang paling sedikit telah menderita stroke antara 2 minggu sampai 6 bulan yaitu 5 orang (31,2%). Menurut Tanzila (2015) menyebutkan penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang selain menyebabkan kematian, stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab seseorang dirawat di rumah sakit dalam waktu lama. Keadaan seseorang yang dirawat dirumah sakit dalam waktu yang lama juga dapat
49
menimbulkan komplikasi lain seperti berkurangnya substansi epidermis dan dermis. Bila otot tidak digunakan/hanya melakukan aktivitas ringan (seperti: tidur dan duduk) maka terjadi penurunan kekuatan otot sekitar 5% dalam tiap harinya, atau setelah 2 minggu dapat menurun sekitar 50%. Keadaan seperti ini sangatlah mengganggu program ambulasi, karena tungkai yang sehat menjadi lemah karena tidak digunakan (disuse). Padahal saat mulai ambulasi, beban yang ditumpu menjadi lebih berat daripada massa sebelum sakit (karena sebelum sakit ditopang kedua tungkai dengan seimbang). Maka diperlukan program latihan khusus yang berfungsi untuk mempertahankan kekuatan atau memperkuat bagian otot yang sehat tersebut. Juga untuk penderita paraplegia, pentingnya pemberian latihan untuk mempertahankan kekuatan otot pada ekstremitas atas.
Menurut Prasetyo (2007) disamping terjadi kelemahan otot, juga terjadi atrofi otot (disuse athrophy). Hal ini disebabkan karena serabut-serabut otot tidak berkontraksi dalam waktu yang cukup lama, sehingga perlahan-lahan akan mengecil (atrofi), dimana terjadi perubahan perbandingan antara serabut otot dan jaringan fibrosa. Atrofi otot juga sering terjadi pada anggota gerak yang diletakkan dalam pembungkus gips, sehingga dapat mencegah terjadinya kontraksi otot.
Menurut Robbins (2007) menambahkan bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu-minggu, kecepatan penghancuran protein kotraktil akan berlangsung lebih cepat daripada kecepatan penggantiannya, karena itu terjadi atrofi otot. Terjadinya atrofi otot bisa juga disebabkan oleh karena berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan.
2. Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sebelum dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
Tabel 4.2. Memperlihatkan bahwa sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 2,44 dan standar deviasi (SD) 0,892. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi, rata-rata kekuatan otot
50
pasien stroke non hemoragik adalah 2,44 yang artinya gerakan minimal yang dapat dilakukan pasien stroke non hemoragik adalah gerakan tidak dapat melawan gravitasi, tapi dapat melakukan gerakan sendi. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden mengalami gangguan aktifitas fisik yang disebabkan karena gangguan otot. Penelitian ini didukung oleh penelitian Chaidir & Zuardi (2014) yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan
range of motion pada ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan otot
responden adalah 2 dan 3. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal & Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan gerak aktif menggenggam bola, rata-rata kekuatan otot pasien stroke adalah 10,56.
Menurut Ikawati (2011) stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menyumbat aliran darah keotak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
Menurut Irfan, 2010 dalam Sukmaningrum, Sri & Solechan (2012) menjelaskan stroke dapat menyebabkan berbagai macam gangguan seperti kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh yang dapat menurunkan kemampuan fungsi tubuh yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Jika ada bagian otak yang terkena lesi maka dapat mengakibatkan kelemahan pada ekstermitas yang sangat mengganggu kemampuan dan aktifitas sehari-hari.
Menurut Garrison, 2003 dalam Mutaqin (2013) menambahkan pasien stroke mengalami kelemahan pada anggota tubuh disebabkan karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu bergerak. Immobilisation atau tidak mampu menggerakkan tubuh apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus,
51
3. Kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa setelah diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81 dan standar deviasi (SD) 0,655. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi berupa terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81, artinya gerakan otot tidak dapat melawan gravitasi dan tahanan ringan. Kondisi ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi aktif menggenggam bola karet, responden mengalami kemajuan dalam melakukan aktifitas fisik terutama mengangkat tangan melawan gravitasi tanpa membawa beban. Apabila membawa beban ringan, responden masih belum mampu melawan gravitasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Chaidir & Zuardi (2014) yang menyebutkan bahwa sesudah dilakukan latihan range of motion pada ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan otot responden adalah 4. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal & Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan gerak aktif menggenggam bola, rata-rata kekuatan otot pasien stroke adalah 14,06.
Peningkatan kemampuan otot yang dialami responden sedikit banyak disebabkan karena adanya intervensi aktif berupa menggenggam bola karet. Menurut Saryono (2011) faktor penting yang dapat meningkatkan kekuatan otot adalah dengan pelatihan. Dengan pelatihan secara teratur akan menimbulkan pembesaran (hipertrofi) fibril otot. Semakin banyak pelatihan yang dilakukan maka semakin baik pula pembesaran fibril otot itulah yang menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot. Untuk mencapai peningkatan kekuatan otot dengan baik, diperlukan pelatihan yang disusun dan dilaksanakan dengan program pelatihan yang tepat. Agar pelatihan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, program pelatihan yang disusun untuk meningkatkan kekuatan otot harus memperhatikan faktor-faktor
52
tersebut. Penelitian Sulistiawan (2014) menyebutkan ada pengaruh antara terapi menggenggam bola terhadap kekuatan otot pasien stroke.
Menurut Prok, Gessal & Angliadi (2016) salah satu terapi gerak aktif yang dapat dilakukan untuk membantu penderita stroke adalah dengan cara latihan menggenggam bola. Untuk membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas diperlukan teknik untuk merangsang tangan seperti dengan latihan spherical grip yang merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan. Latihan menggenggam bola merupakan suatu modalitas rangsang sensorik raba halus dan tekanan pada reseptor ujung organ berkapsul pada ekstremitas atas. Respon akan disampaikan ke korteks sensorik di otak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melaui sistem limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon cepat pada saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut.
Menurut Sulistiawan (2014) dalam penelitiannya menjelaskan latihan menggengam bola salah satu upaya latihan Range of Motion (ROM) aktif. Salah satu media latihan yang bisa digunakan yaitu penggunaan bola seperti bola karet. Latihan untuk menstimulasi gerak pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam/mengepalkan tangan rapat-rapat akan menggerakkan otot untuk membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot tersebut. Latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot-otot untuk berkonstraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karakteristik latihan yang menggunakan bola tenis hangat dengan tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motorik.
4. Perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet.
Hasil uji paired t-test didapatkan Mean Difference -1.375 dan signifikansi 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik sebelum dan sesudah diberikan terapi
53
aktif mengenggam bola karet. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal & Angliadi (2016) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan bermana rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan menggenggam bola. Menurut Yulinda (2009) terapi latihan adalah salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam penatalaksanaannya menggunakan gerakan aktif dan pasif. Gerakan aktif adalah gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot itu sendiri. Chaidir & Zuardi (2014) menambahkan bahwa ROM (Range Of Motion) baik pasif maupun aktif memberikan efek pada fungsi motorik anggota ekstermitas pasien paska stroke.
Adanya perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi aktif menggenggam bola karet disebabkan karena adanya rangsangan pada otot. Menurut Prok, Gessal & Angliadi (2016) latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot untuk berkonstraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karakteristik latihan yang menggunakan bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motorik. Respon akan disampaikan ke korteks sensorik di otak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melalui sistem limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon cepat pada saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut. Salah satu media latihan yang bisa digunakan yaitu penggunaan bola seperti bola karet.
Terlebih lanjut menurut Prok, Gessal & Angliadi (2016) menjelaskan rangsangan sensorik halus dan tekanan akan diolah dalam korteks sensorik yang selanjutnya impuls disalurkan dalam korteks motorik. Impuls yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuclei nervi kranialis dan kornu anterius medulla spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf (di region servikal dan lumbosakral), serta saraf perifer dalam perjalanannya ke otot-otot rangka. Impuls dihantarkan ke sel-sel otot melalui motor end plate taut neuromuscular (sinaps kimia antara saraf dan otot) kemudian akan terjadi gerakkan otot pada ekstermitas atas. Mekanisme ini dinamakan feed-forward
54
control sebagai respon terhadap rangsang tekanan dan sentuhan halus bola
karet pada tangan.
Menurut Saryono (2011) menambahkan bahwa otot skelet harus dirangsang oleh sel syaraf untuk berkontraksi. Satu unit motor diinervasi oleh satu neuron. Jika sel otot tidak dirangsang, sel akan mengecil (atrofi) dan mati, bahkan kadang kadang diganti dengan jaringan konektif yang irreversible ketika rusak. Gunakanlah otot atau otot akan kehilangan fungsinya kalau tidak digunakan. Masalah akan timbul bagi pasien yang menetap tanpa aktifitas (bedrest), dan immobilisasi anggota tubuh.
5. Pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
Hasil uji paired t-test didapatkan nilai t -11.000 df 15 dan signifikansi 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta. Hasil penelitian ini didukung oleh Chaidir & Zuardi (2014) di RSSN Bukittinggi yang menyimpulkan hasil latihan Range Of Motion (ROM) dengan bola karet berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas sehingga dapat meningkat kekuatan otot pada pasien stroke. Penelitian lain yang sejalan adalah Murtaqid (2013) dengan judul Pengaruh Latihan Range Of Motion ROM) Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2013. Hasil penelitiannya menyebutkan ada pengaruh yang signifikan antara latihan range of motion aktif terhadap peningkatan rentang gerak sendi siku pada pasien stroke.
Menurut Prok, Gessal & Angliadi (2016) menyebutkan latihan fisik merupakan salah satu program latihan yang bisa diberikan kepada pasien paska stroke non hemoragik untuk mendapatkan kembali kekuatan otot pada ekstremitas mereka. Untuk membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas diperlukan teknik untuk merangsang tangan seperti latihan
55
menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan. Penelitian Kwakkel (2003) dalam Prok, Gessal & Angliadi (2016) memperlihatkan bahwa peningkatan intensitas waktu terapi latihan, khususnya jika penambahannya minimal 16 jam dalam enam bulan pertama memiliki pengaruh yang kecil tapi bermakna pada kemampuan fungsional penderita stroke, terutama jika dilakukan lebih intensif dan lebih dini.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (2010), stroke merupakan serangan otak yang timbul secara mendadak terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagian otak akibat dari gangguan aliran darah disebabkan karena pecah atau tersumbat pembuluh darah diotak, sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen, zat-zat makanan dan akhirnya terjadi kematian sel-sel jaringan otak.
Menurut Hauser (2010), Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke non hemoragik atau infark. Stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah otak. Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark akan sebanding dengan tingkat penurunan aliran darah kejaringan otak.
Menurut Caplan (2009) stroke non hemoragik adalah pembuluh darah otak yang tersumbat secara akut oleh thrombus, embolus atau plak
atherosclerosis dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah ke bagian
distal dari sumbatan. Aliran darah yang berkurang menyebabkan neuron akan terganggu, sehingga menyebabkan penurunan aliran darah otak dibawah titik kritis (<10 ml/100 g jaringan otak/menit). Keadaan tersebut dapat memicu kegagalan homeostatis ion selular, penurunan perfusi, dan kematian sel sistem saraf pusat yang berakhir dengan terjadinya infark otak. Kekurangan darah pada otak sekitar 20 detik dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya, dan jika dalam waktu 4-5 menit sirkulasi darah tidak dapat dinormalkan kembali, besar kemungkinan untuk menimbulkan kelainan yang bersifat irreversible. Golden periode stroke terjadi sekitar 3 jam dan selambat-lambatnya aliran darak ke otak harus dinormalkan maksimal setelah gangguan stroke non hemoragik terjadi.
56
Salah satu cara untuk mengatasi stroke non hemoragik adalah dengan melakukan latihan menggenggam bola karet. Menurut Irfan (2010) dalam Sukmaningrum, Sri, Solechan (2012) salah satu media latihan yang bisa digunakan yaitu bola seperti bola karet dengan tekstur lentur dan halus serta memiliki berat antara 50-53 gram. Sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan motorik serta sensorik tangan pasien stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan ekstermitas atas. Penelitian yang dilakukan Prok, Gessal & Angliadi (2016) membuktikan bahwa ada pengaruh bermakna latihan gerak aktif menggenggam bola terhadap kekuatan otot tangan penderita stroke.
Menurut Prok, Gessal & Angliadi (2016), selama 1 bulan dengan latihan menggenggam bola pada pasien stroke diukur menggunakan Handgrip
Dynamometer brepengaruh untuk meningkatakn kekuatan otot ekstermitas atas.
Latihan menggenggam bola merupakan suatu modalitas rangsang sensorik raba halus dan tekanan pada reseptor ujung organ berkapsul pada ekstremitas atas. Latihan untuk menstimulasi gerak pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam/mengepalkan tangan rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot tersebut.
C. Keterbatasan
Pada penelitian ini, peneliti tidak bisa mengontrol kegiatan yang dilakukan responden selama peneliti tidak berada dirumah responden.
57 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden telah mengalami stroke lebih dari 6 bulan yaitu 11 orang (68,8%) dan semuanya laki-laki (100%).
2. Sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 2,44.
3. Setelah diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81.
4. Ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta (nilai t -11.000; p 0,000).
B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh terapi aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di wilayah kerja puskesmas pengasih II kulon progo Yogyakarta, beberapa diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Agar dapat meningkatkan profesionalisme keperawatan dalam memberikan informasi tentang terapi aktif mengenggam bola karet terhadap perubahan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
2. Bagi Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta
Agar memberikan informasi dan pengetahuan kepada pasien tentang terapi aktif mengenggam bola karet dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik, sehingga pasien dapat mempraktikan sendiri untuk penyembuhan. Salah satunya adalah dengan membuat leaflet terapi aktif mengenggam bola karet.
58 3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel lain untuk meningkatkan kekuatan otot pasien stroke seperti aktifitas fisik dan pola makan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alway, D. & Cole, J.W. (2009). Stroke Essentials For Primary Care:A Practical
Guide: Humana Press.
AHA (American Heart Association). (2013). Diakses tanggal 28 Oktober 2016 jam 21.00 http://www.heart.org/HEARTORG/
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ashadi, G.P. (2014). ‘Penatalaksanaan Stimulus Elektris dan Terapi Latihan Hemiparase Sinistra Post Stroke Non Hemoragik Di RSUA Ponorogo’, Skripsi, Sarjana Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Astriani Y.D.M.N & Ariana. (2016). Pengaruh ROM Exersice Bola Karet Terhadap Kekuatan Genggam Pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng 2016. S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng, Jurnal Keperawatan Buleleng, 1-5.
Basuki, A., (2008). Korelasi Antara Kekuatan Genggam Tangan dengan Tes Timed Up & Go pada Pasien Usia Lanjut di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, 2008, Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia
Bustan. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.
Caplan, R.S. (2009). Caplan’s Stroke: A Clinical Approach. Fourth Edition, Saunders Elsevier: Philadelphia.
Goldszmidt J.A. (2010). Stroke Esensial.Edisi Kedua, Indeks: Jakarta.
Carpenito. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis, EGC: Jakarta.
Chaidir R. & Zuardi M.I. (2014). Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstermitas Atas Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemorogi Di Ruangan Rawat Stroke RSSN Bukittinggi Tahun 2014, Media Ilmu Kesehatan, 1.
Dahlan, S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
60
Diputra I.A.P.G.I. (2015). Pengaruh Latihan Aktif Menggenggam Bola Terhadap Kekuatan Ekstermitas Atas Pada Pasien Stroke Iskemia di BRSU Tabanan Tahun 2015, Jurnal Kesehatan, 5, 30-39.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Goetz, C.G. (2007). Text Book Of Clinical Neurology. 2rd. Elsevier: Chicago.
Goldzmidt, Andriana, J & Caplan, R.,L. (2013).Sroke Esensial. 2rd. Indeks: Jakarta.
Go, et al. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics-2014 Update: A Report
From the American Heart Association, Circulation, 128:00-00.
Gofir, A. (2009). Manajemen Stroke Evidence Based Medicine. Pustaka Cendekia Press: Yogyakarta.
Hariandja O. (2013). ‘Indentifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabilitasi Berbasis Teknologi Terjangkau Untuk Penderita Stroke Di Indonesia’, Skripsi, Universitas Katolik Parahyangan 2013, Parahyangan.
Hauser, S.L. (2010). Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 2nd. Mc Graw Hill: New York.
Hidayat, Alimul. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Ikawati, Z. (2011). Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. Bursa Ilmu: Yogyakarta.
Irfan, M. (2010).Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Kozier B., Erb G., & Snyner J, S. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.
Kisner, C & Colby, A. (2007).Therapeutic Exersice. 5th Ed. Fa Davis Company:
Philadelphia.
Misbach, J. (2011). Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi. Manajemen. Badan Penerbit FKUI: Jakarta.
Muttaqin. (2013). Metode Pengkajian Keseatan Paradigma Kunatitatif. Surabaya. Health Books Pulishing. Helath Books: Jakarta.
& Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan dengan Gangguan Sistem
61
. (2016). Pengaruh Latihan Range Of Motion ROM) Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2013, IKESMA, 9, 106-115.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawata. Edisi. Salemba Medika: Jakarta.
Prasetyo Y. (2007). Terapi Latihan Pada Keadaan Immobilisasi Yang Lama (Prolonged Bedrest). Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2017 https://www.scribd.com/doc/141199065/Terapi-Latihan-Pada-Keadaan-Immobilisasi-Yang-Lama-Prolonged-Bedrest.
Prok W, Gessal J, Angliadi L.S. (2016). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada Pasien Stroke Diukur Dengan Handgrip Dynamometer di Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R.D Kandaou Manado 2016, e-Clinic (Eci), 4, 71-75.
Purwanti O.S & Maliya A. (2008).Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke. Berita Ilmu
Keperawatan (Online). Diakses pada tanggal 16 Januari 2017
http://eprints.ums.ac.id/1027/1/2008v1n1-08.pdf.
Putrawan, I.B.P., (2011). Faktor-Faktor Yang Menentukan Kekuatan Genggaman Tangan Pada Pasien Lanjut Usia Di Panti Wredha Tangtu Dan Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah- Denpasar. J Peny Dalam, Volume 12 Nomor 2 Mei 2011.
Rahayu K.I.N. (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom) Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Gambiran, Jurnal Keperawatan, 6 ,102 – 107.
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar). (2013). Riset Kesehatan. Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Ritarwan K. (2002). ‘Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan’, Skripsi, Sarjana Keperawatan, Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, Medan.
62
Sariningsih. (2011). Hubungan Jumlah Neutrofil Absolut dengan Mortalitas pada Pasien Stroke Iskemik Akut dengan Inschemik Stroke, Journal Of he
Thesis, Diponegoro University, 5, 66-76.
Saryono. (2011). Biokimia Otot. Nuha Medika: Yogyakarta.
Setiawan, A, dan Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. DIII, DIV, S1 dan S2. Nuha Medika: Yogyakata, Indonesia.
Setyopranoto, I. (2005).Stroke Acute Management. FK UGM. Penerbit Fakultas Kedokteran Univ. Gadjah Mada: Jogjakarta.
, I. (2012).Odem Otak Pada Pasien Stroke Iskemik Akut. FK UGM: Yogyakarta.
Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif. Dilengkapi
dengan perhitungan manul dan aplikasi SPSS versi 17. Pt Bumi Aksara.
Jakarta: Indonesia.
Stroke Statistics. (2013). The Stroke Association.
http://www.heart.org/HEARTORG/, Diakses pada tanggal 01 Desember 2016 jam 13.40.
Sugianto, dkk. (2013). Riskesdas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Sukawana W.I, Sukarja M.I & Diputra W.K.I. (2016). Akupressure Scapula Terhadap Kekuatan Otot Ekstermitas Atas Pasien Stroke Non Hemoragik,
Jurnal Keperawatan, 1.
Sukmaningrum, Sri PK, Solechan A. (2012). Efektifan ROM Aktif-Asistif:
Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstermitas Atas
Pada Pasien Stroke Di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2012, Jurnal
Keperawatan, 1, 25-37.
Sulistiawan A & Husna E. (2016), Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Di RSSN Bukittinggi 2016, Jurnal
Kesehatan STKES Prima Nusantara Bukittinggi, 5, 30-39.
Sweetnam, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36 th Edition.
63
Tanzila, RA., (2015). Analisis Atrofi Otot Akibat Bedrest Lama pada Pasien Stroke di RSUD Palembang Bari, Syifa’MEDIKA, Vol. 6 (No.1), September 2015
Watson, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis, Keperawatan
Diagnosa NANDA Intervesi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan.
EGC: Jakarta.
Wirawan, R. (2009). Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan Primer.
Volume 59. Majalah Kedokteran Indonesia. Diakses pada tanggal 07
Desember 2016 Indonesia.digitaljournals.org/.
Yayasan Stroke Indonesia. (2010). Sekilas Tentang Stroke: Jakarta.
Yulinawati D. (2009). ‘Pengaruh Pemberian Latihan Pendekatan Metode Bobath Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension Pada Pasien Stroke’, Skripsi, Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta 2009, Jakarta.
Yulinda W. (2009). ‘Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H. Adam Malik Medan’,Skripsi, Universitas Sumatera Utara 2009, Medan.
65