-1-
Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan; b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar
di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik, Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor 188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi perlu ditinjau kembali.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran; 3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa; 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
R
RU
UM
MA
AH
H
S
SA
AK
KI
IT
T
J
JI
IW
WA
A
D
DA
AE
ER
RA
AH
H
S
SU
UR
RA
AK
KA
AR
RT
T
A
A
Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920 E-mail : rsjsurakarta@jatengprov.go.id Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018 TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
-2- 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 tahun 2015 tentangTata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
18. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta;
19. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun 2013 Tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah
20. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
21. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/086/2015 tanggal 30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
22. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor: 188/001.5/01/2018 tanggal 02 Januari 2018 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
-3- Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang selanjutnya disebut RSJD Surakarta adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Klas A Khusus milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah;
6. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
7. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit pelayanan yang meliputi : Ruang Lingkup pelayanan, Standar ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan, Logistik, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.
8. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. 9. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
10. Kesehatan Lingkungan menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
11. Kesehatan Lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
-4-
BAB II RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi pada RSJD Surakarta, meliputi:
a. Standar Ketenagaan; b. Standar Fasilitas;
c. Tatalaksana Pelayanan; d. Logistik;
e. Keselamatan Pasien; f. Keselamatan Kerja; dan g. Pengendalian Mutu.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Pasal 3
(1). Kualifikasi Sumber Daya Manusia, meliputi : jabatan, syarat jabatan dan jumlah tenaga yang dipersyaratkan.
(2). Tabel nama jabatan, syarat jabatan dan jumlah tenaga sebagaimana tercantum dalam lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
(3). Pengaturan jaga / jadwal dinas bagi personil di Instalasi Sanitasi sesuai dengan ketentuan jam kerja yang berlaku.
BAB IV
STANDAR FASILITAS
Pasal 4
(1). Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi pada RSJD Surakarta sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(2). Denah Ruang dan Tabel Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
Pasal 5
Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan di Instalasi Sanitasi meliputi: a. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit;
-5- c. Penyehatan Air;
d. Pengelolaan Sampah /Limbah Padat; e. Pengelolaan Linen;
f. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain; g. Desinfeksi Dan Sterilisasi;
h. Perlindungan Radiasi;
i. Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan. Bagian Kesatu
PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT
Pasal 6
Pelaksanaan Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit dilakukan dengan cara :
1. Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan; 2. Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang;
3. Pengelolaan Kualitas Pencahayaan;
4. Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara; 5. Pengelolaan Kualitas Kebisingan.
Paragraf 1
Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan
Pasal 7
(1). Pemeliharaan kebersihan ruangan perawatan dilakukan setiap harisedangkan ruangan non perawatan/ ruang administrasi dan penunjang dilakukan setiap hari kerjaoleh cleaning service rekanan. (2). Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah jam
makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3). Cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.
(4). Pembersihan menggunakan alat pel dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.
(5). Masing-masing ruangan disediakan alat pel sendiri.
(6). Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan bergerak menuju arah luar.
(7). Sewaktu membersihkan lantai, semua perabotan ruangan diangkat/digeser agar pembersihan sempurna.
(8). Pemeriksaan angka kuman dengan usap dinding dan lantai dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
-6- (9). Persyaratan kualitas kesehatan ruang bangunan harus sesuai
dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Paragraf 2
Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang
Pasal 8
(1). Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
(2). Indeks angka kuman untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
(3). Indeks kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara ruang rumah sakit sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Paragraf 3
Pengelolaan Kualitas Pencahayaan
Pasal 9
(1). Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukkannya.
(2). Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.
(3). Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
(4). Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu bulan sekali oleh Instalasi Sanitasi RSJD Surakarta atau bekerjasama dengan laboratorium rekanan.
(5). Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004, segera dibuat rekomendasi perbaikan kepada Instalasi Pemeliharaan Sarana RSJD Surakarta
Paragraf 4
Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara
Pasal 10
(1). Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
-7- (2). Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang
pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20 meter dari langit-langit.
(3). Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku). (4). Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan standar suhu, kelembaban dan tekanan udara sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
(5). Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali. (6). Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Paragraf 5
Pengelolaan Kualitas Kebisingan
Pasal 11
(1). Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
(2). Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/MENKES/ SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
(3). Sumber kebisingan di dalam ruangan diupayakan pengendaliannya dengan cara pemasangan peredam, penyekatan, pemindahan, dan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
(4). Sumber kebisingan yang berasal dari luar ruangan diupayakan pengendalianya dengan cara penanaman pohon atau meninggikan tembok.
Bagian Kedua
HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
Pasal 12
Pelaksanaan Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman dilakukan dalam tahapan :
1. Pengadaan Bahan Makanan; 2. Penyimpanan Bahan Makanan; 3. Pengolahan Makanan;
-8- 4. Pedistribusian Makanan;
5. Penyajian Makanan;
6. Tempat Pengolahan Makanan;
7. Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi. Paragraf 1
Pengadaan Bahan Makanan
Pasal 13
(1). Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran,buah harus baik, segar, tidak rusak atau tidak berubah bentuk, warna dan rasa
(2). Bahan makanan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah terdaftar pada DepKes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. (3). Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak
atau pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan untuk satu kali.
(4). Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.
Paragraf 2
Penyimpanan Bahan Makanan
Pasal 14
(1). Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
(2). Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang terpisah.
(3). Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.
(4). Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk mencegah genangan air dan kelembaban.
(5). Bahan makanan disimpan di rak-rak yang baik dengan ketinggian rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini untuk menghindari dan mencegah infeksi serangga serta memudahkan pembersihan. (6). Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
-9- Paragraf 3
Pengolahan Makanan
Pasal 15
(1). Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku yang hygienis, yaitu (tidak merokok, tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin, tidak menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama mengolah makanan)
(2). Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas kaki.
(3). Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan satu kali.
(4). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat pengolah makanan selalu dibersihkan.
(5). Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan oleh dokter.
(6). Selama melakukan pengolahan makanan penjamah makanan terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sebagainya.
(7). Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang besih dan perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar dapur.
(8). Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
Paragraf 4
Pedistribusian Makanan
Pasal 16
(1). Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan menggunakan kereta makan tertutup, anti karat, bersih dan mudah dibersihkan. (2). Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
(3). Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan (4). Makanan tidak di campur dengan bahan-bahan lain seperti : linen,
alat tulis kantor (ATK) dan yang lainnya.
(5). Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
-10- Paragraf 5
Penyajian Makanan
Pasal 17
(1). Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan menggunakan kereta makan khusus)
(2). Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.
(3). Ditutup dengan plastik transparan.
(4). Makanan disajikan dalam keadaan hangat (5). Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan (6). Petugas memakai pakaian bersih dan rapi
(7). Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien Paragraf 6
Tempat Pengolahan Makanan
Pasal 18
(1). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptic.
(2). Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap.
(3). Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux (4). Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A)
(5). Kualitas bakteriologis air bersih dan air minum yang digunakan diperiksa setiap bulan satu kali, sedangkan untuk kualitas kimia fisika diperiksa 6 bulan sekali.
Paragraf 7
Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi
Pasal 19
(1). Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan sekali. (2). Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/ gr sampel
makanan dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
(3). Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya 100/cm 2 permukaan dan tidak ada kuman E
-11- Bagian Ketiga
PENYEHATAN AIR
Pasal 20
Upaya Penyehatan air di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan : 1. Baku Mutu Dan Kebutuhan.
2. Pemantauan Kualitas.
Paragraf 1
Baku Mutu Dan Kebutuhan
Pasal 21
(1). Pengelolaan penyehatan air dilakukan dengan memperhatikan Baku mutu air bersih dan baku mutu air minum.
(2). Baku mutu air bersih mengacu pada Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, sedangkan baku mkutu air minum mengacu pada Permenkes No.492/Menkes/SK/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
(3). Kebutuhan air bersih, jumlah kebutuhan air bersih tergantung kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar jumlah kebutuhan air
Paragraf 2
Pemantauan Kualitas
Pasal 22
(1). Pemeriksaan kualitas mikrobiologi air bersih dan air minum dilaksanakan sendiri oleh Instalasi Sanitasi setiap bulan sekali dan diperiksakan ke laboratorium rekanan setiap 3 bulan sekali.
(2). Pemeriksaan kualitas fisika dan kimia air bersih dan air minum dilaksanakan oleh laboratorium rekanan setiap 6 bulan sekali
Bagian Keempat
PENGELOLAAN SAMPAH /LIMBAH PADAT
Pasal 23
Metode penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius dilakukan dengan cara :
1. Pewadahan; 2. Pengumpulan; 3. Pemusnahan.
-12- Paragraf 1
Pewadahan
Pasal 24
(1). Pewadahan limbah padat/sampah infeksius.
1. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius(kasa, perban, kapas, handscone) dari ruang perawatan dan pelayanan dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tetutup dilapisi kantong plastik warna kuning.
2. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius benda tajam (spuit bekas) dari ruang perawatan dan pelayanan, dimasukkan ke dalam kardus persegi panjang (safety box)
(2). Pewadahan limbah padat non infeksius :
1. Pewadahan limbah padat non infeksius dari semua di masukkan ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik hitam.
2. Limbah padat non infeksius dipisahkan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu limbah padat/ sampah organik (kertas, daun, kayu, buah, sayuran, sisa makanan dll bahan yang bisa terurai) dan limbah padat/ sampah an organik (plastik, botol, kaleng dll bahan yang tidak bisa terurai)
Paragraf 2
Pengumpulan
Pasal 25
(1). Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam
1. Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang perawatan dan instalasi pelayanan apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi , segera diangkut ke tempat penampungan sementara.
2. Kantong plastik kuning diikat kuat terlebih dahulu sebelum diangkut ke tempat penampungan sementara.
3. Alat penampungan sementara limbah medis benda tajam dan non benda tajam menggunakan kereta dorong khusus tertutup, anti bocor, anti tusuk, bertuliskan INFEKSIUS dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membuka.
(2). Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor diangklut ke TPA setiap hari atau setelah 2/3 bagian kantong terisi, agar tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
-13- Paragraf 3
Pemusnahan
Pasal 26
(1). limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda tajam
Pemusnahan limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda tajam dilaksanakan bekerjasama dengan pihak rekananan yang sudah mempunyai ijin resmi.
(2). Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) setiap hari bekerjasama dengan pihak rekanan.
Bagian Kelima
PENGELOLAAN LINEN
Pasal 27
Proses pengelolaan linen di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan tahap : 1. Persyaratan
2. Tata Laksana
Paragraf 1
Persyaratan
Pasal 28
(1). Persyaratan suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam waktu 10 menit.
(2). Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang di hasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
(3). Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10 3 spora species Bacillus per inci persegi
Paragraf 2
Tata Laksana
Pasal 29
(1). Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang berbeda.
(2). Penyerahan dan penerimaan linen menggunakan buku ekspedisi dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
(3). Penggunaan detergent pencuci ditetapkan oleh bagian logistik serta prasarana dan rumah tangga.
-14- (4). Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari
pagi dan siang.
(5). Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan gerobak linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
(6). Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur lalu lintas.
Bagian Keenam
PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG PENGGANGGU LAIN
Pasal 30
Upaya Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain, dilakukan dengan upaya :
1. Pengendalian Nyamuk; 2. Pengendalian Lalat; 3. Pengendalian Tikus;
4. Pengendalian Binatang Pengganggu Lain. Paragraf 1
Pengendalian Nyamuk
Pasal 31
(1). Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan menambahkan kimia “vectoback”
(2). Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan menggunakan inseckiller, sedangkan di luar ruangan menggunakan treatment fogging bila diperlukan.
(3). Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis, yaitu dengan membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat perindukan dengan air panas dan menutup celah-celah dinding. (4). Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk,semprotan dan umpan
Paragraf 2
Pengendalian Lalat
Pasal 32
Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang elektrik fly killer.
-15- Paragraf 3
Pengendalian Tikus
Pasal 33
Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
Paragraf 4
Pengendalian Binatang Pengganggu Lain
Pasal 34
Dengan cara penangkapan kemudian dibuang ke tempat yang jauh dari rumah sakit (contoh kucing)
Bagian Ketujuh
DESINFEKSI DAN STERILISASI
Pasal 35 Desinfeksi Dan Sterilisasi dilakukan dengan :
1. Petunjuk Penggunaan Desinfektan; 2. Sterilisasi;
3. Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan. Paragraf 1
Petunjuk Penggunaan Desinfektan
Pasal 36
(1). Sangat penting membaca petunjuk dan prosedur penggunaan desinfektan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya sebelum menggunakan desinfektan yang bersangkutan. Agar tidak terjadi salah pengenceran dan hal-hal yang dapat mengurangi daya bunuh kuman dari desinfektan tersebut.
(2). Pengawasan terhadap prosedur pelaksanaan desinfeksi pada alat dan ruang serta perlengkapan di unit-unit dengan resiko tinggi di rumah sakit, perlu mendapat pengawasan lebih ketat.
Paragraf 2
Sterilisasi
Pasal 37
(1). Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia
-16- (2). Sterilisasi alat medis secara fisik dengan pemanasan pada suhu +
121◦C selama 13 menit atau pada suhu 134 ◦C selama 13 menit dan
harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
Paragraf 3
Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan
Pasal 38
(1). Barang-barang yang sudah di sterilkan harus ditempatkan pada almari khusus pada ruangan dengan suhu 18◦C - 22◦C dan
kelembaban 35% - 75% , Indikasi kuat untuk tindakan sterilisasi/desinfeksi
(2). Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan jaringan sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu disterilkan sebelum digunakan.
(3). Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoscopy,pipa endotrocheal harus disterilkan/didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.
(4). Semua peralatan operasi setelah di bersihkan dari jaringan, darah, atau sekresi harus selalu di sterilkan sebelum di pergunakan.
Bagian Kedelapan
PERLINDUNGAN RADIASI
Pasal 39
Tata laksana perlindungan radiasi harus sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya yaitu :
1. Perizinan;
2. Sistem Pembatasan Dosis;
3. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion;
4. Kalibrasi;
5. Penanggulangan Kecelakaan Radiasi. Paragraf 1
Perizinan
Pasal 40
Semua peralatan yang memajankan radiasi dan menggunakan zat radioaktif, harus memperoleh izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (sesuai PP Nomor 64 Tahun 2000 tentang perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir, pasal 2 ayat 1).
-17- Paragraf 2
Sistem Pembatasan Dosis
Pasal 41
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas
Paragraf 3
Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
Pasal 42
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terhadap pemanfaatan radiasi pengion diantaranya :
a. Organisasi
b. Peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis perorangan, pemantau daerah kerja dan pemantau lingkungan hidup harus berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. c. Pemantauan dosis perorangan
d. Pemeriksaan kesehatan e. Penyimpanan dokumentasi f. Jaminan kualitas
g. Pendidikan dan pelatihan
Paragraf 4
Kalibrasi
Pasal 43
(1). Alat ukur radiasi harus dikalibrasi minimal 1 tahun sekali
(2). Keluaran radiasi (output) peralatan radioterapi harus dikalibrasi secara berkala minimal 2 tahun sekaali.
(3). Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instansi yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas
Paragraf 5
Penanggulangan Kecelakaan Radiasi
Pasal 44
(1). Pencegahan dan penanggulangan terhadap kecelakaan radiasi harus mengutamakan pada keselamatan manusia.
(2). Lokasi tempat kejadian harus diisolasi dengan memberi tanda khusus seperti pagar.
(3). Barang atau bahan yang terkena pancaran radiasi harus segera diisolasi kemudian didekontaminasi.
-18- Bagian Kesembilan
UPAYA PROMOSI KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasal 45
Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan berdasarkan : 1. Metode/ Sarana;
2. Sasaran Dan Jenis Materi.
Paragraf 1
Metode/ Sarana Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan
Pasal 46
(1). Secara langsung dengan cara koseling, dikusi, ceramah, demontrasi, partisipatif, pameran, melalui pengeras suara dan lain-lain
(2). Media cetak dengan penyebaran leaflet, pemasangan poster, gambar, spanduk, tata tertip, pengumuman tertulis, dan pemasangan spanduk.
(3). Media elektronik dengan radio, televise khusus lingkungan rumah sakit.
Paragraf 2
Sasaran Dan Jenis Materi Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan
Pasal 47
(1). Karyawan disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau pada waktu pertemuan dengan materi hubungan fasilitas sanitasi dengan kesehatan, syarat-syarat fasilitas sanitasi, pentingnya pengadaan/ pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi, pentingnya member contoh terhadap pasien/ keluarga pasien dan pengunjung tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas kesehatan lainnya dengan benar
(2). Pasien, keluarga pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar dengan materi cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya
BAB VI LOGISTIK
Pasal 48
(1). Logistik merupakan sistem pendukung kegiatan yang berkaitan dengan penyiapan sarana dan prasarana demi kelancaran pelaksanaan tugas;
-19- (2). Logistik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai dari sumber
mata anggaran APBD dan/ atau BLUD RSJS Surakarta dalam tahun berjalan.
(3). Tabel Daftar Logistik di Instalasi Sanitasi sebagaimana tercantum dalam lampiran III merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Pasal 49
(1). Keselamatan pasien merupakan sistem yang menyelenggarakan asuhan pasien yang aman, meliputi penilaian risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
(2). Kecelakaan pasien akibat kegiatan layanan sanitasi dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain :
1. Saat melakukan tindakan yang bisa membahayakan pasien, pasien di pindah ke ruang lain terlebih dahulu, seperti saat fogging di ruangan, saat menggunakan bahan kimia ( racun rayap, ulat, tikus, dll )
2. Memilih tempat yang tidak terjangkau pasien untuk menyimpan alat dan bahan pembersih.
3. Penggunaan papan petunjuk (lantai basah dll) saat melakukan tindakan agar orang yang lewat bisa lebih berhati-hati
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Pasal 50
(1). Keselamatan Kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian dan kesengajaan.
(2). Kecelakaan kerja di Instalasi Sanitasi dapat dicegah dengan : 1. Pemakaian Alat Pelindung Diri.
2. Pemasangan penyekat pada alat kerja yang berbahaya.
3. Pemasaangan alat pemantau kerja mekanis pada mesin-mesin. 4. Penggantian alat/ bagian alat yang rusak dengan yang baru. 5. Pemberian petunjuk kerja yang tepat.
6. Pemasangan tanda peringatan pada tempat-tempat yang berbahaya.
7. Pendidikan dan latihan tentang runtun/ prosedur kerja kepada petugas
-20-
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Pasal 51
(1). Pengendalian mutu layanan sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu pelayanan agar selalu meningkat.
(2). Upaya program pengendalian mutu layanan sanitasi yang harus dilakukan meliputi :
1. Standarisasi SDM sesuai dengan kualifikasi dan jumlah sesuai dengan tugas dan beban kerja.
2. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang tugas masing-masing melalui : pelatihan, seminar dan lain-lain. 3. Terjaminnya peralatan dalam kondisi prima baik secara fisik
maupun fungsi.
4. Setahun sekali dilakukan uji kalibrasi terhadap semua peralatan di Instalasi Sanitasi oleh badan yang berwenang.
5. Melakukan perawatan berkala baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan terhadap peralatan sanitasi
6. Menyusun protap baik protap administrasi maupun protap teknis sanitasi
7. Mereview protap dan kebijakan-kebijakan apakah masih sesuai dengan kondisi terkini atau tidak.
8. Protap dibuat bersama-sama, diberlakukan oleh direktur dan dilaksanakan secara bersama-sama, apabila ada protap yang belum dibuat harus sesegera mungkin dibuat.
9. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan baik teknis maupun administrasi apakah sesuai dengan prosedur.
10. Mengontrol apakah alat berjalan dengan semestinya dan bahan tersedia dengan baik dan cukup.
11. Melaksanakan evaluasi terhadap semua kegiatan sebulan sekali untuk dilaporkan kepada Direktur.
(3). Kegiatan Peningkatan Mutu di Instalasi Sanitasi meliputi :
1. Menetapkan dan mengukur capaian indicator mutu, mengolah dan melakukan Analisa setiap 3 bulan
2. Mengukur capaian standar pelayanan minimum 3. Peningkatan mutu SDM dengan cara :
a. Orientasi pegawai baru
b. Pelatihan internal dan eksternal dalam bidang teknis tertentu sesuai kebutuhan rumah sakit
-21-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52 Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor 188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 53
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 03 Januari 2018
---
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
-22-
TABEL KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA INSTALASI SANITASI
NO NAMA JABATAN SYARAT JABATAN JUMLAH
1. Kepala Instalasi Sanitasi
a. Pendidikan minimal Sarjana Kesehatan Masyarakat. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Ahli.
c. Mempunyai kemampuan sebagai pemimpin. d. Mempunyai kemampuan perencanaan.
e. Mempuyai kemampuan
penyelenggaraan/pelaksanaan.
f. Mempunyai kemampuan pengawasan.
g. Mempunyai kemampuan kerjasama lintas program/lintas sektor.
h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
2. Penanggung Jawab Laboratorium dan Promosi Kesehatan Lingkungan
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas lingkungan fisika, kimia dan mikrobiologi.
d. Mampu melaksanakan pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas lingkungan.
e. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan air minum.
f. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air limbah.
g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan.
h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
3. Penanggung Jawab Pengelolaan Limbah dan Penyehatan Air
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. MampuPemantauan Jaringan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
d. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat medis per ruangan
e. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat non medis per ruangan
f. Mampu Desinfeksi air bersih dan air limbah
g. Mampu Registrasi pengambilan & pengiriman limbah padat medis
h. Mampu mengadministrasikan kegiatan
i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA
MANUSIA INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018 TANGGAL : 03 Januari 2018
-23- 4. Penanggung Jawab Monitoring Sanitasi Ruang, Lingkungan dan Pengendalian Binatang Pengganggu
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. Mampu melakukan Pemantauan pemeliharaan taman dan lingkungan luar
d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi ruang dan bangunan
e. Mampu melakukan Survey kecoak
f. Mampu melakukan Survey tikus, lalat & binatang pengganggu lainnya
g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan
h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1 5. Penanggung Jawab Monitoring Higiene Makanan, Minuman, Laundry, Desinfeksi, Sterilisasi dan Radiasi
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Makanan dan Minuman
d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Laundry e. Mampu melakukan Pemantauan Desinfeksi/
Sterilisasi Peralatan Medis
f. Mampu melakukan Pemantauan Radiasi g. Mampu melakukan administrasi kegiatan
h. Mampu melakukan tugas lain yang berkaitan dengan kedinasan
i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
-24- TABEL STANDAR FASILITAS INSTALASI SANITASI
1 Fasilitas bangunan
a. Bangunan pengolah limbah b. Bangunan pengolah air
c. Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi
d. Bangunan dan peralatan laboratorium kesehatan lingkungan e. Alat sterilisasi/ desinfeksi
f. Alat pencucian dan pembersihan 2 Fasilitas Peralatan
a. Peralatan Laboratorium Kesling b. Autoklaf c. Inkubator d. Komputer e. Meja f. Kursi g. Almari
h. Sound Level Meter i. Thermohigrometer j. Multiparameter
DENAH RUANG DAN TABEL STANDAR FASILITAS INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018 TANGGAL : 03 Januari 2018
-25- TABEL DAFTAR LOGISTIK
INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018 TANGGAL : 03 Januari 2018
TABEL JENIS LOGISTISK INSTALASI SANITASI
NO JENIS LOGISTIK 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Mesin pembakar sampah infeksius (Incinerator) yang berijin Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Bangunan pengolah air bersih/ reservoir air bersih Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi
Peralatan laboratorium kesehatan lingkungan Alat sterilisasi (sterilisator)
Alat pencucian dan pembersihan Alat desinfeksi (desinfektor)
Alat pemeriksaan dan monitoring sanitasi Sarana pengelolaan sampah
Standar layanan RS/ Pedoman/ Panduan/Protap Peraturan perundangan di bidang sanitasi RS Buku/ reference
Informasi kemajuan IPTEK
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH