168 Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran
Volume 1 Nomor 3: 168-176 (2020)
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran https://jurnal.pgrisultra.or.id/ojs/ ISSN 2721-9739 (Online)
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis Tanaman Sayuran Melalui
Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) Pada Kelas XII.4 ATPH
SMK Negeri 7 Konawe Selatan
Efforts to Improve Learning Outcomes of Vegetable Crops Agribusiness through
the IBL (Inquiry-Based Learning) Approach in Class XII.4 ATPH
SMK Negeri 7 Konawe Selatan
I Putu Suardana 1*
1
SMK Negeri 7 Konawe Selatan
Jln. Poros Benua-Basala, Desa Benua, Kec. Benua, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara *Email: [email protected]
Received: 06th September, 2020; Revision: 08th October, 2020; Accepted: 07th November, 2020
Abstrak
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis Tanaman Sayuran Melalui Pemdekatan IBL (inquiry Based Learning) pada Kelas XII 4 ATPH SMK Negeri 7 Konawe Selatan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL pada mata pelajaran agribisnis tanaman sayuran khususnya pada pokok bahasan Teknik pemanenan hasil tanaman (cabe) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII.4 ATPH SMK Negeri 7 Konawe Selatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa. Sebelum penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL nilai rata-rata pengetahuan siswa 47.50 dengan ketuntasan 27.91% dan setelah penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL menjadi 77.42 dengan ketuntasan klasikal 83.72% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 87 dengan ketuntasan klasikal 100% pada siklus II. Hasil belajar sikap siswa mengalami peningkatan dari 76.70 pada siklus I, 78.10 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar keterampilan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I, dan siklus II, berturut-turut nilai rata-ratanya adalah 72.09 dan 76.31. Dengan demikian target peneliti telah tercapai.
Kata Kunci: PTK, pendekatan IBL, hasil belajar, SMK
Abstract
Efforts to Improve Learning Outcomes of Vegetable Crops Agribusiness through the IBL Approach (Inquiry-Based Learning) in Class XII 4 ATPH SMK Negeri 7 Konawe Selatan This research is a classroom action research using direct observation data on the course of the learning process in the classroom. These data are then analyzed through several stages in action cycles. Based on the results of the research and discussion, it can be concluded that the application of the learning model with the IBL approach in the subject of vegetable crop agribusiness, especially on the subject of harvesting plant products (chilies) can improve the learning outcomes of class XII.4 ATPH SMK Negeri 7 Konawe Selatan This is indicated by the increase in the average value of student learning outcomes. Before the application of the learning model with the IBL approach the average value of students' knowledge was 47.50 with 27.91% completeness and after the application of the learning model with the IBL approach became 77.42 with 83.72% classical completeness in cycle I, then increased to 87 with 100% classical completeness in cycle II. The learning outcomes of students' attitudes have increased from 76.70 in cycle I, to 78.10 in cycle II. While the results of student skills learning also increased from cycle I and cycle II, respectively, the average value was 72.09 and 76.31. Thus the research target has been achieved.
PENDAHULUAN
Ilmu agribisnis tanaman sayuran merupakan salah satu cabang ilmu Pertanian yang dipelajari siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Ilmu agribisnis tanaman sayuran erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut untuk menguasai ilmu agribisnis tanaman sayuran secara tuntas agar dapat menyelesaikan masalah agribisnis tanaman sayuran dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan pelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Depdiknas (2006), yaitu agar siswa memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori agribisnis tanaman sayuran serta saling keterkaitan ilmu agribisnis tanaman sayuran dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang siswa alami.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terobosan dalam pembelajaran agribisnis tanaman sayuran sehingga tidak menyajikan materi yang bersifat abstrak tetapi juga harus melibatkan siswa secara langsung di dalam pembelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran dengan pendekatan IBL (Inquiry Based Learning). Pendekatan ini diharapkan dapat
menarik minat siswa untuk belajar agribisnis tanaman sayuran sehingga diharapkan hasil belajarnya akan meningkat, karena siswa diajak langsung untuk mencari informasi, melakukan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan konsep tentang materi pelajaran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka bisa dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Menurut Slameto (2003) prinsip-prinsip belajar meliputi: (a) berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; dan (b) belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Proses pembelajaran di sekolah terutama bertujuan untuk membekali siswa dalam mengembangkan kepribadian, potensi akademik, dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar melalui pembelajaran program normatif, adaptif, produktif (Herdhiansyah dkk, 2020).
Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Hasil belajar dibagi dalam dua ranah yaitu: ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar agribisnis tanaman sayuran adalah kemampuan yang telah dicapai siswa baik kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengalami proses belajar.
Hasil belajar pengetahuan berasal dari nilai ulangan harian atau nilai ulangan semester dari siswa. Pada kurikulum 1994 hanya hasil belajar pengetahuan yang dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Tetapi untuk
170 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis…
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
kurikulum 2004 sekarang, hasil belajar siswa meliputi hasil belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar keterampilan siswa berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa untuk pelajaran agribisnis tanaman sayuran, hasil belajar keterampilan siswa diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keterampilan siswa ketika melakukan percobaan atau eksperimen. Sedangkan untuk hasil belajar sikap siswa, diperoleh dari hasil angket.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. faktor intern meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan).
Faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana rumah, pengertian orang tua), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003). Sedangkan menurut Gulo (2005) inquiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan inquiri dapat menggunakan berbagai macam metode. Apapun metode yang dipilih hendaknya tetap mencerminkan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan inquiri. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dengan pendekatan inquiri, antara lain: tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen dan lain-lain.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Agribisnis Tanaman Sayuran siswa kelas XII4 SMKN 7 Konawe Selatan melalui model pembelajaran dengan pendekatan IBL dan siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan mendapat nilai
minimal 75 dan sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa mampu mencapai batas minimal tersebut.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 7 Konawe Selatan yang beralamat di Jl. Poros Benua-Basala, Desa Benua, Kec. Benua, Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Febuari 2020.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII.4 ATPH SMKN 7 Konawe Selatan yang terdiri dari 16 siswa (11 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki).
Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas Menurut M. Maftuh dalam Zainal Aqip (2009) prosedur pelaksanaan penelitiaan terbagi menjadi 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi
Tahap perencanaan
a. Menyusun RPP pada kompetensi dasar dengan materi teknik pemanenan hasil tanaman sayuran (cabe) dengan menggunakan media pembelajaran komputer.
b. Menyiapkan instrument penelitian untuk guru dan siswa.
c. Menyiapkan sumber belajar yang berupa materi ajar dan LKS Teknik pemanenan hasil tanaman sayuran (teknik pemenenan hasil tanaman sayuran (cabe).
d. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa dalam memahami konsep pembelajaran teknik pemanenan hasil tanaman sayuran (teknik pemenenan hasil tanaman sayuran (cabe) dengan bentuk soal esay.
e. Membuat lembar observasi.
f. Menyediakan lembar kegiatan siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan media
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
pembelajaran komputer serta untuk mengetahui tingkat motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Menguji cobakan alat evaluasi. Alat evaluasi perlu diuji cobakan terlebih dahulu agar sesuai dengan kualitas yang disyaratkan mengenai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran daan daya pembeda. Menganalisis hasil ujicoba alat evaluasi. Setelah diujicobakan, maka hasil dari ujicoba dianalisis mengenai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran daan daya pembeda.
Tahap tindakan
a. Guru melaksanakan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki kompotensi dasar yang akan dibahas. b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
c. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menjelaskan model pembelajaran.
d. Guru melaksanakan scenario pembelajaran. e. Guru memberi motivasi dalam proses
belajar mengajar sehingga proses pembelajaran efektif.
f. Guru mengadakan tes.
g. Guru membagikan angket dan memerintahkan siswa untuk diisi
Tahap Pengamatan
a. Obsevasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrument pengamatan pembelajaran guru dan siswa.
b. Guru mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dan dari angket yang diisi siswa.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini hasil yang diperoleh pada saat observasi dan evaluasi sebelumnya dikumpul dan dianalisis data. Kemudiaan dari hasil tersebut apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Apa bila hasil belajar belum memenuhi kriteria maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan mencari kelemahan dan kekurangan-kekurangan pada saat proses belajar mengajar, dengan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa pada siklus berikutnya.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Mengadakan observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2002). Observasi ini digunakan untuk mengukur indikator kerja, mengetahui permasalahan yang muncul, dan faktor-faktor yang dijadikan dalam pertimbangan sebelum dimulainya pelaksanaan tindakan berikutnya.
2. Tes akhir siklus
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, jadi tes akhir siklus dilakukan sebanyak dua kali. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda (multiple choice) dengan lima pilihan jawaban, yang berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan setelah berlangsungnya proses tindakan. Hasil tes ini juga berfungsi sebagai indikator kerja dan standar kesesuaian antara silabus, rencana pembelajaran dan materi yang disampaikan.
3. Penyebaran angket
Angket merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) (Arikunto 2002: 28). Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu angket untuk mengukur sikap siswa dan angket refleksi. Angket yang disebar berupa angket tertutup. Penyebaran angket dilakukan setiap akhir siklus.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data bersumber pada benda yang tertulis. Peneliti secara langsung dapat mengambil bahan dokumentasi yang sudah ada dan memperoleh data yang dibutuhkan. Dokumentasi ini diperlukan untuk mendapatkan data berupa
daftar nama siswa, dan daftar nilai.
Uji Alat Evaluasi
Sebelum alat evaluasi digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya dapat diketahui apakah alat evaluasi tersebut dapat digunakan.tes uji coba kemudian dihitung validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan realibilitas.
Validitas
Validitas adalah ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-172 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis…
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas butir soal dicari dengan korelasi point biserial dengan rumus:
rpbi = Mp – Mq √P.q St
Keterangan:
rpbi = Koefisien validitas tiap item
Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mq = Rata-rata skor total yang menjawab salah pada butir soal
P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
St = Standar deviasi skor total
Analisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk dapat membedakan soal-soal kategori mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untukmembedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh. Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat evaluasi dalam menilai apa yang dinilainya
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan. Data dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) merekapitulasi hasil belajar sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II; dan (2) menghitung nilai rerata dan ketuntasan belajar klasikal hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I, dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.
Indikator kerja
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu secara klasikal, 85% siswa mencapai ketuntasan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Alat Evaluasi
Hasil analisis validitas soal disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis validitas soal uji coba
Berdasarkan hasil perhitungan, hanya diperoleh dua kriteria soal yaitu mudah, sedang, dan sukar. Hasil analisis indeks kesukaran disajikan pada Tabel 2.
Tabel. 2. Hasil analisis indeks kesukaran
Berdasarkan pengamatan awal sebelum diterapkan penelitian tindakan kelas yang berupa penerapan pendekatan IBL, hasil belajar siswa kelas XII.4 ATPH SMK Negeri 7 Konawe Selatan nilai rata-rata untuk materi Pemanenan Agribisnis Tanaman Sayuran Cabe adalah 56,74 dengan ketuntasan klasikal 37,21%. Masih rendahnya hasil belajar agribisnis tanaman sayuran tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep agribisnis tanaman sayuran terebut. Hal ini dikarenakan beberapa konsep yang ada dalam agribisnis tanaman sayuran bersifat abstrak. Selain itu juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru bersifat monoton dan kurang bervariasi.
Siklus Ket Jumlah Nomor Soal
1 Valid Tidak Valid 23 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 8, 10 II Valid Tidak Valid 23 7 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 30 1, 5, 16, 18, 22, 23, 24
Siklus Ket Jumlah Nomor Soal
1 Sukar Sedang Mudah 5 9 11 1, 9, 16, 19, 25 2, 3, 4, 5, 12, 17, 18, 21, 24 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 20, 22, 23 II Sukar Sedang Mudah 6 13 11 2, 5, 8, 9, 19, 30 4, 6, 10, 12, 14, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 27, 29 1, 3, 7, 11, 13, 15, 21, 24, 25, 26, 28
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
Dikatakan kurang bervariasi, karena guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak melibatkan siswa secara aktif. Dengan keadaan seperti itu, maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa serta menarik minat siswa. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno bahwa keterlibatan siswa untuk turut aktif melalui model pembelajaran IBL merupakan salah satu indikator keefektifan belajar.
Pelaksanaan model pembelajaran dengan pendekatan IBL diterapkan pada materi Teknik Pemanenan Hasil Tanaman Sayuran (teknik pemenenan hasil tanaman sayuran (cabe)). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada siklus I materi yang dipelajari adalah Pemanenan Cabe Rawit dan Penerapannya. sedangkan siklus II materi yang dipelajari adalah Pemanenan Cabe Keriting dan Penerapannya.
Dari hasil pengamatan pada siklus I terlihat bahwa adanya peningkatan nilai rata-rata dari: 1. Hasil belajar pengetahuan dari pre-tes ke
siklus I rata-rata naik dari 47.50 menjadi 77.55.
2. Untuk ketuntasan belajar adanya peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari pre tes ke siklus I. Ketuntasan belajar klasikal naik dari 27.91% menjadi 83.72%
3. Hasil belajar efektif rata-rata untuk siklus I adalah 76.70dan ketuntasan klasikal 100%. 4. Bahwa rata-rata hasil belajar keterampilan
siswa adalah 72.09 dengan ketuntasan klasikal 100%.
5. Masih ada beberapa siswa yang belum serius dalam mengikuti pelajaran (23,26%)
6. Semua siswa telah aktif dalam percobaan. 7. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif
bertanya (25,58%).
8. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam menjawab pertanyaan (39,54%). 9. Semua siswa telah siap dalam mengikuti
pembelajaran.
10. Semua siswa telah serius dalam mengerjakan tes.
Pengamatan terhadap guru menghasilkan siklus I: (a) guru kurang memberi motivasi siswa saat pembelajaran berlangsung; (b) guru kurang membawa siswa untuk mengaitkan materi dengan peristiwa kehidupan; (c) teknik
bertanya yang dimiliki guru belum maksimal; dan (d) pengelolaan kelas kurang optimal.
Analisa data hasil tes siklus II dan hasil observasi data pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan dari pre-tes, siklus I maupun siklus II. Rata-rata naik dari 47.50 menjadi 77.55 pada siklus I kemudian naik lagi menjadi 87.00pada siklus II.
2. Adanya peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari pre-tes, siklus I, maupun siklus II. Ketuntasan belajar klasikal naik dari 27.91% menjadi 83.72% pada siklus I, kemudian naik lagi menjadi 100%.
3. Adanya peningkatan rata-rata hasil belajar sikap yaitu dari 76.70pada siklus I naik menjadi 77 pada siklus II.
4. Adanya kenaikan rata-rata hasil belajar keterampilan siswa, yaitu 72.09 pada siklus I, dan 78.40pada siklus II.
5. Semua siswa telah aktif dalam percobaan. 6. Semua siswa telah siap dalam mengikuti
pembelajaran.
7. Semua siswa telah serius dalam mengerjakan tes.
Setelah melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas kemudian diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Pada tindakan siklus II didapatkan hasil bahwa guru perlu meningkatkan dalam hal pengelolaan waktu.
Hasil Belajar Pengetahuan
Penilaian hasil belajar pengetahuan siswa diperoleh dari tes pada tiap akhir siklus. Soal tes siklus yang digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi dan tingkat pemahaman siswa sebelum digunakan telah diujicobakan terlebih dahulu pada siswa kelas dua yang telah memperoleh materi teknik pemenenan hasil tanaman sayuran (teknik pemanenan hasil tanaman sayuran (cabe). Soal yang tidak memenuhi syarat dibuang dan yang memenuhi syarat digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa setelah diterapkan model pembelajaran dengan pendekatan IBL, hasil belajar pengetahuan siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata dari 47.50 meningkat menjadi 77.55 pada siklus I, 87.00pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 89.77. Peningkatan hasil belajar pengetahuan ini juga diiringi dengan peningkatan ketuntasan
174 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis…
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
belajar secara klasikal yaitu dari 27.91 % menjadi 83.72% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 100% pada siklus II. Besarnya ketuntasan belajar pada siklus II sudah memenuhi target yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan yakni sekurang-kurangnya 85% siswa mendapat nilai ≥ 65. Pada siklus II sudah terjadi peningkatan dalam pembelajaran dan sudah mencapai ketuntasan belajar, olehnya itu tidak perlu melakukan siklus III.
Hasil Belajar Sikap
Penilaian sikap siswa diperoleh dengan melakukan penyebaran angket pada tiap akhir siklus. Dari hasil angket tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar sikap siswa. Penilaian sikap siswa diukur dari beberapa aspek, meliputi aspek kesadaran diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan social dan kecakapan akademik siswa.
Hasil yang diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar sikap siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata sikap siswa, yaitu dari 76.70 pada siklus I, meningkat menjadi 78.10 pada siklus II, dan 80.39. Sehingga secara klasikal hasil belajar sikap siswa pada siklus I, siklus II, sudah tuntas. Hasil Belajar Keterampilan
Penilaian keterampilan siswa diukur dari pengamatan langsung saat melakukan praktikum. Aspek yang diamati adalah keterampilan menyiapkan alat dan bahan, keterampiolan melakukan percobaan, keterampilan membaca hasil percobaan dan keterampilan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
Berdasarkan hasil terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar keterampilan siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata keterampilan siswa yaitu 72.09 pada siklus I, 78.40 pada siklus II, Peningkatan hasil belajar keterampilan ini juga ditandai dengan peningkatan ketuntasan secara klasikal, yaitu 97.67 % pada siklus I kemudian meningkat menjadi 100% pada siklus II. Ini berarti bahwa hasil belajar keterampilan siswa baik pada siklus I, siklus II, sudah tuntas..Berdasarkan deskripsi hasil belajar pada siklus I, siklus II, memperlihatkan bahwa penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan IBL dapat meningkatkan hasil belajar agribisnis tanaman sayuran siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Umiyati (2005)
yaitu penggunaan pembelajaran Inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar, baik hasil belajar pengetahuan, sikap, maupun keterampilan Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan IBL merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hal ini diperkuat dengan hasil analisis refleksi siswa Dari hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran agribisnis tanaman sayuran setelah diterapkan model pembelajaran dengan pendekatan IBL didapatkan hasil antara lain untuk siklus I, 100% siswa senang dengan suasana pembelajaran, 83.72% siswa senang dengan metode yang digunakan guru, 79.09% siswa dapat menerima pelajaran yang diajarkan dengan mudah. Untuk siklus II, 100% siswa senang dengan suasana pembelajaran, 90.7% siswa senang dengan metode yang digunakan guru dan 88.37% siswa dapat menerima pelajaran.diajarkan dengan mudah. Keaktifan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan IBL juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I sampai siklus II ternyata keaktifan siswa juga mengalami peningkatan.
Hal ini sesuai dengan data di atas. Aspek yang diamati untuk mengukur keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meliputi keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan siswa dalam percobaan, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan keseriusan siswa dalam mengerjakan tes.
Aspek keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran terjadi peningkatan prosentase jumlah siswa dari siklus I sampai siklus II, yaitu 76.74% pada siklus I menjadi 88.37% pada siklus II. Aspek keaktifan siswa dalam percobaan dan keseriusan dalam mengerjakan tes telah mencapai 100% untuk kedua siklusnya. Ini menunjukkan bahwa semua siswa telah aktif dalam percobaan dan telah serius dalam mengerjakan tes. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan juga mengalami peningkatan, yaitu 74.42% pada siklus I, menjadi 81.39% pada siklus II. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan juga mengalami peningkatan yaitu 60.46% pada siklus I, meningkat menjadi 81.39% pada siklus II.
Sedangkan persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga mengalami peningkatan, yaitu 93.02% pada siklus I menjadi
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
98,67% pada siklus II. Persiapan siswa ini meliputi persiapandalam mebuat pertanyaan yang disertai dengan jawabannya dan persiapan dalam membawa sumber belajar. Dari hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I masih ada beberapa siswa yang. siap dalam mengikuti pembelajaran, baik dalam menyiapkan tugas maupun membawa sumber belajar. Namun pada siklus selanjutnya semua siswa telah menunjukkan kesiapannya dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Adanya peningkatan ketertarikan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diduga karena siswa memperoleh hal-hal baru yang menarik dan tidak menjenuhkan bagi siswa karena dalam pembelajaran dengan pendekatan IBL dituntut keaktifan yang tinggi pada diri siswa. Peningkatan dan pencapaian hasil belajar yang sudah sesuai dengan yang diharapkan tidak lepas dari peran guru selama proses pembelajaran, karena guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan guru agar hasil belajar siswa dapat lebih optimal adalah dengan mempertinggi mutu pengajaran dan kualitas proses pembelajaran.
Kegiatan Guru
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru terlebih dahulu menjelaskan hal-hal yang harus dikerjakan oleh siswa, yaitu siswa diberi tugas untuk mencari informasi tentang materi yang akan dibahas baik melalui buku, internet, maupun literature lain. Dari informasi yang mereka dapatkan kemudian siswa disuruh membuat pertanyaan yang disertai dengan jawabannya. Kegiatan selanjutnya adalah siswa melakukan percobaan untuk membuktikan informasi yang mereka peroleh. Berdasarkan percobaan tersebut kemudian ditarik kesimpulan tentang materi yang dibahas dengan bimbingan guru.
Untuk memotivasi siswa, guru memberikan penghargaan atas hasil yang telah dicapai oleh siswa. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang mau mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas. Hal tersebut sesuai dengan peranan guru dalam menciptakan kondisi yang mendukung yaitu motivator, fasilitator dan rewarder (Gulo, 2005).
Dari hasil observasi kegiatan guru pada siklus I, maupun siklus II, terjadi peningkatan
nilai rata, yaitu untuk siklus I nilai rata-ratanya mencapai 3, untuk siklus II mencapai 3.29, Hasil observasi kedua siklus tersebut menunjukkan kriteria baik. Pada siklus I guru mengalami beberapa kekurangan diantaranya adalah guru kurang memberi motivasi siswa saat pembelajaran berlangsung, guru kurang membawa siswa untuk mengaitkan materi dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, teknik bertanya yang dimiliki guru belum maksimal, pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu kurang optimal. Berdasarkan kekurangan pada siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II. Dari siklus II didapatkan hasil bahwa guru sudah memotivasi siswa saat pembelajaran berlangsung yaitu dengan cara mengaitkan materi dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, teknik bertanya dan pengelolaan kelas sudah baik
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Sebelum penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL nilai rata-rata pengetahuan siswa 47.50 dengan ketuntasan 27.91% dan setelah penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL menjadi 77.42 dengan ketuntasan klasikal 83.72% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 87.00 dengan ketuntasan klasikal 100% pada siklus II. Hasil belajar sikap siswa mengalami peningkatan dari 76.70 pada siklus I, 78.10 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar keterampilan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I, dan siklus II, berturut-turut nilai rata-ratanya adalah 72.09 dan 76.31.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: (a) disamping menggunakan metode konvensional, guru juga perlu menggunakan pendekatan IB; dan (b) kreativitas guru perlu ditingkatkan untuk menjadikan pendekatan IBL lebih menarik dalam proses belajar mengajar di kelas.
176 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Agribisnis…
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 1(3): 168-176 (2020)
Daftar Pustaka
Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta, Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Agribisnis Tanaman Sayuran, SMK Kelas XI Semeter 3. Jakarta, Direktorat Pembinaan SMK Republik Indoneia.
Echols, John M. dan Hasan Shadily. (2003). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta, PT. Gramedia.
Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Grasindo.
Herdhiansyah, D, Asriani, Kasmawati. (2020). Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Kendari Melalui Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Kripik Kulit Singkong. Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran, 1(1): 49-55. K, Roestiyah N. (2001). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta, Rineka Cipta.
Koestantionah. (2003). Pembelajaran Sains Sekolah Dasar dengan Mengoptimalkan Kompetensi Siswa Melalui Pembelajaran PAKEM.
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.
Purba, Michael. (2004). Agribisnis Tanaman Sayuran untuk SMK Kelas 2B. Jakarta, Erlangga.
Rukmana R., (1994). Budidaya Tanaman Sayuran Hibrida, Jakarta,Kanaius.
Sartono, J. dan Wibisono , (2007). Tanaman Sayuran Klaten, PT. Intan Sejati.
Setiadi , (1999). Bertanam Sayuran ,Jakarta, Penebar Swadaya.
Soenarjono, H., (1996). Menuju Sukses Usaha Tani Sayuran Jakarta, Trubus.