• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam Memahami Masalah Geometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam Memahami Masalah Geometri"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019 286

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam

Memahami Masalah Geometri

Riska Intan Prastiwi1, Teguh Wibowo2, Riawan Yudi Purwoko3

1Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo

email: riskaintan30@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dalam memahami masalah geometri. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Purworejo pada semester Ganjil tahun ajaran 2018/2019 pada siswa kelas VIII sebanyak 5 siswa. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa yang mempunyai kebiasan duduk di bangku depan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan fenomenologi. Data penelitian didapat melalui hasil tes tertulis, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami masalah geometri terdiri dari: 1) mengidentifikasi dengan tulisan, gambar, dan secara aljabar untuk memahami masalah; 2) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam mengembangkan gagasan untuk merencanakan langkah penyelesaian masalah.

Kata kunci: komunikasi matematis, masalah geometri

1. Pendahuluan

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam setiap kegiatan manusia. Setiap saat orang melakukan kegiatan komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi secara baik, orang memerlukan bahasa. Matematika merupakan salah satu bahasa yang juga dapat digunakan dalam berkomunikasi. Dalam pembelajaran matematika, komunikasi memiliki peran yang sangat penting dan komunikasi tersebut disebut dengan komunikasi matematis. Melalui komunikasi matematis, siswa dapat mengekspresikan, menjelaskan, mendeskripsikan, dan memahami matematika. Baroody (dalam Aufin, 2012: 100) menyatakan bahwa “pembelajaran harus membantu siswa dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi seperti representasi, mendengarkan, membaca, mendiskusikan, dan menulis”. Oleh karena itu, melalui kemampuan komunikasi matematis siswa mampu mengembangkan gagasan untuk membuat suatu argumen tentang pemahamannya terhadap matematika.

Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam proses menyiapkan pikiran, menghubungkan gagasan dengan ide lain yang dapat mengisi kekurangan yang ada dikeseluruhan ide-ide siswa. Sehingga kemampuan komunikasi

matematis sangat berhubungan erat dengan proses berpikir. Di dalam kemampuan komunikasi matematis, siswa harus melalui proses berpikir. Dengan proses berpikir matematis yang baik, maka kemampuan dalam menyampaikan ide-ide matematika juga akan baik. Kesumawati (2014: 3) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan ke arah penyelesaian suatu persoalan dengan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki, tetapi ada juga yang beranggapan berpikir hanyalah sebatas persepsi atau imajinasi atas keadaan yang dialami. Sehingga berpikir dapat diartikan sebagai suatu aktivitas menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pertimbangan dengan seksama untuk menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan dengan pengalaman ataupun dengan pemahaman yang dimiliki siswa. Pada suatu proses penyelesaian masalah, terjadi suatu proses berpikir sehingga siswa dapat menemukan suatu jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut. Oleh karena itu untuk menyelesaikan suatu masalah matematika, aktivitas berpikir menjadi bagian yang sangat penting.

Grouws (dalam Supriyanto, dkk, 2014: 1057) menyatakan bahwa masalah dalam matematika adalah segala sesuatu yang menghendaki untuk dikerjakan. Segala sesuatu

(2)

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019 287 yang dimaksud tersebut adalah suatu

pertanyaan atau soal yang membutuhkan adanya penyelesaian. Hudojo (dalam Supriyanto, dkk, 2014: 1057) menyatakan bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang jika orang tersebut tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sehingga masalah dalam matematika merupakan segala sesuatu berupa pertanyaan yang harus dikerjakan karena pertanyaan tersebut menghendaki adanya jawaban yang berupa penyelesaian. Dalam proses mencari suatu jawaban, siswa akan mengalami suatu aktivitas menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pertimbangan dengan seksama yang dinamakan dengan proses berpikir. Proses berpikir tersebut disebut dengan proses berpikir matematis.

Dalam proses berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa terlebih dahulu harus memahami masalah. Dengan memahami masalah, siswa akan lebih mudah dalam melakukan penyelesaian masalah. Karena dengan memahami masalah, siswa dapat mengetahui bagaimana langkah dan strategi penyelesaian masalah yang akan dibuat. Masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah masalah geometri. Masalah geometri yang diberikan merupakan soal matematika tentang segitiga dan segiempat. Karena menurut peneliti, geometri dapat dikatakan sebagai salah satu materi yang dianggap penting dalam matematika.

Usiskin (dalam Safrina dkk, 2014: 10) menyatakan bahwa geometri perlu diajarkan karena: 1) geometri merupakan satu-satunya bidang matematika yang dapat mengaitkan matematika dengan hal konkret; 2) geometri satu-satunya yang dapat memungkinkan ide-ide matematika yang dapat divisualisasikan; 3) geometri dapat memberikan contoh yang tidak tunggal dalam sistem matematika. Dengan dijadikannya geometri sebagai salah satu bidang dalam mata pelajaran matematika yang diberikan ke siswa, siswa akan dapat memperoleh berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut dapat dianalisis melalui

kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami masalah geometri. Keterampilan tersebut yaitu berupa: 1)

explaining mathematical ideas, situations, and relationships by written exspressions, or by means of real objects, pictures, figures, and algebra; 2) explaining daily events in mathematical symbol languages (Sumarmo

dalam Kleden dkk, 2015: 351). Dari pendapat Sumarmo tersebut, dapat dilihat bahwa dengan kemampuan komunikasi matematis, siswa diharapkan dapat untuk: 1) menjelaskan ide-ide matematika, situasi, dan hubungan dengan ekspresi secara tertulis, atau dengan menggunakan gambar, angka, dan aljabar; 2) menjelaskan kejadian sehari-hari dalam bahasa simbol matematika.

Selain itu, keterampilan komunikasi matematis dalam memahami masalah menurut NCTM dalam Sefalianti (2014: 12) yaitu: 1) mengidentifikasi dengan tulisan, gambar, grafik, dan secara aljabar; 2) mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi; 3) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam mengembangkan gagasan. Keterampilan yang diperoleh dapat digunakan untuk memahami masalah dalam melakukan penyelesaian. Karena menurut Bobango (dalam Safrina dkk, 2014: 11) salah satu tujuan dari pembelajaran geometri adalah siswa dapat menjadi pemecah yang baik. Akan tetapi yang terjadi selama ini adalah geometri merupakan materi yang sulit dipahami kebanyakan siswa. Seperti yang diutarakan oleh Adolphus (dalam Safrina dkk, 2014: 11), materi matematika dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa dalam mata pelajaran matematika adalah materi geometri.

Hal ini mengakibatkan siswa enggan untuk belajar geometri karena sudah menganggap sulit. Rohimah & Nursuprianah (2016: 21) menyatakan bahwa penguasaan materi geometri pada siswa tergolong rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa ketidakberhasilan siswa dalam belajar geometri. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminah dkk (2018) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam membuat model dari

(3)

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019 288 suatu situasi melalui tulisan, gambar dan

metode-metode aljabar masih tergolong rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu memahami masalah. Sehingga dari penelitian tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang analisis kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami masalah. Dimana masalah yang digunakan yaitu masalah geometri berupa soal matematika pada materi segiempat. Sehingga peneliti dapat mendeskripsikan tentang kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah geometri.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2014: 6). Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena yang ada yang berdasarkan pengalaman siswa. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 17 Purworejo pada semester Ganjil tahun ajaran 2018/2019 yang mempunyai kebiasaan duduk di bangku paling depan. Adapun data yang diperoleh berdasarkan hasil tes tertulis siswa, hasil wawancara, hasil catatan lapangan dan hasil dokumentasi. Adapun soal tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Soal tes 3. Pembahasan

Hasil analisis kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami masalah geometri yang diperoleh dari hasil tes tertulis

siswa, hasil catatan dan hasil wawancara adalah sebagai berikut.

Langkah pertama yang dilakukan subjek penelitian ketika menemukan suatu masalah geometri adalah dengan memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui yaitu dengan menuliskan besar sudut-sudut yang diketahui yaitu sudut P, Q, dan S. Selain itu, subjek penelitian juga dapat mengubah kondisi masalah dalam soal ke bentuk gambar. Data tersebut dapat terlihat dari hasil pekerjaan subjek penelitian sebagai berikut.

Gambar 2. Subjek penelitian mengubah kondisi soal ke bentuk gambar

Sehingga subjek penelitian telah mencapai kemampuan komunikasi matematis dalam memahami masalah geometri berupa keterampilan mengidentifikasi dengan tulisan, gambar, dan secara aljabar. Langkah kedua, subjek merencanakan penyelesaian dengan menghubungkan data yang belum diketahui dalam soal dan mendesain rencana penyelesaian. Dalam merencanakan penyelesaian, setiap subjek mempunyai cara yang hampir sama yaitu dengan menuliskan penjumlahan sudut-sudut yang diketahui pada soal dan dihubungkan dengan informasi yang belum diketahui. Adapun data yang ditulis oleh subjek (2𝑥 + 20)° + (𝑥 + 10)° = 180°, dari data tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian telah dapat merencanakan strategi penyelesaian. Data yang diperoleh tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Subjek penelitian merencanakan strategi penyelesaian Subjek sudah dapat menghubungkan hal-hal yang belum diketahui pada soal untuk merencanakan penyelesaian dan untuk

(4)

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019 289 memulai mengembangkan gagasan. Hal yang

belum diketahui tersebut adalah besar sudut P dan sudut Q. Oleh karena itu subjek sudah dapat memahami peran matematika untuk mengembangkan gagasan. Sehingga subjek telah mencapai kemampuan komunikasi matematis berupa keterampilan memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalan mengembangkan gagasan.

Dari hasil analisis subjek pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian telah dapat memami masalah geometri yang diberikan. Hal ini terlihat dari bagaimana langkah penyelesaian yang dilakukan oleh subjek penelitian. Langkah penyelesaian tersebut terlihat dari keterampilan subjek penelitian dalam 1) mengidentifikasi dengan tulisan, gambar, dan secara aljabar untuk memahami masalah; 2) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam mengembangkan gagasan untuk merencanakan langkah penyelesaian masalah.

Data yang diperoleh tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitta dkk (2017) yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut: 1) mampu menjelaskan situasi/ permasalahan dengan menyatakan hal-hal yang yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan; 2) mampu menyajikan permasalahan ke bentuk model matematika ataupun gambar; 3) mampu memahami konsep dan strategi yang ia pilih.

4. Kesimpulan

Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami masalah geometri terdiri dari: 1) mengidentifikasi dengan tulisan, gambar, dan secara aljabar untuk memahami masalah; 2) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam mengembangkan gagasan untuk merencanakan langkah penyelesaian masalah.

5. Daftar Pustaka

Achir, Y. S., dkk. 2017. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada

Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau Dari Gaya Kognitif. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 20, No. 1, Hal. 78-87.

Aminah, dkk. 2018. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII Pada Materi Himpunan. Jurnal

Cendekia: Jurnal Pendidikan

Matematika. Vol. 1, No. 1, Hal. 15-22.

Aufin, M. 2012. Komunikasi dan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Psikologi. Vol. 1, No. 2, Hal. 94-110.

Kesumawati, N. 2014. Kreativitas Berpikir Matematis Dalam Pembelajaran Berkarakter. Jurnal Matematika dan

Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 1,

Hal. 1-10.

Kleden, dkk. 2015. Analysis of Enchancement of Mathematical Communication Competency Upon Students of Mathematical Education Study Program Through Metacognitive Learning.

International Journal of Education and Research. Vol. 3, No. 9, Hal. 349-358.

Moleong, L. J. 2014. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA.

Rohimah, I., & Nursuprianah, I. 2016. Pengaruh Pemahaman Konsep Geometri Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-soal Bidang Datar (Studi Kasus Kelas VII di SMP Negeri 1 Cidahu Kabupaten Kuningan).

Eduma. Vol. 5, No. 1, Hal. 20-35.

Safrina, K., dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele.

Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1,

No. 1, Hal. 9-20.

Sefalianti, B. 2014. Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan

dan Keguruan. Vol. 1, No. 2, Hal.

11-20.

Supriyanto, dkk. 2014. Karakteristik Berpikir Matematis Siswa SMP Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Gemolong Dalam

(5)

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019 290 Memecahkan Masalah Matematika

Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Siswa dan

Gender. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 2, No.

Gambar

Gambar 1. Soal tes  3.  Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Jika Tuhan kehendaki, Tim Diakonia GSRI Tamansari bekerja sama dengan Biomedika, akan mengadakan Pemeriksaan Laboratorium, pada Minggu, 30 Oktober 2011-. Pemeriksaan

Barangsiapa yang keluar (dari ketaatan) terhadap seorang pemimpin dari para pemimpin muslimin, padahal manusia telah bersatu dan mengakui kekhalifahan baginya

Kemudian yang berhubungan dengan soal budaya (culture), mengenai efektivitas ini Penulis bagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu budaya masyarakat secara umum, dan kedua

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Faktor- faktor Kompetensi (Latar belakang Pendidikan, Pengalaman dan Kompetensi Teknik) berpengaruh

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya (Tyastuti, 2017). Seorang

Abstract : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran fisika berbasis multirepresentasi dalam melatih keterampilan proses sains fisika

Pada penelitian ini akan ditentukan seberapa efisien kegiatan CDO, Promo dan Tele Customer dalam mencapai tujuan yaitu meningkatkan kedatangan konsumen, frekuensi

Data yang didapat dari hasil penelitian ini dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menghitung persentase dan indeks nilai penting (INP) jenis tumbuhan dari suku