• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Arsitektur Biophilic Pada Rancangan Taman Botani Bandung Unity Park Di Wilayah Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Arsitektur Biophilic Pada Rancangan Taman Botani Bandung Unity Park Di Wilayah Bandung Barat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Arsitektur Biophilic Pada Rancangan Taman

Botani Bandung

Unity Park

Di Wilayah Bandung Barat

Salma Dwi Putri

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email:

salma_dwiputri@ymail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan pembangunan pada area Kota Bandung sebagai kawasan Metropolitan semakin tidak beraturan dan mengalami penyempitan lahan hijau, yang menjadikan Kota Bandung kehilangan ciri khasnya sebagai ‘Kota Kembang’ karena memiliki taman yang luas disetiap sudut kota tersebut. Berkurangnya ruang hijau disebuah perkotaan dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan makhluk hidup yang tinggal didalamnya, seperti akan berkurangnya lahan penyerapan air yang dapat berdampak pada bencana banjir, suhu udara yang akan semakin meningkat dan polusi udara yang kotor karena tidak adanya pepohonan yang dapat menyerap karbondioksida, serta dampak buruk lainnya yang dapat merugikan manusianya itu sendiri. Tindakan yang dilakukan untuk melestarikan adanya lahan hijau di Kota Bandung namun tetap dapat dimanfaatkan dengan baik yaitu dengan diadakannya pengolahan kawasan hijau sebagai taman botani atau kebun raya. Bandung Unity Park merupakan proyek taman botani yang memanfaatkan lahan hijau di daerah Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat sebagai kawasan wisata alam dengan berungsur tema ‘Biophilic’. Biophilic merupakan desain arsitektur yang mengarah kepada ketertarikan hubungan antara manusia dengan sistem alam yang sifatnya dapat menenangkan, meningkatkan kebugaran tubuh, emosional dan intelektual manusia. Desain perancangan akan berpacu terhadap tema rancangannya dengan cara mengimplementasikan tema tersebut terhadap bentuk lanskap, desain arsitektural, hingga elemen-elemen pendukung lainnya yang terdapat pada bangunan maupun lanskap taman tersebut.

Kata kunci: Biophilic, Lahan hijau, Taman Kota.

ABSTRACT

The growth of development in the city of Bandung as a metropolitan area is increasingly irregular and experience a narrowing of green land, which is it makes the city of Bandung lose their characteristic as a 'Flower City', because it has a large park before in every corner of the city. The reduced green space in the cities can have an impact onto the health and safety of the living things that live in it, Such as the reduction of water absorption areas that which can have an impact on flood disasters, the air temperature will increase and dirty air pollution due to the absence of trees that can absorb carbon dioxide, as well as other bad impacts that can harm humans themselves. The actions that can take to conserve green land in the city of Bandung but can still be utilized, it can by managing green areas as botanical gardens. ‘Bandung Unity Park’ is a botanical garden project that utilizes the green land in the Kota Baru Parahyangan area, West Bandung as a natural tourism area with the theme 'Biophilic' architecture. Biophilic is an architectural design that focuses on the relationship between humans and natural systems which can make it calm, improve human fitness, emotional and intellectual. The design will race on the theme by implementing it in landscape forms, architectural designs, and other supporting elements found in buildings or in parks. Keywords: Biophilic, Green Space, Park of the City.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kota Bandung sering kali dijuluki sebagai ‘Kota Kembang’ nan sejuk, kaitan tersebut merupakan simbol bahwa Bandung kala itu merupakan kota yang memiliki unsur alam yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau berupa taman kota dan pegunungan yang mengelilingi kota tersebut, menjadi alasan utama suhu di Kota Bandung sejuk [1]. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk serta perubahan gaya hidup menjadikan Bandung sebagai salah satu Kota Metropolitan saat ini. Bertambahnya kebutuhan lahan secara terus menerus untuk sebuah pembangunan yang tidak mempertimbangkan keseimbangan antara alam dan kebutuhan manusia, akan berdampak pada penyempitan lahan hijau kota dan perubahan suhu secara signifikan yang dapat mengakibatkan kemungkinan buruk terhadap manusianya itu sendiri. Upaya menjaga kembali kestabilan alam di Kota Bandung dapat dengan menjaga pola gaya hidup agar tetap melestarikan sumber daya alam dan memperluas kembali lahan taman kota guna penyerapan saluran Kota Bandung tetap terjaga. Salah satu pembangunan lahan yang tetap memelihara ruang terbuka hijau namun tetap dapat mengikuti kebutuhan manusia secara fungsional yaitu dengan merancang taman botani atau disebut dengan kebun raya, dengan penerapan tema pendukung desain Arsitektur Biophilic yang mendekatkan unsur alam pada manusia. Taman Botani merupakan suatu lahan ruang terbuka yang terdapat berbagai jenis tumbuhan yang ditunjukan untuk kepentingan koleksi, penelitian dan rekreasi edukasi [2]. Taman botani yang memiliki fasilitas penunjang didalamnya akan menjadi daya tarik bagi wisatawan karena dapat dijadikan tujuan rekreasi, ataupun bagi pecinta alam akan tetap dapat menikmati ruang terbuka hijau di tengah perkotaan.

Lokasi tapak pembangunan Taman Botani ini terletak di Jalan Bujangmanik, Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat. Lahan seluas 60.539 𝑚! memiliki sebagian besar bentuk tanah yang berkontur dan memiliki karakteristik kawasan (sub-urban) atau merupakan lingkungan perumahan yang biasanya terlihat lebih modern dan tertata rapi dengan tingkat kepadatannya tidak terlalu tinggi dan memiliki iklim tropis. Untuk akses jalan menuju lokasi, dapat ditempuh dengan akses jalan tol Padalarang ataupun jalan raya umum. Lokasi dan akses lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Site

(Sumber : https://www.google.co.id/maps/place/Jl.-Parahyangan-Raya,-Padalarang,-Kabupaten-Bandung-Barat – diakses tanggal 12 Februari 2020, diolah)[3]

(3)

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Arsitektur Biophilic

Biophilic pertama kali ditemukan oleh seorang psikolog bernama Enrich Fromm pada tahun 1964. Menurut bahasa yunani arti kata biophilia berasal dari 2 suku kata yaitu bio (βίος) yang berarti hidup, dan philia (φιλία) yang berarti cinta. Istilah biophilia ini mulai dipopulerkan oleh pemenang Pulizer Price, seorang pakar biologi Universitas Harvard yang bernama Edward O. Wilson di tahun 1984, yang menjelaskan biophilia sebagai suatu dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk berafiliasi dengan bentuk-bentuk kehidupan “mencintai kehidupan”. Pengaplikasian biophilia pada desain adalah topik dari sebuah konferensi tahun pada 2004 dan dikeluarkan buku mengenai desain biophilia (Eds., Kellert, Heerwagen & Mador, 2008) di mana Stephen R. Kellert mengidentifikasi lebih dari 70 mekanisme yang berbeda untuk melahirkan sebuah desain biophilic, dan penulis yang juga berkontribusi adalah William Browning dan Jenifer Seal-Cramer dan mereka merangkum desain biophilic ini ke dalam 3 kategori yaitu: alam dalam ruang , analogi alami, dan aifat alami suatu ruang [4]. Ketiga kategori tersebut dijadikan acuan dalam desain perancangan. Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Kategori Desain Biophilic[5] 2.2 Konsep Bentuk Desain Tapak dan Massa Bangunan

Konsep bentuk desain tapak dan massa bangunan yang berada di kawasan botani Bandung Unity Park

ini mengacu pada gaya Arsitektur Biophilic yaitu menganalogikan bentuk alam yang tidak memiliki bentuk simetris dan lebih kepada bentuk yang dinamis (Natural Analogues). Lingkaran merupakan bentuk dasar dari konsep bentuk desain disetiap elemen yang membentuk taman botani Bandung Unity Park tersebut. (Lihat Gambar 3. dan Gambar 4.)

(4)

Gambar 4. Desain Bentuk Massa Bangunan 2.3 Konsep Arsitektural

Unsur alam yang diterapkan pada konsep desain tapak yaitu dengan menghadirkan alam secara fisik

(Nature In The Space) untuk dijadikan elemen arsitektural pada tapak. Elemen tersebut antara lain berunsur air, suara, angin, dan tanaman hias berwarna. Unsur air dapat dibuatkan menjadi sebuah air mancur, air terjun buatan, ataupun kolam. Penambahan elemen suara pada sebuah taman dapat dengan memberikan penghubung suara berupa speaker dan ditempatkan disetiap sudut area taman, dengan tema musik yang dapat mendukung ketenangan psikologis manusia. Elemen angin dapat memanfaatkan pergerakan udara alami ataupun dengan penambahan sumber udara pada massa bangunan. Penambahan tanaman hias yang terdapat bunganya, akan menambahkan keindahan arsitektural pada sebuah taman maupun bangunan.

Konsep memasukkan unsur alam pada massa bangunannya, yaitu dengan memberikan unsur tanaman kedalam bangunan guna menciptakan rasa kecintaan terhadap alam, serta memberikan fasad yang bersifat transparan guna menyatukan manusia dengan pemandangan alam sekitarnya, seperti pada Gambar 5.

(5)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep Arsitektur Biophilic Terhadap Rancangan Tapak Taman Botani

Taman merupakan suatu area daratan terbuka hijau yang pada umumnya secara alami atau seminatural (ditanam secara teratur) digunakan untuk beberapa tujuan, tetapi lebih sering dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Merancang arsitektur biophilic pada area terbuka akan lebih mudah untuk di aplikasikannya dan akan langsung dapat dirasakan oleh pengunjung. Konsep yang diambil berdasarkan kategori biophilic untuk rancangan tapak disini yaitu Nature in the space dengan menghadirkan elemen – elemen alami penunjang seperti air, tanaman bunga, pepohonan rindang, alunan musik disetiap sudut jalan taman (lihat Gambar 6.) dan peletakkan massa bangunan pada tapak, serta bentuk alur sirkulasi pedestrian mengacu terhadap kategori analogi bentuk alam yang tidak simetris dengan bentuk abstrak atau tidak beraturan. (lihat Gambar 7.).

Gambar 6. Elemen Arsitektural Taman

Gambar 7. Bentuk Sirkulasi Tapak dan Penataan Massa Bangunan 3.2 Konsep Biophilic Terhadap Desain Gubahan Massa dan Rancangan Bangunan

Ketika arsitektur biophilic hadir dalam desain suatu bentuk massa bangunan maupun tapak, akan menjadi suatu bentuk karya desain yang dinamis, tidak simetris dan tidak kaku. Karna pada kategori

Natural Analogue berkonsep menghadirkan unsur alam secara tidak lansung dan dengan itu, pada konsep desain kali ini hanya membawa sifat dari alamnya itu sendiri yaitu mengikuti alur dan tidak ada sudut tajam. Lihat pada Gambar 8.

(6)

Gambar 8. Tampak Bangunan Galeri 3.3 Konsep Biophilic Terhadap Desain Fasad Bangunan

Pengertian biophilic menyebutkan bahwa konsepnya membawa unsur alam pada manusia disekitarnya. Contoh ide pada desain fasad dapat berupa sifat yang tidak masif atau juga dapat dengan memberikan vegetasi yang diaplikasikan terhadap fasad bangunan dan didalam massa bangunan tersebut pada konsep ini termasuk kedalam ciri desain kategori Nature of the space di dalam tema biophilic. Berikut contoh pemilihan desain fasad yang tetap membawa unsur alam secara langsung yaitu dengan menjadikan fungsi bangunan tersebut sebagai rumah tanaman dan desain fasad yang bersifat transparant

menggunakan material kaca tertentu dan bantuan pengondisian udara, sesuai dengan kebutuhan. Lihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tampak Bangunan Greenhouse 3.4 Konsep Biophilic Terhadap Desain Bandung Unity Park

Penerapan konsep Biophilic terhadap desain rancangan keseluruhan Bandung Unity Park dapat dilihat pada Gambar 10.

(7)

4. SIMPULAN

Arsitektur biophilic pada rancangan taman botani Bandung Unity Park ini diterapkan pada berbagai aspek desain perancangan dengan acuan konsep dari ketiga kategori biophilic design, yaitu Nature in the space, Natural Analogues dan Nature of the space. Pada zoning tapak, mengimplementasikan konsep dari kategori Nature in the space yang menghadirkan langsung fisik alam kedalam desain dengan menggunakan elemen pendukung seperti air, suara, angin, dan pepohonan. Pada massa bangunan dan sirkulasi tapak diterapkan konsep Natural Analogues yang menganalogikan bentuk dari sifat alam, sehingga tidak menghadirkan alam secara langsung namun tetap dapat dirasakan sifat alami suatu bentuk sesuai alur tapak yang ada dan bentuk dinamis yang tidak kaku. Pada kategori ketiganya yaitu Nature of the space, diimplementasikan terhadap arsitektural yang berada didalam massa bangunan dengan membawa unsur alam kedalamnya sehingga dapat dirasakan langsung oleh pengguna bangunan, seperti memasukkan tanaman kedalam bangunan dan penggunaan fasad yang tetap memperlihatkan lingkungan alam sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jamul Jawaami, Arfian. “Menyedihkan, Ini Alasan Kenapa Bandung Disebut Kota Kembang”. Ayobandung.com. 10 Agustus 2017 <https://ayobandung.com/read/2017/08/10/22574/

menyedihkan-ini-alasan-kenapa-bandung-disebut-kota-kembang> diakses pada 20 Agustus 2020. [2] Dika Gembong, Rizki, (2020). “BAB 1 PENDAHULUAN”, Repository.

<http://repository.unika.ac.id/14648/2/10.11.0103%20Rizki%20Dika%20Gembong.%20A%20-%20BAB%20I.pdf>diakses pada 21 Januari 2020.

[3] Googlemaps, (2020). Kota Baru Parahyangan [internet] tersedia dari<https://www.google.co.id/maps/place/Jl.-Parahyangan-Raya,-Padalarang,-Kabupaten

Bandung-Barat/> diakses pada 15 Februari 2020.

[4] Kandou, Tiffany B.M., (2020). “Pusat Rehabilitasi Medik dan Edukasi Penderita Autis di Kota Manado”; <file:///C:/Users/ASUS/Downloads/19219-39039-1-PB%20(1).pdf> diakses pada 13 Februari 2020.

[5] Browning,W.D., Ryan,C.O., Clancy,J.O, (2014). 14 Pattern of Biophilic Design. New York : Terrapin Bright Green.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Site
Gambar 3. Desain Bentuk Tapak
Gambar 5. Konsep Arsitektural
Gambar 6. Elemen Arsitektural Taman
+2

Referensi

Dokumen terkait

PELAKSANAAN RUANG TERBUKA HIJAU (TAMAN KOTA) DI PERKOTAAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN BERLAKUNYA PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH..

Tesis yang disusun penulis berjudul “Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau sebagai Pengendali Iklim Mikro Kota Pematangsiantar (Studi Kasus: Kecamatan Siantar Barat)”, dibuat

Potensi penerapan konsep green campus pada atribut green open space di Itenas dapat diketahui melalui perbandingan antara kebutuhan ruang terbuka hijau dan potensi civitas

Dengan kata lain, tema bangunan “Architecture Fungsionalism” memiliki bentuk bangunan yang didasari dari kebutuhan fungsional pada kantor pemerintahan, mengutamakan penyederhanaan