• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOM NFOI12I 2OO7 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOM NFOI12I 2OO7 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOM|NFOI12I 2OO7

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM.4 TAHUN 2OO1 TENTANG PENETAPAN RENCANA DASAR TEKNIS NASIONAL 2OOO (FUNDAMENTAL TECHNICAL PLAN NATIONAL

2000) PEMBANGUNAN TELEKOMUNTKAST NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA.

Menimbang bahwa dengan memperhatikan amanat Pasal 10, Pasal 19 dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat dan penyelenggara telekomunikasi, serta untuk keperluan pembangunan telekomunikasi nasional, dipandang perlu untuk mengubah ketentuan penerapan kode akses sambungan langsung jarak jauh sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical PIan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 13/PER/M.KOMINFO/ 03/2006' b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional.

: 1. Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 154 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara N o m o r 3 B B l ) ;

2. Peraturan Pemerintah Nomor : 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3980);

(2)

4 .

Peraturan Pemerintah Nomor : 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor: 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3981);

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Reoublik Indonesia Nomor : 62 Tahun 2005;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor : 7 Tahun 2007:

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical PIan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor : 13/PER/M.KOMINFO/ 03/2006; 6 .

7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.20 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 40/P/ M.KOMtNFO/12t2006"

8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.30 Tahun 2004;

9. Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor : 01/ P/M.Kominfo/4/2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

l0.Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor : 03/ P/M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata Sebutan pada Beberapa Keputusan/Peraturan Menteri Perhubungan yang Mengatur Materi Muatan Khusus di Bidang Pos dan Telekomun ikasi;

l l.Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 08/ Per/M. Kominfo 10212006 tentano I nterkoneksi.

(3)

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 4 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN RENCANA DASAR TEKNIS NASTONAL 2000 (FUNDAMENTAL TECHNTCAL qLAN

NATTONAL 2000) PEMBANGUNAN TELEKOMUNTKASI NASIONAL.

Pasal

I

Ketentuan dalam Lampiran Keputusan Menteri

Perhubungan

Nomor:

KM.4

Tahun

2001

tentang

Penetapan

Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental

Tec

h n i c al Pl an N ation

al 2000) P embang

u nan Telekom

unikasi

Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor : 1 3/PERiM.KOMINFO/03/2006 diubah sebaqai berikut :

Ketentuan Bab ll Butir 5.2.4.1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Format untuk kode akses SLJJ adalah '01X', di mana X=1...9 mencirikan penyelenggara jasa SLJJ.

Penyelenggara jasa SLJJ pertama yang beroperasi di Indonesia dan selama ini menggunakan prefiks nasional '0' sebagai kode akses SLJJ secara bertahap wajib membuka kode akses SLJJ '01X' di wilayah penomoran yang sudah memungkinkan, dan wajib selesai di seluruh wilayah penomoran selambat.lambatnya tanggal 27 September 201 1. Tahapan penerapan kode akses SLJJ '01X' adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggara jasa SLJJ pertama yang beroperasi di Indonesia wajib membuka kode akses SLJJ '0'l X' di wilayah penomoran Balikpapan, Kalimantan Timur, selambat-lambatnya tanggal 3 April 2008, baik untuk jasa SLJJ yang diselenggarakan melalui jaringan tetap lokal berbasis kabel maupun melalui jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas.

(4)

Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak dilakukannya evaluasi dan verifikasi jumlah pelanggan oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia

(BRTr):

1) Penyelenggara jasa SLJJ pertama yang. beroperasi di lndonesia dengan menggunakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas wajib membuka kode akses SLJJ '01X' di wilayah penomoran tertentu, yaitu di wilayah penomoran di mana penyelenggara jasa SLJJ kedua yang beroperasi di indonesia dengan menggunakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas telah memiliki jumlah pelanggan sekurang-kurang-nya 30% dari jumlah pelanggan penyelenggara jasa SLJJ pertama yang beroperasi di Indonesia dengan menggunaKan Jarlngan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas di wilayah Penomoran tersebut.

2) Penyelenggara ' jasa SLJJ pertama yang beroperasi di IndonesiJ dengan menggunakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas wajib membuka kode akses SLJJ '01X' di wilayah penomoran tertentu' yaitu di wilayah penomoran di mana penyelenggara jasa SLJJ keiiga atau yang berikutnya.yang beroperasi bi Indonesia dengan menggunakan jaringan tetap lokal

tanpa kabel dengan mobilitas terbatas telah memiliki jumlah pelanggan sekurang-kurang-nya 15% dari jumlah pelanggan penyelenggara jasa SLJJ pertama yang beroperasi di Indonesia dengan menggunaKan Jarlngan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas di wilayah Penomoran tersebut.

Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) iari kalender sejak dilakukannya evaluasi dan verifikasi jumlah p"i"ngg.n oleh Badan Regulasi Telekomunikasi. Indonesia ignfD, penyelenggara lasi St-.t.t pertama yang beroperasi ii tnOonesij, baik yang menggunakan jaringan tetap lokal berbasis kabel maupun menggunakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas waiib membuka kode akses SLJJ '01X' di wilayah penomoran tertentu' yaitu di wilayah penomoran di mana penyelenggara lasa SLJJ keclua atau yang berikutnya yang beroperasi di Indonesia dengan menggunakan jaringan tetap lokal tanpa funlf A"ng"ti mobilitas terbatas telah memiliki iumlah pelanggan yang menggunakan^ . terminal , letap, (fixed termiiiq seiurang-kurangnya 15o/o dari jumlah pelanggan p"ny"f"itgg"r" ja-sa SLJJ yang pertama beroperasi di indonesiJ- dengan menggunakan jaringan tetap lokal berbasis kabel maupun laiingan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas di wilayah penomoran tersebut'

(5)

d . Kode akses SLJJ '0' tetap dapat dipergunakan oleh pelanggan masing-masing penyelenggara jasa SLJJ apabila pelanggan tidak memilih kode akses '01X' yang telah ditetapkan.

Dalam hal diperlukan pemutakhiran sistem (sysfem upgrading) oleh penyelenggara jasa SLJJ pertama yang beroperasi di Indonesia, baik yang menggunakan jaringan tetap lokal berbasis kabel maupun menggunakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas, batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c dapat diperpanjang sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender berikutnya setelah dilakukannya evaluasi dan verifikasi jumlah pelanggan oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).

Pasal ll

(1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka:

a. Ketentuan Bab ll butir 5.2.4.1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical PIan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional.

b. Ketentuan Bab ll butir 5.2.4.1 Peraluran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 06/P/M.Kominfo/ 5/2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical PIan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional.

(6)

(2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal : 3 Desember 2007

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MOHAMMAD NUH SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Keuangan;

4. MenteriPerindustrian; 5. MenteriPerdagangan; 6. MenteriPerhubungan; 7. Menteri Luar Negeri; B. Menteri Dalam Negeri;

9. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; 10. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 11. Sekretaris Negara;

12. Jaksa Agung Republik Indonesia;

13. Para Gubernur Kepala Daerah Provinsi seluruh Indonesia;

14. Sekjen, lrjen, Para Dirjen dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Komunikasi dan Informatika;

15. Para Kepala Biro dan Para Kepala Pusat di lingkungan Setjen Deoartemen Komunikasi dan Informatika.

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan syukur tiada henti untuk Tuhan Yesus, Allah Bapa yang hidup yang terus memberiku semangat dan kekuatan untuk tetap bertahan di tengah kesulitan selama proses pengerjaan

Informasi berwawasan kedepan memiliki resiko dikenal dan tidak dikenal, ketidakpastian dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hasil aktual akan berbeda dari yang dinyatakan

Tujuan utama penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran berbasis industri (Living laboratory) pada beberapa mata kuliah yang objeknya adalah industri UMKM. Sumber data

Alhamdulillah, penulis syukuri atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul: “Upaya Meningkatkan Nilai Moral Siswa Kelas X

Konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi, semuanya bertujuan agar seluruh luasan

Manajemen peserta didik ialah suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai

Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini dapat disimpulkan kekuatan bentur pada setiap komposisi pengisi tetap melebihi kekuatan bentur matriks epoksi murni

Penyiapan alat pelindung bagi peserta pertandingan: Setiap peserta kejuaraan wajib membawa dan menggunakan alat pelindung (protector) untuk diri sendiri, berupa pelindung