J. Hort. 19(3):264-274, 2009
Pengelompokan dan Jarak Genetik Plasma Nutfah Nenas
Berdasarkan Karakter Morfologi
Hadiati, S., S. Yulianti, dan Sukartini
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8, Solok 27301 Naskah diterima tanggal 24 September 2008 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 23 Februari 2009
ABSTRAK. Tanaman nenas merupakan tanaman yang dapat diperbanyak secara vegetatif. Secara genetik tanaman
nenas mempunyai keragaman yang tinggi. Penelitian bertujuan untuk menentukan pengelompokan dan jarak genetik antar-aksesi nenas berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok mulai bulan Januari 2005 sampai Desember 2006. Karakterisasi dilakukan terhadap 5 tanaman contoh dari setiap aksesi nenas menggunakan pedoman karakterisasi descriptor list of pineapple (IBPGR 1991). Data hasil karakterisasi dianalisis dengan program biodiversity profesional version 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 aksesi dapat dikelompokkan menjadi 12 kelompok pada kemiripan genetik 75%. Untuk meningkatkan efisiensi dan mempermudah pemeliharaan koleksi plasma nutfah, maka aksesi-aksesi yang mempunyai kemiripan genetik 93,33% atau jarak genetik 0,07 dapat dipilih salah satu di antaranya untuk mewakili kelompoknya. Di samping itu, hasil penelitian juga bermanfaat untuk perakitan nenas tahan terhadap penyakit. Ananas bracteatus, A. bracteatus
variegata, dan A. lucidus dapat disilangkan dengan A. comosus.
Katakunci: Ananas spp.; Plasma nutfah nenas; Jarak genetik; Karakter morfologi.
ABSTRACT. Hadiati, S., S. Yulianti, and Sukartini. 2009. Clustering and Genetic Distance of Some Pineapples Germplasm Collection Based on Morphological Characters. Pineapple is vegetatively propagated crop. However,
the crop has high genetical variability. The objective of the study was clustering and determine the genetic distance of inter-accessions of pineapples based on morphological characters. The research was conducted at the Aripan Field Station of Indonesian Tropical Fruits Research Institute from January 2005 until December 2006. Five plants of each pineapple accession were selected as samples for characterization using descriptor list of pineapple characterization guidelines (IBPGR 1991). The data obtained from characterization were analyzed using profesional biodiversity program version 2.0. The results showed that from 83 accessions tested, 12 clusters were obtained at 75% of genetic similarity. For easy and efficient maintenance of germplasm collection, one of the accessions with genetic similarity of 93.33% or genetic distance of 0.07 can be choosen as a representative among the group. In addition, these results are useful also for pathogen resistance breeding, such as A. bracteatus, A. bracteatus variegata, and A. lucidus can be crossed with A. comosus.
Keywords: Ananas spp.; Pineapples germplasm; Genetic distance; Morphological character.
Di Indonesia terdapat banyak kultivar nenas
yang dikenal dengan nama daerah yang
berbeda-beda dengan klasifikasi botani yang belum jelas.
Menurut Smith (1979) dalam Py et al. (1987),
secara taksonomi nenas dibedakan menjadi 2
genus, yaitu Ananas dan Pseudonanas. Ananas
terdiri atas 8 spesies, meliputi (1) A. monstrosus,
(2) A. ananassoides, (3) A. nanus, (4) A.
parguazensis, (5) A. lucidus, (6) A. bracteatus, (7)
A. fritzmuelleri, dan (8) A. comosus, sedangkan
Pseudonanas hanya mempunyai 1 spesies, yaitu
Pseudonanas sagenarius.
Ananas comosus terdiri atas beberapa
kelompok. Menurut Hume dan Miller (1904,
dalam Aradhya et al. 1994), berdasarkan
kemiripan morfologi daun, ada/tidaknya duri
daun, warna bunga, bentuk dan ukuran buah, maka
A. comosus dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
Cayenne, Queen, dan Spanish. Pracaya (1982)
membagi Cayenne menjadi 2 subkelompok, yaitu
Hilo dan Hawaian Smooth Cayenne. Hilo tidak
mempunyai tunas tangkai buah, tetapi Hawaian
Smooth Cayenne mempunyai tunas tangkai buah,
sedangkan Py et al. (1987) mengelompokkan
nenas ke dalam 5 kelompok, yaitu Cayenne,
Queen, Spanish, Abacaxi/Pernambuco, dan
Perola.
Penanda genetik yang dapat digunakan sebagai
pembeda antaraksesi adalah penanda morfologi,
agronomi, dan molekuler (Mahapetra et al.
1995). Penanda
morfologi bersifat lebih mudah,
cepat, sederhana, dan relatif murah. Selain itu,
penanda morfologi juga dapat digunakan untuk
analisis kekerabatan dan mengetahui jarak
genetik antaraksesi. Teknik ini telah digunakan
pada tanaman Avena spp. (Cowen dan Frey
1987), gandum (Souza dan Sorrels 1991), dan
pisang (Sukartini 2007). Perbedaan karakter
dari suatu genotip mencerminkan perbedaan
genetik dari suatu genotip tersebut. Hubungan
kekerabatan dan jarak genetik antaraksesi dapat
diperoleh melalui analisis klaster. Analisis klaster
merupakan pengelompokan aksesi-aksesi yang
mempunyai karakteristik sama ke dalam kategori
yang homogen dari setiap strata (Crossa et al.
1995a, 1995b). Analisis kekerabatan berdasarkan
karakter morfologi akan semakin sempurna bila
menggunakan deskripsi karakter-karakter yang
mempunyai nilai heritabilitas tinggi dan stabil
(Beer et al. 1993, Lamadji 1998).
Untuk menentukan tetua persilangan, selain
diperlukan variabilitas fenotifik dan genetik luas
juga diperlukan informasi tentang deskripsi, jarak
genetik, dan hubungan kekerabatan antarcalon
tetua persilangan. Semakin jauh jarak genetik
antartetua yang digunakan, semakin berpeluang
untuk memperoleh hibrida dengan tingkat heterosis
yang tinggi pada karakter tertentu (Shamsuddin
1985 dan Tatineni et al. 1996). Meskipun
demikian, hibrida-hibrida yang dihasilkan
biasanya mempunyai tingkat kompatibilitas
dan fertilitas yang rendah. Persilangan antara
A. bracteatus dan A. anenasoides relatif kurang
kompatibel dibandingkan dengan persilangan
interspesifik pada Ananas lainnya. Hal ini
disebabkan oleh jarak genetik antara A. bracteatus
dan A. anenasoides lebih jauh dibandingkan
dengan Ananas lainnya (Aradhya et al. 1994).
Sebaliknya, persilangan antartetua yang berkerabat
dekat akan menghasilkan hibrida-hibrida yang
mempunyai keragaman genetik sempit dan derajat
fertilitas tinggi.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,
Solok, mempunyai koleksi 83 aksesi Ananas
spp. yang berasal dari beberapa daerah di Pulau
Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Dari hasil karakterisasi dan evaluasi terhadap
83 aksesi nenas tersebut, 24 aksesi diketahui
mempunyai penampilan fenotifik yang sangat
beragam, termasuk karakter buahnya dengan
heritabilitas yang tinggi (Hadiati et al. 2003a,
2003b). Walaupun demikian, jumlah aksesi
tersebut belum mencerminkan tingkat keragaman
genetik yang tinggi. Oleh karena itu identifikasi
tingkat keanekaragaman sifat genetik pada aksesi
yang ada sangat diperlukan. Untuk melengkapi
informasi tersebut telah dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui pengelompokan
dan jarak genetik antaraksesi nenas yang ada
berdasarkan pada karakter morfologi. Hasil
penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
pemilihan tetua yang sesuai untuk perakitan
varietas unggul baru dan menghindari duplikasi
aksesi koleksi, sehingga dapat mempermudah
pemeliharaan dan meningkatkan efisiensi
penggunaannya.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika, Solok, dengan ketinggian
tempat 413 m dpl., mulai bulan Januari 2005
sampai Desember 2006. Karakterisasi tanaman
dilakukan terhadap 83 aksesi nenas hasil
koleksi dari beberapa daerah di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi (Tabel 1). Tanaman
nenas ditanam di lapangan dengan jarak tanam
100x75 cm, setiap aksesi dikarakter sebanyak 5
tanaman yang dilakukan pada saat panen.
Karakter yang digunakan untuk menentukan
pengelompokan dan jarak genetik ialah karakter
morfologi, baik kualitatif maupun kuantitatif
sesuai dengan descriptor list of pineapple (IBPGR
1991) (Tabel 2). Karakter kualitatif yang diamati
meliputi daun (warna daun bagian tengah dan
bagian tepi, ada atau tidaknya duri, distribusi duri,
arah duri, dan warna duri), warna tangkai buah,
ada atau tidak tunas mahkota, buah (warna kulit
mentah, bentuk mata, dan bentuk buah), mahkota
(warna duri, helaian, keadaan, warna, dan bentuk),
sedangkan karakter kuantitatif yang diamati adalah
tinggi tanaman, daun (jumlah, panjang, dan lebar)
panjang duri, jumlah duri/5 cm
2, panjang tangkai,
diameter tangkai, jumlah tunas (mahkota, dasar
buah, tangkai, batang, dan anakan), buah (bobot,
panjang, diameter, tebal daging, diamater hati,
PTT, kadar air, kadar asam, dan vitamin C),
mahkota (kerapatan duri mahkota/3 cm
2, panjang
duri, panjang, lebar, dan bobot). Data hasil
karakterisasi di lapang maupun di laboratorium
kemudian dianalisis dengan program profesional
biodiversity version 2.0 dengan hasil akhir berupa
Tabel 1. Kode aksesi dan asal beberapa koleksi plasma nutfah nenas (Accessions code and
origin of some Ananas spp. germplasm collection)
Kode
(Code) (Origin)Asal (Clone)Klon (Code) Kode (Origin)Asal (Clone)Klon
N-01 Bangka Queen N-50 Pekanbaru - Riau Queen
N-02 Solok - Sumbar Hijau N-52 Subang - Jabar Cayenne
N-03 Payakumbuh - Sumbar Cayenne N-53 Subang - Jabar Queen
N-04 Bogor - Jabar Cayenne N-54 Kediri - Jatim Cayenne
N-05 Bangkinang - Pekanbaru - Riau Queen N-55 Kediri - Jatim Queen
N-07 Sekayu - Palembang Queen N-56 Kediri - Jatim Queen
N-09 Muara Enim - Sumsel Queen N-57 Bali Queen
N-10 Muara Enim - Sumsel Queen N-59 Palembang - Sumsel Queen
N-11 Terbanggi Besar - Lamteng Cayenne N-60 Manado - Sulut Queen
N-13 Fitotek - Lampung Queen N-61 Bogor - Jabar A. lucidus
N-14 Paninjauan - Solok - Sumbar Cayenne N-62 Bogor - Jabar A. bracteatus (variegata)
N-15 Payakumbuh - Sumbar Cayenne N-63 Kec. Koto Baru- 50 Kota- Sumbar Hijau
N-16 Kiliranjau - Sumbar Queen N-64 Kec.Guguk- Sijunjung-Sumbar Cayenne
N-17 Kiliranjau - Sumbar Hijau N-65 Muara Enim - Sumsel Queen
N-18 Panjaran - Sumbar Hijau N-66 Musi Rawas - Sumsel Putih
N-19 Paninjauan - Solok - Sumbar Merah N-67 Subang - Jabar Cayenne
N-21 Kec. Mendu Barat - Bangka Queen N-68 Subang - Jabar Cayenne Duri
N-22 Kec. Simpang Katis - Bangka Cayenne N-69 Subang - Jabar Cayenne
N-23 Kec. Simpang Katis - Bangka Queen N-70 Subang - Jabar Cayenne
N-24 Kec. Sungai Liat - Bangka Merah N-71 Subang - Jabar Cayenne
N-25 Kec. Sungai Liat, Bangka Perolera N-72 Subang - Jabar Cayenne
N-26 Kec. Tuboali - Bangka Queen N-73 Subang - Jabar Cayenne
N-27 Kec. Simpang Katis - Bangka Queen N-74 Subang - Jabar Cayenne
N-28 Kec. Simpang Katis - Bangka Queen N-75 Subang - Jabar Cayenne
N-29 Kec. Simpang Katis - Bangka Cayenne N-76 Subang - Jabar Cayenne
N-30 Kumpeh Ulu - Muaro Jambi - Jambi Putih N-77 Subang - Jabar Cayenne
N-31 Kumpeh Ulu - Muaro Jambi - Jambi Queen N-78 Subang - Jabar Cayenne
N-32 Kumpeh Ulu - Muaro Jambi - Jambi Merah N-79 Subang - Jabar Cayenne
N-33 Kumpeh Ulu - Muaro Jambi - Jambi Queen N-80 Subang - Jabar Cayenne
N-34 Kumpeh Ulu - Muaro Jambi - Jambi Queen N-81 Subang - Jabar Cayenne
N-35 Kec. Nglegok - Blitar – Jatim Queen N-82 Subang - Jabar Cayenne
N-36 Kec. Nglegok - Blitar - Jatim Queen N-83 Kec. Koto Baru- 50 Kota- Sumbar Cayenne
N-37 Kec. Srengat - Blitar - Jatim Queen N-84 Kec. Cimalaka-Sumedang-Jabar Queen
N-38 NTF, Lampung Tengah Cayenne N-85 Kec. Cimalaka-Sumedang-Jabar A. bracteatus
N-39 Subang-Jabar Queen N-86 Kec. Cimalaka-Sumedang-Jabar Merah
N-41 Blitar- Jatim Queen N-87 Kec. Cimalaka-Sumedang-Jabar Hijau
N-42 Bogor - Jabar Hijau N-88 Simalungun - Sumut Cayenne
N-43 Bogor - Jabar Queen N-90 Kayu Agung - Sumsel Queen
N-44 Bogor - Jabar Hijau N-91 Palangkit - Jambi Queen
N-45 Pontianak - Kalbar Queen N-94 Solok - Sumbar A. nanus
N-47 Payakumbuh - Sumbar Cayenne N-96 Solok - Sumbar A. bracteatus
N-48 Sulawesi Selatan Merah
Tabel 2. Karakter-karakter yang digunakan untuk identifikasi aksesi-aksesi nenas (Characters
used for identification of Ananas spp. accessions)
Karakter (Characters) Kategori (Category)
Tinggi tanaman (Plant height), cm 1. 62,00-77,50
2. 77,51-93,00 3. ≥ 93,01
Warna daun tengah (Color of middle leaf) 1. Hijau (Green)
2. Hijau keperakan (Silvery-green) 3. Merah tua (Dark red)
4. Merah tua keunguan (Puplery-dark red) 5. Lainnya (Others)
Warna daun bagian tepi (Color of side leaf) 1. Hijau (Green)
2. Hijau keperakan (Silvery-green) 3. Merah tua (Dark red)
4. Merah muda (Pink) 5. Putih (White) 6. Lainnya (Others)
Rerata jumlah daun (Average number of leaf) 1. 15,00-28,50
2. 28,51-42,00 3. ≥ 42,01 Rerata panjang daun (Average length of longest leaf),
cm 1. 45,00-63,002. 63,01-81,00
3. ≥ 81,01 Rerata lebar daun (Average width of widest part of the
longest leaf), cm 1. 3,50-4,502. 4,51-5,50 3. ≥ 5,51
Ada/tidaknya duri (Presence of spines) 1. Ada (Present)
2. Tidak ada (Absent)
Distribusi duri (Distribution of spines) 1. Terdapat di sepanjang tepi daun (Spines along all margins)
2. Lainnya (Others)
Panjang duri (Spine length), mm 1. 0,00-1,04
2. 1,05-2,08 3. 2,09-3,12 4. 3,13-4,16 5. ≥ 4,17 Rerata jumlah duri per 5 cm (Average number of
spines per 5 cm) 1. 0,00-3,002. 3,01-6,00 3. 6,01-9,00 4. 9,01-12,00 5. ≥ 12,01
Arah duri daun/tengah daun (Direction of spines) 1. Hanya condong ke atas (Only ascendant)
2. Lainnya (Others)
dilanjutkan ...
lanjutan ...
Warna duri (Color of leaf spines) 1. Kekuningan (Yellowish) 2. Kehijauan (Greenish) 3. Oranye (Orange) 4. Kemerahan (Reddish) 5. Coklat (Brown) 6. Putih (White) 7. Lainnya (Others)
Panjang tangkai buah (Peduncle length), cm 1. 8,00-18,50
2. 18,51-29,00 3. ≥ 29,01
Diameter tangkai buah (Peduncle diameter), cm 1. 1,00-2,00
2. ≥ 2,01
Warna tangkai buah (Peduncle color) 1. Hijau (Green)
2. Hijau keperakan (Silvery-green) 3. Merah (Red)
Ada/tidaknya tunas mahkota (Presence of aerial
suckers) 1. Ada (Present)2. Tidak ada (Absent) Rerata jumlah tunas mahkota (Average number of
aerial suckers) 1. 0,00-1,302. 1,31-2,60 3. 2,61-3,90 4. 3,91-5,20 5. ≥ 5,21 Rerata jumlah tunas dasar buah (Average number of
slip) 1. 0,00-1,302. 1,31-2,60
3. 2,61-3,90 4. 3,91-5,20 5. ≥ 5,21 Rerata jumlah tunas tangkai (Average number of
hapa) 1. 0,00-0,602. 0,61-1,20
3. 1,21-1,80 4. 1,81-2,40 5. ≥ 2,41 Rerata jumlah tunas batang (Average number of
suckers) 1. 0,00-0,562. 0,57-1,12
3. 1,13-1,68 4. 1,69-2,24 5. ≥ 2,25 Rerata jumlah anakan (Average number of ground
sucker) 1. 0,00-1,402. 1,41-2,80
3. 2,81-4,20 4. 4,21-5,60 5. ≥ 5,61 Warna buah sebelum masak fisiologis (Fruit color
when unripe) 1. Hijau keperakan (Silvery-green)2. Kehijauan/hijau (Greenish/green) 3. Hijau tua kehitaman (Blacky-dark green) 4. Merah/oranye/kecoklatan (Red/orange/brownies) 5. Merah (Red)
6. Merah muda (Pink) 7. Lainnya (Others)
Bentuk mata (Fruitlet shape) 1. Dangkal (Shallow)
2. Lebar (Broad) 3. Menonjol (Projected) Bentuk buah (Fruit shape)
4. Cylindrical - slight taper
1. Square-like 2. Oval 3. Conical
5. Cylindrical
- sharp taper 6. Long-pyramid
Bobot buah (Fruit weight), g 1. 45,00-430,00 2. 430,01-815,00 3. 815,01-1200,00 4. 1200,01-1585,00 5. ≥ 1585,01
Tinggi buah (Fruit height), cm 1. 6,70-10,00
2. 10,01-13,30 3. 13,31-16,60 4. 16,61-19.90 5. ≥ 19,91
Diameter buah (Fruit diameter), cm 1. 3,50-5,50
2. 5,51-7,50 3. 7,51-9,50 4. 9,51-11,50 5. ≥ 11,51
Tebal daging buah (Flesh thickness), cm 1. 1,40-2,10
2. 2,11-2,80 3. 2,81-3,50 4. 3,51-4,20 5. ≥ 4,21
Diameter hati buah (Fruit central cylinder), cm 1. 0,30-1,20
2. 1,21-2,10 3. ≥ 2,11
Kedalaman mata (Eye depth), cm 1. 0,50-0,90
2. 0,91-1,30 3. ≥ 1,31 Rerata jumlah duri mahkota per 3 cm (Average
num-ber of crown spines per 3 cm) 1. 0,00-3,302. 3,31-6,60 3. 6,61-9,90 4. 9,91-13,.20 5. ≥ 13,21
Panjang duri mahkota (Spines crown length), mm 1. 0,00-0,62
2. 0,63-1,24 3. 1,25-1,86 4. 1,87-2,48 5. ≥ 2,49
Warna duri mahkota (Color of spines crown) 1. Kekuningan/kehijauan (Yellowish/greenish)
2. Oranye (Orange)
3. Kemerahan/merah (Reddish/red) 4. Putih (White)
5. Lainnya (Others)
Helaian daun mahkota (Attitude of crown foliage) 1. Lurus (Straight)
2. Melengkung (Curved)
Warna mahkota (Color of crown) 1. Hijau keperakan (Silvery green)
2. Kehijauan/hijau (Greenish/green) 3. Hijau tua (Dark green)
4. Hijau dengan burik merah (Green with red mottling) 5. Merah keunguan (Purply red)
6. Merah kecoklatan (Browny red) 7. Lainnya (Others)
Bentuk mahkota (Crown shape)
1. Cone 2. Long-conical
3. Lengthened cylindrical
4. Lengthened cylindrical
with bunchy top
lanjutan ...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 83 aksesi nenas yang diamati terdapat
8 kelompok (cluster) berdasarkan pengamatan
karakter utama nenas (Tabel 3).
Pengelompokan berdasarkan persentase
kemiripan karakter kuantitatif dan kualitatif
dari 83 aksesi yang diamati menghasilkan
gambaran kedudukan masing-masing aksesi
dalam dendogram. Pada tingkat kemiripan genetik
75%, aksesi-aksesi nenas dapat dikelompokkan
menjadi 12 kelompok (Gambar 1).
Nilai koefisien kemiripan yang lebih besar
menunjukkan nilai jarak genetik yang lebih
kecil (dekat). Meskipun terdapat variasi,
klon-klon Queen yang berasal dari berbagai lokasi
mengumpul dalam kelompok I. Di dalam
kelompok I aksesi yang mempunyai kemiripan
genetik terbesar adalah aksesi N-53 dengan
N-56, yaitu sebesar 93,33% atau jarak genetik
sebesar 0,07, sedangkan aksesi yang mempunyai
kemiripan genetik terkecil adalah antara N-31 dan
N-57, yaitu sebesar 75,56% atau jarak genetik
sebesar 0,24. Perbedaan fenotip yang paling
mencolok antara 31 dengan 57 adalah
N-31 tidak mempunyai tunas tangkai dan anakan,
sedangkan N-57 mempunyai tunas tangkai
sebanyak 2 buah dan anakan sebanyak 3 buah.
Pada kelompok II hanya terdapat 1 aksesi
yaitu N-24. Aksesi tersebut mempunyai ciri-ciri
yang sangat spesifik, yaitu seperti klon Merah
tetapi daun dan mahkotanya tidak berduri, jumlah
tunas batang dan anakan lebih banyak, serta
ukuran mahkotanya lebih kecil.
Kelompok III terdiri atas aksesi-aksesi yang
berasal dari klon Cayenne. Di dalam kelompok ini
juga terlihat adanya variasi. Aksesi-aksesi yang
Karakter mahkota (Crown characters) 1. Normal (Normal)
2. Banyak (Multiple)
3. Satu dengan tunas mahkota (Single with crownlet/
crownslips)
Rerata jumlah mahkota (Average number of crown) 1. 1
2. 2 3. 3 4. 4 5. ≥ 5
Rerata panjang mahkota (Average crown length), cm 1. 5,00-11,60
2. 11,61-18,20 3. 18,21-24,00 4. 24,01-31,40 5. ≥ 31,41
Rerata lebar mahkota (Average crown width), cm 1. 4,00-10,00
2. 10,01-16,00 3. 16,01-22,00 4. 22,01-28,00 5. ≥ 28,01
Rerata bobot mahkota (Average crown weight), g 1. 35,00-128,00
2. 128,01-221,00 3. 221,01-314,00 4. 314,01-407,00 5. ≥ 407,01 Padatan terlarut total buah (Total soluble solid of fruit
flesh/TSS), °Brix 1. 7,50-11,50 2. 11,51-15,50 3. ≥ 15,51
Kadar air buah (Water content of fruit flesh), % 1. 80.00-84.00
2. 84.01-88.00 3. ≥ 88.01 Kadar total asam buah (Total acid content of fruit
flesh), % 1. 0.35-2.152. 2.16-3.95
3. ≥ 3.96 Kandungan vitamin C buah (Ascorbic acid/Vitamin C
content of fruit flesh), mg/100g 1. 20.00-42.002. 42.01-64.00 3. ≥ 64.01
Tabel 3. Pengelompokan 83 aksesi nenas berdasarkan karakter utamanya (Cluster of 83
pineapple based on main characters)
Kelompok
(Cluster) (Characters)Karakter (Accession sample)Contoh aksesi
I (Queen) - Daun sempit, pendek, berduri, warna duri kemerahan N-01, N-05, N-07
- Bentuk mata menonjol
- Warna kulit buah pada saat masak kuning terang
II - Daun lebar, panjang, warna daun bagian tengah hijau kecoklatan dan
bagian tepi merah kecoklatan, tidak berduri, warna kulit buah sebelum masak merah kecoklatan
N-24 - Jumlah tunas batang dan anakan lebih banyak dari klon Merah
- Ukuran mahkota lebih kecil
III (Cayenne) - Daun lebar, lebih panjang daripada Queen, tidak berduri N-11, N-52, N-69
- Bentuk mata lebar
- Warna kulit buah pada saat masak kuning-oranye
IV - Ciri-ciri karakternya seperti klon Cayenne, tetapi daunnya berduri. N-68
V (Hijau dan
Merah) - Daun lebar, panjang, berduri, bentuk mata lebar - Klon Hijau: daun berwarna hijau, warna duri kekuningan, warna kulit buah sebelum masak hijau)
- Klon Merah: daun bagian tengah berwarna hijau kecoklatan, bagian tepi berwarna merah kecoklatan, warna duri kemerahan, warna kulit buah sebelum masak merah kecoklatan)
N-02, N-17, N-18, N-63 N-19, N-48
VI - Ciri-ciri karakternya seperti klon Hijau, tetapi bentuk buah piramid,
dan bentuk mata menonjol. N-25
VII (Putih) - Ukuran daun sedang, berduri, warna duri putih, warna daun dan
buahnya hijau bergaris putih, serta mempunyai mahkota yang seba-gian besar multiple crown.
N-30, N-66
VIII - Ukuran daun sedang, tidak berduri, warna daun bagian tengah hijau
kemerahan dan bagian tepi merah muda, warna kulit buah sebelum masak merah cerah, serta bentuk mata lebar.
N-32
mempunyai kemiripan genetik terbesar adalah
aksesi N-79 dengan N-80, N-14 dengan N-88,
dan N-22 dengan N-69, yaitu sebesar 93,33%
atau jarak genetik sebesar 0,07. Sebaliknya
aksesi-aksesi yang mempunyai kemiripan genetik
terkecil adalah antara N-64 dengan N-82 sebesar
84,44% atau jarak genetik sebesar 0,16.
Seperti pada kelompok II, aksesi yang terdapat
pada kelompok IV hanya terdiri atas 1 aksesi yaitu
N-68. Aksesi ini mempunyai ciri-ciri seperti klon
Cayenne, tetapi daunnya berduri. Menurut Leal dan
Coppens (1996), keberadaan karakter berduri pada
klon Cayenne antara lain dapat disebabkan oleh
adanya cekaman lingkungan.
Kelompok V terdiri dari aksesi-aksesi yang
berasal dari klon Hijau dan Merah. Berdasarkan
ciri-ciri morfologi, kedua klon tersebut termasuk
dalam kelompok Spanish (Py et al. 1987). Menurut
asal-usulnya, klon Hijau diduga merupakan mutan
dari klon Merah. Hal ini diperkuat oleh Leal dan
Coppens (1996), yang menyatakan bahwa Green
Selangor dan Green Spanish merupakan mutan
yang berasal dari Red Spanish. Berdasarkan
analisis isozim menggunakan 5 enzim, yaitu PER,
PGM, ADH, MDH, dan SKDH, klon Merah dan
Hijau berada dalam 1 kelompok pada koefisien
kemiripan genetik 1.00 (Hadiati dan Sukmadjaja
2002, Hadiati 2003). Pada tanaman nenas, ada
dan tidaknya pigmen antosianin ditentukan oleh 2
alel A (dominan) dan a (resesif). Genotip AA dan
Aa mengandung pigmen antosianin, sedangkan
genotip aa tidak mengandung pigmen antosianin.
Mutasi dari genotip heterozigot (Aa) menjadi
homozigot resesif (aa) sering terjadi, sehingga
warna daun berubah menjadi hijau dan tidak
mengandung pigmen antosianin (Collins 1968).
Pada kelompok V tersebut, aksesi-aksesi yang
mempunyai kemiripan genetik terbesar adalah
antara aksesi N-42 dengan N-63 dan N-19 dengan
N-48, yaitu sebesar 84,44% atau jarak genetik
sebesar 0,16. Sebaliknya aksesi yang mempunyai
kemiripan genetik terkecil adalah N-19 dengan
N-63, yaitu sebesar 75,56% atau jarak genetik
sebesar 0,24.
Gambar 1. Dendogram 83 aksesi nenas (Dendogram of 83 pineapple accessions)
N-61 N-62 N-96 N-85 N-94 N-32 N-66 N-30 N-25 N-86 N-48 N-19 N-18 N-17 N-87 N-44 N-63 N-42 N-02 N-68 N-82 N-64 N-80 N-79 N-77 N-81 N-76 N-72 N-70 N-54 N-47 N-29 N-78 N-75 N-74 N-73 N-71 N-67 N-38 N-15 N-83 N-52 N-69 N-22 N-88 N-14 N-11 N-04 N-03 N-24 N-57 N-34 N-45 N-50 N-31 N-26 N-23 N-16 N-13 N-10 N-07 N-84 N-65 N-55 N-21 N-91 N-56 N-53 N-41 N-28 N-27 N-39 N-09 N-60 N-59 N-36 N-37 N-35 N-43 N-90 N-33 N-05 N-01Aksesi yang terdapat pada kelompok VI
adalah N-25. Pada dendogram terlihat bahwa
aksesi tersebut relatif masih berkerabat dekat
dengan klon Hijau dan Merah (kelompok V).
Aksesi N-25 mempunyai ciri-ciri morfologi
hampir sama dengan klon Hijau, tetapi buahnya
berbentuk piramid serta matanya menonjol.
Selanjutnya kelompok VII terdiri atas 2 aksesi,
yaitu N-66 dan N-30 yang berasal dari klon Putih.
Persentase kemiripan genetik dalam klon ini
sebesar 84,44% atau jarak genetik sebesar 0,16.
Klon tersebut belum diketahui apakah termasuk
dalam kelompok A. comosus atau kelompok
lainnya. Jika dilihat dari pengelompokannya
(Gambar 1), maka klon Putih relatif mempunyai
jarak genetik yang lebih dekat dengan A. comosus
dibandingkan dengan Ananas lainnya. Klon
Putih ini selain buahnya enak dimakan, juga
cukup indah sebagai tanaman hias karena warna
daun dan buahnya yang hijau bercampur putih
serta mempunyai mahkota yang sebagian besar
multiple crown.
Kelompok VIII hanya 1 aksesi, yaitu
N-32. Selain buahnya enak dimakan, aksesi ini
mempunyai ciri-ciri daun tidak berduri, dan
berwarna hijau bergaris kemerahan, warna buah
merah cerah, serta bentuk mata lebar. Selain
buahnya enak dimakan, warna daun serta warna
buahnya yang menarik menjadikan aksesi ini
sangat berpotensi untuk digunakan sebagai
tanaman hias. Persentase kemiripan genetik N-32
dengan kelompok VII sebesar 33,33% atau jarak
genetik sebesar 0,67.
Kelompok IX sampai XII berturut-turut
merupakan aksesi yang berasal dari A. nanus
(N-94), A. bracteatus (N-85 dan N-96) , A.
bracteatus variegata (N-62), dan A. lucidus
(N-61). Aksesi-aksesi tersebut bukan termasuk
dalam kelompok A. comosus dan buahnya kurang
enak dimakan. Tetapi aksesi-aksesi tersebut
mempunyai keunggulan lain, yaitu A. nanus
berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman hias,
A. bracteatus mempunyai karakter ketahanan
terhadap nematoda, penyakit busuk akar, dan
fusariosis serta A. lucidus mempunyai karakter
ketahanan terhadap penyakit busuk akar dan
mahkota (Py et al. 1987). Persentase kemiripan
genetik antara N-94 dengan kelompok VIII
(N-32) sebesar 26,67% atau jarak genetik sebesar
0,73, antara aksesi-aksesi N-85 dengan N-96
sebesar 93,33% atau jarak genetik sebesar 0,07,
antara kelompok X (N-85) dengan kelompok IX
(N-94) sebesar 31,11% atau jarak genetik sebesar
0,69, antara N-62 dengan kelompok X (N-96)
sebesar 66,67% atau jarak genetik sebesar 0,33,
serta antara N-61 dengan kelompok XI (N-62)
sebesar 31,11% atau jarak genetik sebesar 0,69.
Berdasarkan 6 sistem enzim (ADH, GPI, PGM,
SKDH, TPI, UGPP) A. comosus dan A. bracteatus
mempunyai kemiripan genetik sebesar 0,789%
(Aradhya et al. 1994).
Berdasarkan pengelompokan tersebut, terdapat
aksesi-aksesi yang mempunyai kemiripan genetik
atau kemiripan morfologi besar (93,33%), yaitu
antara N-53 dengan N-56, N-79 dengan N-80,
N-14 dengan N-88, N-22 dengan N-69, dan N-85
dengan N-96. Dalam pemanfaatannya disarankan
agar kemiripan genetik kecil atau aksesi-aksesi
yang berjarak genetik jauh, digunakan sebagai
tetua persilangan agar diperoleh efek heterosis
yang tinggi.
Untuk perakitan nenas yang tahan terhadap
penyakit (cekaman biotik) disarankan A.
bracteatus, A. bracteatus variegata, dan A.
lucidus disilangkan dengan A. comosus. Ananas
bracteatus mempunyai karakter ketahanan
terhadap nematoda, penyakit busuk akar, dan
fusariosis sedangkan A. lucidus mempunyai
karakter ketahanan terhadap penyakit busuk
akar dan mahkota (Py et al. 1987). Kelemahan
persilangan antara A. bracteatus dengan
A. comosus (klon Queen, Cayenne) adalah
munculnya karakter duri yang besar dan panjang
pada tanaman F
1seperti yang terdapat pada
tanaman tetua A. bracteatus (pengalaman
pribadi). Padahal karakter duri pada nenas
kurang disukai oleh petani maupun konsumen.
Oleh sebab itu setelah karakter ketahanannya
muncul pada genotip F
1-nya, masih diperlukan
kegiatan persilangan-persilangan yang lain
untuk memperoleh hibrida-hibrida baru yang
mempunyai karakter sesuai selera petani dan
atau konsumen.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakter morfologi kuantitatif
dan kualitatif, 83 aksesi yang diamati dapat
dikelompokkan menjadi 12 kelompok pada
tingkat kemiripan genetik sebesar 75%.
2. Untuk mempermudah pemeliharaan dan
efisiensi dalam koleksi plasma nutfah,
aksesi-aksesi yang mempunyai kemiripan genetik
93,33% atau jarak genetik sebesar 0,07 dapat
dipilih salah satu aksesi untuk mewakili
kelompoknya.
3. Untuk merakit nenas yang tahan terhadap
penyakit (cekaman biotik), aksesi A.
bracteatus, A. bracteatus variegata, dan
A. lucidus dapat disilangkan dengan A.
comosus.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
saudara Kartono, SP. dan Anang Wahjudi yang
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
ini.
PUSTAKA
1. Aradhya, K.M., F. Zee, and R.M. Manshardt. 1994. Isozyme Variation in Cultivated and Wild Pineapple.
Euphytica. 79:87-99.
2. Beer, S.C., J. Goffreda, T.D. Phillips, J.P. Murphy, and M.E. Sorrells. 1993. Assesment of Genetic Variation in
Avena sterilis using Morphological Traits, Isozymes, and
RFLPs. Crop Sci. 33:1386-1393.
3. Collins, J.L. 1968. The Pineapple, Botany, Cultivation
and Utilization. Leonard Hill, London. 293p.
4. Cowen, N.M. and K.J. Frey. 1987. Relationships Between Three-measures of Genetic Distance and Breeding Behavior in Oat (Avena sativa L.). Genome. 29:97- 106.
5. Crossa, J., S. Taba, S.A. Eberhart, P. Bretting, and R. Vencovshy. 1995a. Practical Considering for Maintaning Germplasm in Maize. Theor. Appl. Genet. 89:89-95.
6. ________, K. Basford, S. Taba, I. DeLacy, and E. Silva. 1995b. Three-mode Analyses of Maize using Morphological and Agronomic Attribute Measured in Multilocation Trials. Crop Sci. 35:1483-1491. 7. Hadiati, S., dan D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman Pola
Pita beberapa Aksesi Nenas Berdasarkan Analisis Isozim.
J. Bioteknol. Pert. 7(2):62-70.
8. ________. 2003. Pendugaan Jarak Genetik dan Hubungan Kekerabatan Nenas Berdasarkan Analisis Isozim . J. Hort. 13(2):87-94.
9. _______, S. Purnomo, Y. Meldia, I. Sukmayadi, dan Kartono. 2003a. Karakterisasi dan Evauasi Beberapa Aksesi Nenas. J. Hort. 13(3):157-168.
10. _______, Murdaningsih H.K., A. Baihaki, dan N. Rostini. 2003b. Parameter Genetik Karakter Komponen Buah pada Beberapa Aksesi Nenas. Zuriat. 14(2):53-58. 11. IBPGR. 1991. Descriptors for Pineapple. Rome-Italy.
41p.
12. Lamadji, S. 1998. Pemberdayaan Sifat Morfologi untuk Analisis Kekerabatan Plasma Nutfah Tebu. Bulletin P3GI. 148:17-31.
13. Leal, F. and G. Coppens. 1996. Pineapple. In J. Janick, and J.N. Moore (Eds.). Fruit Breeding Volume I. Tree
and Tropical Fruit. John Wiley, and Son Inc. New York,
p:515-557.
14. Mahapetra, K.C., C.H.P. Mishra, and B. Acharya. 1995. Clustering of Rice Mutans by Different Methods of Analysis. Indian J. Genet. 55(2):138-147.
15. Pracaya. 1982. Bertanam Nenas. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 94p.
16. Py, C., Lacoeuilhe, J.J., and C. Teisson. 1987. The
Pineapple, Cultvation, and Uses. Paris. 568p.
17. Shamsuddin, A.K.M. 1985. Genetic Diversity in Relation to Heterosis and Combining Ability in Spring Wheat.
Theor. Appl. Genet. 70:306-308.
18. Souza, E. and M.E. Sorrells, 1991. Relationships among 70 North American Oat Germplasms: I. Cluster Analysis using Quantitative Characters. Crop Sci. 31:599-605. 19. Sukartini. 2007. Pengelompokan Aksesi Pisang
Menggunakan Karakter Morfologi IPGRI. J. Hort. 17(1): 26-33.
20. Tatineni, V., G. Cantrell, and D.D. Davis. 1996. Genetic Diversity in Elite Cotton Germplasm Determined by Morphological Characteristics and RAPDs. Crop Sci. 36:186-192.
21. Virk, PS., H.J. Newbury, M.T. Jackson, and B.V. Ford. 1995. The Identification of Duplicate Accessions within a Rice Germplasm Collection using RAPD Analysis.