• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997

PEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB

SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA

USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR

M. AuYUSRAN, MARIYONOdanKOmARUDIN-MA'SUM

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Grati Pasuruan ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran pedet betina keturunan induk produksi tinggi hasil inseminasi dengan semen beku impor (elite straw) dan memperoleh saran alternatifcara-cara konservasi turunan/pedet dari induk produksi tinggi di Jawa Timur. Metodologi penelitian adalah survei di empat daerah sentra utama usahaternak sapi perah di Jawa Timur, dengan responden adalah peternak pemeliliara sapi perah induk produksi tinggi (induk elite) yang diinseminasi dengan menggunakan straw impor dan lokal. Pemilihan responden adalah secara acak. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jumlah pedet betina turunan induk elite dengan straw impor, dengan straw lokal dan secara keselurull<an yang tidak dipertahankan oleh peternaknya untuk dijadikan sapi dara pengganti (replacement heifers), secara berurutan, adalah 27%, 55%, dan 46%. Sebagian besar (85%) transaksi penjualan pedet tersebut terjadi di dalam wilayah kerja koperasi yang bersangkutan, dan 74% pembelinya adalah belantik yang tidak dapat ditelusuri arah keberadaan pedet berikutnya. Alternatif strategi konservasi turunan/ pedet betina dari induk-induk elite di Jawa Timur adalah pada prinsipnya memotongjalur penjualannya ke belantik.

Kata kunci : Sapi perah, semen beku impor, tunman, induk produksi tinggi, Jawa Timur PENDAHULUAN

Dalam usaha peternakan sapi perah, memperoleh seekor sapi perah berkemampuan produksi tinggi dan berkesinambungan keberadaannya merupakan suatu hal yang diharapkan. Guna mencapai harapan tersebut, perlu kiranya upaya menginseminasi sapi-sapi induk produksi tinggi dengan menggnakan semen beku dari pejantan-pejantan yang telah diketahui mempunyai lnlalitas tinggi, seperti halnya straw-straw impor; dan hasil ketunanannya dijadikan sebagai replacement heifers.

BOEDIMAN (1993) telah menginformasikan, bahwa dalam pelaksanaan program

peningkatan mutu bibit sapi perch oleh Pemerintah (c/q . Direktorat Jenderal Peternakan), antara lain dengan melakukan impor semen beku pejantan unggul (elite straw) untuk digunakan dalam program IB pada sapi-sapi induk produksi tinggi.

Di sisi lain terdapat kebiasaan peternak sapi perah yang dapat menghambat tercapainya maksud dan tujuan pengadaan impor semen beku pejantan unggul (elite straw) tersebut di atas, yaitu kecenderungan peternak menjual pedet sapi perch, baik betina maupun jantan, pada umur umur kurang dari 4-5 bulan tanpa memperhatikan ketersediaan replacement heifers yang berkualitas untuk usaha peternakamlya sendiri maupun lingkungannya. Hal tersebut didukung pula

(2)

SeminarNosional Peternakan dan Veteriner 1997

dengan kenyataan, bahwa lebih dari 70% sapi-sapi induk produksi tinggi yang dipelihara oleh para peternak di beberapa daerah sentra usaha peternakan sapi perah adalah berasal dari membeli atau bukan dari turunan induk yang dipeliharanya (YusRANet al., 1994).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran pedet betina turunan induk produksi tinggi (induk elite) hasil inseminasinya dengan semen beku/straw impor (elite straw)dan suatu saran yang berupa alternatif cars-cara konservasi turunan/pedet dari induk produksi tinggi di Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pokok dalam menentukan cara-cara konservasinya yang tepat untuk mendukung ketersediaan replacement heifersberkualitas tinggi secara terus menerus bagi usaha peternakan sapi perah rakyat.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah survei yang dilaksanakan di beberapa daerah sentra usaha peternakan sapi perah di Jawa Timur, yaitu di Keeamatan Tutur-Pasuruan, Pujon-Malang. Grati-Pasuruan dan Senduro-Lumajang.

Responden pada penelitian ini adalah peternak pemelihara sapi perah induk produksi tinggi (induk elite)yang diinseminasi dengan menggunakan straw impor. Pemilihan responden adalah secara acak.

Straw impor yang dimaksudkan adalah straw-straw yang mempunyainomor-batch seperti tertera di Lampiran 1, dan induk produksi tinggi (indukelite)yang dimaksudkan adalah sapi perah induk yang dapat mencapai produksi susu 20 liter per hari (di daerah dataran sedang-tinggi) atau 15 liter per hari (di daerah dataran rendah) pads saat puncak produksinya.

Pengambilan data menggunakan teknik wawancara berstruktur. Data yang dicatat adalah tentang keberadaan turunan induk produksi tinggi yang dipelihara beserta hasil turunannya serta keterangan lain tentang permasalalian yang terkait. Data juga diambil dari pedagang ternak/belantik tentang arah tujuan penjualan pedet. Terhadap pedet-pedet betina turunan induk elite dengan straw impor yang masili bertalian di peternak juga dilakukan pengamatan langsung tentang pertumbuhannya.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan survei pendataan peternak yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai responden di empat kecautatan lokasi dalam penelitian ini telah diperoleli sebanyak 65 peternak; dengan jumlah sapi perah indukelite sebanyak 82 ekor (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi responden di masing-masing kecamatan lokasi penelitian Kecainatan

-Tutur

hunlah responden (peternak) 22

Jumlah indukelite(ekor)

30

-Senduro 17 21

-Pujon 14 17

-Grati _ 12 14

(3)

Dari 82 ekor sapi induk elite tersebut telah dihasilkan 40 ekor pellet betina hasil IB dengan menggunakan straw impor, dan pernah melahirkan 78 ekor pedet betina hasil IB dengan menggunakan straw lokal.

Berdasarkan pengakuan peternak responden dan pengamatan langsung keberadaan sapi, maka dari 40 ekor pedet betina hasil straw impor akan dipertahankan sebagai replacement heifers (sapi pengganti) sebanyak 29 ekor atau 73%; sedang pedet betina hasil tunman straw lokal dari 78 ekor yang digunakan sebagai replacement heifers adalah 35 ekor atau 45%. Secara keseluruhan pedet betina turunan induk elite yang dimanfaatkan untuk replacement heifers adalah 64 ekor atau 54%.

Apabila dililiat secara satu per satu dari keempat lokasi penelitian, maka di wdayah kerja KUD Tani Makmur Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang paling tinggi persentase jumlah pedet betina hasil turunan induk elite yang dimanfaatkan sebagai replacement heifers oleh peternaknya, yaitu 90%, sedang di wilayah kerja KPLP SAE - Pujon, KUD Setia Kawan - Tutur dan KUTT Suka Makmur - Grati, secara berurutan, adalah 75%, 67% dan 60%.

Dengan demikian persentase jumlah pellet betina turunan induk elite dengan straw impor yang tidak dimanfaatkan sebagai replacement heifers oleh peternak responden adalah 27%, dan hasil dengan straw lokal adalah 55%; serta secara keseluruhan adalah 46%.

Tingkatan persentase jumlah pedet betina turunan induk elite, baik hasil IB dengan straw impor maupun lokal, yang tidak dimanfaatkan untuk replacement heifers dapat dikatakan masih pada tingkatan yang cukup tinggi dan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas genetik populasi sapi perah yang ada di Jawa Timur. Hal tersebut berdasarkan perhitungan estimasi sebagai berikut: Dari 100 ekor sapi perah induk

" Perkiraan persentase jumlah induk elite adalah 40% (perkiraan maksimal) = 40 ekor induk

" Apabila selundtnya di IB dengan straw impor, hasilnya 50% pedet betina = 20 ekor pedet

" Pedet betina yang dihasilkan tersebut, 73% digunakan sebagai replacement heifers = 14 ekor

pedet

SeminarNasional Peternakan don Yeteriner 1997

" Replacement heifers yang tersedia :(14 : 100) x 100% = 14

Dengan cara perhitungan yang lama, seandainya diperhitungkan secara keseluruhan (hasil IB dengan straw impor dan lokal) maka persentase pedet betina yang dihasilkan oleh induk elite untuk dimanfaatkan sebagai replacement heifers adalah hanya 9% dari populasi.

Berdasarkan beberapa rekomendasi disebutkan bahwa jumlah ternak pengganti (replacement heifer) dalam usahaternak sapi perch berkisar antara 20-30% dari jumlah sapi betina dewasa dalam satu tahun berjalan(ACKER, 1971 ;ANONIMOUS, 1993).

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah mempakan jawaban atas pertanyaan penyebab peternak sapi perah di Jawa Timur mengalami kesulitan memperoleh sapi perch dara sebagai replacement heifer yang berkualitas .

Hasil observasi lebili lanjut tentang jalur pemasaran pedet betina turunan induk elite yang dijual oleh peternak yang dapat dilacak dalam penelitian ini adalah seperti diuraikan di Tabel 2 dan 3.

(4)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997

Data di label 2 ditunjukkan, bahwa sebagian besar transaksi penjualan pedet betina turunan induk elite terjadi dalam wilayah keda koperasi dimana peternak sebagai anggotanya. Namun demikian arah mutasi pedet betina tersebut belum tentu masih tetap berada di dalam wilayah keda koperasi yang bersanglnltan, karena sebagian besar (74%) pembelinya adalah belantik (label 3). Sesudah ada di tanggn belantik dapat juga kemudian dibeli oleh peternak sesama anggota koperasi, atau dibeli oleh belantik lain dan kemodian dibawa keluar wilayah keda koperasi tersebut. Pedet tersebut kemungkinan besar akan selalu berpindah dari satu pasar hewan ke pasar hewan lainnya, sehingga dapat dikatakan masa periode pertumbuhannya berada dalam perjalanan. Hal ini tentunya akan berkibat pada saat dewasa pedet tersebut tidak dapat menampilkan kemampuan berproduksi susu sesuai kemampuan genetik yang sesungguhnya.

Tabel 2. Distribusi jumlah pedet betina turunan induk elite yang dijual oleh peternaknya berdasarkan lokasi penjualan

Total pedet Lokasi penjualan

yang dijual Dalam WKK 'Luar WKK

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%)

54 100 46 85 8 15

') Wilayah Kerja Koperasi

Informasi lain yang diperoleh, terutama di wilayah keda KUD Setia Kawan-Tutur, adalah bahwa ada beberapa belantik dari daerah lain (di luar Kecarnatan Tutur) yang beroperasi/ langsung berhubungan dengan para peternak anggota KUD Setia Kawan - Tutur.

Berdasarkan fenomena yang ada tersebut memberi indikasi, bahwa peternak lebih dekat atau lebih cepat berhubungan dengan belantik manakala peternak harus menjual pedetnya guna

memenuhi kebuthrhan biaya, baik untuk usaltiaternak sapi perahnya rnaupun kebutuhan nunah tangga. Pengamatan pertunrbulian pedet sapi perah betina hasil perkawinan induk elite dengan straw impor yang berhasil ditelusuri dalam penelitian ini adalah dari umur ernpat bulan sampai dengan 12 bulan dan penghitungannya secara kumulatif dari beberapa data berat badan pada beberapa umur yang ada. Penampilan dam pertwrbilian ini benrpe rata-rata pertambahan berat badan harian, seperf term di label 4.

label 3. Distribusi persentasejumlah

kriteria pembeli pedet betina turunan induk elite yang terjual berdasarkan

Lokasi Peinbeli

Penjualan Petemak Belantik

- Dalam WICK 26% 74%

(5)

-Seminar Nasional Peternalean don Veteriner 1997

Tabel 4. Rata-rata pertambahan berat badan harian pedet betina turunan induk elite dengan straw impor

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil-Basil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa

1. Pedet - pedet betina induk produksi tinggi (induk elite) yang di IB dengan straw impor (straw elite) sebagian besar, yakni mencapai 73°/o dari yang tercatat di empat daerah sentra utama usahaternak sapi perah di Jawa Timur, dipertahankan keberadaannya oleh peternak pemilik untuk dipakai sebagai sapi dara pengganti (replacement heifer); sedang pedet betina hasil turunan straw lokal hanya 45%;

2. Secara keseluruhan pedet betina turunan induk elite yang dimanfaatkan untuk replacement heifers adalah 54%,

3. Tingkatan persentase jumlah pedet betina turunan induk elite, baik hasil IB dengan straw impor maupun lokal, yang tidak dimanfaatkan untuk replacement heifers dapat dikatakan masih pada tingkatan yang cukup tinggi dan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas genetik populasi sapi perah yang ada di Jawa Timur.

4. Penjualan pedet-pedet betina keturunan induk elite sebagian besar (74%) ke belantik, sehingga tidak dapat ditelusuri keberadaan berikutnya untuk keperluan konservasi turunan/ pedet dari induk-induk elite di Jawa Timur.

Dengan demikian alternatif strategi konservasi turtman/pedet betina dari induk-induk elite di Jawa Timur adalah pada prinsipnya memotong jalur penjualannya ke belantik, yaitu antara lain adanya program rearing yang dikelola oleh koperasi persusuan setempat yang mengutamakan menampung pedet-pedet betina turunan induk elite; atau program perkreditan yang dikhususkan bagi peternak pemilik dan atau pemeliharaan pedet-pedet betina turunan induk elite dengan tujuan agar pedet-pedet tersebut bertahan di peternak yang bersangkutan untuk dijadikan talon bibit.

DAFTAR PUSTAKA

AcyER,D. 1971 . Animal Science and Industry. 2nd ed. Prinenlice-Hall, Inc. New York.

ANOATIMous . 1993 . Pokok-pokok pemikiran penanganan masalah pembibitan ternak nasional PJP L' (Pelita

VI). Ditjennak. Jakarta. K e c a m a t a n 1 . Senduro n (ekor) 9 Rata-rata PBBH (kglhari/ekor) 0,39±0,12 2 . Gratl 10 0,45±0,18 3. Pujon 4 0,43±0,15 4. Tutur 4 0,41±0;1.1 KeseIuruhan 27 0,42±0,15

(6)

BOEDIMAN,S. 1993. Pemikiran tentang uji zuriat pada sapi perah pada Pelita VI. Makalah pada Pertemuan

Teknis Evaluasi Standar Performan Sapi Perah di Indonesia, 9-11 Nopember 1993 di Malang.

YusRAN, M. A., UUM UMIYASIH, MARIYONO dan L . AFFANDHY . 1994. Upaya pemanfaatan induk produksi

tinggi dalarn kondisi agroekosistem lahan kering. Laporan Teknis Proyek Penelitian dan Pengkajian TeknologiPeternakan Grati T.A .1994/1995 .

Lampiran l . Nomer-nomer batch straw impor vang tercatat dalarn penelitian ini

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997

No. Straw Asal Pengguna

P 292 47903 Jepang

-58-18-N 47687

-J-64 45859 Jepang KUD Jombang

P-114 46200 Jepang

-P-131 46302 Jepang

-P-142 46548 Jepang

-P-145 46980 Jepang

P-168 46878 Jepang KUD Senduro

P-183 47307 Jepang KDU Senduro

P-213 47504 Jepang

-P-222 47383 Jepang

-P-239 47477 Jepang

-P-248 47498 Jepang KUD Senduro

P-292 47903 Jepang

-P-520 - Jepang KUD Jombang

P-521 48124 Jepang

-P-542 - Jepang KUD Jombang

P-543 48438 Jepang KUD Jombang

9 H 635 USA KUD Senduro

9 H 971 USA KUTT Grati, KUD Pujon

9 H 1215 USA

9 H 1246 USA KUD Pujon, KUD Senduro

H 1441 USA

H 1608 USA

11 H 2272 USA KUTT S. Makmur-Grati

II H 2703 USA KUTT S. Makmur-Grati

II H 2842 USA KUTT S. Makmur-Grati

14 H 1033 USA

15 H 387 USA KUD Senduro

21 H 436 USA KUD Senduro

21 H 530 USA KUD Senduro

21 H 1187 USA

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden di masing-masing kecamatan lokasi penelitian Kecainatan
Tabel 2. Distribusi jumlah pedet betina turunan induk elite yang dijual oleh peternaknya berdasarkan lokasi penjualan
Tabel 4. Rata-rata pertambahan berat badan harian pedet betina turunan induk elite dengan straw impor

Referensi

Dokumen terkait