• Tidak ada hasil yang ditemukan

Murtadin,Halalkah Darahnya?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Murtadin,Halalkah Darahnya?"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Murtadin,Halalkah Darahnya?

Tuesday, April 05, 2016

https://www.itsme.id/murtadinhalalkah-darahnya/

iT's me - Murtad di Islam sering didefinisikan sebagai penolakan terhadap sebagian atau seluruh atribut

agama (baik terhadap firman-firman, iman, maupun amalan-amalan) Islam oleh mantan penganutnya. Dalam banyak (kalau bukan semua) mazhab Islam, penolakan ini bisa dihukum mati.

Kenyataannya tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang mendukung hukuman mati sebagai ganjaran terhadap kemurtadan. Dukungan-dukungan terhadap hukuman demikian biasanya diperoleh dari sumber-sumber di luar Al-Qur’an.

Pertama-tama dan yang paling penting adalah sepenuhnya tidak ada paksaan dalam agama dan kebebasan berkeyakinan diusung Al-Qur’an sebagai hak asasi manusia yang dijamin oleh Allah.

ٍﺀﺂَﻤِﺑ ْﺍﻮُﺛﺎَﻐُﻳ ْﺍﻮُﺜﻴِﻐَﺘْﺴَﻳ ﻥِﺇَﻭ ﺎَﻬُﻗِﺩﺍَﺮُﺳ ْﻢِﻬِﺑ َﻁﺎَﺣَﺃ ًﺍﺭﺎَﻧ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻠِﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘْﻋَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ْﺮُﻔْﻜَﻴْﻠَﻓ َﺀﺂَﺷ ﻦَﻣَﻭ ﻦِﻣْؤُﻴْﻠَﻓ َﺀﺂَﺷ ﻦَﻤَﻓ ْﻢُﻜِّﺑَّﺭ ﻦِﻣ ُّﻖَﺤْﻠٱ ِﻞُﻗَﻭ ًﺎﻘَﻔَﺗْﺮُﻣ ْﺕَءﺂَﺳَﻭ ُﺏﺍَﺮَّﺸﻠٱ َﺲْﺌِﺑ َﻩﻮُﺟﻮْﻠٱ ﻯِﻮْﺸَﻳ ِﻞْﻬُﻤْﻠٱَﻛ “Dan katakanlah (Muhammad), ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa menghendaki (beriman) dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.’...” Q.S. Al-Kahfi [18]:29. (Sebagian) Maka memang akan terus ada orang yang beriman dan kemudian tidak beriman.

ًﻼﻴِﺒَﺳ ْﻢُﻬَﻳِﺪْﻬَﻴِﻟ َﻻَﻭ ْﻢُﻬَﻟ َﺮِﻔْﻐَﻴِﻟ ُﻪَّﻠﻠٱ ِﻦُﻜَﻳ ْﻢَّﻟ ًﺍﺮْﻔُﻛ ْﺍﻭُﺩﺍَﺩْﺰٱ َّﻢُﺛ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َّﻢُﺛ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َّﻢُﺛ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َّﻢُﺛ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻠٱ َّﻥِﺇ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus).” Q.S. An-Nisaa’ [4]:137

Jadi persoalan kekafiran akan diurus pada Hari Kiamat dan hanya Allah yang punya wewenang untuk mengadili atau menghukum orang-orang murtad.

PERSOALAN KEKAFIRAN AKAN DISELESAIKAN PADA HARI KIAMAT OLEH ALLAH

ٍﺀﺂَﻤِﺑ ْﺍﻮُﺛﺎَﻐُﻳ ْﺍﻮُﺜﻴِﻐَﺘْﺴَﻳ ﻥِﺇَﻭ ﺎَﻬُﻗِﺩﺍَﺮُﺳ ْﻢِﻬِﺑ َﻁﺎَﺣَﺃ ًﺍﺭﺎَﻧ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻠِﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘْﻋَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ْﺮُﻔْﻜَﻴْﻠَﻓ َﺀﺂَﺷ ﻦَﻣَﻭ ﻦِﻣْؤُﻴْﻠَﻓ َﺀﺂَﺷ ﻦَﻤَﻓ ْﻢُﻜِّﺑَّﺭ ﻦِﻣ ُّﻖَﺤْﻠٱ ِﻞُﻗَﻭ ًﺎﻘَﻔَﺗْﺮُﻣ ْﺕَءﺂَﺳَﻭ ُﺏﺍَﺮَّﺸﻠٱ َﺲْﺌِﺑ َﻩﻮُﺟﻮْﻠٱ ﻯِﻮْﺸَﻳ ِﻞْﻬُﻤْﻠٱَﻛ “Dan katakanlah (Muhammad), ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu: maka barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), niscaya mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang

(2)

menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” Q.S. Al-Kahfi [18]:29.

َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻠٱ َﻡْﻮَﻘْﻠٱ ﻯِﺪْﻬَﻳ َﻻ ُﻪَّﻠﻠٱَﻭ ُﺕﺎَﻨِّﻴَﺒْﻠٱ ُﻢُﻫَءﺂَﺟَﻭ ٌّﻖَﺣ َﻝﻮُﺳَّﺮﻠٱ َّﻥَﺃ ْﺍۤﻭُﺪِﻬَﺷَﻭ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤﻳِﺇ َﺪْﻌَﺑ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ ًﺎﻣْﻮَﻗ ُﻪَّﻠﻠٱ ﻯِﺪْﻬَﻳ َﻒْﻴَﻛ َﻦﻴِﻌَﻤْﺟَﺃ ِﺱﺎَّﻨﻠٱَﻭ ِﺔَﻜِﺋۤﻼَﻤْﻠٱَﻭ ِﻪَّﻠﻠٱ َﺔَﻨْﻌَﻟ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ َّﻥَﺃ ْﻢُﻫُؤﺁَﺰَﺟ َﻚِﺌٰـَﻟْﻭُﺃ “Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir setelah mereka berima, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang zalim. Mereka itu, balasannya ialah, bahwa laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seutuhnya.” Q.S. Ali-Imraan [3]:86-87.

َﻥﻮُّﻟﺂَّﻀﻠٱ ُﻢُﻫ َﻚِﺌٰـَﻟْﻭُﺃَﻭ ْﻢُﻬُﺘَﺑْﻮَﺗ َﻞَﺒْﻘُﺗ ْﻦَّﻟ ًﺍﺮْﻔُﻛ ْﺍﻭُﺩﺍَﺩْﺰٱ َّﻢُﺛ ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤﻳِﺇ َﺪْﻌَﺑ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َﻦﻳِﺬَّﻠٱ َّﻥِﺇ “Sungguh orang-orang kafir setelah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.” Q.S. Ali-Imraan [3]:90.

Lihat pula ayat-ayat Q.S. Al-Baqarah ayat 217, ayat 8 sampai 10, Q.S. Al-Maa’idah ayat 54, dan Q.S. An-Nahl ayat 106 yang menggaungkan sentimen-sentimen serupa.

KEMATIAN DITENTUKAN AL-QUR’AN HANYA DALAM DUA KONDISI, DAN KEDUANYA TIDAK BERKAITAN DENGAN KEMURTADAN

Kedua hukuman mati dijalankan oleh negara dan bukan tokoh-tokoh individu atau perorangan yang dianggap berwewenang.

Hanya untuk pembalasan terhadap kasus pembunuhan (untuk pembunuhan tidak sengaja, lihat Q.S An-Nisaa’ [92])

Untuk yang membuat kerusakan di bumi (Q.S. Al-Maa’idah [5]:33)

Jika membaca Q.S. Al-Maa’idah ayat 12, ada suatu wacana yang disampaikan pada Bani Isra’il yang diteruskan sampai suatu titik dimana dikisahkan mengenai dua putra Adam A.S. dibacakan pada mereka (Q.S. Al-Maa’idah [5]:27). Sebagian besar orag familier dengan kisah dimana salah satu putera Adam A.S. yaitu Qabil membunuh Habil hanya karena amalannya tidak diterima.

ﺎَﻫﺎَﻴْﺣَﺃ ْﻦَﻣَﻭ ًﺎﻌﻴِﻤَﺟ َﺱﺎَّﻨﻠٱ َﻞَﺘَﻗ ﺎَﻤَّﻧَﺄَﻜَﻓ ِﺽْﺭَﻸٱ ﻰِﻓ ٍﺩﺎَﺴَﻓ ْﻭَﺃ ٍﺲْﻔَﻧ ِﺮْﻴَﻐِﺑ ًﺎﺴْﻔَﻧ َﻞَﺘَﻗ ﻦَﻣ ُﻪَّﻧَﺃ َﻞﻴِﺋﺍَﺮْﺳِﺇ ۤﻲِﻨَﺑ ٰﻰَﻠَﻋ ﺎَﻨْﺒَﺘَﻛ َﻚِﻟٰﺫ ِﻞْﺟَﺃ ْﻦِﻣ َﻥﻮُﻓِﺮْﺴُﻤَﻟ ِﺽْﺭَﻸٱ ﻰِﻓ َﻚِﻟٰﺫ َﺪْﻌَﺑ ْﻢُﻬْﻨِّﻣ ًﺍﺮﻴِﺜَﻛ َّﻥِﺇ َّﻢُﺛ ِﺕﺎَﻨِّﻴَﺒّﻠٱِﺑ ﺎَﻨُﻠُﺳُﺭ ْﻢُﻬْﺗَءﺂَﺟ ْﺪَﻘَﻟَﻭ ًﺎﻌﻴِﻤَﺟ َﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻴْﺣَﺃ ﺎَﻤَّﻧَﺄَﻜَﻓ “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isra’il bahwa barangsiapa membunuh seorang, kecuali karena orang itu membunuh orang lain, atau kecuali karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” Q.S. Al-Maa’idah [5]:32

Tidak ada sama sekali pencantuman atau kapasitas dari perspektif Al-Qur’an untuk mengesahkan

(3)

hukuman mati terhadap hal lainnya, khususnya terhadap kemurtadan.

Jadi jelas tidak dapat dibayangkan bagi orang yang beriman bahwasanya Rasulullah Muhammad yang membawa perintah-perintah Allah dalam Al-Qur’an, kemudian memberikan perintah-perintah yang berbeda.

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak ada seorang pun dari Kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya).” Q.S. Al-Haaqqah [69]: 44 – 47. “Dan sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir condong sedikit kepada mereka, jika demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) belipat ganda di dunia ini dan berlipat ganda setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” Q.S. Al-Israa’ [17]:74-75.

PENYALAHGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN

Ayat-ayat yang diambil terlepas dari konteksnya seringkali dimanfaatkan untuk mendukung hukuman mati bagi orang yang murtad. Misalnya dua ayat berikut ini:

ْﻢُﻫﻮُﻠُﺘْﻘٱَﻭ ْﻢُﻫﻭُﺬُﺨَﻓ ْﺍْﻮَّﻟَﻮَﺗ ْﻥِﺈَﻓ ِﻪَّﻠﻠٱ ِﻞﻴِﺒَﺳ ﻰِﻓ ْﺍﻭُﺮِﺟﺎَﻬُﻳ ٰﻰَّﺘَﺣ َﺀﺂَﻴِﻟْﻭَﺃ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ْﺍﻭُﺬِﺨَّﺘَﺗ َﻼَﻓ ًﺀﺁَﻮَﺳ َﻥﻮُﻧﻮُﻜَﺘَﻓ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ ﺎَﻤَﻛ َﻥﻭُﺮُﻔْﻜَﺗ ْﻮَﻟ ْﺍﻭُّﺩَﻭ ًﺍﺮﻴِﺼَﻧ َﻻَﻭ ًﺎّﻴِﻟَﻭ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ْﺍﻭُﺬِﺨَّﺘَﺗ َﻻَﻭ ْﻢُﻫﻮُﻤُّﺗﺪَﺟَﻭ ُﺚْﻴَﺣ “Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling (bahasa Arab: Tawallaw), tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dimana pun kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong.” Q.S. An-Nisaa [4]:89

Jika dilakukan pembacaan utuh terhadap konteks-konteks ayat-ayat tersebut, implikasinya akan jelas. ‘Berpaling’ (Tawallaw) adalah jelas-jelas acuan terhadap kebencian yang ditunjukkan oleh orang-orang kafir yang memusuhi orang-orang beriman dan tidak ada hubungannya dengan pandangan dunia tertentu atau keyakinan mereka.

Tidak ada pencantuman di ayat-ayat di atas mengenai ‘orang-orang kafir’ berpaling dalam hal

‘keimanan’ baik dalam bahasa Arab maupun dari penafsiran yang diberikan terkait konteks ayat-ayat terkait. Ayat berikutnya, memperkuat konteks sebagai acuan terhadap mereka yang memerangi kaum mukmin kapanpun mereka mendapatkan kesempatan.

ُﻪَّﻠﻠٱ َﺀﺂَﺷ ْﻮَﻟَﻭ ْﻢُﻬَﻣْﻮَﻗ ْﺍﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ْﻭَﺃ ْﻢُﻛﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ﻥَﺃ ْﻢُﻫُﺭﻭُﺪُﺻ ْﺕَﺮِﺼَﺣ ْﻢُﻛﻭُءﺂَﺟ ْﻭَﺃ ٌﻕﺎَﺜﻴِّﻣ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑَﻭ ْﻢُﻜَﻨْﻴَﺑ ٍﻡْﻮَﻗ ٰﻰَﻟِﺇ َﻥﻮُﻠِﺼَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻠٱ َّﻻِﺇ ًﻼﻴِﺒَﺳ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﻢُﻜَﻟ ُﻪَّﻠﻠٱ َﻞَﻌَﺟ ﺎَﻤَﻓ َﻢَﻠَّﺴﻠٱ ُﻢُﻜْﻴَﻟِﺇ ْﺍْﻮَﻘْﻟَﺃَﻭ ْﻢُﻛﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ْﻢَﻠَﻓ ْﻢُﻛﻮُﻟَﺰَﺘْﻌٱ ِﻥِﺈَﻓ ْﻢُﻛﻮُﻠَﺗﺎَﻘَﻠَﻓ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ْﻢُﻬَﻄَّﻠَﺴَﻟ “Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan kepada mereka (dalam) menghadapi kamu, maka pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika

(4)

mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian kepadamu

(menyerah), maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan atau membunuh) mereka.” Q.S. An-Nisaa [4]:90.

Ini jelas-jelas bukan acuan terhadap kemurtadan.

ٍﻑﻼِﺧ ْﻦِّﻣ ﻢُﻬُﻠُﺟْﺭَﺃَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ َﻊَّﻄَﻘُﺗ ْﻭَﺃ ْﺍۤﻮُﺒَّﻠَﺼُﻳ ْﻭَﺃ ْﺍۤﻮُﻠَّﺘَﻘُﻳ ﻥَﺃ ًﺍﺩﺎَﺴَﻓ ِﺽْﺭَﻸٱ ﻰِﻓ َﻥْﻮَﻌْﺴَﻳَﻭ ُﻪَﻟﻮُﺳَﺭَﻭ َﻪَّﻠﻠٱ َﻥﻮُﺑِﺭﺎَﺤُﻳ َﻦﻳِﺬَّﻠٱ ُﺀﺁَﺰَﺟ ﺎَﻤَّﻧِﺇ ٌﻢﻴِﻈَﻋ ٌﺏﺍَﺬَﻋ ِﺓَﺮِﺧﻶٱ ﻰِﻓ ْﻢُﻬَﻟَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻠٱ ﻰِﻓ ٌﻱْﺰِﺧ ْﻢُﻬَﻟ َﻚِﻟٰﺫ ِﺽْﺭَﻸٱ َﻦِﻣ ْﺍْﻮَﻔﻨُﻳ ْﻭَﺃ ٌﻢﻴِﺣَّﺭ ٌﺭﻮُﻔَﻏ َﻪَّﻠﻠٱ َّﻥَﺃ ْﺍﻮُﻤَﻠْﻌٱَﻓ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﺍﻭُﺭِﺪْﻘَﺗ ﻥَﺃ ِﻞْﺒَﻗ ﻦِﻣ ْﺍﻮُﺑﺎَﺗ َﻦﻳِﺬَّﻠٱ َّﻻِﺇ “Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, atau diasingkan dari tempat kediamannya (bahasa ArabL adi-fasaadan). Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar, kecuali orang-orang yang bertaubat. Sebelum kamu dapat menguasai mereka; maka ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Q.S.Al-Maa’idah [5]:33-34.

Dalam contoh kedua di atas, kita menemukan bahwa pengasingan adalah hukuman alternatif bagi mereka yang mengobarkan perang melawan Nabi sebagai alternatif terhadap eksekusi mati. Harus dicatat bahwa dalam kasus serius berupa membuat kerusakan di bumi, pengasingan masih dianggap sebagai suatu pilihan. Karenanya tidak ada dasanya bahwa dalam hal kemurtadan, eksekusi mati menjadi hukuman ganjaran terhadap keimanan seseorang.

Kedua contoh yang dikutip di atas, yang memuat hukuman mati, tidak ada hubungannya dengan kemurtadan. Sebaliknya, keduanya berurusan dengan hukuman Al-Qur’an terhadap mereka yang membuat kerusakan di bumi.

KESIMPULAN

Pembunuhan terhadap orang-orang murtad sebagai hukuman atas pilihan keimanan mereka bukanlah hukuman yang ada landasannya dalam Al-Qur’an.

** Artikel ini dimaksudkan hanya sebagai kajian dalam konteks menyoroti pandangan umum hukuman atas seorang murtadin bukan dalam konteks menyetujui atau mendukung perbuatan murtad !!

Baca Juga :

Hukum Membunuh Dalam Islam Sebelum Menuduh kafir

Silahkan Putuskan, Bergman Atau Tidak

(5)

REFERENSI-REFERENSI

Quransmessage - Joseph Islam quran.com

_______________________________________________

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Ditemukan 20 jenis tumbuhan obat yang terdiri dari 19 genus, 18 familia untuk penyembuhan penyakit hipertensi dan 28 jenis tumbuhan obat yang

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Pengaruh Pendekatan Belajar Pukulan Menggunakan Umpan dan Alat Bantu Bola Gantung Terhadap Hasil Belajar Pukulan Lob Forehand Bulutangkis Ditinjau dari Kecepatan Reaksi (Studi

Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat pesat, sehingga lahir beberapa ilmu dalam agama Islam, antara lain sebagai berikutc.

File digital artwork yang diberikan oleh pihak customer tersebut, kemudian akan diproses atau diolah oleh bagian Marketing Design agar siap untuk proses cetak (proses persiapan

Analisa data dalam penelitian ini yaitu menganalisis data hasil angket penelitian yang berkaitan dengan perkembangan sosial peserta didik Kelas X di SMK Negeri 1

Setelah melihat beberapa definisi partisipasi politik tersebut maka dapat dikatakan bahwa anggota masyarakat yang partisipasi dalam proses politik , misalnya

yaitu kontrol negatif.Perlakuan kontrol negatif (aquades) dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efek ekstrak daun kemangi.Kelompok uji yang kedua terdiri dari