• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI ALELOPATI EKSTRAK DAUN Pueraria javanica TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN GULMA Borreria alata (Aublet) DC.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI ALELOPATI EKSTRAK DAUN Pueraria javanica TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN GULMA Borreria alata (Aublet) DC."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

POTENSI ALELOPATI EKSTRAK DAUN Pueraria javanica TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN

ANAKAN GULMA Borreria alata (Aublet) DC.

Ika Murtini1, Siti Fatonah2, Mayta Novaliza Isda2 E-mail : ika.mrtn235@yahoo.com

1

Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA-UR

2

Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

ABSTRACT

The allelopathic substances are organic agents which are produced and released by a plant that cause alteration on the neighboring plants. The characteristics of allelopathic substances usually inhibit germination of other species and sometimes will reduce the plant growth. This research was aimed to determine the effect of Puararia javanica leaf extract and also to determine optimum concentration on seed germination and growth of weeds Borreria alata in field condition. This experiment used to extract concentration 0, 2, 6, 18 and 54%. The experiment showed that germination and growth of Borreria alata were reduced by leaf extract of Puararia javanica. The highest germination and growth inhibition at concentrations of the leaf extract 54% respectively are 50% and 60.27%.

Keywords : allelopathy, Pueraria javanica, Borreria alata.

PENDAHULUAN

Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan budidaya, atau tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan kehadirannya. Gulma dapat merugikan tanaman lain yang ada di sekitarnya (Sindel dan Coleman, 2010). Gulma memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu menurunkan hasil produktifitas tanaman budidaya dan pendapatan petani (Pranasari, 2012). Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kehadiran gulma. Pengendalian gulma yang umum dilakukan yaitu pengendalian secara kimiawi dengan memanfaatkan herbisida sebagai pembasmi. Namun cara ini jika dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan resistensi gulma, bahkan mengganggu kesehatan manusia. Apalagi para petani banyak yang menggunakan dosis herbisida melebihi kebutuhan (Sukman dan Yakup, 2002).

Fenomena tersebut menjadi pemicu banyaknya penelitian yang berusaha mencari alternatif tertentu, salah satunya dengan menggunakan bahan alami sebagai herbisida yang bersifat lebih aman, karena mudah terdegradasi dalam tanah sehingga tidak

(2)

2

meninggalkan residu. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa alelopati ekstrak dari berbagai legum mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan gulma, baik perkecambahan yang dilakukan dalam petri dish maupun dalam polibag. Diantara Leguminoceae yang telah diuji potensi alelopatinya yaitu Pueraria montana dan Calopogonium muconoides (Sihombing, 2011).

Rashid (2010) menyatakan bahwa ekstrak daun Pueraria montana mampu menurunkan persentase perkecambahan gulma mencapai 50% (LC50) pada konsentrasi ekstrak daun

25 g/L pada Biddens pilosa dan 27 g/L pada Lolium perenne. Selain itu, menurut Sihombing (2011) menyatakan bahwa ekstrak daun Calopogonium mucunoides dapat menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma Borreria alata serta meningkatkan persentase kematian anakan gulma.

Pueraria javanica sering dimanfaatkan sebagai LCC (Legum Cover Crop) di perkebunan karet dan kelapa sawit karena manfaatnya sebagai pencegah erosi, sumber pupuk hijau, pemberantas gulma dan memiliki keunggulan dalam mengikat unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Karyudi dan Siagian, 2001). Borreria alata merupakan gulma annual berdaun lebar yang dapat menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Gulma ini dijumpai di lahan-lahan pertanian, perkebunan, pada lahan kosong yang belum ditanami dan di sepanjang jalan. Borreria alata adalah gulma yang sering dijumpai di lahan-lahan pertanian seperti lahan jagung, padi, kedelai dan kacang tanah (Kastanja, 2011). Selain itu Borreria alata terdapat di perkebunan kelapa sawit dan karet (Fauzi, 2006).

Untuk mengetahui potensi alelopati ekstrak daun Pueraria javanica, maka perlu diujikan pengaruhnya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan gulma yang sering dijumpai di perkebunan yaitu Borreria alata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati ekstrak daun Pueraria javanica terhadap perkecambahan dan pertumbuhan gulma Borreria alata serta menentukan konsentrasi optimum alelopati ekstrak daun Pueraria javanica yang menghambat perkecambahan dan pertumbuhan Borreria alata mencapai penurunan LC50.

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan adalah biji Borreria Alata, daun Pueraria javanica, tanah top soil, formalin 4% dan akuades. Alat yang digunakan adalah blender, timbangan digital, oven herbarium, polibag (35 x 40 cm), hand sprayer, ayakan tanah, penyaring, kertas label, kertas koran, alat tulis dan peralatan kaca yang sering digunakan di laboratorium. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor tunggal yaitu perlakuan ekstrak daun Pueraria javanica yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi yaitu (0, 2, 6, 18 dan 54%) yang diujikan pada gulma Borreria alata dengan 5 ulangan. Penelitian dilakukan di Kebun Biologi FMIPA Universitas Riau yang dibagi ke unit-unit perlakuan, masing-masing terdiri dari polibag dengan ukuran 35 x 40 cm. Tiap unit perlakuan diisi dengan tanah top soil hingga ¾ ukuran polybag. Setiap polibag dimasukkan 20 biji gulma kemudian dibiarkan tumbuh. Pembuatan ekstrak daun Pueraria javanica 2% yaitu, ditimbang sebanyak 6 g daun kering yang sudah diblender kemudian direndam dengan 300 mL akuades selama 24 jam, kemudian disaring. Cara yang sama juga dilakukan untuk konsentrasi ekstrak 6% dari 18 g daun kering, 18%

(3)

3

ekstrak dari 54 g daun kering dan 54% ekstrak dari 162 g daun kering. Selanjutnya diaplikasikan pada setiap unit percobaan sesuai dengan rancangan penelitian. Perlakuan ekstrak daun dilakukan 3 hari sekali sebanyak 10 mL pada biji dan 20 mL pada anakan gulma. Perlakuan diberikan selama 4 minggu, sehingga terdapat 11 kali pemberian ekstrak.

Parameter yang diamati meliputi saat muncul kecambah, persentase perkecambahan, kecepatan perkecambahan, berat basah, panjang akar, jumlah akar, tinggi tanaman, jumlah daun dan persentase kematian anakan gulma. Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Analysis Of Variante (ANOVA) One Way. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata, diuji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multi Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Perkecambahan Borreria alata

Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa waktu muncul kecambah yang lambat dan penurunan persentase perkecambahan gulma mulai terjadi pada konsentrasi ekstrak daun 6%, sedangkan penurunan kecepatan perkecambahan mulai terjadi pada konsentrasi ekstrak daun 2% dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka kemampuan perkecambahannya semakin menurun. Penghambatan perkecambahan yang terjadi pada gulma Borreria alata tertinggi terlihat pada konsentrasi ekstrak daun 54%, yaitu mampu menurunkan persentase perkecambahan Borreria alata mencapai 50% dibandingkan kontrol. Hasil pengamatan parameter perkecambahan Borreria alata terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perkecambahan Borreria alata pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica Konsentrasi Ekstrak Saat Muncul Kecambah (Hari) Persentase Perkecambahan (%) Kecepatan Perkecambahan (Biji/hari) 0% 4 a 82 a 2.05 a 2% 5 a 70 ab 1.64 b 6% 7 b 65 b 1.30 bc 18% 8 bc 48 c 0.95 cd 54% 8 c 41 c 0.83 d

Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Hasil penelitian ini sesuai dengan Sihombing (2011) yang mengamati pengaruh ekstrak daun Calopogonium muconoides terhadap gulma Borreria alata. Pada konsentrasi ekstrak daun Calopogonium muconoides 54% terjadi penurunan persentase perkecambahan Borreria alata sebesar 57,47%.

Menurut Taiz dan Zeiger (2002) Pueraria javanica yang termasuk tanaman famili Leguminoceae mengandung alelopat berupa isoflavonoid aktif termasuk puerarin serta fenolik lain seperti tanin dan coumarin. Pada penelitian Mara et al. (2005) isoflavonoid

(4)

4

yang diisolasi dari Pueraria phaseoeloides memiliki pengaruh penghambatan yang signifikan terhadap perkecambahan biji gulma Mimosa pudica sebesar 76%.

Penurunan kemampuan perkecambahan biji gulma Borreria alata diduga karena adanya senyawa alelopat dalam ekstrak daun Pueraria javanica. Hal ini sesuai pendapat Altieri dan Doll (1998) bahwa gejala umum yang ditimbulkan oleh pengaruh alelopati pada suatu jenis tanaman adalah terhambatnya perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Disamping itu terdapat juga gejala abnormalitas pertumbuhan dan kematian kecambah. Tahap perkecambahan biji merupakan fase yang sangat kritis pada sejumlah tanaman, sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh faktor lingkungan.

Masuknya senyawa alelopat yang terkandung dalam ekstrak daun Pueraria javanica bersama air ke dalam biji gulma akan menghambat induksi hormon pertumbuhan seperti giberelin (GA) dan asam indol asetat (IAA), sehingga pembentukan enzim α-amilase terhambat dan proses hidolisis pati menjadi glukosa di dalam endosperma atau kotiledon berkurang. Hal ini mengakibatkan terhambatnya sintesis protein yang juga akan berakibat pada terhambatnya sintesis protoplasma. Oleh karena itu proses pembelahan dan pemanjangan sel terhambat, yang berakibat pada terhambatnya proses perkecambahan dan pertumbuhan (Yuliani et al., 2009).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oyun (2006) tentang potensi alelopati Gliricidia sepium dan Acacia auriculiformis terhadap perkecambahan Zea mays. Konsentrasi ekstrak alelopat yang digunakan adalah 0%, 3%, 6% dan 12%. Penghambatan waktu muncul kecambah, persentase perkecambahan dan kecepatan perkecambahan, mulai terjadi pada konsentrasi ekstrak daun 6%. Konsentrasi 12% merupakan konsentrasi paling menghambat dalam proses perkecambahan. Penghambahatan proses perkecambahan ini terjadi karena adanya pengaruh toksik dari senyawa alelokimia dalam daun Gliricidia sepium dan Acacia auriculiformis yaitu tanin, flavonoid dan asam fenolik, selain itu hambatan absorbsi air pada proses perkecambahan juga mempengaruhi penghambatan.

b. Pertumbuhan Borreria alata

Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan anakan gulma Borreria alata menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dari ekstrak daun Pueraria javanica yang diberikan. Pertumbuhan anakan gulma tersebut mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica. Hasil pengamatan parameter pertumbuhan anakan gulma Borreria alata dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pertumbuhan Borreria alata pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica Konsentrasi Ekstrak Berat Basah (g) Panjang Akar (cm) Jumlah Akar Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun 0% 0.71a 8.50 a 22.9 a 11. a 5.76 a 2% 0.45 b 7.20 ab 14.3 b 6.43 b 3.99 b 6% 0.31 c 5.53 b 11.6 b 4.48 c 3.12 bc 18% 0.26 c 5.50 b 8.74 c 3.99 c 2.90 bc 54% 0.18c 5.15 b 7.59 c 3.73 c 2.36 c

Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

(5)

5

Hasil uji DMRT terlihat bahwa pemberian ekstrak daun Pueraria javanica memberikan pengaruh nyata pada semua jenis parameter kecuali panjang akar pada anakan gulma Borreria alata. Meskipun ekstrak daun Pueraria javanica tidak memberikan pengaruh nyata pada akar gulma, namun tetap cenderung mengalami penurunan panjang akar seiring meningkatnya konsentrasi ekstrak. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica yang diberikan maka semakin terhambat pertumbuhan anakan gulma Borreria alata. Penghambatan tertinggi terjadi pada konsentrasi ekstrak daun 54%, rerata penurunan pertumbuhan anakan gulma Borreria alata yaitu sebesar 60,27% dibandingkan kontrol. Pertumbuhan anakan gulma Borreria alata dengan perlakuan ekstrak daun Pueraria javanica dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan Borreria alata dengan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica; (a). kontrol (0% ekstrak); (b). 2% ekstrak (c). 8% ekstrak (d). 18% ekstrak (e). 54% ekstrak.

Penghambatan pertumbuhan terjadi karena masuknya senyawa fenol yang terdapat pada alelopati ekstrak daun Pueraria javanica. Menurut Hui et al. (2010) senyawa fenol yang dihasilkan Pueraria javanica mengakibatkan hambatan dan gangguan berbagai fungsi organ dan proses yang terjadi di dalam tanaman. Mekanisme penghambatan alelopati terhadap pertumbuhan gulma melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, melalui berbagai aktivitas metabolisme yang meliputi pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel, pengaturan pertumbuhan, gangguan pada zat pengatur tumbuh (IAA dan GA), pengambilan hara, fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sintesis protein, permeabilitas membran dan mengubah enzim spesifik.

Penurunan pertumbuhan anakan gulma dan Borreria alata disebabkan adanya peningkatan konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica. Semakin tinggi kandungan senyawa alelopat yang terakumulasi dalam tanah menyebabkan permeabilitas akar

d b

(6)

6

menurun, sehingga mengganggu penyerapan air dan unsur hara. Air sangat berkaitan erat dengan proses fotosintesis. Jika air tidak tersedia, tumbuhan tidak akan mampu menjalankan fotosintesis, sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (Priyono, 2011).

Kristanto (2006) menyatakan bahwa alelopat yang menghambat pembelahan sel selanjutnya akan menghambat pertumbuhan tanaman, misalnya tinggi tanaman dan jumlah daun, yang kemudian akan menurunkan berat basah tanaman tersebut. Lebih lanjut Kristanto (2006) alelopat juga menyebabkan rendahnya penyerapan nitrogen, kandungan protein dan kandungan klorofil daun yang selanjutya berpengaruh terhadap kemampuan fotosintesis. Jika kemapuan fotosintesis menurun, maka akan diikuti penurunan laju pertumbuhan. Hal ini sesuai pada penelitian Skinner (2006) bahwa alelopat dari Clotalaria juncea berpengaruh nyata menurunkan berat kering gulma Amaranthus hybridus dan Lolium multiflorum mencapai 100% dan 65,38% dibandingkan kontrol. Selain itu alelopat dari Gliricidia sepium dan Acacia auriculiformis pada konsentrasi 3% mampu menghambat panjang akar, berat akar, tinggi tajuk dan berat tajuk rata-rata mencapai penurunan 50% dari kontrol.

c. Kematian Anakan Gulma Borreria alata

Berdasarkan hasil uji DMRT dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun Pueraria javanica berpengaruh nyata pada kematian anakan gulma Borreria alata. Hasil pengamatan persentase kematian anakan gulma dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Persentase Kematian Anakan Gulma Borreria alata pada berbagai konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica

Konsentrasi Ekstrak Persentase Kematian (%) 0% 9.72 a 2% 21.62 ab 6% 26.46 b 18% 30.20 b 54% 49.60 c

Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Ekstrak daun Pueraria javanica memberikan pengaruh nyata pada kematian anakan gulma Borreria alata, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica maka persentase kematian anakan gulma Borreria alata semakin meningkat. Kematian pada anakan gulma disebabkan karena alelopat yang terkandung dalam ekstrak daun Pueraria javanica bersifat toksik. Toksik pada ekstrak daun ini berasal dari senyawa fenol seperti p-hidroksibenzoat, kafeat, sinamat, kumarat, kumarin dan tanin. Senyawa ini akan terakumulasi dalam sel dan bersifat racun, dan menyebabkan sel menjadi tidak elastis dan transpor ion melalui membran sel terhambat.

Hasil uji DMRT menunjukkan hasil bahwa persentase kematian anakan gulma Borreria alata berbeda nyata pada perlakuan 6% ekstrak daun Pueraria javanica. Peningkatan persentase kematian anakan gulma tertinggi terjadi pada konsentrasi ekstrak daun 54%, pada Borreria alata sebesar 80,40%. Untuk persentase kematian pada konsentrasi

(7)

7

ekstrak daun 18% sebesar 67,81% pada Borreria alata. Hasil penelitian ini sesuai dengan Sihombing (2011), kematian anakan gulma Borreria alata terjadi pada konsentrasi ekstrak daun Calopogonium muconoides 6%. Peningkatan persentase kematian tertinggi pada konsentrasi ekstrak daun 54% yaitu 82,01%. Penelitian mengenai persentase kematian bibit juga dilakukan oleh Mubarak dan Sayed (2009) bahwa pemberian ekstrak daun Acacia nilotica pada Zea mays dan Sorghum bicolor dapat meningkatkan persentase kematian masing-masing mencapai 50% dan 28,6% dibandingkan kontrol.

Kematian anakan gulma akibat perlakuan pada umumnya terjadi pada minggu ketiga pengamatan, namun gejala kerusakan sudah terlihat sejak dua minggu pengamatan. Pada konsentrasi 2% dan 6% gejala kerusakan yang terjadi sebelum kematian yaitu daun menguning, layu kemudian gugur, sedangkan konsentrasi ekstrak 18% dan 54% gejalanya terdapat bercak-bercak kuning, tepi daun hitam, daun layu, tangkai daun berwarna kecoklatan kemudian daun gugur.

Berdasarkan penelitian ini, konsentrasi ekstrak 54% merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat perkecambahan dan pertumbuhan serta meningkatkan persentase kematian anakan gulma Borreria alata dibandingkan kontrol. Namun konsentrasi ekstrak daun 54% ini kurang efektif karena hanya sedikit terjadi persentase penurunan perkecambahan, pertumbuhan maupun persentase kematiannya dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak daun yang lebih rendah. Hal ini diduga karena pada konsentrasi ekstrak yang tinggi terutama lebih dari 50% ekstrak alelopat akan bersifat jenuh, sehingga hanya sedikit mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma dibandingkan konsentrasi ekstrak daun 2%, 6% dan 18%.

Untuk meningkatkan efektivitas alelopat pada konsentrasi rendah sebaiknya proses ekstraksinya bisa menggunakan pelarut organik selain akuades. Dalam penelitian ini metode ekstraksi daun Pueraria javanica hanya menggunakan akuades sebagai pelarut, kemungkinan proses ekstraksinya kurang maksimal hal ini dikhawatirkan masih ada senyawa flavonoid atau alelokimia lain yang tertinggal di daun, sehingga bisa dicoba menggunakan pelarut organik seperti metanol, eter dan heksan agar menghasilkan ekstrak yang lebih baik, seperti pada penelitian Faravanim et al. (2008) bahwa ekstrak daun Melastoma malabatricum yang ekstraksinya menggunakan metanol, lebih menghambat pertumbuhan akar Raphanus sativus dibandingkan ekstraksi dengan akuades. Pemanfaatan ekstrak daun Pueraria javanica sebagai sumber alelopat dalam mengendalikan gulma bisa dilakukan dengan kombinasi alelopat dari ekstrak daun tanaman lain, misalnya Imperata cylindrica, Mikania micranta, Ageratum conyzoides dan Cyperus rotundus agar dapat mengendalikan gulma lebih baik lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Pueraria javanica berpotensi menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan serta meningkatkan persentase kematian anakan gulma Borreria alata, pada konsentrasi ekstrak daun 54% menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan sebesar 50% dan 60,27%, serta meningkatkan persentase kematian mencapai 80,40%.

(8)

8

Penghambatan perkecambahan dan pertumbuhan Borreria alata yang tertinggi adalah pada konsentrasi ekstrak daun 54% yang berarti bahwa penghambatan perkecambahan dan pertumbuhan mencapai penurunan LC50.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk melakukan uji alelopat dari ekstrak daun Pueraria javanica pada gulma perkebunan lainnya untuk mengetahui dan membandingkan potensi alelopati Pueraria javanica tersebut, serta melakukan uji alelopat ekstrak daun Pueraria javanica dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut selain aquades untuk mengetahui dan membandingkan efektivitas dari metode ekstraksi Pueraria javanica dengan berbagai pelarut.

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A. dan Dol, J.D. 1998. The potential of allelopathy as a tool for management in crop field. PANS: 24 (4): 495-502.

Faravanim, Baki, H. B., Khalijah, A. 2008. Assessment of allelopathic potential of Melastoma malabathricum L. on radish Raphanus sativus L. and Barnyard Grass (Echinochloa crus-galli). Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Cluj-Napoca.

Fauzi, Y. 2006. Kelapa Sawit Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Hui, L.Z., Wang, Q., Ruan, X., Pan, C.D., Jiang, D.A. 2010. Review phenolics and plant allelopathy. Molecules.15,89333-8952.

Karyudi dan Siagian, N. 2001. Peluang dan kendala dalam pengusahaan tanaman penutup tanah di perkebunan karet. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Medan, Sumatra Utara.

Kastanja, A.Y. 2011. Identifikasi jenis dan dominansi gulma pada pertanaman padi gogo. Jurnal Agroforestri. Volume VI Nomor 1.

Kristanto, B.A. 2006. Perubahan karakter tanaman jagung (Zea mays l.) akibat alelopati dan persainagan teki (Cyerus rotundus L.). J.Indon_Trop_Agric. 31 [3]. Mara, A., Mauricio, Q., Livia, L., Antonio, D.S.F., Sergio, A., Lourivaldo, S., Adolfo,

M., Alberto, A., Giselle, G. 2005. Pottential allelochemicals isolated from Pueraria phaseoloides (Abstrak). Allelopathy Journal. Volume 15.

Mubarak, A.R., dan Sayed, A.M. 2009. Note on the Influence of leaf extracts of nine trees on seed germination, radicle and hypocotyl elongation of maize and sorghum. Int. J. Agric. Biol. 11: 340–342.

Oyun, M. B. 2006. Allelopathic potentialities of Gliricidia sepium and Acacia auriculiformis on the germination ang seedling vigour of maize (Zea mays L.). American Journal of Agricultural and Biological Science. 1(3): 44-47. Pranasari, R.A., Nurhidayati, T., Purwani, K.I. 2012. Persaingan tanaman jagung (Zea

mays) dan rumput teki (Cyperus rotundus) pada pengaruh cekaman garam (NaCl). Jurnal Sains dan Seni Its. vol. 1, no. 1.

Priyono, W. 2011. http://wahidpriyono.blogspot.com/2011/05/klorosis-pada-daun-ditinjau-dari-aspek.html. diakses tanggal 12 November 2012. Pekanbaru. Rashid, H., Asaeda, T., Uddin, N. 2010. Litter-mediated allelopathic effects of kudzu

(Pueraria montana) on Bidens pilosa and Lolium perenne and its persistence in soil. Weed Biology and Management. 10, 48–56.

(9)

9

Sihombing, A. 2011. Pengaruh Ekstrak Alelopati Daun Calopogonium muconoides terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan Gulma Borreria alata (Aublet) dan Asystasia gangetica (L) T. Anderson. [Skripsi] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau. Pekanbaru. Sindel, B. dan Coleman, M. 2010. Weed Detection and Control on Small Farms.

Australia Government. Australia.

Skinner dan Emillie, R.M. 2006. Allelopathic Effects Of The Cover Crop Crotalaria Disertasi Fakultas Graduate, Universitas Georgia, Georgia.

Sukman dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Taiz, L. dan Zeiger, E. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sinauer Associates inc Publishers. Sunderland, Massachusetts.

Yuliani, Rahayu. Y.S., Ratnasari. E., Mitarlis. 2009. Potensi senyawa alelokemi daun Pluchea indica (l.) Less. sebagai penghambat perkecambahan biji gulma secara hayati. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 3A (69–73).

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Perkecambahan  Borreria  alata  pada  berbagai  konsentrasi  ekstrak  daun  Pueraria javanica  Konsentrasi   Ekstrak  Saat Muncul  Kecambah (Hari)  Persentase  Perkecambahan (%)  Kecepatan Perkecambahan (Biji/hari)  0%  4  a  82  a  2.05
Tabel  2.  Hasil  Pertumbuhan  Borreria  alata  pada  berbagai  konsentrasi  ekstrak  daun  Pueraria javanica  Konsentrasi  Ekstrak  Berat  Basah (g)  Panjang  Akar (cm)  Jumlah Akar  Tinggi  Tanaman (cm)  Jumlah Daun  0%  0.71 a 8.50  a 22.9  a 11
Gambar  1.  Pertumbuhan  Borreria  alata  dengan  pemberian  berbagai  konsentrasi  ekstrak  daun  Pueraria  javanica;  (a)
Tabel  3.  Hasil  Persentase  Kematian  Anakan  Gulma  Borreria  alata  pada  berbagai  konsentrasi ekstrak daun Pueraria javanica

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan kensentrasi perlakuan ekstrak akar kudzu ( P. javanica ) dan ekstrak daun teh ( C. sinensis ) dalam kemasan pada Sl NPV efektif digunakan sebagai pelindung Sl NPV

Muhabbibah (2009) telah melakukan penelitian tentang potensi ekstrak basah daun dan batang babadotan terhadap persentase perkecam- bahan gulma Mimosa pudica

Hasil penelitian Sihombing (2012) menggunakan ekstrak kering daun Calopogonium mucunoides menghambat perkecambahan gulma Asystasia gangetica pada konsentrasi yang

hydrophila dan tidak ada pertumbuhan koloni bakteri lain, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi kontaminasi selama perlakuan pemberian ekstrak daun patikan kebo

Pengamatan luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai hari ke-9), dari hasil pengamatan disimpulkan ekstrak batang Talas dapat berpotensi sebagai alternatif obat

Hasil Rerata Tinggi Tanaman, Panjang Akar, Berat Basah dan Berat Kering Gulma Rumput Grinting dengan Pemberian Ekstrak Serasah Daun Mangga dapat dilihat pada Tabel

Muhabbibah (2009) telah melakukan penelitian tentang potensi ekstrak basah daun dan batang babadotan terhadap persentase perkecam- bahan gulma Mimosa pudica dalam

Laju perkecambahan Perkecambahan biji pada gulma sintrong setelah pemberian ekstrak aquades dan etanol daun tembelekan dengan konsentrasi berbeda menunjukkan hasil yang signifikan..