• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kv DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kv DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH

PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kV

DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

Diajukan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Universitas Mercu Buana

Disusun oleh :

Nama : SAIPUL BAHRI NIM : 4140401-020

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2009

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH

PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kV

DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

Nama : Saipul Bahri Nim : 4140401-020

Disetujui dan disahkan oleh :

Koordinator Tugas Akhir Dosen Pembimbing

Yudhi Gunardi, ST, MT Dr. Ir. Hamzah Hillal, MSc

Mengetahui, Kaprodi Teknik Elektro

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini sebagai hasil dari Analisis pada Gardu Induk PLN Kembangan, Jakarta-Barat.

Dalam laporan ini penulis mengambil judul “studi gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV di gardu induk PLN Kembangan”, Jakarta-Barat. Adapun dalam laporan tugas akhir ini penulis berusaha untuk menyusun laporan yang berkaitan dengan gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada salah satu penyulang pada gardu induk kembangan tepatnya pada penyulang Ji’ih.

Tersusunnya laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis mulai dari penyusunan hingga penyelesaian penulisan laporan ini. Oleh karena, itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik moral maupun spiritual sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini, baik dalam penyajian bahasa yang digunakan maupun isinya karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang dalam penyusunan laporan ini.

Penulis ingin Mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dan memberikan saran, kritik, bimbingan serta motivasi untuk penyelesaian laporan tugas akhir ini, diantaranya adalah:

1. Allah SWT atas Rahmat, Ridho, Taufik dan Hidayah-Nya.

2. Kedua Orangtuaku yang telah banyak memberikan masukan, doa dan semangat serta dukungannya.

3. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT, selaku Ketua Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.

4. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.

(4)

5. Bapak Dr. Ir. Hamzah Hillal, MSc, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana. 6. Staff dan karyawan PT. PLN (Persero) yang telah banyak membantu dalam

pengambilan data tugas akhir serta memberi saran dan kritik.

7. Bang Fahmi dan Bu Sadriana yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan laporan tugas akhir ini

8. Ika_Cute wanita yang tak henti-hentinya menyemangati dan memberikan do’a dan dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 9. Om Doli dan Teh Enjun yang selalu menyemangati serta memberikan do’a

serta motivasinya kepada penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. 10.Nurul, Aris, Ridho, Eki, Rida, Rama adik-adik Ku yang selalu mendoakan

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11.Teman-teman jurusan Teknik Elektro pada umumnya serta teman-teman di Peminatan Teknik Tenaga Listrik “POWER” khususnya Angkatan 2004 (004,008,009,011,013,022,025,028,dkk) dan Peminatan “ELEKTRONIKA” Angkatan 2004 (014,017,027,dkk) serta Elya.K, S.Ikom.

“Thanks For All My Friends”

12.Bang Zainal ’98, Uni Linda ’01, Irvan Rosya ’01, Apendi ’01, Om Roy ’01 serta Alumni Teknik Elektro lainnya.

13.May “Prima Copy” terima kasih atas bantuannya.

14.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Jakarta, Oktober 2009

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 2

1.4 Metode Penelitian ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II GANGGUAN HUBUNG SINGKAT ... 4

2.1 Definisi Gangguan ... 4

2.2 Terjadinya Gangguan Hubung Singkat ... 5

2.3 Macam-macam Gangguan Hubung Singkat ... 6

2.4 Operator a ... 7

2.5 Metode Komponen Simetris ... 9

BAB III GANGGUAN PADA SISTEM INTERKONEKSI ... 14

3.1 Besar Gangguan Hubung Singkat ... 14

3.2 Impedansi Urutan ... 15

(6)

BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT ... 28

4.1 Studi Kasus ... ... 28

4.2 Tegangan Pada Titik Gangguan ... 31

4.3 Tegangan Akibat Gangguan Fasa Tiga Pada Gardu BC.60 ... 35

4.4 Arus Gangguan Hubung Singkat Dengan Simulasi Program ETAP .. 37

BAB V PENUTUP ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR GAMBAR

1. Diagaram fasor dari fungsi-fungsi operator a ... 9

2. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari tiga fasor tak seimbang ... 11

3. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang ... 11

4. Impedansi beban tak seimbang ... 15

5. Konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson ... 18

6. Jaringan urutan nol fasa tiga dari transformator dua lilitan ... 22

7. Jaringan urutan nol untuk hubungan wye dan delta beban fasa tiga ... 23

8. Gangguan Fasa Tiga ... 25

9. Gangguan fasa tunggal ke tanah ... 27

10.Single line diagram Penyulang Ji’ih pada Gardu Induk PLN Kembangan... 30

11.Gangguan Fasa Tunggal ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan ... 32

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

ABSTRAK

PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan listrik yang sangat penting peranannya dalam suatu penyaluran energi listrik ke setiap konsumen-konsumennya, dimana dalam penyaluran energi listrik ke konsumen tersebut banyak terjadi gangguan dalam penyaluran, diantaranya adalah gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV. Gangguan hubung singkat dapat terjadi pada setiap jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah maupun tegangan rendah.

Gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi gangguan hubung singkat tersebut. Oleh karena itu, kontribusi PT. PLN (Persero) dalam mengatasi gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV tersebut adalah dengan cara mengetahui gangguan tersebut secepat mungkin dan besar gangguan tersebut dapat diminimalisir. Sehingga, terjadinya pemadaman pada penyaluran energi listrik ke konsumen dapat dihindari sedini mungkin.

Mengingat adanya gangguan yang terjadi pada jaringan PT. PLN (Persero) tersebut, maka penulis ingin menyampaikan masalah tersebut dengan batasan masalah yakni studi gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV di gardu induk PLN Kembangan, Jakarta-Barat dengan menggunakan penyulang Ji’ih.

Perhitungan gangguan akan dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan juga perhitungan dengan menggunakan program ETAP dikembangkan yang hasilnya sama dengan perhitungan manual.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PT. PLN (Persero) sebagai suatu perusahaan yang mempunyai peranan penting dalam pengelolaan sumber energi listrik di Indonesia. Dimana PT. PLN (Persero) berusaha untuk mempertahankan agar penyaluran energi listrik ke konsumen atau masyarakat dapat terpenuhi tanpa adanya masalah gangguan apapun.

Maka saat ini PT. PLN (Persero) berusaha menjaga mutu energi listrik yang akan digunakan oleh konsumen atau masyarakat agar dapat dihindari dari segala gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik ke konsumen tidak dapat terpenuhi.

Gangguan yang sering terjadi dalam penyaluran energi listrik ke konsumen yakni pada sistem jaringan distribusi atau jaringan transmisi, dimana energi listrik yang akan disalurkan tersebut sering kali terjadi gangguan hubung singkat sehingga dapat terjadi pemadaman sementara dan bisa terjadi pemadaman total untuk perbaikan masalah gangguan tersebut.

Hal ini dapat dimengerti, karena pentingnya distribusi tenaga listrik yaitu menyatukan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit ke konsumen, maka diusahakan agar kerusakan akibat gangguan dapat dihindari sebaik mungkin.

Untuk tujuan tersebut maka perlu dilakukan perhitungan arus hubung singkat pada jaringan distribusi, diantaranya :

a. Menentukan kapasitas alat pemutus daya. Pada setiap gardu distribusi dihubung singkat lalu dihitung arus hubung singkatnya. Hal tersebut dilakukan agar alat pemutus daya yang digunakan jaringan tidak terlalu berlebihan kapasitasnya. b. Menentukan aliran hubung singkat pada saluran-saluran, sehingga rele-rele

pengamanan atau koordinasi rele-rele dapat diatur. Adapun tujuan koordinasi rele adalah agar rele dapat mendeteksi gangguan bila ada gangguan hubung singkat dan mempunyai sifat selektivitas yakni rele hanya bekerja pada daerah gangguan saja.

(11)

Besar arus hubung singkat tergantung pada jenis dan sifat gangguan hubung singkat tersebut, kapasitas dari sumber tenaga konfigurasi sistem, metoda hubungan netral dari trafo peralatan-peralatan utama yang digunakan pada unit distribusi. Gangguan hubung singkat tidak hanya dapat merusak peralatan atau bagian-bagian dari jaringan, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi sistem energi listrik sehingga kerja paralel dari unit-unit distribusi menjadi terganggu juga.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Mengevaluasi dan menganalisa gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV di Gardu Induk PLN Kembangan, Jakarta Barat.

1.3 RUANG LINGKUP MASALAH

Dalam laporan tugas akhir ini yang menjadi pokok perhatian adalah analisa perhitungan gangguan hubung singkat akibat gangguan fasa tunggal ke tanah (SLG Fault) pada gardu BC.60 dan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC.60 di Gardu Induk Kembangan PLN, Jakarta Barat.

1.4 METODE PENELITIAN

Metodologi selama pelaksanaan dan penulisan tugas akhir yakni sebagai berikut : a. Studi literature, yaitu dengan membaca buku-buku referensi untuk panduan

penyelesaian tugas akhir ini.

b. Diskusi dengan pimpinan dan petugas yang berwenang pada saat pengambilan data untuk penyelesaian tugas akhir.

c. Membuat formulasi yang akan digunakan untuk analisis.

d. Observasi langsung ke lapangan bersama pimpinan dan petugas yang berwenang. e. Pengukuran data-data yang digunakan pada penelitian.

(12)

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab. Bab satu memuat tentang latar belakang penulisan, tujuan penelitian tugas akhir, ruang lingkup permasalahan dalam penulisan tugas akhir, metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan dan penulisan tugas akhir, serta sistematika penulisan tugas akhir. Bab dua membahas tentang definisi gangguan, terjadinya gangguan hubung singkat, macam-macam gangguan hubung singkat yang terdiri dari gangguan temporer, gangguan permanen, gangguan yang perlu diperhitungkan yang terdiri dari hubung singkat fasa tunggal ke tanah, dan hubung singkat fasa tiga, metode komponen simetris. Bab tiga berisi tentang besar gangguan hubung singkat, impedansi urutan, impedansi urutan beban sambungan Y, impedansi urutan transmisi, impedansi urutan mesin sinkron, impedansi urutan dari transformator, jaringan urutan nol,perhitungan arus hubung singkat fasa tiga dan perhitungan arus hubung singkat fasa tunggal yang terdiri dari gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault).

Sedangkan pada bab empat berisi tentang analisa perhitungan gangguan hubung singkat akibat gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault) pada gardu BC.60 dan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC.60 di Gardu Induk Kembangan, Jakarta Barat. Kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisa dijelaskan pada bab lima.

                     

(13)

BAB II

GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

2.1 DEFINISI GANGGUAN

Pengertian gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian yang menyebabkan bekerjanya relay dan menjatuhkan Pemutus Tenaga (PMT) diluar kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT. Untuk bagian system yang tidak dilengkapi PMT, misalnya yang diamankan dengan sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan putusnya (bekerjanya) sekering. Ada juga gangguan yang tidak atau belum dilihat oleh relay tapi dilihat operator yang kemudian menjatuhkan PMT.

Gangguan-gangguan pada sistem dapat terjadi disebabkan oleh 3 hal yaitu: a. Gangguan karena kesalahan manusia misalnya kelalaian pada saat mengubah

jaringan sistem, lupa membuka pembumian setelah perbaikan, kurang pemeliharaan, dan sebagainya.

b. Gangguan dari dalam misalnya gangguan-gangguan yang berasal dari sistem atau gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor usia alat yang sudah tua, arus lebih, tegangan lebih, dan lain-lain sehingga merusak isolasi peralatan.

c. Gangguan dari luar yaitu gangguan yang berasal dari alam diantaranya cuaca, gempa bumi, petir dan banjir, pohon atau ranting, gangguan karena binatang diantaranya gigitan tikus pada kabel, kelelawar, burung, ular dan sebagainya.

Gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik dapat merusak atau mempengaruhi sistem daya, antara lain:

a. Jenis gangguan yang tidak normal dari batas yang diinginkan akan menyebabkan rusaknya alat yang dipergunakan.

b. Gangguan dapat menghilangkan atau menaikan sistem tegangan di luar batas yang ditentukan.

c. Gangguan dapat mengakibatkan sistem daya fasa tiga menjadi tidak simetris atau tidak seimbang, hal ini mengkibatkan peralatan fasa tiga tidak layak untuk dioperasikan.

(14)

d. Gangguan dapat mengakibatkan sistem tidak stabil dan menghentikan aliran daya sistem tenaga listrik.

2.2 TERJADINYA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Gangguan hubung singkat adalah suatu hubungan yang terjadi karena adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan kerja. Tujuan dari analisa hubung singkat adalah untuk menentukan arus dan tegangan maksimum dan minimum pada bagian-bagian atau titik-titik tertentu dari suatu sistem tenaga listrik untuk jenis gangguan yang terjadi, sehingga dapat ditentukan pola pengaman, relay dan pemutus tenaga (CB) untuk mengamankan sistem dari keadaan tidak normal dalam waktu seminimal mungkin.

Penyebab terjadinya hubung singkat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

a. Adanya isolasi komponen jaringan yang tembus/rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik yang disebabkan oleh tegangan lebih dari dalam sebagai akibat dari manipulasi/switching atau tegangan lebih dari luar seperti petir, maupun karena isolasi peralatan tersebut sudah tua atau usang.

b. Adanya pengaruh mekanis yang menyebabkan hantaran putus dan mengenai fasa yang lainnya seperti akibat angin atau pada kabel tanah biasanya dapat diakibatkan oleh kendaraan berat penggali tanah dan sebab yang lainnya.

c. Disebabkan oleh gangguan binatang seperti tikus, ular, kucing dan lain-lain. Menurut tempat terjadinya, hubung singkat dapat dibedakan menjadi:

a. Hubung singkat yang terjadi pada sistem pembangkitan.Yang dimaksud adalah hubung singkat yang terjadi pada jepitan generator (dinamakan pula hubung singkat jepitan) dan umumnya sangat berbahaya.

b. Hubung singkat yang terjadi cukup dekat dari sistem pembangkitan. Yang dimaksud disini adalah hubung singkat yang mungkin terjadi pada rel dibelakang transformator.

(15)

c. Hubung singkat yang terjadi jauh dari sistem pembangkitan. Yang dimaksud disini adalah hubung singkat yang mungkin terjadi pada jaringan listrik yang jauh dari sistem pembangkit atau pada bagian distribusi yang dekat dengan beban.

2.3 MACAM-MACAM GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2.3.1 Ditinjau Dari Sifat Gangguan

Bila ditinjau dari sifatnya, maka gangguan dapat terbagi atas :

a. Gangguan temporer. Gangguan ini bersifat sementara atau temporer ditandai dengan normalnya kerja Pemutus Tenaga (PMT) setelah dimasukan kembali. Gangguan ini baru dapat di atasi setelah PMT trip karena gangguan akan hilang dengan sendirinya. Gangguan ini apabila terjadi berkali-kali dapat menyebabkan timbulnya kerusakan peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang permanen sebagai akibat timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut.

b. Gangguan permanen. Yang bersifat permanen ditandai dengan bekerjanya kembali PMT untuk memutuskan aliran energi listrik atau pada prakteknya disebut PMT trip kembali. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah sebab gangguannya dihilangkan. Gangguan ini bisa disebabkan karena adanya kerusakan pada peralatan sehingga gangguan ini baru dapat dihilangkan setelah kerusakan diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu secara permanen. Sedangkan pada gangguan temporer sebab gangguan hilang dengan sendirinya setelah PMT trip.

2.3.2 Arus Gangguan Yang Perlu Diperhitungkan.

Jenis-jenis arus gangguan yang perlu lebih diperhitungkan adalah jenis-jenis gangguan yang lebih sering terjadi dalam sistem tenaga listrik, antara lain adalah: a. Hubung singkat fasa tunggal ke tanah. Gangguan hubung singkat fasa tunggal ke

tanah (single line to ground fault) merupakan jenis gangguan yang lebih sering terjadi pada sistem tenaga listrik dan terkadang bernilai sangat besar sehingga sangat perlu untuk diperhitungkan.

(16)

b. Hubung singkat fasa tiga. Gangguan hubung singkat fasa tiga merupakan jenis gangguan yang mempunyai nilai gangguan paling besar pada sistem tenaga listrik sehingga juga perlu untuk diperhitungkan. Jenis-jenis gangguan yang mungkin terjadi pada sistem tenaga listrik fasa tiga adalah sebagai berikut :

a. Fasa dua ke tanah b. Antar dua fasa

2.4 OPERATOR a

Dikarenakan aplikasi dari teori komponen-komponen simetris untuk sistem fasa tiga itu memerlukan sebuah unit fasor atau operator, yang akan memutar fasor lainnya sebesar 120º searah dengan jarum jam (akan menambah 120º untuk sudut fasa dari fasor) tetapi jika meninggalkan besarannya tidak berubah ketika digabungkan dengan fasor (lihat gambar 2.1). Nilai yang kompleks dari besaran unit dengan sudut 120º digambarkan sebagai berikut:

a = 1 120°

= 1ej 2π/3 =1 cos 120° +j sin 120° = -0.5 + j0.866

dimana, j = √-1

Jika operator a disimpulkan sebagai berikut: a =1 120° sehingga: a2 = a × a = 1 120° 1 120° = 1 240° = 1 -120° a3 = a2× a = 1 240° 1 120° = 1 360° = 1 0° a4 = a3× a = 1 0° 1 120° = 1 120° = a a5 = a3× a2 = 1 0° 1 240° = 1 240° = a2

(17)

a6 = a3× a3 = 1 0° 1 0° = 1 0° = a3

an+3 = a3× an = an

Tabel 1.1 Fungsi-fungsi operator a

FUNGSI-FUNGSI BENTUK POLAR BENTUK RECTANGULAR A 1 120º -0,5 + j0,866 a2 1 240º = 1 -120º -0,5 - j0,866 a3 1 360º = 1 0º 1,0 + j0,0 a4 1 120º -0,5 + j0,866 1 + a = -a2 1 60º 0,5 + j0,866 1 – a √3 -30º 1,5 - j0,866 1 + a2 = -a 1 -60º 0,5 + j0,866 1 – a2 √3 30º 1,5 + j0,866 a – 1 √3 150º -1,5 + j0,866 a + a2 1 180º -1,0 + j0,0 a - a2 √3 90º 0,0 + j1,732 a2 – a √3 -90º 0,0 – j1,732 a2 – 1 √3 -150º -1,5 – j0,866 1 + a + a2 0 0º 0,0 + j0,0

(18)

Variasi kombinasi operator a diberikan di dalam table 1.1 1 + a + a2 = 0 (2.1) a - a2 1 - a2 1 - a a2 - a a2 - 1 a - 1 a -a 2 a2 -a -a3, -1 a3, 1

Gambar 2.1 Diagaram fasor dari fungsi-fungsi operator a

2.5 METODE KOMPONEN SIMETRIS

Pada tahun 1918 salah satu cara yang paling ampuh untuk menangani rangkaian fasa majemuk (poly phase = berfasa banyak) tak seimbang telah dibahas C.L Fortescue dihadapan suatu sidang American Institute of Electrical Enginering. Sejak saat itu, metode komponen simetris menjadi sangat penting dan merupakan pokok perubahan berbagai artikel dan penyelidikan uji coba gangguan tak simetris pada system transmisi, yang dapat terjadi karena hubung singkat, impedansi antar saluran, impedansi dari sutu atau dua saluran ke tanah, atau penghantar yang terbuka, dipelajari dengan metode komponen simetris ini.

Persoalan sistem tenaga listrik fasa tiga yang seimbang dapat diselesaikan dengan mengubah semua sistem fasa tunggal. Dua fasa lainnya sama dengan fasa pertama dengan pergeseran sudut fasa ± 120º. Metode komponen simetris mencoba menyelesaikan sistem fasa tiga tidak seimbang menjadi sistem fasa tunggal dengan bantuan fasor tak seimbang oleh Fortescue. Fasor fasa tiga tidak seimbang diuraikan

(19)

menjadi 2 pasang fasor fasa seimbang yang masing-masing disebut komponen urutan positif, dan komponen urutan negatif, dan satu pasang fasor fasa tunggal yang disebut komponen urutan nol.

Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasor yang berhubungan dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor yang dinamakan komponen-komponen simetris (symmetrical components) dari fasor aslinya. n buah fasor pada setiap himpunan komponennya adalah sama panjang, dan sudut diantara fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya.

Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah:

a. Komponen urutan positif, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.

b. Komponen urutan negatif, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya, dan

c. Komponen urutan nol, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya, dan dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Pada umumnya, ketika memecahkan permasalahan dengan menggunakan komponen simetris bahwa ke tiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a,b dan c dengan cara yang demikian, sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah a b c, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah a c b. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan subskrip tambahan ‘1’ untuk komponen urutan positif, ‘2’ untuk komponen urutan negative, dan ‘0’ untuk urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb, Vc adalah Va1, Vb1, Vc1. Demikian pula urutan nol adalah Va0, Vb0, Vc0. Gambar 2.2 menunjukan 3 himpunan komponen simetris semacam itu. Fasor arus akan dinyatakan dengan I dengan subskrip seperti untuk tegangan.

Karena setiap fasor tak seimbang, yang asli adalah jumlah komponen fasor asli yang dinyatakan dalam suku-suku komponennya.

(20)

Vb     Vb1      Vb2    Vb0        2.3 Vc     Vc1      Vc2      Vc0       2.4

Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ke tiga himpunan komponen simetris pada gambar 2.2 diperlihatkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.2. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari tiga fasor tak seimbang.

VaVa0 Va2 Va1 Vb1 Vb2 Vb0 Vb Vc2 Vc0 Vc Vc1

Gambar 2.3. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang.

(21)

Pada gambar 2.3 merupakan sintesa tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan fasor simetris. Sintesa itu telah dilakukan sesuai dengan persamaan (2.1) sampai dengan (2.4).

Vb1 = a2 Va1 Vc1 = a Va1

Vb2 = a Va2 Vc2 = a2 Va2

Vb0 = Va0 Vc0 = Va0 (2.5)

Dengan mensubsitusi persamaan diatas ke dalam persamaan (2.3) dan (2.4), tegangan pada masing-masing fasanya adalah:

Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.6)

Vb = Va0 + a2 Va1 + a Va2 (2.7)

Vc = Va0 + a Va1 + a2 Va2 (2.8)

Atau dalam bentuk matriks dapat ditulis: Va Vb Vc = 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Va0 Va1 Va2 (2.9)

Untuk memudahkan dapat dimisalkan:

A = 1 1 1 1 a2 a 1 a a2       (2.10) maka, A-1 = 1 3  1 1 1 1 a a2 1 a2 a        2.11

Dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (2.9) dengan A-1 diperoleh: Va0 Va1 Va2 = 1 3  1 1 1 1 a a2 1 a2 a Va Vb Vc        2.12

Ini menunjukan bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris menjadi komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga dapat dituliskan dalam bentuk yang sederhana.

(22)

Dari persamaan (2.7), diperoleh: Va0   1 3  Va  Vb  Vc         2.13 Va1    1 3  Va  a Vb  a2 Vc         2.14 Va2   1 3  Va  a2 Vb  a Vc        2.15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(23)

BAB III

GANGGUAN PADA SISTEM INTERKONEKSI

3.1 BESAR GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Besar gangguan hubung singkat atau gangguan hubung singkat MVA pada rel K ditentukan dari besarnya tegangan rel dan arus gangguan. Gangguan hubung singkat MVA digunakan untuk menentukan besarnya ukuran pada rel dan batas untuk trip oleh circuit breaker.

Berdasarkan pada definisi di atas, besarnya gangguan hubung singkat atau gangguan hubung singkat MVA pada rel K adalah:

      SCC  √3  VLK IK F  x 10‐3 MVA        3.1

Dimana tegangan antar fasa VLK ditulis dalam satuan kilo volt dan IK(F) ditulis dalam satuan ampere. Arus gangguan fasa tiga secara simetris dalam satuan per unit adalah:

      IK F    VKX  0

KK         3.2 Dimana VK (0) adalah besarnya tegangan pada rel sebelum gangguan dalam per unit dan XKK adalah besarnya reaktansi sampai titik gangguan dalam per unit. Untuk menentukan arus dasar adalah:

IB     SB   10 3 √3 VB

       3.3

Dimana SB adalah daya dasar dalam MVA dan VB adalah tegangan antar fasa dasar dalam kilo volt. Maka arus gangguan dalam ampere adalah:

IK F = IK F pu × IB

 VK 0 SB × 10 3 XKK√3 VB

       3.4

Subsitusi untuk IK (F) dari persamaan (3.4) ke (3.1) adalah:

SCC     VK 0  SB VL

(24)

Jika tegangan dasar besarnya sama dengan tegangan fasa VB = VL, maka:

SCC     VK 0  SB

XKK         3.6      Besarnya tegangan pada rel sebelum gangguan diasumsikan sebesar 1.0 pu. Oleh karena itu, dari hasil persamaan (3.6) maka besarnya gangguan hubung singkat atau gangguan hubung singkat MVA adalah:

SCC      SB

XKK  MVA        3.7     

3.2 IMPEDANSI URUTAN

Impedansi urutan adalah impedansi peralatan listrik terhadap arus urutan positif, negatif dan nol ( Z1, Z2, Z0 ). Peralatan utama terdiri atas transmisi, trafo, mesin, dan beban listrik.

3.2.1 Impedansi Urutan Beban Sambungan Y

Beban fasa tiga seimbang dengan titik netral yang dibumikan dapat dilihat seperti pada gambar 3.1: b c a Zs + + -+ -Ia Va Zn Ib Ic Zs Zs Zm Zm Zm n Vb Vc -In Ia Ib Ic

(25)

dimana,

Tegangan fasa-netral

Va = Zs Ia+ Zm Ib+ Zm Ic+ Zn In

Vb = Zm Ia+ Zs Ib+ Zm Ic+ Zn In (3.8) Vc = Zm Ia+ Zm Ib+ Zs Ic+ Zn In

Dari hukum arus Kirchoff’s, didapat:

In     Ia    Ib    Ic        3.9 Dengan mengsubsitusikan persamaan (3.9) ke persamaan (3.8), maka dalam bentuk matriks didapat:

Va Vb Vc =  Ia Ib Ic         3.10

Sehingga dapat dituliskan dalam bentuk matriks:

Vabc      Zabc Iabc       3.11 dimana, Zabc      Zs Zn Zm Zn Zm Zn Zm Zn Zs Zn Zm Zn Zm Zn Zm Zn Zs Zn         3.12

Dengan mengubah bentuk Vabc dan Iabc ke bentuk komponen simetris, maka:

A Va012   Zabc  AIa012

Kemudian dengan mengalikan persamaan (3.13) dengan A-1, maka:

Va012    A‐1 Zabc Ia012      Z012 Ia012 dimana,

Z012    A‐1 Zabc A

Melalui substitusi Zabc, A, dan A-1, maka:

Z012  1 3 1 1 1 1 a a2 1 a2 a Zs Zn Zm Zn Zm Zn Zm Zn Zs Zn Zm Zn Zm Zn Zm Zn Zs Zn 1 1 1 1 a2 a 1 a a2          3.13

(26)

Setelah melakukan perkalian matriks ini akan diperoleh: Z012      Zs 3Zn 0 0 0 Zs‐Zm 0 0 0 Zs‐Zm         3.14 Bila Zm = 0 maka: Z012      Zs 3Zn 0 0 0 Zs 0 0 0 Zs        3.15

Matriks impedansi urutan adalah matriks diagonal, sehingga untuk beban seimbang atau simetris semua besaran urutan bebas satu sama lain yang berarti setiap arus fasa menimbulkan tegangan dropnya sendiri-sendiri pada fasa yang bersangkutan. Dengan demikian analisis fasa tiga dapat dilakukan dengan menggunakan komponen fasa tunggal saja. Peralatan sistem tenaga yaitu transmisi, transformer dan mesin dengan beban harus dianalisis untuk mengetahui impedansi yang akan dialiri arus urutan positif, urutan negatif dan urutan nol.

3.2.2 Impedansi Urutan Transmisi

Transmisi adalah rangkaian pasif sehingga urutan fasa tidak mempengaruhi impedansi, karena tegangan dan arus mengalami geometri penghantar yang sama, terlepas dari urutan sehingga impedansi urutan positif dianggap sama dengan impedansi urutan negatif atau Z1 = Z2. Pengaruh tanah dan shielding diabaikan dalam pehitungan parameter jaringan. Arus urutan nol fasa tunggal mengalir melalui fasa a,

b dan c yang mengalir melalui kawat netral yang ditanahkan. Tanah atau sebarang kawat shielding efektif sebagai jalanya arus balik arus urutan nol. Jadi impedansi urutan nol Z0 adalah dipengaruhi oleh lintasan balik melalui tanah. Hal ini berlainan dengan impedansi urutan positif dan negatif atau Z1 dan Z2.

Misalnya konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut:

(27)

Gambar 3.2. Konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson

Kawat fasa dialiri oleh arus urutan nol Ia0, Ib0, dan Ic0 dan kembali melalui tanah yang jaraknya Dn sama dari setiap konduktor. Penghantar netral dialiri oleh arus yang berlawanan arah dengan arus fasa dan dengan demikian,

Ia0   Ib0    Ic0   In   0       3.16 Karena Ia0 = Ib0 = Ic0, maka:

In   ‐3 Ia0        3.17 Menurut rumus, fluks melingkar suatu konduktor dalam satu kelompok penghantar adalah: λi   2x10‐7 Iiln 1 r'i Ijln n j 1 1 Dij  untuk j  1       3.18 dimana        r'i     r1e‐ 1 4       3.19

Fluks melingkar total fasa a adalah:

λa0  2x10‐7 Ia0ln 1 r' Ib0ln 1 D Ic0 1 D In 1 Dn         3.20 Subsitusi Ib0, Ic0, In dalam fungsi Ia0 akan diperoleh:

λa0   2x10‐7 I a0 ln  1 r' ln 1 D 1 D‐3In 1 Dn        3.21 λa0   2x10‐7 Ia0ln Dn3 r'D2    Wb/m        3.22 D D D Dn T a n a h

(28)

Karena L0 = λa0 / Ia0 adalah induktansi urutan nol per fasa dalam mH/km, maka: L0   0.2  ln Dn3 r'D2    0.2 ln DDn3 r'D3       3.23 atau L0   0.2  lnD r' 3 0.2 ln Dn D     mH/km        3.24

Suku pertama dari persamaan ini adalah induktansi urutan positif, sehingga reaktansi urutan nol dapat dinyatakan sebagai :

X0    X1   3Xn        3.25

dimana:

     Xn   2πf  0.2 ln Dn

D     mΩ/km       3.26

Impedansi urutan nol transmisi lebih besar dari pada tiga kali impedansi urutan positif atau impedansi urutan negatifnya.

3.2.3 Impedansi Urutan Mesin Sinkron

Induktansi mesin serempak tergantung pada urutan fasa terhadap arah putaran rotor. Impedansi urutan positif generator muncul dari arus urutan positif yang ditimbulkan oleh tegangan urutan positif. Impedansi urutan positif terdiri atas berbagai besaran yaitu Xd’’, Xd’, dan Xd yang digunakan pada studi gangguan fasa tiga seimbang. Kalau arus urutan negatif ada dalam stator, maka fluks bersih pada celah udara berputar melawan arah putaran rotor sehingga fluks bersih ini berputar dua kali putaran sinkron terhadap rotor. Karena tegangan medan penguat behubungan dengan variabel urutan positif, maka gulungan medan penguat tak mempengaruhi urutan negatif, sehingga hanya gulungan peredam yang berpengaruh pada sumbu tegak (quadratice axis).

Tidak ada perbedaan reaktansi subtransien dengan reaktansi transien pada sumbu tegak lurus dan sumbu langsung (direct axis). Reaktansi urutan negatif sama dengan reaktansi subtransien urutan positif.

(29)

X2   Xd"        3.27 Impedansi urutan nol adalah impedansi yang mempunyai arus urutan nol yang sama besar dan fasa yang sama. Bila mmf ruangan adalah sinusoidal maka resultante fluks celah udara adalah nol sehingga tak ada reaktansi yang dibangkitkan oleh reaksi jangkar (armature reaction).

Mesin mempunyai rekasi urutan nol yang sangat kecil mendekati reaktansi bocor.

X0   X1        3.28

3.2.4 Impedansi Urutan Dari Transformator

Transformator tenaga mempunyai rugi-rugi inti dan arus magnetisasi sekitar 1% dari nilai nominal sehingga cabang magnetisasi boleh diabaikan. Trafo diibaratkan rangkaian seri yang besarnya ekivalen dengan impedansi kebocoran. Karena trafo adalah peralatan statik maka kebocoran impedansi tidak berubah bila urutan fasa berubah, sehingga impedansi urutan positif sama dengan impedansi urutan negatif dan juga bila trafo mengalirkan arus urutan nol maka impedansi urutan nol sama dengan impedansi bocor trafo, sehingga:

Z0   Z1    Z2    ZF       3.29 Untuk trafo Y-∆ dan ∆-Y tegangan fasa urutan positif pada sisi tegangan tinggi mendahului tegangan fasa pada sisi tegangan rendah sebesar 30°. Tegangan urutan negatif tiap fasa bergeser sebesar -30°. Rangkaian ekivalen untuk impedansi urutan nol tergantung pada sambungan gulungan trafo dan tergantung pada ada atau tidaknya pentanahan titik netral. Konfigurasi pentanahan netral dengan rangkaian ekivalen impedansi urutan nol untuk berbagai rangkaian adalah sebagai berikut (dalam hal ini reluktansi inti diabaikan sehingga arus primer ada bila arus sekunder ada).

a. Sambungan trafo Y-Y dengan kedua netral ditanahkan. Arus urutan nol adalah sama dengan jumlah arus fasa. Arus urutan nol bisa mengalir baik di primer maupun di sekunder sehingga impedansi urutan nol sama dengan impedansi bocor trafo. Rangkaian ekivalennya dapat dilihat pada gambar 3.3.a.

(30)

b. Sambungan Y-Y, hanya primer yang ditanahkan. Karena sambungan sekunder tidak ditanahkan netralnya maka jumlah arus fasa adalah nol. Sehingga arus urutan pada primer adalah nol dengan perkataan lain rangkaian terbuka, seperti pada gambar 3.3.b.

c. Transformator Y-∆ dengan netral Y ditanahkan. Arus urutan nol primer ada karena adanya arus sirkulasi urutan nol pada sekunder ∆. Tetapi tidak ada arus yang meninggalkan sambungan segitiga sehingga ada isolasi antara arus urutan nol primer pada hubungan Y dengan arus urutan nol sekunder pada hubungan ∆, seperti pada gambar 3.3.c.

d. Trafo sambungan Y- ∆ dengan netral diisolasi. Karena netral diisolasi maka impedansi urutan nol tak dapat mengalir dan rangkaian ekivalen kelihatan seperti rangkaian terbuka (impedansi tak terhingga), seperti pada gambar 3.3.d.

e. Trafo sambungan ∆- ∆. Arus urutan nol berputar pada sambungan ∆, tapi tidak keluar dari ∆, seperti pada gambar 3.3.e.

Impedansi netral memegang peranan pada rangkaian ekivalen. Bila netral dibumikan melalui impedansi Zn maka rangkaian ekivalen impedansi netral adalah 3Zn karena In = 3 I0 pada lintasan arus urutan nol.

(31)

Ia0 Ia0 Ia0 3Ia0 n n n Z0 N0 3Ia0 n Ia0 Ia0 Ia0 p s s p n 3Ia0 Ia0 Ia0 Ia0 p Z0 N0 Z0 N0 s s n p s p Z0 N0 n p s Z0 N0 Z0 N0 p s s p p s p s p s s p

Simbol Rangkaian hubungan Trafo Rangkaian ekivalenurutan nol

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 3.3. Jaringan urutan nol fasa tiga dari transformator dua lilitan

3.2.5 Jaringan Urutan Nol

Catatan penting bahwa sistem urutan nol adalah bukan sistem fasa tiga tetapi sistem fasa tunggal. Karena arus urutan nol dan tegangan adalah sama besarnya dan pada setiap titik fasa dalam semua sistem fasa. Bagaimanapun juga, arus urutan impedansi hanya didapat pada rangkaian jika rangkaian tersebut dapat dilalui arus. Adapun, jika rangkaian tersebut tidak dapat dilalui arus impedansi urutan nol dalam rangkaian,

(32)

maka urutan impedansi tersebut terbatas. Dalam penggambaran jaringan urutan nol, keterabatasan impedansi ditunjukan dengan cara rangkaian terbuka.

Pada gambar 3.4 menjelaskan bahwa jaringan urutan nol untuk hubungan Y (wye) dan

(delta) beban fasa tiga.

Z0 Z0 Z0 Z0 Ia0 N0 n Z0 Z0 Z0 Ia0 Ia0 Ia0 3Ia0 Z0 Ia0 N0 n n Z0 Z0 Z0 Ia0 Ia0 Ia0 3Ia0 Z0 Ia0 N0 n n 3Zn Zn Z0 Z0 Z0 Z0 N0 n Ia0 = 0 (a) (b) (c) (d)

Diagram hubungan beban Rangkaian eqivalen urutan nol

Gambar 3.4. Jaringan urutan nol untuk hubungan wye dan delta beban fasa tiga: (a) hubungan beban wye tanpa pentanahan; (b) hubungan beban wye dengan

pentanahan; (c) hubungan beban wye dengan pentanahan menggunakan impedansi; (d) hubungan beban delta

3.3 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.3.1 Gangguan Fasa Tiga

Pada umumnya, gangguan fasa tiga merupakan gangguan yang seimbang

(symmetrical), tetapi juga bisa dianalisa dengan menggunakan komponen simetris.

gambar 3.5(a) memperlihatkan gambaran umum dari gangguan fasa tiga seimbang pada gangguan di titik F dengan impedansi Zf dan Zg. Gambar 3.5(b)

(33)

memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan, dengan Vf adalah tegangan sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,0 ∠0° p.u).

Arus urutan positif, negatif dan nol dapat digambarkan sebagai berikut:

Ia0    0        3.30 Ia2  0        3.31

Ia1   

1.0  0°

Z1 Zf         3.32 Dengan mensubsitusikan persamaan (3.30), (3.31), (3.32) ke dalam persamaan matriks, maka dapat ditulis:

Iaf Ibf Icf      1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Ia0 Ia1 Ia2         3.33 sehingga, Iaf Ibf Icf 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 0 Ia1 0        3.34

Dari persamaan di atas diperoleh:

Iaf     Ia1         1.0 0° Z1 Zf        3.35 Ibf     a2 Ia1            1.0 240° Z1 Zf        3.36 Icf     a Ia1           1.0 120° Z1 Zf        3.37 Ketika jaringan urutan dihubung singkat dengan impedansi gangguannya, maka:

Va0     0       3.38 Va1     ZfIa1       3.39 Va2      0       3.40

Dengan mensubsitusikan persamaan (3.38), (3.39), (3.40) ke persamaan matriks adalah sebagai berikut:

(34)

Vaf Vbf Vcf 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Va0 Va1 Va2         3.41 maka, Vaf Vbf Vcf     11 a12 1a 1 a a2 0 Va1 0         3.42 sehingga, Vaf     Va1         Zf Ia1 0°        3.43 Vbf     a2 Va1    Zf Ia1 240°       3.44 Vcf     a Va1      Zf Ia1 120°       3.45 Sehingga, tegangan fasa-fasa menjadi :

Vab     Vaf ‐Vbf     Va1 1‐a2       √3 ZfIa1 30°       3.46 Vbc     Vbf‐Vcf      Va1 a2‐a2     √3 ZfIa1 ‐90°       3.47 Vca     Vcf ‐Vaf     Va1 a‐1         √3 ZfIa1 150°        3.48 Zf Zf Zf F Zf a b c If If If If + If + If = 3Ia0 F0 Z3 N0 Va0 -+ Zf + 3Zg I a1 Zf 1.0∠0° + -F1 Z1 N1 Va1 -+ I a2 F2 Z2 N2 Zf Va2 -+ Ia0 (b) (a)

Gambar 3.5. Gangguan Fasa Tiga

(35)

3.3.2 Gangguan Fasa Tunggal Ke Tanah (SLG Fault)

Pada umumnya, gangguan fasa tunggal ke tanah pada sistem transmisi terjadi ketika satu penghantar fasanya terhubung singkat ke tanah baik secara langsung (solidly), RF = 0 atau terhubung dengan kawat tanah. Gambar 3.6 (a) memperlihatkan gambaran umum dari gangguan fasa tunggal ke tanah pada gangguan di titik F dengan impedansi gangguan ZF. Gambar 3.6 (b) memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan.

Pada analisa gangguan fasa tunggal ke tanah dimisalkan terjadi pada fasa a, dengan Vf adalah tegangan sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,0 ∠0º p.u), dimana:

Ia0     Ia1     Ia2     

1.0 0° Z0 Z1 Z2 3Zf        3.49 Iaf Ibf Icf      11 a12 1a 1 a a2 Ia0 Ia1 Ia2         3.50

Arus gangguan untuk fasa a adalah:

Iaf      Ia0   Ia1   Ia2       3.51 atau

Iaf     3Ia0   3Ia1   3Ia2        3.52 Dari gambar 3.6 (a)

Vaf     Zf  Iaf       3.53 Dengan mensubsitusikan persamaan (3.52) ke persamaan (3.53), tegangan pada fasa a adalah sebagai berikut:

Vaf     3Zf  Ia1       3.54

Pada gambar 3.6 (b) memperlihatkan rangkaian jaringan urutan di seri, sehingga:

Vaf     Va0   Va1   Va2       3.55 Va0   Va1   Va2     3ZIa1        3.56

(36)

Tegangan urutan nol, positif dan negatif bisa didapat dari persamaan: Va0 Va1 Va2 0 1.0 0° 0 ‐ Z0 0 0 0 Z1 0 0 0 Z2 Ia0 Ia1 Ia2        3.57  

Gangguan fasa tunggal ke tanah pada fasa b dan c tegangan dihubungkan untuk mengetahui komponen tegangan fasa a, dari persamaan matriks dapat ditulis:

Vaf Vbf Vcf 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Va0 Va1 Va2        3.58 adalah Vbf      Va0 a2V a1 aVa2       3.59 dan Vcf     Va0   a Va1   a2 Va2       3.60 F0 Z0 1. 0∠0°+ -F1 Z1 F2 Z2 N0 N1 N2 I a 2 I a 1 I a 0 Va0-+ Va1 -+ Va2 -+ 3 Zf Zf F a b c Iaf Ibf = 0 Icf = 0 Vaf + -(b) (a)

Gambar 3.6. Gangguan fasa tunggal ke tanah (a) gambar umum; (b) rangkaian ekivalen jaringan urutan

(37)

BAB IV

PERHITUNGAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

4.1 STUDI KASUS

Jaringan tegangan menengah pada sistem kelistrikan di Indonesia kebanyakan menggunakan saluran udara yang tidak terlepas dari berbagai macam gangguan, kecuali untuk daerah Jakarta Raya dan Tangerang kebanyakan adalah dengan menggunakan saluran kabel. Dalam pembahasan sub-sub bab berikutnya, pada bab 4 ini gangguan hubung singkat (short circuit) pada salah satu penyulang pada GI Kembangan, Jakarta-Barat yaitu pada penyulang Ji’ih akan dianalisis.

Selain menganalisa besarnya tegangan akibat gangguan hubung singkat di gardu distribusi BC.60 besarnya tegangan pada tiap rel TM yang dekat dengan gardu distribusi BC.60 juga akan dianalisis.

Penyulang yang akan dianalisa adalah penyulang Ji’ih pada GI Kembangan, Jakarta-Barat seperti dapat dilihat pada gambar 4.1 dengan data sebagai berikut: a. Spesifikasi Transformer Pada GI Kembangan:

Daya pengenal = 60 MVA

Tegangan primer = 150 kV

Tegangan sekunder = 20 kV

Keterangan vektor = YNyno

Pentanahan = 12 Ω Rn = 4,13 Z(%) = 12 R(%) = 0,37 X(%) = 11,98 b. Spesifikasi BC 60 Daya = 2 x 630 kVA Tegangan primer (Tp) = 20 kV Tegangan sekunder (Ts) = 400 V

(38)

Keterangan vektor = DynS

Z(%) = 4

R(%) = 1,2

(39)
(40)

4.2 TEGANGAN PADA TITIK GANGGUAN

Untuk menghitung tegangan gangguan hubung singkat pada jaringan tegangan menengah yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lokasi pada saluran tegangan menengah (TM) tersebut diperlukan beberapa parameter, antara lain impedansi transformator TT/TM, sistem pentanahan pada sisi TM dan impedansi saluran dari GI ke titik lokasi gangguan. Semua parameter tersebut diubah ke dalam satuan standar yaitu satuan per-unit.

4.2.1 Perhitungan Per-Unit

Dalam perhitungan per-unit dipilih dasar daya (Sbase) dan dasar tegangan (Vbase) pada sisi sekunder transformer yaitu:

Sbase = 60 MVA Vbase = 20 kV

a. Impedansi transformer dalam per-unit adalah: XT =11.98

100 × 60

60= 0.120 pu ZT = jXTpu = j0.120 pu

b. Sistem pentanahan dalam per-unit adalah: Zbase =20 60 = 6.67 Ω maka : Rn = Rn Zbase= 4.13 6.67= 0.62 pu

4.2.2 Perhitungan Besarnya Tegangan Akibat Gangguan Fasa Tunggal Ke Tanah Pada Gardu BC 60

Pada gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault) diasumsikan nilai impedansi gangguan ZF = 0 dan gangguan terjadi pada fasa a. Representasi rangkaian dengan gangguan fasa tunggal beserta rangkaian ekivalen urutan yang dapat dilihat pada gambar 4.2.

(41)

Gambar 4.2

Gangguan fasa tunggal ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan Langkah perhitungan gangguan fasa tunggal ke tanah adalah sebagai berikut: a. Akibat gangguan fasa tunggal ke tanah pada BC.60

Dari hasil perhitungan seperti yang dapat dilihat pada lampiran B diperoleh:

• Impedansi urutan positif = impendasi urutan negatif Z1 = Z2 = 0,025 83,29°

= 0,003 + j0,025

• Impedansi urutan nol Z0 = 0,032 88,76° = 0,0007 + j0,032 b. Arus urutan Ia Ib Ic 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Iao Ia1 Ia2 Ia0   Ia1   Ia2    

1.0 0° Z0  Z1  Z2  3Zn = 1 0° 0.003+j0.025 + 0.0007+j0.032 + 0.003+j0.025 = 1 0° 0.007+j0.082 = 1 0° 0.082 85.12° = 12.20 -85.12° = 1.038 – j12.16

(42)

c. Arus gangguan hubung singkat pada fasa a Ia = 3Ia1 = 3 12.20 -85.12°

= 36.6 -85.12°

d. Besarnya arus pada fasa a, I dengan: Sbase BC.60 = 630 kVA Vbase        = 20 kV Ibase = 630 kVA 20 kV = 31.5 A Ia = 36.6 -85.12° × 31.5 A = 1152.9 -85.12° A = 1.1529 -85.12° kA e. Tegangan Urutan Va0 Va1 Va2 0 1 0° 0 Z0 0 0 0 Z1 0 0 0 Z2 Iao Ia1 Ia2 =  0 1 0° 0 -0,032 88,76° 0 0 0 0,025 83,29° 0 0 0 0,025 83,29° 12.20 -85.12° 12.20 -85.12° 12.20 -85.12° 0 1  0° 0 0,390 3,64° 0,305 -1,83° 0,305 -1,83° 0 1  0° 0 0,389+j0,025 0,305-j0,010 0,305-j0,010 -0,389 –j0,025 0,695+j0,010 -0,305+j0,010 0,390 -176,32° 0,695 0,82° 0,305 178,12°    

(43)

f. Tegangan gangguan hubung singkat pada fasa Va Vb Vc 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 Va0 Va1 Va2 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 0,390 -176,32° 0,695 0,82° 0,305 178,12° dimana, a = 1 120° = -0,5 + j0,867 a2 = 1 -120° = -0,5 – j0,867 maka, Va Vb Vc 0,390 -176,32° + 0,695 0,82° + (0,305 178,12°) 0,390 -176,32° + 0,695 -119,18° + (0,305 298,12°) 0,390 -176,32° + 0,695 120,82° + 0,305 58,12° -0,389-j0,025 + 0,695+j0,010 +(-0,305+j0,010) -0,389-j0,025 + -0,34-j0,607 +(0,144-j0,269) -0,389-j0,025 + -0,356+j0,597 +(0,161+j0,259) =  0,001-j0,005 -0,585-j0,901 -0,458+j0,467 =  0,005 -78,69° 1,074 -122,99° 0,654 134,44°

g. Besarnya tegangan pada fasa a, b, c, Vbase 20 kV Va   (0,005 -78,69°) 20 kV   0,10 -74,69° kV 0,026 – j0,096 Vb   (1,074 -122,99°) 20 kV 21,48 -122,99° kV - 11,7 – j18,02 Vc (0,654 134,44°) 20 kV 13,08 134,44° kV - 9,16+ j9,34

(44)

h. Tegangan line to line pada saat gangguan Vab Va Vb (0,026 – j0,096) – (- 11,7 – j18,02) 11,73 + j17,92 21,42 56,79° pu Vbc Vb Vc (- 11,7 – j18,02) – (- 9,16+ j9,34) -2,54 – j27,36 27,48 -95,30° pu Vca Vc Va (- 9,16+ j9,34) – (0,026 – j0,096) - 9,19 + j9,44 13,17 134,23° pu

4.3 TEGANGAN AKIBAT GANGGUAN FASA TIGA PADA GARDU BC.60

Pada gangguan fasa tiga:

(45)

a. Akibat gangguan fasa tiga pada BC.60 Z1 0,003 + j0,025 0,025 83,29° b. Arus urutan Ia0   Ia2   0 Ia1    1 0° Z1 Zground    1 0° 0,003   j0,025 = 1 0° 0,025 83,29° = 40,00 -83,29° = 4,674 – j39,73

c. Arus gangguan hubung singkat pada fasa Ia Ib Ic = 1 1 1 1 a2 a 1 a a2 0 40,00 -83,29° 0 = 40,00 -83,29° 40,00 -203,29° 40,00 36,71°

d. Besar arus pada fasa 3, Ibase 3000 kA Ia = (40,00 -83,29°) × 31,5 A = 1260 -83,29° A Ib = (40,00 -203,29°) × 31,5 A = 1260 -203,29° A Ic = (40,00 36,71°) × 31,5 A = 1260 36,71° A e. Tegangan urutan Va0 Va1 Va2     01 0 ‐ Z0 0 0 0 Z1 0 0 0 Z2 Ia0 Ia1 Ia2 =  0 1 0 -0,032 88,76° 0 0 0 0,025 83,29° 0 0 0 0,025 83,29° 0 40,00 -83,29° 0 0 1 0 0 1  0 0 0 0 0

(46)

f. Tegangan gangguan hubung singkat pada fasa Va Vb Vc 0 0 0

g. Besar tegangan pada fasa a, b, c, Vbase 20 kV

Va Vb Vc 0 0 0

h. Tegangan line to line pada saat gangguan

Vab Vbc Vca 0 0 0

4.4 ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DENGAN SIMULASI PROGRAM ETAP

Adapun tujuan dari pada menganalisa arus gangguan hubung singkat fasa tiga dengan menggunakan program ETAP yakni sebagai perbandingan antara perhitungan manual dengan menggunakan simulasi program ETAP. Dari hasil analisa diperoleh beberapa data gambar dan hasil laporan analisa sebagai mana dapat dilihat pada lembar lampiran A berikutnya.

                     

(47)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Gangguan hubung singkat pada suatu sistem tenaga listrik tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi tetapi dapat ditangani ketika gangguan tersebut terjadi. Dari hasil laporan tugas akhir ini penulis dapat menyimpulkan tentang sebab gangguan secara umum serta hasil analisa gangguan hubung singkat fasa tunggal ke tanah maupun gangguan fasa tiga, yakni antara lain :

a. Gangguan pada sistem dapat terjadi disebabkan oleh tiga hal yaitu :

• Gangguan karena kesalahan manusia misalnya kelalaian pada saat mengubah jaringan sistem, lupa membuka pembumian setelah perbaikan, kurang pemeliharaan, dan sebagainya.

• Gangguan dari dalam misalnya gangguan-gangguan yang berasal dari sistem atau gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor usia alat yang sudah tua, arus lebih, tegangan lebih, dan lain-lain sehingga merusak isolasi peralatan.

• Gangguan dari luar yaitu gangguan yang berasal dari alam diantaranya cuaca, gempa bumi, petir dan banjir, pohon atau ranting, gangguan karena binatang diantaranya gigitan tikus pada kabel, kelelawar, burung, ular dan sebagainya. b. Besarnya arus dan tegangan akibat gangguan fasa tunggal ke tanah pada gardu

BC 60 :

• Besarnya Arus pada Phasa a, I adalah Ia = 1.1529 -85.12° kA

• Besarnya Tegangan pada Phasa a, b, c Vbase 20 kV Va       0,10 -74,69° kV

Vb       21,48 -122,99° kV Vc      13,08 134,44° kV

(48)

c. Besarnya arus dan tegangan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC 60:

• Besar Arus pada Phasa 3, Ibase 3000 kA Ia   =  1.260 -83,29° kA

Ib   =  1.260 -203,29° kA Ic   =  1.260 36,71° kA

• Besarnya Tegangan pada Phasa a, b, c Vbase 20 kV Va   0

Vb   0 Vc 0

Dari hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat fasa tiga pada gardu BC.60 dengan menggunakan perhitungan manual didapat Ia = 1.260 kA sedangkan dengan menggunakan simulasi ETAP didapat Ia = 1.341 kA seperti yang dapat dilihat pada lampiran A.

5.2 SARAN

Beberapa saran dapat ditulis antara lain: a. Cara meminimalisir gangguan:

• Harus adanya sistem proteksi yang memadai dan handal sebagai pemutus utama apabila terjadi gangguan.

• Sistem monitoring jarak jauh sebagai pemonitor apabila terjadi suatu gangguan.

• Perlu adanya pergantian peralatan untuk instalasi listrik secara berkala dalam jangka waktu yang telah ditentukan bila dianggap perlu.

b. Penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran kepada pihak pengelola agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan kualitas pelayanan listrik kepada konsumen dengan meminimalisir secepatnya apabila terjadi gangguan pada suatu sistem.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gonen, T, “Modern Power System Analysis”, Mc Graw Hill, New York, 1987. [2] Saadat, H, “Power System Analysis”, Mc Graw Hill International Edition,

Electrical Enginering Series, 1999.

[3] Stevenson, W.D., “Elements of Power System Analysis”, Mc Graw Hill, New York, 1982.

Gambar

Tabel 1.1 Fungsi-fungsi operator a
Gambar 2.1 Diagaram fasor dari fungsi-fungsi operator a
Gambar 2.2.  Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen  simetris dari tiga fasor tak seimbang
Gambar 3.1.  Impedansi beban tak seimbang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya arus gangguan hubung singkat pada penyulang Nakula, mengetahui solusi untuk menemukan lokasi gangguan hubung singkat serta

Tujuan dari perhitungan gangguan hubung singkat adalah untuk menghitung arus maksimum dan minimum gangguan, pada lokasi yang berbeda dari sistem tenaga untuk jenis gangguan

Gangguan hubung singkat 3 fasa yang terjadi dalam pendistribusian energi listrik tidak hanya menyebabkan timbulnya arus gangguan yang besar pada fasa-fasa yang

Implementasi metode Murray-Varley Bridge dalam penelitian ini untuk mendeteksi letak hubung singkat kabel listrik dilakukan dengan menggunakan sensor tegangan listrik

Tujuan dari analisis hubung singkat yang dilakukan adalah untuk menentukan arus dan tegangan maksimum & minimum pada bagian-bagian atau titik-titik tertentu dari

Oleh karena pentingnya penentuan kapasitas pemutus tenaga ini terhadap gangguan hubung singkat juga berdasar pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh saudara

Implementasi metode Murray-Varley Bridge dalam penelitian ini untuk mendeteksi letak hubung singkat kabel listrik dilakukan dengan menggunakan sensor tegangan listrik

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Panjang Saluran dengan Arus Gangguan Dari hasil perhitungan arus gangguan gardu induk feeder Painan menunjukkan bahwa arus hubung singkat dipengaruhi