• Tidak ada hasil yang ditemukan

Available online at Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 4 (1), 2021,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Available online at Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 4 (1), 2021,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Kemampuan Spasial dan Self

Neni Pepika

Pendidikan Matematika Universitas

Email : neni94pepika@gmail.com

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

Efficacydan interaksi Kemampuan Awal siswa dengan Model Pembelajran di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan dalam mempelajari materi Bangun Ruang Sisi Datar.

quasi eksperiment. Temuan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan hasil p

keseluruhan kelompok data RME menunjukkan perbedaan kemampuan spasial dengan rerata 73,42 dengan standar deviasi 16,29 sedangkan untuk kelompok STAD sebesar 67,14 dengan standar deviasi 19,39. Hipotesis yang dilakukan uji ANAVA

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.009 karena ini signifikansi lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 0,05, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan spasial siswa yang di ajarkan dengan kelas RME dan kelas STAD tetapi tidak terdapat interaksi antara model pembelajran dan kemampuan awal siswa, sedangkan untuk kemampuan self-efficacy siswa tidak terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang diaj dengan kelas RME dan kelas STAD dan tidak terdapat interaksi anta

kemampuan awal siswa.

Kata Kunci : Perbedaan Pembelajaran, Pendekatan RME, Kooperatif Tipe STAD, Kemampuan Spasial, Self

Differences in Spatial Ability and Self

This article aims to determine whether there are differences in Spatial Ability and Self the interaction of students' Early Ability with the Learning Mo

Medan in studying the material of Flat Side Building Space. This type of research is a quasi experiment. The findings in this study, namely based on the results of the overall calculation of the RME data group showed diff

of 16.29 while for the STAD group it was 67.14 with a standard deviation of 19.39. The hypothesis carried out by the ANAVA test shows that for the learning model factor, a significan

is obtained because this significance is smaller than the significance level of 0.05, so Ho is rejected. Based on the results of hypothesis testing, it was concluded that there were differences in the spatial abilities of students taught by the RME class and STAD class but there was no interaction between the learning model and the students 'initial abilities, while for students' self

difference in ability between students taught and the class. RME and STAD interaction between learning models and students' initial abilities

Keywords : Learning Differences, RME Approach, STAD Cooperative Type, Spatial Ability, Self Efficacy

Perbedaan Kemampuan Spasial dan Self-Efficacy Siswa Pada Pembelajaran RME dan Kooperatif Type STAD

Neni Pepika 1, Edi Syahputra 2, Suwarno Ariswoyo 3

Pendidikan Matematika Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Jl. Garu II No.93 Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia 1,2,3

neni94pepika@gmail.com, Telp: +62821680316

Abstrak

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan Kemampuan Spasial dan Kemampuan Awal siswa dengan Model Pembelajran di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan dalam mempelajari materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah

. Temuan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan hasil p

keseluruhan kelompok data RME menunjukkan perbedaan kemampuan spasial dengan rerata 73,42 dengan standar deviasi 16,29 sedangkan untuk kelompok STAD sebesar 67,14 dengan standar deviasi Hipotesis yang dilakukan uji ANAVA terlihat bahwa untuk factor model pembelajaran, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.009 karena ini signifikansi lebih kecil dari nilai taraf signifikansi Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat mampuan spasial siswa yang di ajarkan dengan kelas RME dan kelas STAD tetapi tidak terdapat interaksi antara model pembelajran dan kemampuan awal siswa, sedangkan untuk

siswa tidak terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang diaj dengan kelas RME dan kelas STAD dan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan

Perbedaan Pembelajaran, Pendekatan RME, Kooperatif Tipe STAD, Kemampuan Spasial, Self-Efficacy

Ability and Self-Efficacy of Students in Learning RME and Cooperative Type STAD

Abstract

This article aims to determine whether there are differences in Spatial Ability and Self

the interaction of students' Early Ability with the Learning Model in class VIII of SMP Negeri 17 Medan in studying the material of Flat Side Building Space. This type of research is a quasi experiment. The findings in this study, namely based on the results of the overall calculation of the RME data group showed differences in spatial ability with a mean of 73.42 with a standard deviation of 16.29 while for the STAD group it was 67.14 with a standard deviation of 19.39. The hypothesis carried out by the ANAVA test shows that for the learning model factor, a significan

is obtained because this significance is smaller than the significance level of 0.05, so Ho is rejected. Based on the results of hypothesis testing, it was concluded that there were differences in the spatial by the RME class and STAD class but there was no interaction between the learning model and the students 'initial abilities, while for students' self-efficacy abilities there was no difference in ability between students taught and the class. RME and STAD

interaction between learning models and students' initial abilities.

Learning Differences, RME Approach, STAD Cooperative Type, Spatial Ability, Self

Efficacy Siswa Pada Pembelajaran RME dan Kooperatif

3

Jl. Garu II No.93 Medan, 645

perbedaan Kemampuan Spasial dan Self-Kemampuan Awal siswa dengan Model Pembelajran di kelas VIII SMP Negeri

Jenis penelitian yang dilakukan adalah . Temuan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan hasil perhitungan secara keseluruhan kelompok data RME menunjukkan perbedaan kemampuan spasial dengan rerata 73,42 dengan standar deviasi 16,29 sedangkan untuk kelompok STAD sebesar 67,14 dengan standar deviasi untuk factor model pembelajaran, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.009 karena ini signifikansi lebih kecil dari nilai taraf signifikansi Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat mampuan spasial siswa yang di ajarkan dengan kelas RME dan kelas STAD tetapi tidak terdapat interaksi antara model pembelajran dan kemampuan awal siswa, sedangkan untuk siswa tidak terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang diajarkan a model pembelajaran dan Perbedaan Pembelajaran, Pendekatan RME, Kooperatif Tipe STAD,

Efficacy of Students in Learning RME and Cooperative Type

This article aims to determine whether there are differences in Spatial Ability and Self-Efficacy and del in class VIII of SMP Negeri 17 Medan in studying the material of Flat Side Building Space. This type of research is a quasi experiment. The findings in this study, namely based on the results of the overall calculation of the erences in spatial ability with a mean of 73.42 with a standard deviation of 16.29 while for the STAD group it was 67.14 with a standard deviation of 19.39. The hypothesis carried out by the ANAVA test shows that for the learning model factor, a significance value of 0.009 is obtained because this significance is smaller than the significance level of 0.05, so Ho is rejected. Based on the results of hypothesis testing, it was concluded that there were differences in the spatial by the RME class and STAD class but there was no interaction between the efficacy abilities there was no difference in ability between students taught and the class. RME and STAD classes and there is no Learning Differences, RME Approach, STAD Cooperative Type, Spatial Ability,

(2)

Self-PENDAHULUAN

Kemampuan spasial matematis adalah kemampuan membayangkan, membanding, menduga, menentukan, mengonstruksi, memperesentasikan, dan menemukan informasi dari stimulus visual dalam konteks ruangan. Kemampuan ini menuntut indikator siswa untuk bisa menyatakan kedudukan antar unsur- unsur suatu bangun ruang, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gambar geometri, membayangkan bentuk atau posisi suatu objek geometri yang dipandang dari sudut pandang tertentu, mengonstruksi dan merepresentasikan model-model geometri yang digambar pada bidang datar dalam konteks ruang, dan menginvestigasi suatu objek geometri (Lestari & Yudhanegara, 2015).

Selain membekali siswa dengan kemampuan spasial yang baik, siswa juga perlu untuk mengembangkan self-efficacy jika rasa percaya diri siswa mampu menguasai kemampuan spasial dalam geometri, maka ini akan menumbuhkan sikap yang positif. Sikap positif tersebut dapat terlihat dari kesungguhan mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif selama pembelajaran, menyelesaikan tugas-tugas dengan tuntas dan tepat waktu, serta merespon baik tantangan yang diberikan

guru.Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks.Bandura dan Locke (2003) menyatakan bahwaself-efficacy menunjukkan tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan berbagai masalah

matematika juga mempengaruhi

peningkatan hasil belajarnya. Bandura dan Locke (2003) menyatakan ada dua proses belajar yang terpenting, yaitu: a) proses belajar learning by observation yaitu manusia belajar melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain, dan b) proses belajar vicarious learning yaitu manusia belajar mengamati konsekuensi perilaku orang lain. Adapun pengukuran self-efficacy dalam penelitian ini difokuskan pada empat karakteristik yang diadaptasi dari Handayani (2012) yaitu: a) percaya pada kemampuan sendiri, b) bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, c) memiliki konsep diri yang positif, dan d) berani mengungkapkan pendapat. Berdasarkan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara

(3)

kemampuan spasial dan keyakinan siswa (self-efficacy).

Namun temuan di lapangan menunjukkan masih rendahnya self-efficacy siswa, diantaranya yang diungkapkan oleh Ruseffendi (1991) bahwa “terdapat banyak orang yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan”. Dari temuan adanya siswa yang mengganggap matematika sukar dan ruwet tersebut, secara tersirat dapat diartikan bahwa kepercayaan diri siswa akan kemampuannya (self-efficacy) untuk menghadapi matematika masih rendah.

Selain temuan di atas, fakta di lapangan yang sering dijumpai guru-guru dalam mengajar adalah ketidakmauan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab pertanyaan guru. Ketidakmauan siswa tersebut di latar belakangi karena siswa tidak percaya akan kemampuannya untuk menjawab dengan

benar pertanyaan guru. Juga

ketidakpercayaan siswa akan kebenaran pertanyaan yang diajukan kepada guru.

Selain hal di atas, keberhasilan siswa tidak terlepas dari implementasi

model pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif dan bermakna adalah tututan yang mesti dipenuhi oleh para guru. Widayati (2012) menyatakan bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran adalah model kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan Pembelajaran Realistik (RME).

Sedangkan Pembelajaran Realistik (RME) Pembelajaran Matematika Realistis mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika harus diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu : kegiatan, nyata, bertahap, saling menjalin, interaksi, dan bimbingan. Hal tersebut dapat dipahami dari salah satu langkah RME yaitu saling berinteraksi, dengan adanya interaksi pada RME ini membuat siswa aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Aktif dan terlibat langsungnya siswa dalam proses

(4)

pembelajaran menjadikan kemampuan matematis siswa dapat berkembang termasuk kemampuan spasial siswa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran RME berkontribusi terhadap kemampuan spasial siswa namun tidak secara langsung.

Selain itu secara tidak langsung juga, kontribusi RME terhadap perkembangan kemampuan spasial matematis siswa dapat dilihat dari langkah RME yaitu langkah pemberian penghargaan kelompok. Adapun kontribusi RME yang disumbangkan berupa motivasi. Termotivasinya siswa untuk belajar menyebabkan siswa akan berusaha belajar dengan baik, sehingga kemampuan

matematis siswa dapat berkembang termasuk kemampuan spasial matematis siswa. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa RME berkontribusi terhadap kemampuan spasial matematis siswa.

METODE

Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian quasi experiment. Keterkaitan antara rumusan masalah, hipotesis penelitian, hipotesis statistic, alat uji, dan uji statistic dalam penelitian ini disajikan pada table berikut:

Rumusan Masalah Hipotesis Penelitian Hipotesis Statistik Kelompok Data Uji Statistik Apakah terdapat perbedaan kemampuan spasial matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran RME dan STAD?

Terdapat perbedaan

kemampuan spasial

matematik antara

siswa yang diberi

model pembelajaran

STAD dan RME

H0 : 11 = 12 H1 : 11≠ 12 Tes Kemampuan Spasial Matematika ANAVA Dua Jalur Apakah terdapat

interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan spasial matematik? Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap kemampuan spasial matematik H0:( )ij = 0 H1 : salah satu pasangan ≠ 0 Tes Kemampuan Awal Matematika ANAVA Dua Jalur

(5)

Apakah terdapat perbedaan Self-efficacy matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran RME dan STAD?

Terdapat perbedaan

Self-efficacy

matematik antara

siswa yang diberi

model pembelajaran

STAD dan RME

H0 : 21 = 22 H1 : 21≠ 22 Angket Self-efficacy ANAVA Dua Jalur Apakah terdapat interaksiantara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik siswa terhadap self-efficacy matematik? Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik siswa terhadap self-efficacy matematik H0:( )ij = 0 H1 : salah satu pasangan ≠ 0 Tes Kemampuan Awal Matematika ANAVA Dua Jalur

HASIL DAN PEMBAHASAN

pengujian hipotesis yang berkenaan dengan kemampuan spasial dan

kemampuan self-efficacy siswa yang diperoleh melalui pengujian statistic pada skor tes kemampuan spasial dan hasil skala kemampuan self-efficacy siswa disajikan pada tabel berikut:

Tabel. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Spasial dan Self-efficacy Siswa pada Taraf Signifikansi 5%

No Hipotesis Penelitian Pengujian

Ha

Hasil Pengujian

1 Terdapat perbedaan kemampuan

spasial matematik antara siswa yang diberi model pembelajaran STAD dan RME

Diterima

Terdapat perbedaan kemampuan spasial matematik antara siswa yang diberi model pembelajaran STAD dan RME

2 Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap kemampuan

spasial matematik Ditolak

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap kemampuan spasial matematik

3 Terdapat perbedaan Self-efficacy matematik antara siswa yang diberi

model pembelajaran STAD dan RME Ditolak

10.Tidak terdapat perbedaan Self-efficacy matematik antara siswa yang diberi model pembelajaran STAD dan RME

4 11.Terdapat Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik siswa terhadap self-efficacy matematik

Ditolak

12.Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematik siswa terhadap self-efficacy matematik

(6)

Berdasarkan hasil analisis terhadap KAM siswa, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan. Sedangkan analisis terhadap faktor yang terkait dalam penelitian ini, yaitu faktor pembelajaran,interaksi antara pembelajaran kemampuan spasial, kemampuan self-efficacy.

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan spasial siswa yang diajar dengan pembelajaran RME dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif type STAD. Selama melaksanakan pembelajaran RME :sajian LAS berupa masalah kontektual yang menarik dan menantang, masing-masing siswa dituntut melakukan kontribusi terhadap kelompoknya, interaksi siswa melalui diskusi kelas, dan keterkaitan dengan bidang atau pengetahuan lain.

Hal ini sesuai dengan penelitianAnh (2006) dalam penelitiannya mengajar geometri di Middle School Vietnam yang menerapkan pembelajaran matematika realistik menemukan bahwa siswa terdorong untuk membangun pengetahuan mereka secara gradual dari informal ke formal.Bahan ajar atau materi yang

dipelajari dalam penelitian ini diberikan kepada siswa melalui lembar aktivitas siswa (LAS) dan diselesaikan melalui diskusi kelompok yang terdiri dari dua sampai tiga orang siswa, dimana kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen, lalu mereka membentuk kelompok asal kemudian membentuk kelompok ahli yang akan membahas materi yang telah dibebankan kepada mereka. Dalam diskusi ini mereka akan berinteraksi dan saling bertukar fikiran dan informasi dan yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan kelompok tersebut. Soal yang diberikan berupa masalah konstekstual, yaitu masalah yang nyata atau dapat dibayangkan oleh siswa atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar membuat siswa lebih menghargai matematika sebagai disiplin ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Masalah yang bersifat konteks dekat dengan kehidupan siswa membuat siswa lebih aktif dan lebih mudah memahami masalah tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sabandar (Saragih: 2007) yang menyatakan bahwa untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan

(7)

kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).

Perbedaan kedua pembelajaran antara pembelajaran RME dan kooperatif tipe STAD tersebut juga terlihat pada proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran RME dilakukan dengan kemandirian dan keaktifan siswa (kontribusi siswa) dalam mengkonstruksikan pengetahuan dengan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif type STAD Menurut Slavin (1997) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu: Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks, Menetapkan siswa dalam kelompok Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar, Tes dan Kuis siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok, Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya, Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok

selama belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan anatar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran RME dan kooperatif type STAD.

Hasil tes akhir kemampuan self-efficacy matematik siswa SMP antara kelompok data RME dan STAD tidak jauh berbeda. Dari skor maksimal 152, kelompok RME memperoleh rerata 110,57sedangkan kelompok STAD mempunyai rerata 104,65. Dengan perolehan skor tes akhir yang kurang dari 75% ini, menunjukkan secara umum bahwa kemampuan self-efficacy matematik siswa kelompok data RME dan STAD cukup tinggi.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas skor pertemuan terakhir kedua kelas data kemampuan spasial matematika dinyatakan bahwa data kedua kelas berdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen. Selanjutnya dilakukan analisis statistic menggunakan uji ANAVA dua arah untuk mengetahui perbedaan skor rerata tes akhirdan interaksi antara kelas pembelajaran RME dan kelas pembelajaran STAD cukup signifikan atau tidak. Hipotesis yang dilakukan untuk di uji dengan uji ANAVA terlihat bahwa untuk factor model pembelajaran, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,087 karena nilai

(8)

signifikansi lebih besar dari nilai taraf signifikan 0,05, maka Ho diterimah. hal

tersebut berarti tidak terdapat perbedaan kemampuan self-efficacy yang diberi pembelajaran RME dan pembelajaran STAD. Sedangkan untuk factor pembelajaran dan KAM, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,528. Karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai taraf signifikan 0,05, maka Ho diterimah, yang

berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan self-efficacy siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil análisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran dengan pembelajaran RME dan kooperatif tipe STADdengan menekankan kemampuan spasial dan self-efficacy, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan kemampuan

spasial antara siswa yang memperoleh pembelajaran RME dan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD 2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan

self-efficacy antara siswa yang memperoleh pembelajaran RME dan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap Kemampuan Spasial siswa

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap Kemampuan Self Efficacy siswa

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem

Pembelajaran dalam Konteks

Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama

A.M Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Abdurrahman, M. 2012. Anank

Berkesulitan Belajar Teori,

Diagnosis dan Remediasinya.

Jakarta: Rineka cipta

Arcat. (2013). Meningkatkan kemampuan spasial dan self-efficacy siswa SMP melalui model Kooperatif Tipe

STAD berbantuan Wingeom.

Program Studi Pendidikan Matematika. Tesis. Sekolah PascaSarjana UPI.

Arikunto,S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Hoiriyah, D. 2013. Peningkatan

(9)

Matematik dan Self-efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di MAN 1 Padang Sidempuan. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, vol.7 Moma, La. 2014. Peningkatan Self-Efficacy

Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3

Ramadhani. 2015. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-efficacy Antara

Siswa ynag Mendapat

Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Berbantuan Geogebra

dengan Tanpa Berbantuan

Geogebra di SMPN22 Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Risdianto, H. (2013). Problem Solving Ability and Self Efficiency SMA with MA Students IPS Program Through Guided Inquiry Learning Model Assisted Autograph Software in Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. 6(1), Shavira, N. 2016. Perbedaan Kemampuan

Komunikasi Matematis dan

Self-efficacy antara Model

Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Inkuiridi SMK Negri 3 Medan.

Suwaji, U. T. 2008. Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta.

Sund, R.B. (1975). Teaching science through discovery. Columbus, Ohio: Charles Merril Publishing Company.

Supriyanto, B. (2014). Penerapan discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas lingkaran. Jurnal: Pancaran, 3, 165-174.

Syahputra Edi, Peningkatan Kemampuan Spasial Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik. Cakrawala pendidikan, November 2013, Th. XXXII, NO.3

Wardhani, Sri., Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP Belajar dari PISA dan TIMSS. (Online).

(10)

Widayati, Irin. 2012. Faktor Faktor yang mempengaruhi Literasi Finensial Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Jurnal Akutansi dan Pendidikan. IKIP PGRI Madiun.

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik : suatu alternative

pendekatan pembelajaran

matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wiratmadja, C.G.A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Self-efficacy dan Emotional Inteligence Siswa SMA. E-Journal Program Pascasarjana

Universitas Ganesha Program Studi IPA (Volume 4 Tahun 2014).

[ ]. [ 4 ]

Zimmerman, B. J. 2000. Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn.Graduate School and University Centet of City University of City of New York.

[ ]

Zulkosky, K.(2009) Self-Efficacy: A Concept Analysis. Nursing Forum Volume 44, No.2, April-June 2009.

Journal Compilation, Wiley

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dijadikan obyek berdasarkan data yang direncanakan untuk dilakukan perhitungan kekuatan las, dibatasi pada sistem pembebanan yang terjadi pada kampuh las,

Berdasarkan analisis investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman dengan menggunakan umur investasi 5 tahun, discount factor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas ekstrak kloroform dan etanol dari biji pacar air (Impatiens balsamina L) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode

Hausler and Strasdas (2003 : 3) menyatakan bahwa pariwisata berbasis masyarakat merupakan sejenis kepariwisataan yang perkembangan dan pengelolaannya dikontrol oleh

Tudung berwarna coklat hingga oranye, bentuk atas datar dengan bagian tengah sedikit menurun, permukaan atas bergaris melingkar dengan jarak teratur, bentuk bawah

Keefektifan dilihat dari uji coba lapangan dengan nilai ketuntasan hasil belajar sudah memenuhi kriteria keefektifan yaitu ketuntasan belajar klasikal ≥ 85%, kemampuan guru

Hal ini menandakan bahwa tinggi tingkat Promosi di Media Sosial, kualitas pelayanan dan citra merek, maka semakin tinggi pula secara simultan dalam keputusan terhadap

Pada Malam Tari Inai juga dilakukan pertunjukan silat bunga lilin dilanjutan dengan prosesi tepung tawar yang diberikan oleh pihak keluarga kepada kedua pengantin, serta