• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Penyakit Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ilmu Penyakit Mata"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PRE KOMPRE

TUGAS PRE KOMPRE

Nama

Nama : : Harits Harits Hammam Hammam AdhadiAdhadi NIM

NIM : : H2A011023H2A011023

I.

I. ILMU PENYAKIT MATAILMU PENYAKIT MATA A.

A. RETINOPATI DIABETIKRETINOPATI DIABETIK 

 Kompetensi : Kompetensi : 22 

 Tanda dan gejalaTanda dan gejala 1.

1. AnamnesisAnamnesis

-- Tidak ada keluhan penglihatanTidak ada keluhan penglihatan

-- Penglihatan buram terutama bila terjadi edema maculaPenglihatan buram terutama bila terjadi edema macula

-- Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasiFloaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi  perdarahan vitreous dan / atau ablasio retina traksional

 perdarahan vitreous dan / atau ablasio retina traksional 2.

2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik -- Riwayat DMRiwayat DM

-- Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visusMata tenang dengan atau tanpa penurunan visus

-- Pada pemeriksaan fonduskopi dapat ditemukan perdarahan padaPada pemeriksaan fonduskopi dapat ditemukan perdarahan pada retina, mikroaneurisma ( NPDR ), dilatasi pembuluh darah, hard retina, mikroaneurisma ( NPDR ), dilatasi pembuluh darah, hard eksudat, soft eksudat, neovaskularisasi di diskus optic atau di eksudat, soft eksudat, neovaskularisasi di diskus optic atau di tempat lain di retina ( PDR ), edem retina dengan tanda hilangnya tempat lain di retina ( PDR ), edem retina dengan tanda hilangnya gambaran retina.

gambaran retina. 

 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang 1. 1. FonduskopiFonduskopi a. a.  NPDR NPDR  b.  b. PDRPDR Funduskopi pada NPDR. Funduskopi pada NPDR. Mikroneurisma,

Mikroneurisma,hemorrhageshemorrhages intr  intr  aretina (kepala panah aretina (kepala panah terbuka),

terbuka),hardhard exudates

exudates  merupakan deposit lipid  merupakan deposit lipid  pada

 pada retina retina (panah),(panah),cotton-woolcotton-wool  spots

 spotsmenandakan menandakan infark infark serabutserabut saraf dan eksudat halus (kepala saraf dan eksudat halus (kepala  panah hitam

(2)

 Diagnosis BandingDiagnosis Banding 1.

1. Oklusi vena retinaOklusi vena retina 2.

2. Retinopati hipertensiRetinopati hipertensi 3.

3. Retinopati hipotensiRetinopati hipotensi 4.

4. Retinopati leukemiaRetinopati leukemia 

 ReferensiReferensi 1.

1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan KesehatanPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203

Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203 –  –  205 205 2.

2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : JakartaProf. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta halaman 218 - 220 halaman 218 - 220 B. B. KATARAKKATARAK   Kompetensi : Kompetensi : 22 

 Tanda dan gejalaTanda dan gejala 1.

1. AnamnesisAnamnesis

-- Penglihatan menurun seperti tertutup asap / kabutPenglihatan menurun seperti tertutup asap / kabut -- Ukuran kacamata bertambah, silau dan sulit membacaUkuran kacamata bertambah, silau dan sulit membaca 2.

2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

-- Visus menurun yang tidak membaik dengan pinholeVisus menurun yang tidak membaik dengan pinhole -- Pemeriksaan shadow tes positifPemeriksaan shadow tes positif

-- Terdapat kekeruhan lensa yang dapat dilihat dengan tekhnikTerdapat kekeruhan lensa yang dapat dilihat dengan tekhnik  pemeriksaan jauh ( 30cm ) menggunakan

 pemeriksaan jauh ( 30cm ) menggunakan oftalmoskopoftalmoskop 3.

3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang -- SlitlampSlitlamp

-- FonduskopiFonduskopi -- TonometerTonometer 4.

4. Diagnosis BandingDiagnosis Banding -- Katarak KongenitalKatarak Kongenital -- Katarak JuvenilKatarak Juvenil

-- Katarak Senil ( Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur )Katarak Senil ( Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur ) -- Katarak KomplikataKatarak Komplikata

-- Katara DiabetesKatara Diabetes 

 ReferensiReferensi

Funduskopi pada PDR. Tanda Funduskopi pada PDR. Tanda  panah

 panah menunjukkamenunjukkan n adanyaadanya  preretinal neo

(3)

 Diagnosis BandingDiagnosis Banding 1.

1. Oklusi vena retinaOklusi vena retina 2.

2. Retinopati hipertensiRetinopati hipertensi 3.

3. Retinopati hipotensiRetinopati hipotensi 4.

4. Retinopati leukemiaRetinopati leukemia 

 ReferensiReferensi 1.

1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan KesehatanPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203

Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203 –  –  205 205 2.

2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : JakartaProf. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta halaman 218 - 220 halaman 218 - 220 B. B. KATARAKKATARAK   Kompetensi : Kompetensi : 22 

 Tanda dan gejalaTanda dan gejala 1.

1. AnamnesisAnamnesis

-- Penglihatan menurun seperti tertutup asap / kabutPenglihatan menurun seperti tertutup asap / kabut -- Ukuran kacamata bertambah, silau dan sulit membacaUkuran kacamata bertambah, silau dan sulit membaca 2.

2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

-- Visus menurun yang tidak membaik dengan pinholeVisus menurun yang tidak membaik dengan pinhole -- Pemeriksaan shadow tes positifPemeriksaan shadow tes positif

-- Terdapat kekeruhan lensa yang dapat dilihat dengan tekhnikTerdapat kekeruhan lensa yang dapat dilihat dengan tekhnik  pemeriksaan jauh ( 30cm ) menggunakan

 pemeriksaan jauh ( 30cm ) menggunakan oftalmoskopoftalmoskop 3.

3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang -- SlitlampSlitlamp

-- FonduskopiFonduskopi -- TonometerTonometer 4.

4. Diagnosis BandingDiagnosis Banding -- Katarak KongenitalKatarak Kongenital -- Katarak JuvenilKatarak Juvenil

-- Katarak Senil ( Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur )Katarak Senil ( Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur ) -- Katarak KomplikataKatarak Komplikata

-- Katara DiabetesKatara Diabetes 

 ReferensiReferensi

Funduskopi pada PDR. Tanda Funduskopi pada PDR. Tanda  panah

 panah menunjukkamenunjukkan n adanyaadanya  preretinal neo

(4)

1.

1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan KesehatanPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203

Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203 –  –  205 205 2.

2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : JakartaProf. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta halaman 200 halaman 200 –  –  210 210 C. C. ENDOFTALMITISENDOFTALMITIS   Kompetensi : Kompetensi : 22 

 Tanda dan GejalaTanda dan Gejala 1.

1. AnamnesisAnamnesis

-- Mata merah dan sangat sakitMata merah dan sangat sakit -- Penurunan penglihatan mendadakPenurunan penglihatan mendadak -- Kelopak sukar dibukaKelopak sukar dibuka

-- Kelopak mata merah dan bengkakKelopak mata merah dan bengkak 2.

2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

-- Kelopak merah dan bengkakKelopak merah dan bengkak -- Konjungtiva kemotik dan merahKonjungtiva kemotik dan merah -- Kornea keruhKornea keruh

-- Bilik mata depan keruh, kadangBilik mata depan keruh, kadang –  –  kadang disertai hipopion kadang disertai hipopion -- Reflek pupil berwarna putihReflek pupil berwarna putih

 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang Tidak ada

Tidak ada 

 Diagnosis BandingDiagnosis Banding 1.

1. PanoftalmitisPanoftalmitis 2.

2. KeratitisKeratitis 3.

3. Ulkus KorneaUlkus Kornea 4.

4. Glaukoma akutGlaukoma akut 

 ReferensiReferensi 1.

1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : JakartaProf. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta halaman 175

halaman 175 II.

II. ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA DANILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA DAN LEHER

LEHER A.

A. GANGGUAN PENDENGARANGANGGUAN PENDENGARAN 

 Komptensi : Komptensi : 22 

 Tanda dan GejalaTanda dan Gejala 1.

1. AnamnesisAnamnesis

-- Penurunan pendengaranPenurunan pendengaran -- Usia ( presbikusis )Usia ( presbikusis )

-- Riwayat konsumsi obat streptomisin, kanamisin, neomisin, kina,Riwayat konsumsi obat streptomisin, kanamisin, neomisin, kina, garamisin dan alkohol ( tuli sensorineural koklea )

garamisin dan alkohol ( tuli sensorineural koklea )

-- Riwayat trauma kapitis dan pajanan bising ( tuli sensorineuralRiwayat trauma kapitis dan pajanan bising ( tuli sensorineural koklea )

koklea ) 2.

2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

-- Atresia liang telinga, sumbatan serumen, otitis eksternaAtresia liang telinga, sumbatan serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga ( tuli konduktif )

(5)

- Aplasia, labirintitis ( tuli sensorineural koklea )

-  Neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple cedera dan perdarahan otak ( tuli sensorineural retrokoklea )

 Pemeriksaan Penunjang 1. Tes penala - Rinne - Weber - Schwabah 2. Tes Berbisik

3. Tes audiometri nada murni  Referensi

1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman 16 -19

B. POLIP HIDUNG  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Hidung tersumbat - Rinore

- Hiposmia atau anosmia

- Bersin, rasa nyeri pada hidung dan sakit kepala di daerah frontal - Bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis gangguan tidur dan

 peurunan kualitas hidup. 2. Pemeriksaan Fisik

- Deformitas pada hidung, hidung tampak mekar

- Pada rinoskopi anterior terlihat massa yang berwarna pucat dan mudah digerakkan

- Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus medius

- Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidumh tapi belum memenuhi rongga hidung

- Stadium 3 : Polip yang massif  Pemeriksaan Penunjang

1.  Nasoendoskopi : polip dapat terlihat

2. Foto polos sinus paranasal ( waters, AP, Caldwell dan lateral ) : dapat terlihat penebalan mukosa dan adanya batas udara –  cairan di dalam sinus.

3. Tomografi computer / CT Scan : untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada komplek osteo meatal.

 Diagnosis Banding 1. Polip hidung 2. Konka polypoid 3. Kondroma

(6)

4. Papiloma Inverted  Referensi

1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman 124 –  125

2. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I,FKUI : Jakarta. 1999 halaman 113 - 114

C. DEVIASI SEPTUM  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Sumbatan pada hidung, dapa uniteral ataupun bilateral -  Nyeri di kepala dan sekitar mata

2. Pemeriksaan fisik

- Pada sisi deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan pada sisi sebelahnya terdapat konka hipertrofi

- Deviasi dapat menyumbat ostium sinus - Deviasi biasanya berbentuk huruf C atau S

- Dislokasi bagian bawah kartilago septum ke luar dari krista maksila dan masuk ke dalam rongga hidung

- Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut krista, bila runcing dan pipih disebut spina

- Sinekia, bila deviasi atau krista bertemu dan melekat dengan konka di hadapannya

 Pemeriksaan Penunjang

1.  Nasoendoskopi 2. Tomografi komputer

 Diagnosis Banding 1. Polip hidung 2. Hemamtom septum 3. Abses septum 4. Atresia koana  Referensi

1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman 124 –  125

III. ILMU PENYAKIT SARAF A. CEREBRAL PALSY

(7)

 Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Kesulitan makan dan komunikasi - Kejang

- Gangguan penglihatan biasanya mata juling - Gangguan pendengaran

- Ganggua kognitif dan perilaku 2. Pemeriksaan Fisik

- Lakukan pemeriksaan motoric, sensorik dan mental - Hipotonia, stereotype motoric dan kelainan postur tubuh

- Gangguan postur tubuh berupa spastisitas, rigiditas, ataksia, tremor, atonik / hipotonik, tidak ada reflek primitive dan dyskinesia.  Pemeriksaan penunjang 1. EEG 2. EMG dan NCV 3. Tes Laboratorium - Analisis kromosom - Tes fungsi tiroid

- Tes kadar ammonia dalam darah 4. Imaging tes

- MRI

- CT Scan - Ultrasound  Diagnosis Banding

1. Spinal muscle artrophy 2. Distrofia muskuler 3. Friedriech's ataxia

4. Penyakit Chorea Huntington masa anak  Referensi

1. Liu Jian-meng, Zhu Li, Qing lin. 2000. Cerebral Palsy and multiple  birth in China. Int J Epid ; 29 : 292 –  299

2. PERDOSSI, STANDAR PELAYANAN MEDIK halaman 151 B. ABSES OTAK

 Kompetensi : 2  Tanda dan gejala

1. Kriteria diagnosis

- Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda infeksi + TIK Khas bila terdapat trias : gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal.

- Darah rutin : 50 –  60 % didapati leukositosis 10.000-20.000 / cm2 70 –  95 % LED meningkat.

(8)

- Radiologi :

a. Foto polos kepala biasanya normal.

 b. CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses  berdiameter > 10 mm.

c. Antiografi  Pemeriksaan Penunjang

1. Darah rutin (leukosit, LED)

2. LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas.

3. Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras, atau angiografi.

 Diagnosis Banding 1. Stroke

2. Space occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma) 3. Meningitis

4. Tumor otak  Referensi

1. PERDOSSI, STANDAR PELAYANAN MEDIK halaman 15 C. TUMOR INTRAKRANIAL

 Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Kriteria Diagnosis

a. Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :

- Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesic - Muntah tanpa penyebab gastrointestinal

- Papil edema (sembab papil = choked disc) - Kesadaran menurun / berubah

 b. Gejala fokal :

- True location sign - False location sign -  Neighbouring sign

c. Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.

d. Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya massa (SOL)

 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos tengkorak

2.  Neurofisiologi : EEG, BAEP

3. CT Scanning / MRI kepala + kontras  Diagnosis Banding 1. Abses serebri 2. Subdural hematom 3. Tuberkuloma 4. Pseudotumor serebri  Referensi

(9)

IV. PSIKIATRI

A. FOBIA SOSIAL  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Pedoman Diagnostik

a. Harus memenuhi semua kriteria berikut :

- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala –  gejala lain seperti misalnya waham atau  pikiran obsesif

- Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social terntentu ( outside the family circle )

- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol

 b. Bila sulit membedakan antara fobia social dan agoraphobia, hendaknya menggunakan diagnosis agoraphobia

 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada  Diagnosis Banding 1. Agorafobia 2. Fobia khas 3. Gangguan Panik 4. PTSD  Referensi

1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ –  III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 73

B. AGORAFOBIA  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Pedoman diagnostic

a. Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :

- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala –  gejala lain seperti misalnya waham atau  pikiran obsesif

- Anxietas yang timbul harus terbatas pada ( terutama terjadi dalam hubungan dengan ) setidaknya dua dari situasi berikut :  banyak orang / keramaian, tempat umum, berpergian ke luar

rumah, dan berpergian sendiri

- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol ( penderita menjadi house bound )

 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada

(10)

1. Fobia social 2. Fobia khas

3. Gangguan Panik 4. PTSD

 Referensi

1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ –  III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 72

C. FOBIA SPESIFIK  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Pedoman diagnostic

a. Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini :

- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala –  gejala lain seperti misalnya waham atau  pikiran obsesif

- Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situations )

- Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

 b. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala pskiatrik lain, tidak seperti halnya agoraphobia dan fobia sosial

 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada  Diagnosis Banding 1. Fobia social 2. Agorafobia 3. Gangguan Panik 4. PTSD  Referensi

1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ –  III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 73

V. BEDAH

A. Karsinoma Payudara  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Benjolan di payudara -  Nyeri di payudara

- Keluar cairan dari puting susu

- Timbul kelainan pada kulit ( dimpling, kemerahan, ulserasi, p’eau de orange )

2. Pemeriksaan Fisik a. Tanda dini

(11)

- Bejolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras dengan batas kurang jelas

- Kelainan mammografi tanpa kelainan pada palpasi  b. Tanda Lama

- Retraksi kulit atau retraksi areola - Retraksi / inervasi putting

- Kelenjar aksila dapat diraba - Pengecilan mammae

- Pembesaran mammae - Kemerahan

- Udem kulit

- Fiksasi pada dinding kulit / thorak c. Tanda akhir

- Tukak

- Kelenjar supraklavikula dapat diraba - Udem lengan

- Mestatasis tulang, paru, hati, otak, pleura atau tempat lain  Pemeriksaan Penunjang 1. Mammografi 2. Biopsi 3. Ultrasonografi 4. FNAB 5. Foto thorak 6. Bone survey  Diagnosis Banding 1. FAM 2. Kelainan fibrokistik 3. Kistosarkoma filoides 4. Galaktokel 5. Mastitis  Referensi

1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999 halaman 283-287

2. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. J akarta : EGC. 2004 halaman 397-399

B. KARSINOMA TIROID  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Gejala

a. Kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedangkan nodul ganas agak cepat dan nodul anaplastic cepat sekali ( dihitung dalam minggu ), tanpa nyeri

(12)

- Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher dan sekitarnya

- Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok - Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita

kelainan kelenjar gondok

- Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan menelan

- Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher - Penonjolan / kelainan pada tulang tempurung kepala

- Perasaan sesak dan batuk –  batuk yang disertai dahak berdarah ( Mestastasis )

2. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tiroid :

 Nodul soliter kemungkinan ganas 15-20%, nodul multiple kemungkinan ganas 5%

 b. Pemeriksaan pada tempat metastasis

Paru –   paru, tulang ( pelvis, vertebra, sternum, tengkorak, dan humerus ), hati, ginjal dan otak.

 Pemeriksaan Penunjang 1. TSH dan FT4

2. USG

3. Pemeriksaan kadar kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma medular.

4. Biopsi 5. FNAB

6. Foto rontgen  Diagnosis Banding

1. Struma difusa toksik 2. Struma nodusa non toksik 3. Tiroiditis subakut

4. Tiroiditis riedel 5. Struma Hashimoto  Referensi

1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999 halaman 287-289

C. HERNIA INGUINALIS LATERALIS  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Ada benjolan di lipat paha

- Benjolan timbul pada saat mengedan, batuk, mengangkat berat, dan saat pasien berdiri

- Benjolan hilang pada saat pasien istirahat berbaring - Dapat terasa nyeri bisa sudah komplikasi

(13)

2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi

Perhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien juga diminta mengedan atau batuk.

 b. Palpasi

Dilakukan saat ada benjolan, diraba konsistensi dan dicoba didorong untuk mencoba dapatkan direposisi. Setelah direposisi, raba annulus inguinalis dengan jari telunjuk.

 Pemeriksaan Penunjang

1. Darah rutin : leukositosis, bisa jadi akibat strangulasi

2. Elektrolit, BUN, dan kreatinin : mengetahui status hidrasi pasien 3. USG  Diagnosis Banding 1. Hidrokel 2. Limfadenopati inguinal 3. Testis ektopik 4. Lipoma  Referensi

1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999 halaman 314-315

2. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. J akarta : EGC. 2004 halaman 530

VI. ENDOKRIN

A. HIPOTIROID  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Gejala

- Rasa capek

- Intoleransi terhadap dingin - Kulit terasa kering

- Lamban

- Muka seperti bengkak - Alis mata rontok - Rambut rapuh - BB meningkat - Mudah Lupa - Bicara Lamban - Suara serak - Depresi - Otot lembek 2. Tanda Klinik - Kulit kering - Gerak lamban

(14)

- Edema wajah - Kulit dingin - Alis mata rontok - Rambut rapuh - Obesitas - Bicara lamban  Pemeriksaan Penunjang 1. TSH dan FT4  Diagnosis Banding 1. Hipotiroid primer 2. Hipotiorid subklinik 3. Hipotiroid sentral 4. Toroiditis  Referensi

1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 2009 halaman 2000-2003

B. DIABETES INSIPIDIUS  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Riwayat penyakit ginjal, obat-obat yang dikonsumsi, kelainan elektrolit, dan penyakit lain akan sangat membantu mencari kemungkinan penyebab

- Poliuri - Polidipsi

- Pada dewasa, gejala utama adalah rasa haus, karena usaha kompensasi tubuh.

- Pada bayi, anak-anak, dan lansia dengan mobilitas untuk minum terbatas, timbul keluhan-keluhan lain. Pada bayi, sering rewel, gangguan pertumbuhan, hipertermia, dan penurunan berat badan. Anak-anak sering mengompol, lemah, lesu, dan gangguan  pertumbuhan. Lemah, gangguan mental, dan kejang dapat terjadi  pada lansia

2. Pemeriksaan Fisik

- Temuan dapat berupa pelvis penuh, nyeri pinggang, atau nyeri menjalar ke area genitalia, juga pembesaran kandung kemih. - Anemia ditemukan jika penyebabnya keganasan atau gagal ginjal

kronis

- Tanda dehidrasi sering ditemukan pada pasien bayi dan anak-anak. - Inkontinensia urin akibat kerusakan buli-buli karena overdistensi

 berkepanjangan sering pada kasus nefrogenik sejak lahir

- Diabetes insipidus gestasional berhubungan dengan oligohidramnion, preeklampsi, dan disfungsi hepar

(15)

1. Radiologi

- Gambaran radiologi dapat berupa hidronefrosis pada pemeriksaan IVP atau CT scan

- MRI untuk memeriksa hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan  jaringan sekitarnya mungkin perlu untuk menentukan penyebab 2. Pemeriksaan Laboratorium

Pertama, dilakukan pengukuran volume urin selama 24 jam. Bila <3 liter, bukan poliuria. Jika >3 liter, osmolalitas urin perlu diukur. Osmolalitas urin >300 mOsm/kg menunjukkan kondisi diuresis zat terlarut yang disebabkan diabetes melitus atau gagal ginjal kronis. Evaluasi lanjutan dengan memeriksa kadar gula darah, BUN (blood urea nitrogen), serum kreatinin, bikarbonat, dan serum elektrolit. Jika osmolalitas urin <300 mOsm/kg, dilakukan water deprivation test.  Diagnosis Banding

1. Kelainan ginjal Seperti penyakit polikistik, pielonefritis kronis, dan lain-lain.

2. Hipokalemia dan hiperkalsemia Bisa menyebabkan poliuria dengan  berat jenis urin yang rendah.

3. Insufisiensi adrenal Diantaranya yaitu salt-losing syndrome. 4. Polidipsia psikogenik Disebut juga compulsive water drinkers  Referensi

1. Felix Kusmana, Diabetes Insipidus  –   Diagnosis dan Terapi. 2016 halaman 825 - 830

C. ADDISON’S DISEASE  Kompetensi : 1

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Penderita mengalami kelelahan dan tidak enak badan - Irritabilitas dan depresi

- Anoreksia dan nausea

- Gastroenteritis dan nyeri abdomen - Penurunan berat badan

2. Pemeriksaan Fisik

- Hiperpigmentasi pada kulit dan membran mukosa - Berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita, - Vitiligo, dehidrasi, dan hipotensi.

 Pemeriksaan Penunjang 1. Kortisol

 Nilai kurang dari 3 mcg / dL adalah diagnostik penyakit Addison. Nilai dalam kisaran 3-19 mcg / dL yang tak tentu, dan pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.

2. Hipotalamus-hipofisis axis dapat dievaluasi dengan menggunakan 3 tes: dengan rangsangan kortikotropin (Cortrosyn), uji toleransi insulin, dan tes metyrapone

(16)

3. Tes toleransi insulin adalah sensitif untuk insufisiensi adrenal

4. Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan berkurangnya glandula adrenal pada pasien dengan kerusakan autoimun dan pembesaran glandula adrenal pada pasien dengan infeksi.

 Diagnosis Banding

1. Acanthosis nigricans 2. Malignancy

3. Disorder of oral pigmentation 4. Lentigo melanoma maligna  Referensi

1. Said alfin dkk. Penyakit Addison. Zainoel Abidin Teaching Hospital, Faculty of Medicine University of Syiah Kuala 2011 halaman 5 –  7 VII.ILMU PENYAKIT KULIT

A. PSORIASIS VULGARIS  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset  penyakit dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan tingginya ekstensi dan rekurensi  penyakit

- Gatal ringan

- Lesi di daerah scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbo sacral.

2. Pemeriksaan Fisik

- Lesi kulit biasanya merupakan plak eritematosa oval, berbatas tegas, meninggi, dengan skuama berwarna keperakan, hasil  proliferasi epidermis maturasi premature dan kornifi kasi

inkomplet keratinosit dengan retensi nuklei di stratum korneum (parakeratosis)

- Meskipun terdapat beberapa predileksi khas seperti pada siku, lutut, serta sakrum, lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh

- artritis psoriatika pada sendi interfalang jari tangan, distrofi kuku, dan lesi psoriatik nail bed.

- Skuama kasar, transparan serta berlapis –  lapis, fenomena tetesan lilin dan fenomena autspitz

 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan histopatologi : khas parakeratosis dan akantosis 2. Tes tetesan lilin

3. Tes autpitz 4. Tes Kobner  Diagnosis Banding

(17)

1. Dermatofitosis

2. Sifilis Psoriasiformis 3. Dermatitis Seboroik 4.  Neurodermatitis  Referensi

1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI. 1987 halaman 189-193

B. ALOPESIA AREATA  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Terdapat bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, al is,  janggut dan bulu mata

- Tipe umum : terjadi pada umur 20 –  40 tahun, 6 % berkembang menjadi alopesia totalis

- Tipe atipik : dimulai pada masa kanak  –   kanak,75% akan  berkembang menjadi alopesia totalis

- Tipe prehipertensif : dimulai pada usia dewasa muda, 39% akan menjadi alopesia totalis

- Tipe kombinasi : dimulai setelah usia 40 tahun, 10% akan  berkembang menjadi alopesia totalis

2. Pemeriksaan Fisik

- Bercak di kepala berbentuk bulat atau lonjong

- Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila rambut ini dicabut terlihat bulus yang atrofi.

- Sisa rambut terlihat seperti tanda seru  Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Histopatologi

Rambut kebanyakan dalam fase anagen. Folikel rambut terdapat dalam  berbagai ukuran, tetapi lebih kecil dan tidak matang. Bulbus rambut di

dalam dermis dan dikelilingi oleh infiltrasi limfosit.  Diagnosis Banding 1. Tinea kapitis 2. Lupus eritematosus 3. Trikotilomania 4. Alopesia androgenika  Referensi

1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI. 1987 halaman 304-305

C. LUPUS ERITEMATOSUS  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala

(18)

- Berlokalisasi simetrik di muka ( terutama hidung dan pipi ), telinga, atau leher.

- Lesi terdiri dari bercak –   bercak ( macula merah atau bercak meninggi ), berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada folikel –  folikel rambut ( follicular plugs )

- Bila lesi  –   lesi di atas hidung dan pipi berkonfluensi, dapat  berbentuk seperti kupu –  kupu.

- Penyakit dapat meninggalkan sikatrik atrofi, kadang  –   kadang hipertrofik, bahkan distorsi telinga atau hidung.

- Hidung dapat berbentuk seperti paruh kakaktua

- Bagian badan yang terkena sinar matahari lebih cepat beresidif daripada bagian lain

- Lesi –  lesi dapat terjadi di mukosa oral dan vulva atau konjungtiva. - Klinis tampak deskuamasi, kadang  –   kadang ulserasi dan

sikatrisasi

2. Lupus eritematosus sistemik

a. Terdapat 4 dari 11 tanda berikut - Eritema fasial ( butterfly rash ) - Lesi discoid

- Sikatrik hipotrofik - Fotosensitivitas

- Ulserasi di mulut dan rinofaring

- Artritis ( non erosive, mengenai 2 sendi atau lebih ) - Serositis ( pleuritis, pericarditis )

- Kelainan ginjal ( proteinurea)

- Kelainan neurologic ( kelelahan, psikosis )

- Kelainan darah yaitu anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, trombositopenia

- Gangguan imunologik  Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium : anemia, leukopenia, trombositopenia,  peningkatan LED, hyperglobulinemia, albumin rendah

2. Faktor rematoid : positif 33% kasus

3. Fenomena sel S.E dan tes sel L.E : sel L.E terdiri atas granulosit neutrofilik yang mengandung bahan

4. Antibodi antinuclear ( ANA ) 5. Lupus band tes

6. Anti –  ds –  RNA 7. Anti - Sm

 Diagnosis Banding

1. Lupus Eritematosus discoid - Dermatitis seboroik - Psoriasis

- Tinea fasialis - Tinea kapitis

(19)

2. Lupus eritematosus sistemik - Artritis reumatika - Sklerosis sistemik - Dermatomyositis - Purpura trombositopenik  Referensi

1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI. 1987 halaman 264 –  267

VIII. UROGENITAL

A. PENYAKIT GINJAL KRONIK  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

a. Sesuai dengan kriteria penyakit Ginjal kronik

- Kerusakan ginjal yang terjadi > 3 bulan, berupa kelainan struktur atau fungsional dengan atau tanpa penurunan LFG dengan manifestasi :

+ Kelainan patologis

+ Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam imaging tes - LFG < 60 ml/menit/1,73m2selama 3 bulan dengan atau tanpa

kerusakan ginjal

 b. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi traktus urinarius, batu saluran kencing, hipertensi, hiperurikemi, LES c. Sindom uremia seperti lemah, letargi, anoreksia, mual

muntah,nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer,  pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang –  kejang sampai koma d. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi

renal, payah jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit ( sodium, kalium, klorida )

 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

- Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

- Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum dan penurunan LFG yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft –  Gault

- Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan hemoglobin,  peningkatan kadar asam urat, hiper atau hypokalemia,

hyponatremia, hipokalsemia, asidosis metabolic

- Kelainan urinanalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast, isostenuria

2. Gambaran Radiologis

- Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak - Pielografi intravena

(20)

- Pielografi antegrad / retrograde

- USG ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, kortek menipis,hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa kalsifikasi - Renografi

3. Pemeriksaan Biopsi dan Histopatologi Ginjal

- Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yg masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Tujuannya mengetahui etiologi, terapi, prognosis, dan mengevaluasi terapi yg diberikan.

 Diagnosis Banding 1. Gagal ginjal akut 2. CHF

3. ISK

4. Dehidrasi  Referensi

1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna Publishing. 2009 halaman 1035 - 1037

B. SIDROM NEFROTIK  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Anamnesis dilakukan untuk mencari penyebabnya seperti riwayat  penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat

sistemik lain.

2. Tanda sindrom Nefrotik a. Edema anasarca

 b. Proteinuria massif ≥3,5 g/hari c. Hypoalbuminemia < 3,5 g/dl d. Hiperkolesterolemia

e. Lipiduria

 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Urin termasuk pemeriksaan sedimen

2. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum, kolesterol, dan trigliserid 3. Pemeriksaan Serologik dan biopsy ginjal

 Diagnosis Banding 1. Gagal ginjal kronik 2. Sindrom nefritik 3. CHF

4. ISK  Referensi

(21)

1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna Publishing. 2009 halaman 999 –  1001

C. KARSINOMA PROSTAT  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histologic setelah prostatektomi atau TUR

- Karsinoma prostat juga biasanya ditemukan saat pemeriksaan colok dubur

- Penderita biasanya datang dengan keluhan obstruksi atau tanda metastasis ke tulang atau organ lain seperti gejala lesi medullaspinalis, nyeri pada tulang, fraktur patologik atau hematuria.

2. Pemeriksaan Fisik

- Pada saat colok dubur ditemukan kelainan konsistensi yaitu bagian  prostat yang keras, nodul, ketidakrataan, atau asimetri

 Pemeriksaan Penunjang 1. Biopsi

2. FNA

3. USG transrectal

4. Pemeriksaan PAP dan PSA  Diagnosis Banding

1. Benign Prostat Hiperplasia

2. Acute Bacterial Prostatitis dan Abses prostat 3. Bacterial Prostatitis

4.  Non bacterial Prostatitis 5. TB sistem genitourinaria  Referensi

1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. J akarta : EGC. 2004 halaman 530

IX. RESPIRASI

A. KANKER PARU  Kompetensi : 2  Tanda dan gejala

1. Fase awal kebanyakan tidak menunjukkan gejala klinis 2. Gejala Lokal

- Batuk baru atau batuk lebih hebat daripada batuk kronik  - Hemoptisis

- Mengi ( wheezing, stridor ) karena ada osbtruksi saluran napas - Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Atelektasis

3. Gejala Invansi Lokal -  Nyeri dada

(22)

- Dyspnea karena efusi pleura

- Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia - Sindrom vena cava superior 

- Sindrom horner 

- Suara serak, karena penekanan nervus laryngeal recurrent - Sindrom Pancoast

4. Gejala penyakit metastasis

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavicula 5. Sindrom paraneoplastic

- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam - Hematologi : Leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, - Hipertrofi osteoartropati

-  Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer  -  Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid

- Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh - Renal : SIADH

 Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen Thorak PA Lateral 2. Computed Tomografi dan MRI 3. Pemeriksaan Bone Scanning 4. Pemeriksaan Sitologi

5. Pemeriksaan Histopatologi - Bronkoskopi

- Trans Torakal Biopsi - Torakoskopi

- Mediastinokopi - Torakotomi

6. Pemeriksaan Serologi / Tumor Marker

 Diagnosis Banding

1. Tumor mediastinum 2. Metastasis tumor di paru 3. Tuberkuloma

4. TB Paru

 Referensi

1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 2009 halaman 2256 –  2261

B. OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA ( OSA )  Kompetensi : 1

 Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Mendengkur keras

(23)

- Apnea saat tidur

- Gerakan –  gerkana abnormal saat tidur -  Nokturia

- Rasa kantuk yang terus menerus saat siang hari - Gangguan konsentrasi

- Sakit kepala pagi hari - Gangguan intelektual

- Gangguan personalitas dan pergaulan - Depresi

- Penurunan libido 2. Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan IMT

- Morofologi saluran napas atas dan bentuk anatomi kraniofasialn seperti leher yang pendek, mikrognatia, retrognatia, skor mallampati

- Pengukuran saturasi oksigen selama tidur malam dengan oksimetri  Pemeriksaan Penunjang

1. Polisomnografi nocturnal, menghasilkan Indek Apnea Hipopnea, normal < 5 kejadian per jam

 Diagnosis Banding 1. Insomnia, 2.  Narkolepsi,

3. Periodic limb movement dan 4. Parasomnia

 Referensi

1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 2009 halaman 2348 –  2349

C. KARSINOMA NASOFARING  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Gejala Nasofaring

- Epistaksis ringan - Sumbatan hidung 2. Gejala telinga

- Tinitus

- Rasa tidak nyaman di telinga - Rasa nyeri di telinga

- Gangguan pendengaran 3. Gejala mata dan saraf

- Diploplia

-  Neuralgia trigeminal - Sindrom Jackson - Sindrom Unilateral

(24)

4. Metastasis atau gejala di leher - Benjolan di leher

 Pemeriksaan Penunjang 1. CT Scan kepala dan leher

2. Pemeriksaan IgA anti EA dan IgA anti VCA 3. Biopsi nasofaring

4. Pemeriksaan Histopatologi  Diagnosis Banding

1. Juvenile Angiofibroma nasofaring 2. Angiofibroma nasofaring

3. Adenoid persisten 4. TBC nasofaring  Referensi

1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman 182 - 185

X. SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER, & PANKREAS A. ATRESIA ESOFAGUS

 Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Timbul napas mengorok pada bay baru lahir yang mulut dan tenggorokannya telah dibersihkan dengan baik

- Terlihat gelembung udara bercampur lender putih pada lubang hidung dan mulut

2. Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan keutuhan lumen esophagus dengan memasukkan kateter melalui hidung ke efsofagus. Kemudian akan tertahan setelah masuk 10 –  12 cm dari lubang hidung

 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi dada dan perut, dengan memasukkan kateter dari hidung kemudian pada foto akan terlihat kateter yang mungkin melengkung ke atas dan lambung beridisi udara

 Diagnosis Banding 1. Pilorospasme

2. Prolaps mukosa lambung 3. Atresia intestinal

4. Hernia diafragmatika  Referensi

1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004 halaman 502 –  503

B. AKALASIA  Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

(25)

1. Anamnesis - Disfagia - Regurgitasi

- Rasa nyeri atau tidak enak di belakang sternum - Berat badan menurun

2. Pemeriksaan Fisik

- Tidak ditemukan kelainan berarti  Pemeriksaan Penunjang

1. Esofagografi, terdapat penyempitan daerah batas esofagogaster dan dilatasi bagian proksimal. Jika sudah lama esophagus akan membentuk huruf s

2. Esofagoskopi  Diagnosis Banding

1. Penyakit Chagas 2. Skleroderma

3. Akalasia sekunder seperti adenokarsinoma gaster yang meluas ke esofagus.

4. Ca Gaster  Referensi

1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. J akarta : EGC. 2004 halaman 506 –  507

C. VARISES ESOFAGUS  Kompetensi

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Riwayat infeksi hati menahun - Riwayat obat –  obatan

- Tentang peradarahan saat perdarahan terjadi - Banyaknya darah yang dimuntahkan

- Apakah perdarahan pertama kalinya 2. Pemeriksaan Fisik - Asites - Splenomegali - Hiperestrogenemi - Ensefalopati  Pemeriksaan Penunjang 1. Endoskopi 2. Arteriografi 3. Splenoportografi

4. Foto kontras barium esophagus lambung  Diagnosis Banding

1. Sirosis hepatis 2. Ulkus peptic 3. Ca Lambung

(26)

4. Sindrom Mallory –  Weiss  Referensi

1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004 halaman 584 –  587

XI. OBSGYN

A. MOLA HIDATIDOSA  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Perdarahan pervaginam antara bulan pertama sampai ketujuh dengan sifat perdarahan intermitten, sedikt –  sedikit atau sekaligus  banyak

- Mual, muntah, pusing yang lebih berat - Amenorea

- Keluarnya gelembung mola 2. Pemeriksaan Fisik

- Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan

- Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan seperti ballottement dan detak jantung anak

- Anemia

- Pre eclampsia - Tirotoksikosis - Kista Lutein  Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan kadar HCG, peningkatan HCG terutama di hari ke 100 2. USG, gambaran berupa badai salju ( snow flake pattern ), atau

gambaran seperti sarang lebah ( honey comb )  Diagnosis Banding 1. Kehamilan anembrionik 2. Missed abortion 3. Abortus inkomplet 4. Mioma uteri  Referensi

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 488 –  489

B. PLASENTA PREVIA  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Perdarahan per vaginam tanpa rasa nyeri

- Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester dua keatas - Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri - Perdarahan kembali berulang tetapi lebih banyak dan mengalir 2. Pemeriksaan Fisik

(27)

- Palpasi abdomen ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang

- Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri  Pemeriksaan Penunjang 1. Transabdominal USG 2. Transvaginal USG 3. Transperineal sonografi 4. MRI  Referensi

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 497 –  499

C. KEHAMILAN POSTTERM  Komptensi : 2

 Tanda dan Gejala

1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan 2. Didapatkan 3 atau lebih dari kriteria berikut

- Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

- Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar denga dopler - Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali - Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali

dengan stetoskop Lennec 3. Riwayat haid

- Penderita harus yakin betul dengan HPHTnya - Siklus 28 hari dan teratur

- Tidak minum pil anti hamil minimal 3 bulan 4. Riwayat pemeriksaan antenatal

- Tes kehamilan - Gerak janin

- Denyut jantung janin 5. Tinggi fundus uteri

 Pemeriksaan Penunjang

1. USG : CRL, diameter biparietal dan panjang femur, lingkar perut, lingkar kepala

2. Pemeriksaan radiologi : pusat penulangan 3. Pemeriksaan laboratorium

- Kadar lesitin / spingomielin - ATCA

- Sitologi cairan amnion - Sitologi vagina

 Diagnosis Banding

1. Kehamilan cukup bulan 2. Kehamilan gemeli

3. Pertumbuhan janin terhambat 4. Polihidroamnion

(28)

 Referensi

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 687 –  490

XII.CARDIOVASKULER A. MITRAL STENOSIS

 Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis

- Berdebar ( takikardia/ AF ), - Batuk darah,

- Sesak nafas saat aktivitas, - Ortopnoe,

- Paroxysmal nocturnal dyspnoe, - Cepat lelah,

- Gejala karena tromboemboli 2. Pemeriksaan Fisik

- Facies mitral,

- Palpasi: trill diastolik (thrill diastolic) diapeks

- Auskultasi: S1 keras, opening snap, bising middiastolik, bisi ng pre-sistolik

3. Kriteria Diagnostik

a. Ekokardiografi untuk menilai derajat MS: -  Normal 4-6 cm2

- Ringan > 1,5 cm2 - Sedang 1-1,5 cm2 - Berat < 1 cm2

 b. Morfologi katup sesuai mitral rematik

 Pemeriksaan Penunjang

1. EKG

2. Lab : Hb, Ht, Lekosit, MCH / MCHC /RDW, SGOT / SGPT, Gamma GT,Ur, Cr, Asto, CRP, Albumin, globulin/protein

3. Rontgenthorax.

4. Ekokardiografi Trans thorakal dan Trans Oesophageal

5. Angiografi Koroner (usia >40 tahun / dicurigai penyakit jantung koroner)

6. Penyadapan Jantung kanan (pada hipertensi pulmonal berat)

 Diagnosis Banding

1. Miksoma diatrium kiri 2. Kor triatriatum

3. Mitral regurgitation, 4. Aortic stenosis

 Referensi

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP)

(29)

PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI PERTAMA. Jakarta : 2016 halaman 45 –  46

B. REGURGITASI MITRAL  Kompetensi : 2

 Tanda dan Gejala 1. Anamnesis

- Berdebar, - Batuk-batuk,

- Sesak napas saat aktivitas, - Ortopnoe,

- Paroxysmal nocturnal dyspnoe, - Cepat lelah,

- Beberapa gejala yang tidak khas 2. Pemeriksaan Fisik

a. Facies mitral,

 b. Palpasi: trill diastolic (bila MS dominan) c. Auskultasi

- MR dominan: S-1 melemah, pada MVP terdengar midsistolik click. Bising pansistolik frekuensi tinggi diapeks dengan  penjalaran ke aksilla, pada MVP bising pansistolik nyaring

seperti suara burung camar (seagull murmur);

- Bila MS dominan : S-1 keras, opening snap, bising mid-diastolik

- Tanda-tanda gagal jantung dapat timbul tergantung perjalanan  penyakit.

3. Kriteria Diagnostik a. Anamnesis

 b. Pemeriksaan Fisik c. Ekokardiografi

- Menilai derajat MR dan morfologi katup apakah sesuai mitral rematik

- Mengukur area katup mitral - kriteria derajat MS  Pemeriksaan Penunjang

a. EKG  b. Rontgen

c. Lab: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr, Albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk pengguna warfarin), ASTO, CRP

d. Ekokardiografi trans-thoracal dan transesophageal (bila rencana operasi )

e. Angiografi Koroner bila usia >40 tahun atau dicurigai ada penyakit  jantung koroner, atau penyebabnya infark miokard akut.

f. Pemeriksaan penyadapan jantung bila ada dugaan lesi penyerta yang  belum terdiagnosis oleh pemeriksaan non invasive atau hipertensi  pulmonal berat.

(30)

 Diagnosis Banding

1. Ventricular Septal Defect (VSD) 2. Aortic Stenosis (AS)

3. Hypertrophic Obstructive Cardiomyopathy (HOCM) 4. Regurgitasi (TR)

5. Kortriatriatum, myxoma (mirip MS)  Referensi

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP) PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI PERTAMA. Jakarta : 2016 halaman 49 –  51

C. STENOSIS AORTA

 Kompetensi : 2  Tanda dan Gejala

1. Anamnesis - Cepat lelah

-  Nafas pendek atau sesak nafas (dispneu, takipneu, ortopneu) - Sinkop / gangguan peredaran darah otak sepintas

- Sakit dada (angina pektoris) 2. Pemeriksaan Fisik

- Palpasi: thrill sistolik

- Auskultasi: S2 lemah bising ejeksi sistolik di area aorta menjalar ke leher bruit pada a. karotis

3. Kriteria Diagnostik - Anamnesis

- PemeriksaanFisik

- Ekokardiografi: gambaran stenosis katup aorta morfologi katup sesuai aortic rematik kriteria derajat beratnya AS

 Pemeriksaan Penunjang 1. EKG

2. Rontgen

3. Lab.: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr, Albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk   pengguna warfarin), ASTO, CRP

4. Ekokardiografi: trans-thoracal dan TEE (untuk pasien rencana operasi) 5. MSCT aorta (bila dicurigai ada kecurigaan aneurisma / diseksi

6. Angiografi Koroner (usia >40 tahun, wanita menopause, kecurigaan PJK)

7. Penyadapan jantung bila dicurigai ada lesi penyerta yang belum terdiagnosis oleh pemeriksaan non invasive.

 Diagnosis Banding 1. Mitral regurgitasi 2. HOCM

Referensi

Dokumen terkait

Alergi Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan.. Telinga Hidung Tenggorok

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Restuti, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.. Jakarta: Badan Penerbit

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &amp; Leher. Jakarta:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.. Kepala

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher.. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala leher.4 th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK

Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher.. Del Rosso