• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar Dari Doa Getsemani (Nats: Matius 26:36-46; Filipi 4:6; 1 Yohanes 5:14, 15)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Belajar Dari Doa Getsemani (Nats: Matius 26:36-46; Filipi 4:6; 1 Yohanes 5:14, 15)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam perjalanan iman kita sebagai orang Kristen, seringkali diperhadapkan pada situasi yang sangat sulit, sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Misalnya, baru saja merintis usaha yang baru. Di tengah perjalanan harus berhenti karena ditipu oleh rekan bisnis yang selama ini kita percayai. Suami baru saja keluar dari Rumah Sakit, sekarang gilirannya anak sakit dan harus dioperasi, sementara itu sudah tidak punya uang untuk membiayainya. Bingung rasanya. Tetapi, inilah sebuah kenyataan yang sering kita alami dalam realita hidup sehari-hari.

Dalam kondisi seperti ini, biasanya banyak orang yang bereaksi kepada Tuhan. Entah itu reaksinya positif atau negatif. Yang positif misalnya, menjadikan kondisi pahit yang sedang dialaminya untuk mengintrospeksi diri – memeriksa diri, mungkin ada maksud Tuhan yang belum dia mengerti. Tetapi yang negatif, dia akan protes Tuhan dan mempertanyakan

eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan itu ada ? Apakah Tuhan itu mengasihi saya ? Apakah Tuhan itu memperhatikan saya atau tidak ? Lalu mulai menghitung jasa-jasanya di hadapan Allah. Saya sudah membayar perpuluhan. Saya sudah melayani Tuhan. Saya sudah berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya sudah melakukan kehendak Allah dengan baik. Tetapi, mengapa semua ini menimpa hidup saya.

Namun, saat ini kita akan belajar dari Yesus. Yesus adalah Tuhan. Yesus adalah Allah. Yesus adalah Tuhan atas segalanya. Namun dalam rangka menjalankan misi Bapa di dunia ini, juga menghadapi masa-masa penuh pergumulan. Masa-masa penuh penderitaan.

Pergumulan di Getsemani adalah sebuah pergumulan yang sangat berat bagi Yesus.

Pergumulan saat-saat terakhir menghadapi salib. Pergumulan untuk menanggung dosa dunia ini. Dia harus bergumul untuk kesalahan dan dosa umat manusia yang telah mengkhianati Allah.

Dalam menghadapi pergumulan itu, apakah yang Yesus lakukan ? Alkitab mengatakan : Yesus Berdoa. Sehubungan dengan doa Yesus di Getsemani, ada beberapa pokok pikiran penting yang akan kita renungkan bersama :

Pertama, Doa Sumber Kekuatan Menghadapi Masa Sulit. 

(Matius 26:36-38)

Dunia ini mengajarkan konsep, jika engkau mempunyai masalah lupakanlah. Bagaimana caranya, pakailah NARKOBA. Datanglah ke diskotik, minumlah minuman keras, maka engkau mampu melupakan masalah. Inilah “PROBLEM SOLVING”, inilah cara penyelesaian masalah yang ditawarkan oleh dunia. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah dengan minum minuman keras, terlibat NARKOBA, lalu masalahnya selesai ? Ternyata, begitu dia sadar ternyata masalahnya belum juga selesai. Masalahnya tetap ada. NARKOBA dan minuman keras yang diminumnya hanyalah pelarian sementara dari kenyataan hidup. Pemecahan masalah semu yang tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya.

Yesus memberikan teladan yang sangat baik bagi kita. Ternyata masalah bukanlah untuk dihindari, tetapi untuk diselesaikan. Dan, cara penyelesaiannyapun harus benar. Yesus tidak menghindar dari kenyataan yang ada. Yesus tidak menghindar dari kehendak Bapa atas diriNya. 

(2)

Alkitab berkata : “...Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya : Duduklah di sini, sementara aku pergi ke sana untuk berdoa (Matius 26:36)”

Banyak orang berpikir bahwa doa adalah sesuatu yang sia-sia. Sesuatu yang tidak ada gunanya. Bahkan mungkin ada yang berpikir bahwa doa adalah kerjanya orang-orang nganggur. Atau, kerjanya orang-orang tua yang tidak mempunyai kegiatan. Untuk mengisi waktu lowong maka dia berdoa. Benarkah demikian ? 

Yesus memberi teladan, bahwa doa bukanlah pekerjaan yang sia-sia. Kalau doa sesuatu yang sia-sia, sangat tidak mungkin Yesus berdoa. Kalau doa sesuatu yang sia-sia, tidak mungkin Yesus mengajarkan DOA BAPA KAMI. 

Ketika Yesus berada dalam pergumulan berat, Dia berdoa kepada Bapa di Surga. Ada orang yang berpendapat bahwa kekuatan dan kemenangan Yesus menghadapi penderitaan berawal dari doanya di Getsemani. Saya setuju dengan pendapat itu. Mengapa ? Karena Kitab Suci mengatakan :

Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang

berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. (Mazmur 145:18)

Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:19)

Pergumulan Yesus di Getsemani bukanlah pergumulan yang mudah, melainkan

pergumulan yang sangat berat. Lukas memberikan data berikut :

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi

seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Lukas 22:44)”. 

Tentang peluh yang seperti titik-titik darah ini, menurut Dr. Frederick Zugibe (Kepala Penguji Medis dari Rockland County, New York) kondisi ini luas diketahui, dan telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hematohidrosis." "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh - pembuluh tersebut menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat." Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke permukaan kulit - keluar sebagai tetesan darah.

Saking beratnya pergumulan tersebut, Alkitab mengatakan : “Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya”. (Lukas 22:43). Ini

sebuah pergumulan yang sangat berat yang membuktikan bahwa Yesus sungguh mengalami beban yang sangat besar. Kapankah Yesus dikuatkan oleh Malaikat ? Alkitab menyatakan ketika Yesus sedang sungguh-sungguh berdoa.

(3)

yang diberikan oleh Bapa kepada-Nya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ketika engkau lemah, Allah tidak meninggalkan begitu saja. Allah hadir dan memberi kekuatan kepada kita. Karena itu kita berbahagia, karena kita anak Allah yang mendapatkan perhatian ekstra dari-Nya. 

Kedua, Doa Tidak Memaksakan Kehendak Kepada Bapa 

(Matius 26:39-40) 

Sebagian orang berpikir bahwa Allah pasti mendengar doa yang kita naikkan kepada-Nya persis seperti yang kita kehendaki. Asal kita beriman kepada Tuhan, maka Dia pasti

memberikan apa yang kita inginkan. Benarkah demikian ?

Namun Alkitab tidak mengajarkan demikian. Melalui rasul Yohanes kita membaca : “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa DIA mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan, jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya (1 Yohanes 5:14-5)”

Berdasarkan ayat itu, maka tidaklah tepat jikalau orang mengatakan bahwa Allah pasti selalu menjawab doa yang kita kehendaki. Alkitab hanya mengajarkan bahwa Allah mempedulikan dan menjawab doa-doa kita. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)”. 

Sangat menarik doa Yesus di Getsemani ini. Dikatakan demikian : “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa kataNya: “Ya, BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Matius 26:39)”

Yesus tidak berkata : “Bapa yang Kukehendaki cawan ini harus lalu dari padaKu”. Yesus tidak berdoa demikian. Tetapi Yesus berkata biarlah kehendakMu yang jadi. Apa yang hendak diajarkan melalui doa Yesus ini ? Sesungguhnya Yesus sedang mengajarkan bahwa doa kepada Bapa bukanlah doa yang memaksakan kehendak.

Banyak orang terjebak dan berkata : kita harus menekan Allah dengan iman yang kita punya, agar Dia mendengarkan kita.

Ilustrasi :

Pada masa perang dunia ke dua, di bawah kepemimpinan Jenderal George Patton, Laskar ketiga berhasil memukul mundur tentara Nazi. Pertempuran terjadi begitu hebat dan banyak korban berjatuhan. Tetapi, akhirnya kabut dan hujan memaksa pasukan tersebut untuk berhenti. 

(4)

tentara. Dalam pembicaraan dengan sang Pendeta, Patton bertanya: “Apakah Anda punya doa yang bagus mengenai cuaca ?” Sang pendetapun segera memenuhi permintaan itu. Ia menulis sebuah doa, dan kemudian Patton memerintahkan agar doa itu dicetak dan dibagikan kepada 250.000 orang prajurit di bawah pimpinannya. Ia menyuruh mereka berdoa agar cuaca menjadi cerah. Bagaimana hasilnya ? Hanya menuai kekecewaan belaka. Kabut dan hujan tetap turun juga. Mengapa ? Karena doanya adalah doa yang memaksakan kehendak kepada Allah.

Kisah Jenderal George Patton tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa seringkali manusia memaksa Allah untuk menjawab doa kita seperti yang kita ingini.

Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memiliki kewajiban untuk menjawab dengan cara yang kita inginkan atau hanya karena banyak orang yang berdoa. Ketika Anak Allah, Yesus Kristus Tuhan menderita di Getsemani, Dia mengajukan permohonan dengan

penyerahan yang rendah hati kepada Bapa-Nya dan berkata :...”jadilah kehendak-Mu (Matius 26:42)”

Prinsip doa di Getsemani itu harus mendominasi doa-doa kita. Kehendak Bapa selalu

mengandung kasih dan hikmat yang tidak terbatas. Oleh karena itu, daripada memaksa Allah karena mengira bahwa Dia wajib menjawab doa yang kita kehendaki, seharusnya kita sebagai anak-anak yang percaya kepada-Nya dengan senang hati menyerahkan semua keinginan kita kepada-Nya.

Apapun yang Dia anugerahkan akan terbukti menjadi berkat terbaik dalam hidup kita.

Ketiga, Semangat doa, Tidak Terpengaruh Keadaan. 

Dalam masa-masa penuh pergumulan, biasanya kita sangat membutuhkan teman yang dapat menopang kita dalam pergumulan yang sedang dihadapi. Hal ini tentunya sangat baik dan diperlukan. 

Di antara saudara-saudara seiman kita sering mendengarkan kata-kata seperti ini. “Doakan saya ya, saya sedang berada dalam masalah yang berat”. Namun masalahnya, jika tidak ada yang mendukung bagaimana ?

Tuhan Yesus dalam pergumulan di Getsemani mengalami kesendirian juga. Memang Dia membawa murid-muridNya, Petrus, Yakobus dan Yohanes, namun tidak bisa berjuang bersama Dia karena rasa ngantuk yang menyerang. Murid-murid malah tertidur (39, 42, 44). Murid-murid seharusnya mendukung sang Guru yang sedang bergumul. Tetapi kenyataannya mereka membiarkanNya seorang diri.

Namun, apakah Yesus patah semangat ? Ternyata, tidak ! 

Ilustrasi : TAHANAN BANDEL.

Suatu saat, di sebuah kamp tahanan hiduplah seorang tahanan yang dijatuhi hukuman mati meskipun dia tidak terbukti melakukan kesalahan. Meskipun sudah dijatuhi hukuman mati, dia

(5)

tetap tidak merasa takut. Pada suatu hari dia tampak berada di tengah-tengah lapangan penjara sambil memainkan gitarnya. Maka sejumlah besar orang datang mengelilinginya. Dengan alunan gitarnya, orang-orang yang berkumpul tadi menjadi tidak takut. Menyaksikan hal itu, para pembesar penjara akhirnya melarangnya untuk bermain gitar dan menyanyi lagi.

Tetapi besok harinya, meskipun telah dilarang, dia datang di tempat yang sama memainkan gitarnya dan bernyanyi. Maka banyak orang yang datang menggabungkan diri dengannya. Dengan sangat marah para petugas yang berjaga di penjara tersebut memotong jarinya, dan darahpun mengalir dengan derasnya. Tetapi, besok harinya orang ini kembali lagi memainkan gitarnya dengan sebagian jari terpotong, juga menyanyikan lagu-lagu yang meneduhkan perasaannya. Maka sejumlah orang bergabung untuk bergembira bersamanya. Maka, para pembesar penjara menjadi marah dan mengambil gitarnya lalu dibanting dan dihancurkan sedemikian.

Namun, esok harinya dia tampak lagi di tengah-tengah lapangan. Dia bernyanyi dengan merdunya sehingga mengundang orang-orang lain bergabung dan bersukacita bersamanya, meskipun tidak lagi diiringi alunan gitar. Kembali, orang-orang bergabung dengannya. Hal itu disaksikan lagi oleh para petinggi penjara dan akhirnya memutuskan untuk memotong lidahnya agar tidak bisa menyanyi lagi.

Keheningan menyelimuti penjara, namun semangat terdalam dari orang ini kembali muncul. Hari berikutnya, dia kembali ke tempat yang sama dengan jari yang terpotong, gitar yang sudah tiada, lidah yang juga terpotong. Darah segar memenuhi tubuhnya. Namun, dia masih menari diiringi musik yang tidak dapat didengarkan oleh yang lain. Sementara itu, sejumlah besar orang bergabung dan bergandeng tangan bersamanya meskipun sekujur tubuhnya berdarah dan hancur. Para penjaga berdiri terpaku penuh kekaguman menyaksikan tahanan yang bandel tersebut.

Ilustrasi di atas, memberi inspirasi bahwa semangat tidak terpengaruh oleh keadaan buruk di sekitar kita sekalipun.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bagaima dengan perjuangan doa kita selama ini ?

· Apakah kita selalu mencari Tuhan tatkala kesulitan besar menindih hidup ini ? · Apakah kita selalu berdoa dengan rendah hati dan tidak memaksakan kehendak kepada Bapa ?

· Apakah doa kita tidak terpengaruh dengan kondisi buruk yang kita alami dan berada di sekitar kita ? 

Surakarta, 29 Maret 2004

Referensi

Dokumen terkait