PENGARUH UNIQUENESS VALUE, STATUS VALUE,
HEDONIC VALUE, BRAND PASSION TERHADAP
WILLINGNESS TO PAY MORE
SHONANDA AKBAR RIFALDI H.S AULIA DANIBRATA
Trisakti School of Management shonandaakbar@gmail.
Abstract :The purpose of this paper is to identify the antecedents and consequences of romantic brand love in Hotel Industry.. The findings indicate that uniqueness and hedonic values are a SUHUHTXLVLWH RI HYRNLQJ FORVHQHVV DQG SDVVLRQDWH IHHOLQJV WRZDUG KRWHO EUDQGV UHVXOWLQJ LQ JXHVWV¶ advocacy and willingness to pay a premium price. This study provides practical implications for luxury hotel marketers by introducing a new angle to understand brand love and suggesting desirable post-consumption behaviors through creating romantic love relationships between guests and hotel brands. Research on the multidimensional aspects of luxury value is limited. This study proposes a conceptual model to investigate which luxury values enable guests to fall in love with brands and influence future behavior decisions and identifies opportunities for managerial benefits relating to consumers who are not traditional or frequent visitors to hotels.
Keywords: Uniqueness Value, Hedonic Value, Brand Passion, Willingness to Pay a Premium Price
Abstract: 7XMXDQ GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN PHQJLGHQWLILNDVL ³DQWHFHGHQWV´ GDQ NRQVHNXHQVL dari Romantic Brand Love di hotel. Temuan menunjukan bahwa nilai-nilai keunikan dan hedonic adalah prasyarat untuk membangkitkan kedekatan dan perasaan penuh gairah terhadap merek-merek hotel, menghasilkan nilai advokasi dan kemauan para tamu untuk membayar dengan harga premium. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi pemasar hotel mewah dengan memperkenalkan sudut pandang baru untuk memahami cinta merek dan menyarankan perilaku pasca konsumsi yang diinginkan dengan menciptakan hubungan cinta romantis antara tamu dan merek hotel. Penelitian ini mengusulkan model konseptual untuk menyelidiki nilai-nilai kemewahan mana yang memungkinkan para tamu untuk jatuh cinta pada merek dan memengaruhi keputusan perilaku di masa depan dan mengidentifikasi peluang untuk manfaat manajerial yang berkaitan dengan konsumen yang tidak biasa atau sering berkunjung ke hotel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 201 responden dan Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode sampling purposive. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa variabel ada yang mempengaruhi (Hedonic Value, dan Brand Passion) Willingness to Pay More secara signifikan dan ada variabel yang tidak mempengaruhi (Status Value dan Uniqueness Value)
Kata Kunci: Nilai Keunikan, Nilai Hedonis, Kegairahan terhadap Merek, Keinginan untuk membayar lebih.
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu fenomena yang cukup menarik untuk diikuti perkembangannya. Terlebih lagi di era modern saat ini, dimana globalisasi dibidang ekonomi sedang berkembang pesat yang menyebabkan banyaknya peluang usaha asing untuk ikut terlibat dalam menarik para konsumen local maupun mancanegara. Dampak globalisasi di era modern juga berdampak pada industry jasa seperti industry telekomunikasi, industry perbankan, industry transportasi, dan perhotelan yang semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Sektor Jasa merupakan penyumbang terbesar Gross Domestic Produck (GDP) di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 43,41% diikuti oleh sektor Industri sebesar 39,73% dan Agricultural sebesa 12,81%. Sehingga membuat sektor jasa menjadi salah satu sektor yang sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pemerintah, tetapi juga untuk para investor lokal maupun asing yang ingin membuka berinvestasi dibidang jasa karena menurut data tersebut sektor jasa terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
Seiring dengan semakin berkembangnya sektor jasa di Indonesia, juga ikut menarik minat konsumen mancanegara untuk datang ke Indonesia, baik itu untuk tujuan bisnis maupun untuk berlibur. Sehingga membuat sektor jasa Indonesia makin maju ditiap tahunnya. Dimana pada tahun 2018 jumlah pengunjung mancanegara yang datang keindonesia mencapai 15,81 Juta wisatawan asing.
Jakarta sebagai ibu kota negara memiliki data tarik tersendiri menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara, Selain sebagai pusat pemerintahan
Indonesia, Jakarta juga memiliki banyak tempat-tempat rekreasi yang bisa didatangi baik itu yang berupa tempat bersejarah seperti museum macam, museum fatahillah, museum sunda kelapa, dll. Juga ada tempat rekreasi bermain dan hiburan seperti Dufan yang berada di Kawasan ancol, dan beragam mall-mall besar yg ada di Indonesia beberapa ada di Jakarta. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 saja dari jumlah 15,81 Juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia, sebesar 17,79 % atau sekitar 2.813.411 wisatan yang datang ke Jakarta dari total 33 provinsi yang ada di Indonesia, dan setiap tahunnya terus meningkat dari tahun 2014.
Semakin banyaknya pelaku jasa yang ada di Jakarta membuat perusahaan yang ingin terus bertahan harus memiliki suatu keunikan yang menjadikan perusahaan tersebut agar berbeda dari pada para kompetitornya. Suatu keunikan yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen akan semakin memberikan nilai lebih kepada para konsumen saat akan membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan mendorong mereka untuk melakukan repurchase. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan harus bisa untuk mengamati perubahan prilaku dan permintaan para konsumen sehingga dapat menyesuaikan diri dan mengatur strategi yang sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi di saat adanya perubahan perilaku dan permintaan para konsumen. Pada dasarnya tujuan dari pemasaran adalah agar para pemasar dapat menentukan dan mengetahui sifat dari para konsumen dengan jelas sehingga mereka dapat menentukan apa strategi
yang terbaik agar produk mereka bisa laku terjual.
Para wisatawan yang berkunjung ke Jakarta tentunya membutuhkan tempat untuk mereka beristirahat, yang membuat Industri perhotelan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Industri perhotelan adalah industri jasa yang menawarkan jasa berupa perpaduan produk dan layanan kepada konsumen. Seperti desain bangunan, interior dan eksterior kamar hotel, suasana yang didapatkan di dalam kamar hotel, restoran serta makanan dan minuman yang ditawarkan beserta keseluruhan fasilitas yang ada merupakan contoh dari produk yang dijual oleh pihak hotel. Sedangkan contoh layanannya berupa, keramah-tamahan dan keterampilan yang dimiliki oleh para karyawan dalam melayani pelanggannya
Hotel tidak hanya tempat yang digunakan para wisatawan untuk bermalam setelah melakukan berbagai aktifitas seharian maupun para wisatawan yang tidak memiliki relasi di tempat tujuan. Namun saat ini, fungsi hotel mengalami peningkatan, hotel menjadi tempat untuk diadakannya berbagai acara seperi acara pernikahan, rapat perusahaan, acara launching suatu produk baru perusahaan dan tak jarang juga digunakan untuk sarana berakhir pekan bagi kalangan masyarakat menengah keatas.
Karena kesanggupan setiap hotel untuk menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan kepada para konsumen, oleh sebab itu hotel hotel yang ada diklasifikasikan berdasarkan tingkat fasilitas dan pelayanan yang bisa mereka berikan atau sediakan kepada para konsumen. Mulai dari hotel bintang satu yang biasanya harganya murah dan lebih dekat dengan tempat wisata, hotel bintang dua dengan harga yang sedikit
lebih mahal tetapi masih ramah bagi para pengunjung, hotel bintang tiga yang menyediakan fasilitas dan pelayanan yang lengkap dan layak, hotel bintang empat yang bisa menyediakan fasilitas dan pelayanan yang nyaris sempurna, dan hotel bintang lima yang memiliki fasilitas dan pelayanan terbaik dan termewah dari semua jenis hotel yang ada.
Premium hotel merupakan hotel yang menyediakan pelayanan dan fasilitas premium kepada para pelanggannya saat mereka datang untuk menginap di premium hotel. Premium hotel tentu berbeda dengan regular hotel lainnya karena para konsumennya tentu saja mengharapkan suatu layanan maupun fasilitas yang lebih baik dari para hotel biasa. Contohnya seperti pengadaan fasilitas ruang spa, swimming pool, tempat permainan anak, Suasana dan kondisi ruangan yang didapat, dll. Tentu saja dengan mewahnya fasilitas yang ditawarkan oleh pihak hotel, membuat harga yang harus dikeluarkan oleh para konsumen untuk bisa menikmati berbagai pelayanan yang ada di premium hotel berbeda dengan regular hotel, premium hotel pasti memiliki harga yang lebih mahal. Selain itu saat menginap di hotel premium juga bisa secara tidak langsung menginkatkan status sosial seseorang karena tidak semua orang bisa atau mampu menginap di hotel premium, dan juga karena hotel premium bisa dikategorikan sebagai barang mewah dan tentunya mampu menimbulkan perasaan bahagia para konsumen saat mereka menginap, hal ini terjadi karena para konsumen memutuskan untuk menginap karena keinginan sendiri dan bukan karena kebutuhan yang mereka miliki. Para pengunjung yang memilih untuk menginap di premium hotel tidak hanya mempunyai tujuan untuk bisa menikmati
berbagai fasilitas dan layanan yang ada di premium hotel, tetapi juga mereka memperhatikan aspek-aspek lainnya yang kemungkinan bisa mereka dapatkan saat mereka menginap di premium hotel. Seperti kebanggan diri di mata orang lain yang mungkin mereka dapatkan saat mereka bisa menginap dipremium hotel, dan juga kepuasaan diri pribadi saat mereka menginap di premium hotel. Dijakarta sendiri, menurut data yang di dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 terdapat kurang lebih 326 hotel mulai dari bintang satu sampai bintang lima yang tersebar diseluruh wilayah yang ada di Jakarta. Dengan jumlah terbanyak merupakan hotel bintang tiga sebanyak 121 hotel (37,11%), diikuti hotel bintang dua sebanyak 88 hotel (26,99 persen), hotel bintang empat sebanyak 54 hotel (16,56 persen), hotel bintang lima 38 hotel (11,66 persen), dan hotel bintang satu sebanyak 25 hotel (7,67 persen).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), walaupun hotel bintang empat dan lima memiliki harga yang lebih malah dibanding hotel jenis lainnya, tetapi tingkat hunian rata-rata pada hotel bintang empat dan lima pada tahun 2018 saja melebihi 50%, dengan hotel bintang empat sebesar 58.45%, dan bintang lima sebesar 51.92 % pada tahun 2018. Dengan mengusung konsep kontemporer yang tentunya menawarkan destinasi bisnis dan wisata dengan suasana yang nyaman dan elegan. Hotel terletak di tengah Jakarta Barat yang merupakan area strategis karena dikelilingi oleh berbagai pusat perbelanjaan, perkantoran, sarana Pendidikan, hiburan, hingga sangat dekat dan sangat mudah diakses karena dekat dengan jalan tol. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas premium dan ditunjang juga dengan pelayanan yang ramah dan bersahabat
menjadi nilai tambah bagi para konsumen untuk menginap di Hotel, karena penyediakan pelayanan premium baik itu bersifat berwujud dan tidak berwujud sangat mempengaruhi bagaimana penilatian konsumen terhadap layanan yang ditawarkan oleh pihak hotel.
Hotel menyediakan lebih dari 150 kamar yang tersebar di lebih dari 20 lantai dan memiliki fasilitas seperti rooftop restaurant, tempat fitness, spa, kolam renang indoor, executibe lounge, delapan meeting room, dan jaringan WIFI gratis yang bisa diakses diseluruh wilayah hotel. Selain itu juga terdapat Grand Ballroom mewah yang mampu menampung hingga 2000 tamu, dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis, event maupun sebuah pesta.
Karena para wisatawan yang datang ke Jakarta baik itu untuk tujuan berlibur maupun dalam rangka kunjungan bisnis tentunya tidak semua memiliki tingkat finansial yang tidak terbatas, oleh sebab itu tentu saja para wisatawan berharap untuk bisa mendapatkan fasilitas dan pelayanan dari premium hotel dengan sebanyak mungkin pilihan yang disediakan.
Dengan begitu, bukan tidak mungkin para wisatawan rela untuk membayar lebih agar bisa menginap, bukan hanya karna fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan hampir menyamai hotel bintang lima, tetapi juga dengan berbagai pilihan kamar yang ada dengan berbagai harga yang masih cukup bersahabat menjadikan Hotel menjadi pilihan hotel yang tepat untuk tempat menginap. Karena dengan banyaknya fasilitas dan pelayanan yang disediakan, tentu akan membuat semakin eratnya hubungan antara pihak hotel dengan konsumen yang menyebabkan konsumen akan rela membayar lebih untuk tetap bisa mendapatkan pelayanan yang baik.
Kajian Pustaka Uniqueness Value
Uniqueness merupakan perasaan
bergairah untuk suatu merek terutama ditimbulkan oleh nilai keunikan, terutama ketika merek memungkinkan konsumen untuk membedakan diri dari orang lain dan menampilkan citra unik mereka (Kang 2017)
Teori keunikan menunjukkan keinginan konsumen untuk diferensiasi dari yang lain, dapat dicapai dengan memperoleh dan memiliki merek yang eksklusif ( Tian 2001:407).
Berikut ini adalah pendapat Yang dan Mattila (2016) tentang Uniqueness Value: Karena layanan perhotelan berbeda dari barang mewah, lebih mengandalkan komponen layanan tidak berwujud, penting untuk mempertimbangkan baik yang berwujud (misalnya kamar dan fasilitas) dan tidak berwujud (misalnya karyawan yang sangat perhatian)
H1: Terdapat Pengaruh Uniqueness Value terhadap Brand Passion.
Status Value
Status telah menjadi kontributor utama konsumsi barang mewah, memberikan motivasi yang kuat untuk mengungkapkan kekayaan ekonomi kepada orang lain (Juhee Kang 2017) Status berkaitan dengan komponen sosial dari nilai mewah, dengan fokus pada perhatian dan prestise dari konsumsi produk. (Vigneron dan Johnson 2004:484)
Thye (2000:412), mendefinisikan status VHEDJDL ³nilai, harga diri, atau kehormatan yang terkait dengan memiliki objek atau karakteristik. status mengkomunikasikan informasi tentang sosial pemilik produk KXEXQJDQ ´
Sirgy dan Su (2000:340) menyatakan EDKZD ³Konsumen juga cenderung
mempertimbangkan bagaimana mereka dirasakan oleh orang lain ´
H2 : Terdapat pengaruh Status Value terhadap Brand Passion.
Hedonic Value
Hedonic Value menghargai penghargaan
dan memenuhi kebutuhan akan kesenangan indrawi, keindahan estetika, dan kegembiraan sambil mengonsumsi merek hotel mewah (Kang 2017)
Hedonic Value mengacu pada penilaian keseluruhan manfaat pengalaman dan pengorbanan, seperti hiburan dan pelarian (Overby dan Lee 2006:1161). Hedonic shopping motivation adalah suatu perasaan senang ketika seorang konsumen sedang melakukan proses belanja (Briliana dan Rininta Indah 2016). Konsumsi mewah membawa manfaat subyektif dan tidak berwujud yang membangkitkan respons emosional positif, seperti kesenangan dan kegembiraan ( Vigneron dan Johnson 2004).
Hedonic value terkait dengan pemenuhan
kesenangan atau aspek estetis dari suatu produk. Hedonik merupakan stimuli yang menseleksi kualitas lingkungan belanja dari sisi kenikmatan enjoyment yang dirasakan, rasa tertarik akibat pandangan mata visual appeal dan rasa lega
escapism (Blythe 2005).
+ ³ 7HUGDSDW SHQJDUXK +HGRQLF 9DOXH terhadap Brand Passion
Brand Passion
Passions didefinisikan sebagai sikap
afektif, sangat positif terutama terhadap spesifik merek yang mengarah pada keterikatan emosional dan mempengaruhi faktor perilaku yang relevan (Bauer et 2007).
Ini terutama berasal dari motivasi dan gairah, yang menyiratkan semangat dan
antusiasme. Ini menghasilkan motivasi yang kuat untuk terlibat dalam tindakan dan bentuk tertentu hubungan yang sangat kuat dan berkualitas tinggi antara konsumen dan merek (Kang 2017). Perasaan bergairah untuk memiliki suatu produk dengan brand tertentu oleh konsumen. Hal tersebut menunjukkan tingkat cinta konsumen terhadap suatu brand (Sallam 2014).
H4 : Terdapat Pengaruh Brand Passion terhadap Willingness to Pay More.
Willingness to Pay More
Kesediaan untuk membayar harga premium PHQJDFX SDGD ³MXPODK \DQJ EHUVHGLD GLED\DU oleh pelanggan merek pilihannya dibandingkan merek yang sebanding / lebih kecil dengan ukuran / kuantitas paket yang sama Netemeyer (2004:211).
Banyak studi empiris telah mengungkapkan konsumen kesediaan untuk membayar lebih untuk merek yang dihargai Hyun dan Kim (2012:162).
Kesediaan membayar dengan harga premium ditemukan ketika konsumen merasakan kualitas yang lebih baik dalam merek yang mereka cintai dan menemukan merek yang sesuai dengan gaya hidup yang diinginkan Swimberghe (2014:2657).
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kausalitas. Statistik
Perceived
Luxury Value Romantic Brand Love Future Behaviors
Uniqueness Value Status Value Hedonic Value Brand
Passion Willingness to Pay More H1
H2
H3
deskriptif adalah Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016). Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah para konsumen yang sering menginap di hotel premium (bintang 4/5). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 201 orang karena sudah cukup mewakili, mengacu pada Hair et al. (2019,32). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposif, karena
harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sugiyono (2016:218) memaparkan bahwa Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hotel, sehingga responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah para konsumen yang telah menginap dan memutuskan sendiri untuk mengambil keputusan menginap di Hotel. Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel-variabel menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan secara online dengan setiap variabel diukur dengan skala Likert yang bernilai 1-7 (Sangat Tidak Setuju ± Sangat Setuju).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Keterangan Jumlah
Jenis Kelamin Pria 84
Wanita 117
Usia < 21 Tahun 2
> 21 Tahun 199 Pendidikan Terakhir SMA / Sederajat 25
D3 10
S1 162
S2 4
S3 0
Pekerjaan Mahasiswa 14 Kuliah dan Bekerja 11 Karyawan 33 Wiraswasta 26 Lainnya 117
Pengujian Validitas dan Realibilitas
Tabel 2. Convergent Validity and Composite Reliability
Variables Items Loadings AVE
Composite Realibility &URQEDFK¶V Alpha Brand Passion BP1 0,667 0.490 0,741 0,479 BP2 0,656 BP3 0,771 Hedonic Value HV1 0,573 0.384 0,755 0,593 HV2 0,554 HV3 0,614 HV4 0,577 HV5 0,759 Status Value SV1 0,909 0.764 0,907 0,847 SV2 0,861 SV3 0,851 Uniqueness Value UV1 0,782 0.675 0,862 0,760 UV2 0,831 UV3 0,850 Willingness to Pay More WPM1 0,794 0.626 0,834 0,702 WPM2 0,743 WPM3 0,835
Sumber: Data yang diolah
Dalam uji validitas, nilai outer loading dari setiap konstruk harus lebih dari 0,5 dalam (Chin dalam Ghozali 2014, 39). Untuk nilai AVE seluruh variabel harus lebih dari 0,5. Data dalam penelitian ini memenuhi convergent validity. Dalam uji Realibitas,
QLODL FURQEDFK¶V DOSKD KDUXV OHELK GDQ nilai composite realibity harus lebih 0.7 berdasarkan (Ghozali dan Latan 2015, 41). Sehingga data dalam penelitian ini memiliki realibitas yang baik.
Uji Hipotesis
Tabel 3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis Path Sample Mean
Standard Deviation
t-statistics p-values Supported H1 +9:%3 0,581 0,069 8,428 0,000 YES H2 69:%3 0,174 0.116 1,520 0,130 NO H3 89:%3 0,045 0,126 0,231 0,817 NO H4 %3:: 0,282 0,077 3,545 0,000 YES
Pengujian statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik uji t, dengan hipotesis statistik dan nilai signifikansi 0,05 (1,96). Ketika hasil uji t
lebih dari 1,96 dan nilai P-value lebih kecil dari 0,05, maka terdapat pengaruh dan sebaliknya (Hair et al. 2017, 153).
Hasil uji t dan P-value menyatakan bahwa
Hedonic Value terhadap Brand Passion
sebesar 8.428 > 1.96 dan P-Value sebesar 0.00 < 0.05. Artinya H0 ditolak, dan Ha diterima. Maka Hedonic Value mempengaruhi Brand Passion.
Hasil uji t dan P-value menyatakan bahwa
Status Value terhadap Brand Passion
sebesar 1.520 < 1.96 dan P-Value sebesar 0.130 > 0.05. Artinya H0 diterima, dan Ha ditolak. Maka Status Value tidak mempengaruhi Brand Passion.Hasil uji t dan P-value menyatakan bahwa
Uniqueness Value terhadap Brand Passion sebesar 0.231 < 1.96 dan
P-Value sebesar 0.817 > 0.05. Artinya H0 diterima, dan Ha ditolak. Maka
Uniqueness Value tidak mempengaruhi Brand Passion. Hasil uji t dan P-value menyatakan bahwa Brand Passion terhadap Willingness to Pay More sebesar 3.545 > 1.96 dan P-Value sebesar 0.00 < 0.05. Artinya H0 ditolak, dan Ha diterima. Maka Hedonic Value mempengaruhi Brand Passion.
PENUTUP
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hanya variabel Brand Passion dan
Hedonic Value yang bisa mempengaruhi Willingness to Pay More, sedangkan
variabel Status Value dan Uniqueness
Value tidak mempengaruhi Willingness to Pay More pada Hotel. Kemewahan yang
dimiliki oleh Hotel memberikan kesan emosional yang positif kepada para konsumen yang menginap dan membuat mereka merasakan kesenangan dan kegembiraan saat menginap di Hotel (Hedonic Value). Karena para konsumen sudah merasa senang dan gembira saat menginap, sehingga mereka memiliki motivasi dan gairah tersendiri terhadap Hotel yang mengakibatkan terjalinnya hubungan yang semakin lama akan semakin kuat dan berkualitas antara konsumen dan hotel. Sedangkan mereka tidak memperdulikan tentang status sosial apa yang mungkin mereka dapatkan saat menginap di Hotel dan lebih perduli dengan apa yang bisa mereka dapatkan dan rasakan saat menginap di hotel tersebut (Status Value). Dan juga,
keunikan suatu tempat tidak mempengaruhi perilaku mereka dalam mempererat hubungan dengan Hotel (Uniqueness Value). Hotel memberikan pelayanan terbaik dan selalu melakukan update tentang segmen pasar, sehingga tidak tertinggal dari para pesaingnya, dan menyebabkan para konsumen loyal mereka rela membayar harga lebih hanya untuk tetap menginap di Hotel (Willingness to Pay More). Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini, yaitu:[1] Penelitian ini hanya dilakukan kepada pada konsumen Hotel yang pernah dan memutuskan sendiri untuk menginap. [2] Responden yang berhasil didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 217 orang, tetapi yang bisa digunakan dalam penelitian ini hanya 201 orang. [3] Berhubungan dengan merebaknya pandemic COVID-19. Kuesioner penelitian ini sebagian besar hanya bisa dibagikan melalui google form. [4] Keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini secara sempurna.
REFERENCES
Agus Widarjono. 2015. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
%DXHU + + +HLQULFK ' DQG 0DUWLQ , ³+Rw to create high emotional consumer-brand relationships? The FDXVDOLWLHV RI %UDQG SDVVLRQ´ LQ WKH $XVWUDOLDQ 1HZ =HDODQG 0DUNHWLQJ $FDGHP\ &RQIHUHQFH 3URFHHGLQJV Dunedin, pp. 2189-2198
BLYTHE, J. Essentials of marketing. 3. Uud. p. 2005.
COTTE, June; WOOD, Stacy L. Families and innovative consumer behavior: A triadic analysis of sibling and parental influence. Journal of consumer research, 2004, 31.1: 78-86.
'XERLV % DQG &]HOODU 6 ³3UHVWLJH EUDQGV RU OX[XU\ EUDQGV" $Q H[SORUDWRU\ LQTXLU\ RQ FRQVXPHU SHUFHSWLRQV´ available at: http://archive-ouverte.unige.ch/unige:5816 (accessed 16 September 2016).
Ghozali, H Imam. 2015. Partial Least Squares: Konsep, Teknis, dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ISBN: 9797043002.
Ghozali, Imam. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hair, J. F. G., Hult, T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. 2017. In A primer on partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) (2nd ed.). California: SAGE Publications Inc.
LQWHJUDWLYH PRGHO´ -RXUQDO RI 7UDYHO 5HVHDUFK 9RO 1R SS -352.
KALISH, Shlomo; NELSON, Paul. A comparison of ranking, rating and reservation price measurement in conjoint analysis. Marketing Letters, 1991, 2.4: 327-335.
Kang, J., Manthiou $ 6XPDUMDQ 1 DQG 7DQJ / ³$Q LQYHVWLJDWLRQ RI EUDQG H[SHULHQFH RQ EUDQG DWWDFKPHQW NQRZOHGJH DQG WUXVW LQ WKH ORGJLQJ LQGXVWU\´ -RXUQDO RI +RVSLWDOLW\ 0DUNHWLQJ DQG 0DQDJHPHQW 9RO 1R pp. 1-22.
KANG, JuHee, et al. Finding desirable post-consumption behaviors: an investigation of luxury value and romantic brand love relationships. International Journal of Contemporary Hospitality Management, 2018, 30.9: 2984-3003. Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management Building Measuring and Managing Brand Equity 4th edition.
USA, Pearson Education.
Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2012. Marketing Management 14th edition. Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia. Kotler, P. and Keller, K. 2014. Marketing Management. 15th Edition, Prentice Hall, Saddle River.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2016. Marketing Managemen, 15th Edition, Pearson Education,Inc.
LI, Ting; MESHKOVA, Zornitsa. Examining the impact of rich media on consumer willingness to pay in online stores. Electronic Commerce Research and Applications, 2013, 12.6: 449-461.
/XR ; ³8VHV DQG JUDWLILFDWLRQV WKHRU\ DQG H-FRQVXPHU EHKDYLRUV D VWUXFWXUDO HTXDWLRQ PRGHOLQJ VWXG\´ -RXUQDO of Interactive Advertising, Vol. 2 No. 2, pp. 34-41.
Netemeyer, R.G., Krishnan, % 3XOOLJ & :DQJ * <DJFL 0 'HDQ ' 5LFNV - DQG :LUWK ) ³'HYHORSLQJ and validating measures of facets of customer-EDVHG EUDQG HTXLW\´ -RXUQDO RI %XVLQHVV 5HVHDUFK 9RO 1R 2, pp. 209-224.
2YHUE\ - : DQG /HH ( - ³7KH effects of utilitarian and hedonic online shopping value on consumer SUHIHUHQFH DQG LQWHQWLRQV´ -RXUQDO RI %XVLQHVV 5HVHDUFK 9RO 1RV SS - 1166.
3DUN & : 0DF,QQLV ' - 3ULHVWHU - (LVLQJHULFK $ % DQG /DFREXFFL ' ³%UDQG attachment and brand DWWLWXGH VWUHQJWK FRQFHSWXDO DQG HPSLULFDO GLIIHUHQWLDWLRQ RI WZR FULWLFDO EUDQG HTXLW\ GULYHUV´ -RXUQDO RI Marketing, Vol. 74 No. 6, pp. 1-17
PEKERTI, RININTA INDAH; BRILIANA, VITA. Pengaruh perceived benefits, perceived risks, hedonic motivations, psychological factors dan website design terhadap online buying behavior. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2016, 18.2: 147-158.
Review, Vol. 65 No. 3, pp. 407-432.
SALLAM, Rita L., et al. Magic quadrant for business intelligence and analytics platforms. Gartner RAS core research notes. Gartner, Stamford, CT, 2014.
SCARPI, Daniele. Fashion stores between fun and usefulness. Journal of Fashion Marketing and Management: An International Journal, 2006.
Sheth, J.N., Newman, B.I. and Gross, B.L. (199 ³:K\ ZH EX\ ZKDW ZH EX\ D WKHRU\ RI FRQVXPSWLRQ YDOXHV´ Journal of Business Research, Vol. 22 No. 2, pp. 159-170.
6LUJ\ 0 - DQG 6X & ³'HVWLQDWLRQ LPDJH VHOI-congruity, and travel behavior: toward an Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D: Alfabeta.
6ZLPEHUJKH . 5 $VWDNKRYD 0 DQG :RROGULGJH % 5 ³$ QHZ GXDOLVWLF DSSURDFK WR EUDQG SDVVLRQ KDUPRQLRXV DQG REVHVVLYH´ -RXUQDO RI %XVLQHVV 5HVHDUFK 9RO 1R SS -2665.
Thye, S.R. (2 ³$ VWDWXV YDOXH WKHRU\ RI SRZHU LQ H[FKDQJH UHODWLRQV´ $PHULFDQ 6RFLRORJLFDO
7LDQ . 7 %HDUGHQ : 2 DQG +XQWHU * / ³&RQVXPHUV¶ QHHG IRU XQLTXHQHVV VFDOH GHYHORSPHQW DQG YDOLGDWLRQ´ -RXUQDO RI &RQVXPHU 5HVHDUFK 9RO 1R SS -66.
9LJQHURQ ) DQG -RKQVRQ / : ³0HDVXULQJ SHUFHSWLRQV RI EUDQG OX[XU\´ -RXUQDO RI %UDQG 0DQDJHPHQW 9RO 11 No. 6, pp. 484-506.
<DQJ : DQG 0DWWLOD $ 6 ³:K\ GR ZH EX\ OX[XU\ H[SHULHQFHV"´ ,QWHUQDWLRQDO -RXUQDO RI &RQWHPSRUDU\ Hospitality Management, Vol. 28 No. 9, pp. 1848-1867.