• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yayasan Pangeran Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yayasan Pangeran Sumedang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN

Yayasan Pangeran Sumedang

Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 Srimanganti Sumedang 45311 Telp./Fax. 0261 – 201714 E-mail : museum_geusanulun@yahoo.com Http://museumgeusanulun.multiply.com

(2)

I. PENDAHULUAN.

Museum berasal dari kata “Mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Fungsi museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi tetapi hakikatnya pengertian museum tidak berubah. Museum adalah sebagai lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya—guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum sebagai tempat berbagai macam pengetahuan. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena aspek edukasi lebih ditonjolkan dibanding aspek rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestarian kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible), seperti artefak, fosil, dan benda-benda etnografi; maupun bukan benda (intangible), seperti nilai, tradisi, dan norma. Dan museum memiliki dua fungsi besar yaitu sebagai tempat pelestarian dan sumber informasi benda budaya dan alam.

Museum terdiri dari 2 komponen, yaitu penyelenggara dan pengelola museum. Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan, sedangkan pengelolaan adalah kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya, dalam dunia permuseuman kita mengetahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan unsur swasta—dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas, dan kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggara dan pengelola museum, baik pemerintah maupun swasta di Indonesia, harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasar-dasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya dan pendidikan bagi masyarakat banyak.

Museum pun terbagi berapa jenis museum : 1). Museum Umum :

(3)

2). Museum Khusus :

Museum yang memamerkan hanya satu displin ilmu saja, seperti geologi, Arkeologi dll. Yang termasuk museum khusus : Museum Geologi Bandung, Museum Pos Bandung, Museum Asia Afrika Bandung, Museum Pusaka Jakarta, Museum Juang 45 Bandung, Museum Zoologi Bogor dan Museum Situs Radyapustaka Yogyakarta

Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian, warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.

II. SEJARAH SINGKAT MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN YAYASAN PANGERAN SUMEDANG.

Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya “ Yayasan Pangeran Sumedang “ (YPS) sebagai lembaga yang mengurus, memelihara dan mengelola barang Wakaf Kangdjeng “ Pangeran Aria Soeria Atmadja “ (PASA) Bupati Sumedang 1882 – 1919 . Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja. Seiring berjalannya waktu

(4)

demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi –YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan “Gedung Negara” adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.

Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang”.

III. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN DARI MASA KE MASA.

Pada awal berdirinya tahun 1973 Museum Prabu Geusan Ulun memiliki dua buah gedung, yaitu Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung yang digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka peninggalan leluhur Sumedang dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan 1993,

(5)

Gedung kedua atau Gedung Utama adalah Gedung Gamelan yang dibangun pada tahun 1973 sumbangan dari Bapak Ali Sadikin, Gubenur DKI pada saat itu. Sesuai dengan namanya Gedung Gamelan difungsikan sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan – Gamelan Pusaka peninggalan leluhur Sumedang.

Pada tahun 1974 museum masih memiliki dua bangunan, yaitu : Gedung Gamelan, dan Gedung Gendeng. Baru pada tahun 1982, Museum Prabu Geusan Ulun bertambah 2 bangunan, yaitu : Gedung Srimanganti dan Bumi Kaler.

Gedung Gamelan Sekarang Gedung Gendeng Sekarang

Setelah mengalami renovasi th. 1950, 1955 dan 1993

(6)

Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya. Pada tahun 1982 dan 1993 Gedung Srimanganti di Rehabilitasi.

Bupati dan keluarga yang pernah menempati Gedung Srimanganti, antara lain Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942 Srimanganti tidak lagi digunakan sebagai rumah tinggal Bupati. Sejak pemerintahan Dalem Aria Soemantri (1937 – 1946) gedung ini dijadikan Kantor Kabupaten / PEMDA Sumedang sampai tahun 1982, sedangkan Bupati serta keluarga tinggal di Gedung Bengkok / Gedung Negara sampai sekarang. Gedung Srimanganti terdaftar pula dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Gedung Srimanganti merupakan bangunan ketiga museum dan sekarang digunakan sebagai bangunan utama Museum Prabu Geusan Ulun dan sebagai pintu masuk ke museum.

(7)

Gedung Bumi Kaler

Gedung keempat Museum Prabu Geusan Ulun adalah Gedung Bumi Kaler merupakan bangunan berbentuk rumah panggung dan beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sebelum digunakan sebagai gedung Museum pada tahun 1982, Bumi Kaler digunakan sebagai tempat tinggal keluarga keturunan leluhur Sumedang.

(8)

Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) yang memerintah Sumedang tahun 1836 – 1882. Gedung Bumi Kaler Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya.

Pada tahun 1997 dibangun gedung baru yang bernama Gedung Pusaka karena Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat menyimpan pusaka-pusaka peninggalan leluhur Sumedang sudah tidak memandai. Gedung Pusaka adalah gedung museum yang kelima. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang. Pembangunan Gedung Pusaka merupakan atas prakarsa Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya ibunda dari Bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana pembangunan Gedung Pusaka bisa dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi Sumedang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumedang, Departemen Pariwisata Sumedang, Pemda Sumedang dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat. Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1997. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.

(9)

IV. FUNGSI dan TUGAS MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN

Museum “Prabu Geusan Ulun” adalah pengembangan dari Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) yang berperan untuk merawat benda-benda peninggalan dari Pangeran Sumedang, sebagai peninggalan budaya leluhur yang berarti harus meneruskan dan menjaga amanat Pangeran Sumedang. Nilai bersejarah yang terkandung didalam benda-benda peninggalan leluhur Pangeran Sumedang perlu dipelihara secara baik agar tetap lestari, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengkajian, studi, eksperimen dan perluasan informasi agar terjadi terus kesinambungan nilai-nilai sosial kultural leluhur Sumedang. Sehingga kebudayaan dan peradaban generasi terdahulu dapat terus diwariskan, disempurnakan dan dikembangkan. Oleh kerena itu tugas Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS begitu kompleks bukan hanya untuk memelihara nilai-nilai budaya, juga harus dapat diteruskan kepada generasi muda atas nilai-nilai budaya tersebut. Dari realisasi tugas tersebut setiap hari minggu rutin diadakan latihan Tari Klasik, Pencak Silat, Gamelan dan lain sebagainya. Selain itu juga setiap bulan Maulud diadakan acara “Ngumbah Pusaka dan Kirab Pusaka Leluhur Sumedang”.

(10)

Latihan Tari Klasik setiap hari Minggu di Gd. Gamelan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang

Kirab Pusaka diadakan setiap bulan Maulud Di Museum Prabu Geusan Ulun

(11)

V. VISI dan MISI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.

VISI MUSEUM :

“Terwujudnya Museum Prabu Geusan Ulun sebagai pusat budaya dan pembelajaran masyarakat luas terhadap sejarah dan ilmu pengetahuan serta nilai – nilai yang terkandung di dalamnya.”

MISI MUSEUM :

1. Mewujudkan Museum sebagai tempat pelestarian dan pelindungan benda-benda cagar budaya peninggalan leluhur Sumedang serta tradisi budaya, adat istiadat Sumedanglarang.

2. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat dalam menggali informasi sejarah Sumedang pada umunnya serta ilmu pengetahuan lainnya.

3. Menjadikan tempat belajar dan pembelajaran budaya, adat istiadat dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat Sumedang.

4. Menjadikan Pusat budaya masyarakat adat Sumedang, melalui kegiatan yang diadakan oleh Karaton Sumedanglarang.

5. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan warisan budaya dan wisata budaya serta nilai-nilai budaya daerah, yang menjadi warisan masing-masing sebagai pendukung sektor kepariwisataan bangsa Indonesia, dalam rangka mewujudkan cita-cita bansa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945

6. Mendukung Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda . 7. Meningkatkan kunjungan pariwisata Kabupaten Sumedang.

VI. KLASIFIKASI KOLEKSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN

1. Koleksi Jenis Geologika/ Geografika.

Adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi/geografi antara lain meliputi batuan, mineral dan benda-benda bentukan alam lainnya ( permata, granit, andesit ), peta dan peralatan pemetaan.

(12)

2. Koleksi Jenis Biologika.

Adalah benda koleksi yang masuk katagori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan baik yang berupa fosil maupun bukan.

3. Koleksi Jenis Etnografika.

Adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis.

4. Koleksi Jenis Arkelogika.

Adalah benda koleksi yang merupakan hasil budaya manusia masa lampau yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya barat.

Tengkorak Macan

Di Museum Prabu Geusan Ulun

Kapak Jorong peninggalan masa pra-sejarah Di Museum Prabu Geusan Ulun

(13)

5. Koleksi Jenis Historika.

Adalah benda koleksi yang mempunyai “nilai sejarah”dan menjadi objek penlitian sejarah serta meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat sampai sekarang/resen ( maksudnya : sejarah baru ). Benda-benda ini pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa ( sejarah ).

6. Koleksi Jenis Numismatika/ Heraldika.

Numismatika dalah setiap mata uang atau alat tukar ( token ) yang sah. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan tanda pangkat resmi ( termasuk cap/stempel ).

7. Koleksi Jenis Filologika.

Koleksi yang menjadi penelitian filologi, berupa naskah2 kuno yang ditulis tangan yang menguraikan suatu peristiwa .

Meriam Kalangtaka Peninggalan Pangeran Panembahan Di Museum Prabu Geusan Ulun

(14)

8. Koleksi Jenis Keramologika.

Adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar ( baked clay ) berupa barang pecah belah.

9. Koleksi Jenis Seni Rupa.

Adalah benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistic manusia melalui objek-objek dua atau tiga dimensi.

Koleksi Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang pernah dipamerkan dalam event Nasional maupun internasional, antara lain pameran di :

1. Pameran benda-benda Seni Keraton Indonesia ( Court Arts Of Indonesia ) di Rotterdam Belanda tahun 1992.

2. Pameran Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS) di New York tahun 1993.

3. Pameran Dunia Islam di Australia tahun 2005. 4. Pameran Sejarah di Bogor tahun 2008.

(15)

VII. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN TERCATAT DI INTERNATIONAL COUNCIL OF MUSEUM (ICOM) ASIA PACIFIC.

Directory Of Museums Of The Asia-Pasifik Countries.

International Council Of Museums (ICOM) Asia-Pacific Organisation 1993. Volume I. INDEX . INDONESIA. No. 55 .

Museum Prabu Geusan Ulun.

Kompleks Gedung Negara, Sumedang, West Java Telephone : 81714

Type : Private

Subordinate Unit of : Pangeran Sumedang Fundation Opening Hours : 08:00 to 13: 00, Friday closed

Admission Fee : Children- 100,00 Rp General- 200,00 Rp Founded in : 1973

Subjects : Personalia.

Collections : Arms & Weapons, Gold Swords, Gamelan. Other Staff Member : 8

Services : Library.

(16)

VIII. KOLEKSI UNGGULAN MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.

1. MAHKOTA BINOKASIH dan SIGER.

 Mahkota Binokasih dan Siger. (Emas).

Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang 1578 – 1601.

Mahkota Binokasih dibuat oleh Batara Guru di Jampang pada masa Raja Pajajaran Prabu Bunisora Suradipati (1357 – 1371) dan 3 (tiga) raja Pajajaran yang menggunakan Mahkota Binokasih, antara lain : Prabu Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475), Prabu Susuktunggal (1382 – 1482) dan Prabu Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521) .

Pada masa Prabu Ragamulya Suryakancana (1567 – 1579) setelah melihat keadaan Pajajaran yang sudah tak menentu akibat serangan pasukan Surasowan Banten ke berapa wilayah kekuasaan Pajajaran dan berhasil diduduki, maka Prabu Ragamulya Suryakancana memerintahkan empat Senapati Pajajaran untuk menyelamatan Pusaka Pajajaran berupa Mahkota Binokasih sebagai lambang eksistensi kekuasaan kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda ke Sumedanglarang, maka berangkatlah empat Senapati Pajajaran yang menyamar sebagai Kandaga Lante bersama rakyat Pajajaran yang mengungsi.

Pada tahun 1578 tepatnya pada hari Jum’at legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedanglarang Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri Raja Sumedanglarang VIII (1530 – 1578) menerima empat Kandaga

(17)

Umun dan Pangeran Santri yaitu Pangeran Angkawijaya dinobatkan sebagai raja Sumedanglarang ke IX dengan gelar Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601) sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun

nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala”

(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang).

2. PEDANG KI MASTAK.

 Pedang Ki Mastak Emas, Besi, Nikel Masa Prabu Tajimalela Raja Sumedanglarang I (721 – 778)

3. KERIS KI DUKUN.

 Keris Ki Dukun Emas, Besi, Nikel

Masa Prabu Gajah Agung Raja Sumedanglarang III (893 – 998).

(18)

4. KERIS PANUNGGUL NAGA

 Keris Panunggul Naga. Emas, Besi, Nikel, Inten. Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang IX (1578-1601)

.

5. KERIS NAGASASRA PANEMBAHAN

 Keris Nagasasra I Emas, Besi, Nikel, Kayu

Masa Pangeran Panembahan Bupati

Sumedang 1656 - 1708 .

(19)

6. KERIS NAGASASRA KUSUMADINATA IX.

 Keris Nagasasra II Emas, Besi, Nikel, Kayu Pelet Pangeran Kusumadinata IX / Kornel Bupati Sumedang (1791 - 1828)

7. BADIK CURUL AUL.

 Badik Curul Aul

Emas, Besi, Nikel, Kayu

Sanghyang Hawu Djaya Perkosa Senapati Sumedanglarang 1578 – 1601.

(20)

8. TEMPAT SIRIH.

 Tempat Sirih Emas

Pangeran Soeria Koesoemah Adinata Bupati Sumedang 1836 - 1882

9. BOKOR.

 Bokor. Emas

Pangeran Soeria Koesoemah Adinata Bupati Sumedang 1836 - 1882

10. KUJANG

 Kujang Besi Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang 1578 - 1601

(21)

11. GAMELAN PARAKAN SALAK.

 Gamelan Sari Oneng Parakan Salak Kayu Besi, tembaga.

Peninggalan Tuan Andriaan Walraven Holle (1832), Kepala Perkebunan The Parakan Salak Sukabumi. .

12. GAMELAN PUSAKA SARI ONENG MATARAM

 Gamelan Sari Oneng Mataram Kayu Jati, tembaga.

Peninggalan Pangeran Panembahan 1656 - 1706

(22)

13. KITAB KUNO AL QURAN.

 Al Quran tulisan tangan Kertas Karya R.H. Abdul Majid (1856)

Peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (1836 – 1882)

14. KITAB WARUGA JAGAT

 Kitab Waruga Jagat Kertas

Karya Ngabehi Prana

Peninggalan masa Pangeran Panembahan (1656 – 1706)

15. KITAB CARIOSAN PRABU SILIWANGI.

 Cariosan Prabu Siliwangi (1675) Kertas Peninggalan Pangeran Panembahan (1656 – 1706)

(23)

16. KERETA KENCANA NAGA PAKSI.

 Kareta Naga Paksi (1990) Kayu Jati, Besi.

(24)

IX. MASA PEMERINTAHAN RAJA SUMEDANGLARANG & BUPATI SUMEDANG

I. MASA KERAJAAN.

1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) 696 - 721 M 2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela. 721 - 778 M 3. Jayabrata / Prabu Lembu Agung 778 - 893 M 4. Atmabrata / Prabu Gajah Agung. 893 - 998 M 5. Jagabaya / Prabu Pagulingan. 998 - 1114 M 6. Mertalaya / Sunan Guling. 1114 – 1237 M 7. Tirtakusuma / Sunan Tuakan. 1237 – 1462 M 8. Sintawati / Nyi Mas Ratu Patuakan. 1462 – 1530 M 9. Satyasih / Ratu Inten Dewata Pucuk Umum 1530 – 1578 M. ( kemudian digantikan oleh suaminya Pangeran Kusumadinata I / Pangeran Santri ) 10. Pangeran Kusumahdinata II / Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601 M

II. MASA BUPATI PENGARUH MATARAM.

11. Pangeran Suriadiwangsa / Rangga Gempol I 1601 – 1625 M 12. Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV 1625 – 1633 M 13. Raden Bagus Weruh / Pangeran Rangga Gempol II. 1633 – 1656 M 14. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III 1656 - 1706 M

III. MASA PENGARUH KOMPENI VOC.

15. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709 M

16. Pangeran Karuhun / Rangga Gempol IV 1709 – 1744 M

17. Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759 M

18. Dalem Adipati Kusumadinata VIII / Dalem Anom. 1759 – 1761 M 19. Dalem Adipati Surianagara II 1761 – 1765 M

(25)

IV. MASA BUPATI PENYELANG / PENGGANTI.

21. Dalem Adipati Tanubaya 1773 – 1775 M

22. Dalem Adipati Patrakusumah 1775 – 1789 M

23. Dalem Aria Sacapati. 1789 – 1791 M

V. MASA PEMERINTAHAN BELANDA.

Merupakan Bupati Keturunan Langsung leluhur Sumedang.

24. Pangeran Kusumadinata IX / Pangeran Kornel. 1791 – 1828 M 25. Dalem Adipati Kusumayuda / Dalem Ageung. 1828 – 1833 M 26. Dalem Adipati Kusumadinata X / Dalem Alit. 1833 – 1834 M 27. Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 – 1836 M 28. Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Sugih. 1836 – 1882 M 29. Pangeran Aria Suriaatmadja / Pangeran Mekkah. 1882 – 1919 M 30. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga / Dalem Bintang. 1919 – 1937 M 31. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1937 – 1946 M

VI. MASA REPUBLIK INDONESIA

32. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1945 – 1946 M

33. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1946 – 1947 M

34. R. Tumenggung Mohammad Singer. 1947 – 1949 M

35. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1949 – 1950 M

(Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang)

Disusun Oleh : Bidang Sejarah & Silsilah Museum Prabu Geusan Ulun

(26)

Referensi

Dokumen terkait