• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEWARNAAN SEL BAKTERI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEWARNAAN SEL BAKTERI.docx"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di alam ini mikroorganisme mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan (Madigan et al., 1997). Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri (Volk & Wheeler, 1993). Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008). Teknik pewarnaan ini juga dilakukan karena pada dasarnya sitoplasma dari bakteri berwana transparan, sehingga didalam pengamatan suatu bakteri diperlukan pewarna (Alcamo, 1996). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Cappuccino et al, 1983).

Metode pewarnaan yang ada dibedakan menjadi pewarnaan langsung, pewarnaan tidak langsung dan pewarnaan Gram. Pada pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap pewarna tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pewarnaan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel (Dwidjoseputro, 1994).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan pewarnaan sel bakteri.

2. Untuk mengetahui macam-macam metode pewarnaan sel bakteri.

3. Untuk mengetahui pewarna yang dapat digunakan untuk mewarnai sel bakteri. 4. Untuk mengetahui morfologi bakteri yang diuji dengan metode pewarnaan.

5. Untuk mengetahui perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan.

(2)

II. MATERI DAN METODE

Pada praktikum ini, dilakukan pewarnaan bakteri dengan menggunakan metode pewarnaan langsung, pewarnaan tak langsung dan pewarnaan gram. Pewarnaan langsung dilakukan dengan mengambil 1 kaca objek, kemudian ditetesi dengan satu tetes air steril, diambil jarum ose kemudian dipanaskan di atas bunsen, diambil biakan bakteri klebsiella. Setelah itu, dibuat apusan pada tetesan air tadi dengan cara mengesek-gesekan jarum ose, kemudian difiksasi di atas bunsen, setelah itu ditetesi dengan pewarna metilen blue, didiamkan selama 1 menit. Dicuci dengan air suling, dikeringkan dengan tissu. Setelah kering, ditetesi dengan minyak emersin, diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x, dicatat dan digambar bentuk sel yang didapat. Pewarnaan tak langsung dilakukan dengan mengambil 1 kaca objek, kemudian ditetesi satu tetes nigrosin pada ujung kaca objek, diambil jarum ose kemudian dipanaskan di atas bunsen, diambil biakan bakteri Klebsiella. Setelah itu, dibuat apusan pada tetesan nigrosin dengan menggunakan kaca objek yang lain. Difiksasi di atas bunsen hingga kering, ditetesi dengan minyak emersin, diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x, dicatat dan digambar bentuk sel yang di dapat. Pewarnaan Gram dilakukan dengan mengambil 1 kaca objek, kemudian ditetesi satu tetes air steril, diambil jarum ose kemudian dipanaskan di atas bunsen, diambil biakan bakteri Klebsiella. Setelah itu, dibuat apusan pada tetesan air, difiksasi, ditetesi dengan metilen blue, didiamkan selama 1 menit. Dicuci dengan air suling, dikeringkan dengan tissue, kemudian ditetesi dengan iodium, didiamkan 1 menit. Dicuci dengan alkohol 96% hingga warnanya terhapus, dicuci dengan air suling, dikeringkan. Ditetesi dengan safranin, didiamkan selama 15 menit, setelah itu dicuci dengan air suling, dikeringkan. Ditetesi minyak emersi, diamati di bawah mikroskop perbesaran 100x, dicatat dan digambar bentuk sel yang didapat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan

(Terlampir) 3.2 Pembahasan

Pewarnaan langsung dengan pewarna yang digunakan adalah metilen blue. Pewarna ini termasuk pewarna basa karena daya mewarnai pada zat warna ini berada pada ion positif. Biakan bakteri yang diwarnai adalah Klebsiella, E.coli, Bacillus, Staphylococcus, Pseudomonas dan Enterococcus. Kemudian diamati di bawah mikroskop perbesaran 100x dan didapatkan hasil yaitu pada Klebsiella, E.coli, Bacillus dan Pseudomonas bentuk selnya yaitu basil dengan warna selnya biru pada Klebsiella, E.coli dan

(3)

Pseudomonas sedangkan pada Bacillus berwarna biru muda. Warna biru yang terbentuk disebabkan karena ion positif dari metilen blue berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif. Sitoplasma bakteri umumnya bermuatan negatif seperti kelompok fosfat dan akhirnya sel menjadi terwarnai (Alcamo, 1996). Pewarnaan tidak langsung menggunakan pewarna nigrosin. Pada pewarnaan ini, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya yaitu berwarna hitam dan bagian dalam selnya tetap bening. Pada pewarnaan Gram, setelah dicuci dengan alkohol, pewarna dasarnya menjadi hilang dan menyerap pewarna pembandingnya yaitu safranin. Setelah diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100 x, didapatkan hasil yaitu bentuk selnya basil dengan susunan koloni yang menyebar dan warna sel bakteri adalah merah. Jadi bakteri Klebsiella, E.coli, Bacillus dan Pseudomonas dapat digolongkan menjadi bakteri Gram negatif karena peptidoglikan Gram negatif lebih tipis dan jika dicuci dengan alkohol akan berubah warna menjadi merah. Namun menurut (Cowan and Stell’s, 1973) Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif. Jadi terdapat penyimpangan hasil, hal ini disebabkan pada biakan bakteri, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding selnya yang menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri Gram positif dengan dinding yang rusak tidak lagi dapat mempertahankan kompleks warna metilen blue-iodium sehingga terlihat sebagai bakteri Gram negatif (Prayitno dkk., 1988). Jadi bakteri Klebsiella, E.coli dan Pseudomonas termasuk bakteri basil Gram negatif dan Bacillus termasuk bakteri basil Gram positif.

Pada pewarnaan langsung menggunakan biakan bakteri Staphylococcus dan Enterococcus dengan pewarna metilen blue setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x, bentuk bakteri yang terlihat pada Staphylococcus adalah coccus yang bergerombol seperti anggur dan selnya terlihat berwarna biru sedangkan pada Enterococcus bentuknya coccus yang berkelompok namun tidak menyerupai anggur dan selnya terlihat berwarna biru. Warna biru pada sel bakteri disebabkan karena terjadinya interaksi antara pewarna metilen blue dengan dinding sel bakteri. Pada pewarnaan negatif, pewarna berikatan dengan lingkungan yang mengelilingi sel sehingga lingkungannya berwarna hitam dan selnya berwarna bening. Pada pewarnaan Gram, setelah dicuci dengan alkohol, pewarna dasarnya menjadi hilang dan menyerap pewarna pembandingnya yaitu safranin. Setelah diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100 x, didapatkan hasil yaitu bentuk selnya coccus

(4)

bergerombol dan warna sel bakteri adalah merah keunguan pada Staphylococcus dan Enterococcus berwarna merah. Hal itu menandaan bahwa Staphylococcus dan Enterococcus adalah bakteri gram negatif. Namun Staphylococcus adalah sel berbentuk bulat, gram positif tersusun seperti buah anggur (Jawetz et al., 2005) dan Enterococcus termasuk genus bakteri gram positif dan merupakan bakteri yang tidak membentuk spora (Cappuccino et al., 1983). Terjadi penyimpangan hasil, hal tersebut disebabkan karena kesalahan saat pewarnaan yaitu pencucian yang terlalu lama dengan alcohol dapat menyebabkan bakteri Gram positif memberikan hasil seperti bakteri Gram negatif (Prayitno dkk., 1988). Jadi Staphylococcus dan Enterococcus termasuk ke dalam bakteri coccus Gram positif.

IV. KESIMPULAN

1. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk mempermudah pengamatan bakteri, memperjelas ukuran jazad, dapat mengamati struktur luar dan dalam sel bakteri, dan dapat melihat reaksi jazad terhadap warna sehingga sifat kimia dan fisik dari jazad dapat diketahui. 2. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode pewarnaan langsung,

metode pewarnaan tak langsung, dan metode pewarnaan gram.

3. Pewarna yang digunakan yaitu pewarna metilen blue, pewarna safranin dan pewarna nigrosin.

4. Morfologi isolat yang digunakan yaitu ada yang berbentuk batang dan bulat

5. Bakteri gram positif jika diwarnai memiliki ciri-ciri berwarna biru karena mengikat pewarna dasar dan tidak terhapus oleh alkohol serta tidak menyerap pewarna pembanding. Sedangkan bakteri gram negaif jika diwarnai memiliki ciri-ciri berwarna merah karena tidak mengikat pewarna dasar dan terhapus oleh alkohol serta mengikat pewarna pembanding

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alcamo, I.E. 1996. Fundamental of Microbiology, 5th Edition. Addison Wesly Longman, Inc: New York

Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Cowan dan Steel’s. 1973. Manual for Identification of Medical Bacteria. Second Ed. Cambridge Univ. Press.

Dwijoseputro. 1981. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Surabaya: Penerbit Djambatan.

Gupte, S., 1990, Mikrobiologi Dasar, Alih bahasa: Suryawidjaja, J.E., Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. 1997. Biology of Microorganisms. Eight Edition. Prentice Hall International Inc, New Jersey.

Prayitno dkk. 1988. Bakteriologi Umum. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan RI. Jakarta. Volk, W. A & Wheeler. M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait