• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Judul

TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI

NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA)

Oleh Ni Wayan Nonoriati

1014021048

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA 2014

(2)

TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI

NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA)

Ni Wayan Nonoriati, Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd

Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja,Indonisia

e-mail : {wayannonoriati@yahoo.co.id, lpSendra@yahoo.co.id, Sedana.Arta@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tetap mempertahankan tradisi Ngrekes; (2) sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes, (3) Nilai- nilai karakter yang terdapat pada tradisi Ngrekes yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi analisis/content); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pemertahanan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung berkaitan erat dengan fungsi dari tradisi yaitu; (1) pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: (1) fungsi individu yang berkaitan erat dengan kekuatan rasa aman dan suatu kepuasan diri secara emosional; (2) fungsi sosial berkaitan erat dengan peningkatan solidaritas sosial antara sesama sehingga menumbuhkan rasa integrasi sosial antar masyarakat sehingga dapat bekerja sama dengan baik; (2) pemenuhan kebutuhan psikologis yaitu: (1) keyakinan; (2) memohon keselamatan dan umur yang panjang; (3) historis, hal ini berkaitan erat untuk menghindarkan diri dari mara bahaya serta rasa takut oleh hal yang bersifat gaib, yang ada di luar kemampuan dan nalar manusia atau alam niskala. Sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes meliputi aspek-aspek : (1) lokasi upacara yaitu di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Rangkaian pelaksanaan upacara Ngrekes diantaranya: (1) tahap perisiapan mencari dewasa ayu;( 2) ngulemin pemangku; (3) bakti piuning; (4) upacara memutus.

Kata Kunci : Ngrekes, Potensi, Pendidikan Karakter Abstract

This study aims to determine, (1) background people Pakraman Muntigunung maintain the tradition Ngrekes, (2) system implementation ritual tradition Ngrekes, (3) karakter values contained in the tradition Ngrekes that can be used as a source of teaching history in high school. This study used a qualitative approach is: (1) determination techniques informant; (2) data collection techniques (observation, interviews, analysis study/ content our documentation); (3) data analysis techniques; (4) writing techniques. Results showed that the background retention in the tradition Ngrekes Pakraman Muntigunung closely related to the function of tradition, namely : (1) physical needs, ie: (1) individual functions are closely related to strength and a sense of self satisfaction emotionally; (2) social function is closely related to an increase in social solidarity among fellow that foster a sense of social integration among the people so that they can work well together; (2) fulfillment of psychological needs, namely: (1) confidence; (2) invoke the safety and long life; (3) historically, it relates closely to avoid distress an fear by the things that are unseen, that is beyond the ability of human reason or nature and abstract.. The system rituals implementation tradition Ngrekes aspects of cover : (1) the location of the ceremony is in catus pata village;(2) execution time; (3) participants of the ceremony. Series implementation of ceremonies such Ngrekes: (1) stage of preparation looking for adult ayu; (2) ngulemin pemangku; (3) bakti piuning; (4) upacara memutus.

(3)

PENDAHULUAN

Kebudayaan memiliki arti luas, yang meliputi pemahaman suatu bangsa yang komplek, yang meliputi pengetahuan, kesenian, moral adat-istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari masyarakat Istilah peradaban sering dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota

yang maju dan kompleks

(Koentjaraningrat,1989:147). Perbedaan ini disebabkan oleh penglaman-pengalaman yang berbeda-beda dari masing-masing masyarakat (Soerjono,1982: 24).

Menyimak karagaman susunan masyarakat yang dikenal di dunia ini sepanjang zaman, maka dapat diperkirakan bahwa posisi seni dalam masing- masing masyarakat tersebut dapat berbeda-beda (Sedyawati, 2006: 125). Masyarakat Bali pada umumnya tidak bisa lepas dari latar belakang agama Hindu yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Bali yang selalu berpandangan teguh pada ajaran Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia (Pawongan), serta hubungan manusia dengan alam (Palemahan). Dalam kehidupan agama Hindu, upacara agama merupakan unsur yang utama. Tujuan hidup masyarakat Bali tertuang dalam ajaran agama Hindunya: Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma (Kesejahtraan lahir-batin dalam kehidupan dunia dan akhirat).

Dalam menjaga keharmonisan masyarakat Bali yang mayoritas memeluk Agama Hindu maka diwajibakan melakukan suatu persembahan yang disebut Yadnya.Yadnya yang dilaksanakan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang beragama Hindu terbagi menjadi lima persembahan yang disebut dengan Panca Yadnya, yang terdiri dari Dewa yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya dan Bhuta Yadnya. Panca yadnya ini diatur melalui persebahan korban suci yang dilakukan dengan rasa tulus ikhlas (Linggih, 1995. 101).

Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang mayoritas memeluk agama Hindu memiliki berbagai tradisi yang dikemas dalam berbagai kegiatan upacara keagamaan,serta penataan kemasyarakatan dan pengaturan palemahan atau wilayah yang mengacu pada konsep Tri Hita Karana. Dalam bidang keagamaan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung memiliki berbagai jenis upacara salah satunya adalah upacara Ngrekes yang erat kaitannya dengan upacara yang dilakukan masyarakat dalam memohon keselamatan.

Dalam kamus Bali Indonesia disebutkan, Rekes artinya : a) permohonan, b) permintaan, c) Ngrekes artinya mengajukan permohonan ( Ruddyanto dkk, 2005: 613). Upacara Ngrekes merupakan upacara selamatan diri agar mendapat keselamatan dan kesejahteraan (Kusuma, 1986 : 18). Ngrekes juga mengandung pengertian yaitu upacara yang dilaksanakan oleh warga agar mendapat keselamatan dengan mempersembahkan sesaji kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia ini (Wijayananda,2004 : 20).

Tradisi Ngrekes adalah suatu upacara keagamaan yang dilaksanakan dalam sebuah keluarga, khusunya bagi masyarakat yang sudah masuk dalam ikatan berkeluarga atau masyarakat yang sudah menikah. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun dan menjadi kepercayaan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung untuk mengajukan permohonan keselamatan agar terhindar dari hal-hal yang tidak baik sehingga dapat hidup sejahtera dalam kehidupan ini.

Pada umumnya pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu pasca pernikahan telah ada rentetan upacara yang dilakansanakan oleh masyarakat seperti halnya diawali dengan upacara Mebyekala- Byakaon yaitu upacara proses penyucian atau pengesahan suatu perkawinan. Serta melalui berbagai tahap yang disebut dengan Tri Upasaksi. Berbeda dengan di Desa Pakraman Muntigunung dalam sebuah pernikahan memang sudah ada tahapan-tahapan upacara yang sudah dilaksanakan. Namun uniknya setelah

(4)

adanya upacar pernikahan masyarakat melaksanakan pula upacara Ngrekes yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Pakraman Muntigunung dalam hal memohon keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian, umur yang panjang kehadapan Ida Shang Widhi.

Disamping tradisi Ngrekes yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung mengandung nilai-nilai yang amat penting dalam pelaksanaannya seperti nilai karakter antara lain nilai religius, nilai cinta damai, nilai disiplin, nilai tanggung jawab, dan nilai peduli sosial.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikannya tradisi Ngrekes ini adalah dengan memasukan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah khususnya sumber pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini juga didukung oleh Silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X kurikulum 2013. Dari penjelasan mengenai kebudayaan kehidupan awal masyarakat Indonesia di bidang kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini, guru dapat menyelipkan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah. Hal dikarenakan pembelajaran sejarah di sekolah merupakan salah satu pembelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sajarah di SMA karena dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan siswa, terhdap tradisi lokal yang merupakan kebudayaan bangsa. Yang mana tradisi Ngrekes dikaji secara historis yang menekankan pada latar belakang, sistem ritual, serta potensi nilai-nilainya sebagai media pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA. Atas dasar itu penulis tertarik mengkaji lebih dalam mengenai tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung. Dengan mengambil judul penelitian yakni “Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung, Kubu, Karangasem Bali (Latar Belakang, Sistem Ritual dan Potensi Nilai-Nilainya Sebagai Media Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah di SMA)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar

belakang masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tetap mempertahankan tradisi Ngrekes; (2) Sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes; (3) Nilai- nilai karakter yang terdapat pada tradisi Ngrekes yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada rumusan masalah di antaranya : (1) Latar belakang masyarakat tetap mempertahankan tradisi; (2) Sistem ritual pelaksanaan tradisi; (3) Tinjuan tentang sumber pembelajaran sejarah.

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dalam mencapai suatu tujuan penelitian. Di dalam melakukan penelitian, metode penelitian merupakan cara atau jalan yang mengatur dan menentukan langkah peneliti dalam penyelesaian penelitiannya. Hal ini memegang peranan penting karena berhasil tidaknya suatu penelitian atau tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian banyak ditentukan oleh ketepatan dari seorang peneliti dalam memilih metode suatu penelitian (Moeleong, 2001 : 130).

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian yang bersifat deskritif kualitatif dengan menekankan pada teknik-teknik pendekatan kualitatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi,wawancara, studi analisis/content atau dokumentasi); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Penulisan laporan ini menggunakan gaya penulisan berupa pola deduktif dan juga menggunakan pola Induktif. Pendekatan Deduktif adalah suatu pendekatan untuk menggambarkan laporan jika ide pokok atau rekomendasikan dibahas terlebih dahulu, sebelum menjelaskan hal-hal yang rinci, sedangkan pendekatan induktif adalah menggambarkan fakta-fakta yang ada dijelaskan sebelum ide-ide pokok dan rekomendasi dikemukakan. Adapun teknik penulisan yang dipergunakan dalam mengkaji tradisi Ngrekes ialah teknik penulisan dengan pendekatan deduktif yang

(5)

membahas hal-hal bersifat umum terlebih dahulu dan diakhiri dengan hal yang bersifat khusus membahas keunikan tradisi Ngrekes. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung. Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang di ikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Ada beberapa yang melatar belakangi dipertahankannya tradisi Ngrekes oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung diantaranya:

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik a. Fungsi Individu

Tradisi merupakan suatu institusi kegiatan budaya yang dianggap manakala memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri baik fungsi individu, sosial yang dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi hal-hal yang tak dipahami. Fungsi individu dalam pemertahanan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung tentunya adalah untuk berbagi kepada dewa- dewa serta sebagai ucapan terimakasih kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya umur yang panjang selain juga sebagai sumber kekeuatan rasa aman. Fungsi individu dalam sebuah tradisi akan memberikan suatu kepuasan diri secara emosional, serta dapat menumbuhkan rasa pekercayaan diri yang basar, sehingga individu yang melakukan suatu ritual akan merasa lebih aman dan nyaman.

Berdasarkan wawancara (2 Juni 2014) dengan Nengah Ciri, (65 tahun), selaku masyarakat yang sudah melaksanakan upacara Ngrekes menyatakan bahwa.

“Dengan melaksanakan upacara Ngrekes berarti telah mendapatkan makna hidup dan identitas serta rasa kebersamaan kembali karena dengan melaksanakan tradisi Ngrekes ini Tuhan telah memberikan umur yang panjang, serta dalam kehidupan berkeluarga hidup secara

sejahtera dan damai, terhindar dari hal- hal negatif yang tidak diinginkan sehingga dapat memberikan rasa aman dalam diri manusia yang takut akan hal- hal yang bersifat gaib yang ada diluar nalar manusia yang dapat mengganggu kehidupan manusia itu sendiri”.

Selain memberikan rasa aman pelaksanaan tradisi Ngrekes oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung juga sebagai ungkapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas karunia yang telah diberikan yang menjaga keseimbangan, keharmonisan dan keselarasan dalam diri sendiri dan krama/ masyarakat

b. Fungsi sosial

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, manusia juga tidak bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah- tengah manusia lainnya. Menurut I Gede Putu Dana (50 tahun) selaku Kelian adat (wawancara tanggal 12 Maret 2014), menyatakan bahwa pelaksanaan upacara keagamaan dikatakan dapat meningkatkan solidaritas sosial, hal ini dikarenakan dari pelaksanaan upacara keagamaan dapat tercapai keharmonisan antara manusia dengan sesamanya dan sebagai sarana interaksi sosial secara terus menerus hingga munumbuhkan integrasi sosial atau solidaritas sosial.

Demikian halnya dengan upacara Ngrekes yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung khususnya masyarakat yang sudah terikat oleh perkawinanm, menjadi salah satu cara untuk menjaga solidaritas sosial dalam berkeluarga maupaun solidaritas dalam bermasyarakat. Dalam pelaksanaan upacara Ngrekes ini keluarga, teman dan tetangga wajib datang (ngayah ) serta membantu proses persiapan mulai dari persiapan sarana-sarana upacara, pemotongan sarana upacara hingga pelaksanaan upacara Ngrekes serta ikut dalam pelaksanakan persembahyang sebagai saksi telah dilaksanakannya

(6)

upacara hingga sampai dengan makan bersama serta silahturami antar warga yakni dengan Ngejot seperti dengan istilah Bali. hal ini sejalan dengan pendapat Durkheim (1968) yang menyatakan bahwa solidaritas sosial menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas bisa disimpulkan, bahwa pelaksanaan upacara Ngekes ini membawa dampak yang positf bagi kehidupan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung. Di mana dengan dilaksanakannya tradisi ini akan memperkuat hubungan antar anggota keluarga, masyarakat yang telah renggang akibat kesibukan masing-masingakan menjadi lebih dekat dengan berkumpulnya semua anggota keluarga serta masyarakat.

2 Pemenuhan Kebutahan Psikologis a. Keyakinan

Keyakinan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung, menjadi salah satu faktor terpenting bagi bertahannya tradisi Ngrekes. Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tidak berani mengubah atau memotong setiap bagian dari upacara atau tradisi tersebut. Pada dasarnya suatu upacara yang dilaksanakan oleh umat manusia tentunya didasari oleh kepercayaan atau keyakinan masyarakat setempat yang melaksanakan upacara tersebut. Pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung ini merupakan upacara Manusa Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu khususnya oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang sudah terikat dalam sebuah perkawinan( berkeluarga) khusunya bagi orang yang sudah berumur 35 – 60 tahun keatas.

Pelaksanaan tradisi Ngrekes ini dikarenakan adanya kepercayaan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung bahwa setiap manusia yang lahir kedunia akan kembali lagi kedunia sunia loka (orang tersebut akan meninggal dunia) diambil oleh Sang Jogor Manik atau Sang

Suratme sebagai pencabut nyawa seseorang, maka dari itu untuk memperlambat orang tersebut kembali ke dunia sunia loka (meninggal dunia) maka dibuatkanlah upacara Ngrekes guna untuk menebus kembali atma orang tersebut untuk bisa bertahan hidup di dunia sekala atau dunia marcapada, serta untuk memperbaharui surat yang ada di suargaan yang sudah buram / luntur kerena perbuatan manusia sendiri agar tidak cepat- cepat di panggil atau meninggal dunia sehingga orang tersebut dapat bertahanan hidup di dunia sekala sampai dengan umur yang panjang hingga akhir tua dalam keadaan hidup yang tentram dan sejahtera.

Menurut informasi, I Made Giter (52 tahun), (wawancara tanggal 10 Maret 2014), mengatakan bahwa:

“Jika tradisi Ngrekes tidak dilaksanakan oleh orang yang sudah menikah, maka akan ada sanksi niskala yang ditakuti masyarakat Desa Pakraman Muntigunung seperti dalam suatu keluarga akan menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan/ orang tersebut menderita sakit kebaya-baya, serta dalam kehidupan berkelurga tidak dapat hidup secara damai.”

Maka dari itu untuk menghidari hal-hal yang terjadi yang dapat menimpa keluarga yang bersifat negatif maka tradisi Ngrekes harus tetap dilaksanakan, agar dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat Ida Sang Widhi berkenan memberikan umur yang panjang, keselamatan, kerahayuan dalam hidup ini. b. Memohon Keselamatan dan Umur Yang Panjang

Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang mayoritas beragama Hindu percaya akan adanya kekuatan gaib yang juga mempengaruhi keharmonisan dalam hidup di dunia (dunia sekala). Pelaksanaan suatu tradisi oleh masyarakat, karena di yakini memiliki fungsi yang amat besar bagi kehidupan bermasyarakat seperti halnya pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang juga

(7)

memiliki fungsi yang amat besar dalam hal memohon ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian serta umur yang panjang.

Made Gondoran (54 tahun) menggungkapkan (wawancara tanggal 18 Maret 2014), pelaksanaan tradisi Ngrekes ini juga sebagai ungkapan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi telah memberikan umur yang panjang serta keselamatan dan kerahayuan dalam hidup ini. Pelaksanaan tradisi Ngrekes juga sebagai makna dari pemujaan manifestasi Hyang Widhi bahwa masyarakat Desa Pakraman Muntigunung percaya akan adanya Ida Sang Hyang Widi yang merupakan sumber dari segala yang ada di dunia yang menentukan hidup dan matinya setiap makhluk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar memberikan umur yang panjang. Selain hal tersebut juga adanya keyakinan bahwa mengamalkan ajaran agama yang dilakukan dengan persembahan yang tulus ikhlas akan mendatangkan hasil berupa kesejahteraan dan terhindar dari mara bahaya, sebagai perbuatan baik yang mensyukuri karunia yang diberikan oleh Ida Sang Hyang widhi nantinya kalau meninggal dan menjelma menjadi manusia yang lebih baik.

c. Historis

Pelaksanaan tradisi Ngrekes ini dalah bersifat Dresta ( gugon Tuwon). Tidak ada yang tahu dengan pasti mengapa tradisi ini dilaksanakan. Berdasarakan wawancara dengan Jro Mangku Pura Dalem, I Made Giter menyatakan ada beberapa peristiwa yang pernah melatar belakangi mengapa tradisi Ngrekes tetap dipertahankan yakni adanya penyakit yang diderita oleh masyarakat dalam suatau keluarga yang tidak dapat disembuhkan (menderita sakit ke baya- baya) yang tidak diketahui penyebabnya, sehingga tradisi Ngrekes sampai saat ini masih dilaksanakan. Menurut ( Harsojo, 1999: 2), mengatakan bahwa apa yang dulu sudah ada dalam tradisi lokal tetap lestari sampai sekarang karena dipelihara oleh manusia. Disamping itu dilihat dari fungsi agama tradisi lokal tetap dipertahankan karena memiliki fungsi sakral dan memenuhi kebutuhan manusia sebagai individu maupun struktur sosial. Fungsi

individu mencangkup makna (memberikan manusia makna hidup) dan identitas serta kebersamaan. Fungsi sosial adalah sebagai penentu garis yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan.

Dalam era moderenisasi terkait dengan tradisi akan bertahan jika disertai oleh sistem pewarisan nilai dari generasi sebelumnya ke generasi penerusnya. Atau dapat pula disebut sebagai proses belajar kebudayaan sendiri dari generasi muda.. Begitu pula dalam upaya mempertahankan tradisi Ngerekes akan sangat diperlukan adanya sosialisasi dalam pewarisannya. Hal ini proses sosialisasi yang dilaksanakan dapat melalui beberapa lembaga di antaranya: (1) sosialisasi yang terjadi di keluarga; (2) sosialisasi masyarakat; (3) sosialisasi di sekolah.

Sistem Ritual Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung

Tradisi Ngrekes merupakan suatu upacara yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh krama Desa Pakraman Muntigunun. Dimana upacara ini merupakan faktor amat penting dalam tata cara memohon, keselamatan serta umur yang panjang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Adapun tata cara dalam pelaksanaan upacara Ngrekes yakni: (1) lokasi upacara Ngrekes di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Adapun rangkaian/ proses jalannya pelaksanaan tradisi Ngrekes (1) Tahap Persiapan/ pencaraian Dewasa Ayu, (2) Penyampaian/ ngulemin pemangku, (3) Upacara Bakti Piuning,( 4) Upacara Pemutus / penutup. Nilai-Nilai Karakter Yang Terdapat Pada Tradisi Ngrekes Yang Dapat Dipakai Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah

Dalam pelaksanaan suatu tradisi/ uapacara yang dilakukan oleh masyarakat tentunya harus memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya mengingat nilai adalah segala sesuatu yang berharaga bagi kehidupan manusia. Pentingnya memahami nilai- nilai yang terkandung dalam setiap pelaksanan tradisi khususnya nilai karakter hal ini bawasannya karakter adalah watak, tabiat, ahlak, atau keperibadian seseorang

(8)

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang berpikir, bersikap dan bertindak (Wibowo,2012: 33). Dengan memahami nilai yang terkandung dari setiap pelaksanaan sebuah tradisi yang dilaksanakan tentunya akan dapat mengetahui juga berapa besar perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian pula dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigung juga terdapat nilai-nilai karakter dalam setiap pelaksaannya yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat, tidak hanya sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat nilai-nilai karakter yang terdapat pada tradisis Ngrekes juga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah bagi peserta didik. mengingat tradisi Ngrekes adalah tradisi lokal yang juga merupakan sebuah kebudayaan masyarakat yang muncul dari adanya akivitas manusia itu sendiri yang bersifat sakral, yang memiliki fungsi yang amat besar baik fungsi individu maupun fungsi sosial.

Adapun nilai- nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah sebagai berikut:

1. Nilai Religius

Secara umum tradisi merupakan sesuatu yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini. Secara sederhana, tradisi dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah disakralkan sejak lama dan menjadi bagaian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Tradisi Ngrekes juga merupakan sebuah wujud kebudayaan yang terlahir dari segala aktivitas manusia yang di dalamnya terkandung nilai- nilai yang amat penting bagi masyarakat. Nilai- nilai yang amat penting dari tradisi Ngrekes ini yakni nilai karakter salah satunya adalah nilai religius yang mana nilai religius ini menekankan masyarakat dalam bersikap dan berperilaku

yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai relegius dapat di lihat dari berapa besar ketaqwaan seseorang dalam menjalankan agamanya. Serta dari setiap ritual yang dilaksanakan nantinya dapat mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang widhi. Pelaksanan tradisi Ngrekes juga sebagai bentuk adanya keyakinan masyrakat Desa Pakraman Muntigunung bawasannya Ida Sang Widhi Wasa yang merupakan sumber dari segala yang ada didunia, yang menentukan hidup dan matinya setiap makhluk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar memberikan umur yang panjang. Nilai religius juga tercermin sebelum masyarakat melaksanakan tradisi Ngrekes masyarakat melakukan persembahyangan terlebih dahulu agar nantinya dalam melaksanakan tradisi sersebut memperoleh keselamatan dan bisa berjalan dengan lancar. Dengan adanya nilai-nilai religius dalam pelaksanaan Tradisi Ngrekes ini membuat masyarakat Desa pakraman Muntigunung sadar akan pentingnya pendidikan karakter dalam suatu ritual yang harus dilakukan.

2. Cinta Damai

Dalam setiap pelaksanaan tradisi tidak hanya mementingkan apa yang ingin dicapai akan tetapi yang paling penting adalah memahami nilai- nilai yang terdapat dalam tradisi tersebut seperti halnya dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes. Nilai karakter cinta damai ini lebih menekankan pada sikap, tindakan dan perkataan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai cinta damai dapat dilihat dari solidaritas sosial yang terjalin antara masyarakat hingga bisa bekerja sama saling membantu dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes. Selain itu dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes masyarakat yang melaksanakannya memiliki rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi tanpa ada rasa saling bermusuhan dalam melaksanakan ritualnya, sehingga dapat memperkuat hubungan antar keluarga dan bermasyarakat dengan berkumpulnya sanak keluarga dalam pelaksanaan upacara.

(9)

3. Disiplin

Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai disiplin sangat penting dalam pelaksanaan upacaranya, hal ini terkait dengan prilaku tertib dalam berbagai ketentuan dan peraturan yang ada dalam setiap pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan upacara Ngrekes nilai disiplin dapat dilihat dari aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat yang melaksanankan tradisi Ngrekes seperti halnya ketika melakukan proses ritual baik mengawali dengan kegiatan, pencaraian dewasa ayau, ngulemin Jro Mangku yang akan memimpin upacara, serta pada saat pemotongan sarana ritual didahului dengan mantra-mantra begitu pula dalam pelaksanaan upacara diharapkan dapat berbicara sopan berpikir jernih yang sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha.

4. Tanggung Jawab

Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes niai tanggung jawab ini dapat dilihat dari kegiatan- kegiatan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung, yang mana upacara yang dilaksanakan merupakan segala yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini dan menjadi bagian dari kehidupan masayarakat Desa Pakraman Muntigunung dalam memohon keselamatan dan umur yang panjang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai tanggung jawab juga terlihat dari rentetan-rentetan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya seperti sebelum melaksanakan tradisi pertama-tama mempersiapkan alat-alat yang digunakan, kemudian melakukan persembahyangan atau melakukan upacara-upacara tertentu setelah itu selesai barulah melaksanakan ritual tersebut sampai upacara berakhir. Nilai tanggung jawab ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

5. Peduli sosial

Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai pedili sosial ini sangat penting bagi masyarakat Desa Pakraman Muntigunung dalam pelaksanaan upacara keagamaan

sehigga dapat saling membantu dari setiap upacara keagamaan yang dilaksanakan. Sikap kepedulian sosial dalam kontek tradisi Ngrekes dapat terlihat dalam pembuatan bebanten,serta pada saat pemotongan sarana ritual, yang dilakukan dengan cara gotong royong. Nilai-nilai gotong royong yang ditanamkan kepada para krama Muntigunung, sebagai bentuk contoh kepedulian kepada sesama. Benih-benih kepedulian tersebut diharapkan mampu diterapakan kembali kepada generasi mendatang.

Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA I Kubu, kelas X pada program IPS ini juga didukung oleh silabus mata pelajaran sejarah SMA kurikulum 2013. Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran hal ini dikarena dapat memberikan kontribusi dalam hal menambah pemahaman siswa untuk mengenali tradisi yang ada di wilayah daerah setempat, seperti tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang dalam pelaksanaannya banyak terdapat nilai- nilai karakter yang amat penting untuk diketahui oleh peserta didik yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam bertindak maupun bertingkah laku.

Berdasarkan potensi nilai karakter terdapat pada tradisi Ngrekes, seperti halnya nilai religius, cinta damai, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial sehingga memungkinkan untuk diterapkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Pemanfaatan tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan dapat dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama siswa tentang pentingnya melestarikan hasil kebudayaan bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai putra-putri daerah. Siswa maupun masyarakat juga akan terbuka wawasan dan kesadarannya untuk merasa memiliki daerahnya yang ternyata mengandung nilai budaya seperti tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung.

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang diikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Tradisi akan bertahan apa bila dianggap memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri. Begitu pula dengan tradisi Ngrekes di Desa Pakrman Muntigunung masih dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat seperti halnya fungsi pemenuhan kebutuhan fisik yang didalamnya terdapat fungsi individu dan sosialt. Selain memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan psikologis pemertahan tradisi Ngrekes ini juga memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan psikologos yang didalamnya terdapat: (1) keyakinan; (2) memohon keselamatan dan umur yang panjang; ( 3) historis. Adapun upaya pemertahanan tradisi Ngrekes ini diantaranya; (1) sosialisasi yang terjadi di keluarga; (2) sosialisasi masyarakat; ( 3) sosialisasi di sekolah.

Dalam pelaksaan suatu upacara tentunya perlu untuk mengetahui sistem ritual dari pelaksanaan pelaksanaan upacara, seperti halnya pelaksanaan upacara Ngrekes tentunya harus memperhatikan sistem ritual dari pelaksanaan upacaranya. Adapun sistem ritual pelaksanaan upacara Ngrekes di antaranya: (1) lokasi upacara Ngrekes di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Adapun rangkaian/ proses jalannya pelaksanaan tradisi Ngrekes (1) Tahap Persiapan/ pencaraian Dewasa Ayu,(2) Penyampaian/ ngulemin pemangku, (3) Upacara Bakti Piuning,( 4) Upacara Pemutus / penutup.

Berdasarkan potensi nilai karakter terdapat pada tradisi Ngrekes, seperti halnya nilai religius, cinta damai, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial sehingga memungkinkan untuk diterapkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini juga di dukung oleh silabus kelas X kurikulum 2013. Pemanfaatan tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan dapat dapat meningkatkan pemahaman masyarakat,

terutama siswa tentang pentingnya melestarikan hasil kebudayaan bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai putra-putri daerah. Serta kesadarannya untuk merasa memiliki daerahnya yang ternyata mengandung nilai budaya yang amat pentig untuk dilestarikan.

Saran dari penulisan ini ditujukan kepada.

1. Kepada krama Desa Pakraman Muntigunung diharapkan agar tetap melestarikan adat-istiadat dan melaksanakan upacara sesuai tuntunan agama.

2. Untuk sekolah dengan dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan nantinya dapat memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik terait dengan tradisi.

Selain dari kedua di atas saran ini juga ditujukan kepada guru agar dapat menempatkan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran, kepada pemerintah dan generasi muda agar lebih memperhatikan dan melestarikan hasil budaya daerah.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat rahmat-Nya,artikel ini terselesaikan. Artikel ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas akhir perkuliahan. Dalam penyusunan artikel ini tentu ada bantuan dari beberapa pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikannya, untuk itu di sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait. Adapun pihak yang ikut membantu baik itu dari dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian artikel ini, yaitu:

1. Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum sebagai Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lancar.

2. Ketut Sedana Artha, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya

(11)

kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal sehingga penyusunan skrispsi ini menjadi lancar dan dapat terselesaikan dengan baik.

Untuk semua itu semoga Tuhan memberikan imbalan yang setinggi-tinggi-Nya serta melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR PUSTAKA

Harsojo, dkk, 1999. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta : Pustaka

Relajar.

Koentjaraninggrat. 1989. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT.

Gramedia.

Kusuma. 1986. Acara Agama Hindu . Denpasar : Peradah Bali.

Moleong, Lexy. J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :

Rosdakarya.

Sedyawati, Edi . 2006. Budaya Indonesia kajian Arkeologi, Seni dan sejarah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soerjono, Soekanto. 1982. Sejarah Kebudayaan. Jakarta: Erlangga. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter

Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta : Pustaka Belajar Cerebon Timur. Wijayananda. 2004. Makna filosofis

Upacara dan Upakara. Paramita : Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi majaga-jaga di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung melakukan perbuatan himsa karma dalam prosesi atau cara membunuh

Pelaksanaan ritual Peusijuek biasanya dilakukan oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan oleh masyarakat.. Hal ini diharuskan karena tradisi Peusijuek merupakan ritual

Kedua, tradisi ruwatan anak tunggal ialah sebuah ritual atau upacara adat yang termasuk dalam warisan nenek moyang dan dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa

Pelaksanaan Sanksi Adat Ahli Waris (Purusa) Terhadap Negen Sanan Tua yang tidak melaksanakan Kewajiban Sosial Masyarakat Adat Menurut Awig-Awig Desa

Penyepian Desa / Nyepi Adat hanya mencangkup masyarakat di Desa Pakraman Tambakan dan berlangsung satu hari (wawancara, Jro Bendesa 15 Agustus 2018). Tradisi Magoak-goakan ini

keluarga dari pihak perempuan hanya mengikuti pelaksanaan tradisi mesamsam, (2) Implikasi psikologis dalam tradisi mesamsam terhadap masyarakat di Desa Adat Menyali

Tujuan penelitan ini yaitu Untuk mengetahui: (1) latar belakang sejarah pembantaian massal di Setra Pemasahan, Desa Pakraman Tianyar, (2) proses pembataian

Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman dan atau krama banjar pakraman yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana, sesuai dengan desa