• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agroteksos Vol. 21 No.1, April 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agroteksos Vol. 21 No.1, April 2011"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN POLA TANAM BERDASARKAN MODEL ARIMA DI KECAMATAN PRAYA TIMUR LOMBOK TENGAH

DETERMINATION OF CROPPING PATTERN BASED ON ARIMA MODEL IN EAST PRAYA DISTRICT, CENTRAL LOMBOK

Octaviana Indriani1/, Astam Wiresyamsi2/ dan Sukmawati3/ 1/ Kasi Observasi dan Informasi BMKG Mataram 2/Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unram Mataram

3/Staf Pengajar Fakultas Pertanian UNW Mataram

ABSTRAK

Karena terkait dengan ketersediaan air tanah dan jenis tanah vertisol, curah hujan di kecamatan Praya Timur memegang peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada daerah-daerah tadah hujan, ketersediaan air melimpah pada musim hujan dan sebaliknya sangat terbatas pada musim kemarau. Pergeseran awal musim dan tingkat keragaman jumlah curah hujan yang tinggi antara musim penghujan dan musim kemarau seringkali menyebabkan puso (kegagalan panen) yang merugikan petani akibat ketidak-sesuaian antara pola atau waktu tanam yang dilaksanakan petani dan kondisi iklim. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka telah dilakukan penelitian tentang penetapan pola tanam berdasarkan Model Arima di Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah, yang bertujuan untuk mengetahui prediksi ke depan tentang pola tanam dan waktu tanam yang sesuai berdasarkan tabiat data curah hujan selama sepuluh tahun (1998 – 2008) yang lalu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survai. Untuk prediksi curah hujan digunakan metode analisis Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Hasil prediksi curah hujan bulan Desember 2008 hingga Nopember 2009 menunjukkan adanya pergeseran awal musim hujan 2009/2010 ke dasarian II Nopember 2009, atau lebih lambat satu dasarian daripada normalnya karena musim kemarau 2009 sebelumnya diprediksi berlangsung lebih panjang satu dasarian daripada normalnya (dari 20 menjadi 21 dasarian), sehinggga berakhir pada dasarian I Nopember 2009. Di kecamatan Praya Timur dapat diterapkan tiga macam pola tanam yaitu pola tanam padi–padi–palawija, padi–palawija–palawija dan padi–sayuran–tembakau. Pada pola tanam padi–palawija–palawija hendaknya Palawija II segera ditanam setelah panen palawija I, yaitu pada dasarian I Juni 2009, namun harus diperhatikan ketersediaan air irigasi. Untuk penanaman tembakau pada pola tanam padi–sayuran–tembakau sebaiknya mulai dilakukan penyiapan lahan dan pembibitan pada bulan Mei 2009 dan ditanam pada dasarian I Juni 2009 agar panennya dapat berakhir paling lambat pada dasarian I Nopember.

ABSTRACT

Due to its relation to water availability and vertisol type of the soil, rainfall in the district of East Praya plays a very essential role for plant growth and development. In rainfed areas, water is abundant in the rainy season but very limited in the dry season. Shifts in the start of a season and a high diversity in the amount of rainfall between rainy and dry season often causes financial loss to the farmers due to total crop failure resulted from mismatches between the pattern or timing of planting chosen by the farmers and current conditions of the climate. To anticipate this, research has done on the determination of planting pattern based on ARIMA Models in East Praya District of Central Lombok, aimed to find the prediction of appropriate incoming pattern and timing of planting based on the nature of the rainfall data from the past ten years (1998 - 2008). The method used in this research was descriptive method with survey techniques. For rainfall prediction, the Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) method was used. Results of the predicted rainfall in December 2008 to November 2009 showed a shift in the start of the 2009/2010 rainy season to the second decade of November 2009, or one decade later than its normal because the predicted 2009 dry season was one decade longer than its normal, i.e. ended in the first decade of November 2009. For East Praya district, three types of cropping pattern were recommended, i.e. non-rice, non-non-rice and vegetables-tobacco. In the rice-non-rice-non-rice pattern, the second non-rice crops should be planted soon after harvest of the first non-rice crops, i.e. in the first decade of June 2009, but be aware of the availability of irrigation water. For planting tobacco in the rice-non-rice-tobacco pattern, land preparation and nursery should be

(2)

started in May 2009 and seedlings should be transplanted in first decade of June 2009 so that harvesting period can be finished at the latest time in the first decade of November.

____________________

Kata Kunci: Pola Tanam; Model ARIMA; Waktu Tanam; Praya Timur Keywords: Cropping pattern, ARIMA model, planting time, East Praya

PENDAHULUAN

Produksi pertanian sangat tergantung pada empat faktor utama yaitu: keadaan tanaman, keadaan tanah, iklim dan kecerdasan manusia (petani). Keadaan tanah dan tanaman sampai pada batas tertentu dapat diubah dan dikuasai oleh manusia, sedangkan iklim adalah faktor alami tidak dapat diubah dan sangat sukar ditanggulangi karena sangat fluktuatif dan melibatkan banyak aspek yang majemuk di dalamnya.

Prediksi iklim di sektor pertanian kini telah menjadi kebutuhan utama. Bukan hanya faktor tanah dan tanaman, informasi iklim bahkan menjadi acuan dalam menentukan pola tanam maupun awal tanam, sebagai pertimbangan dalam menentukan waktu panen serta pemilihan jenis bibit dan benih. Salah satu unsur cuaca/iklim yang paling berperan dalam menentukan pola tanam adalah curah hujan. Curah hujan memegang peranan sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hal ini terkait dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman (Heddy, 1987). Pada daerah-daerah tertentu dengan intensitas curah hujan rendah, ketersediaan air dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.

Pada daerah-daerah tadah hujan yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan, ketersediaan air melimpah dalam musim hujan tetapi sebaliknya sangat terbatas pada musim kemarau (Wisnubroto et al., 1981). Hal ini perlu diperhatikan dalam penerapan suatu sistem pertanian agar penentuan pola tanam dan waktu tanam dapat disesuaikan dengan kondisi dan pola distribusi curah hujan di daerah tersebut.

Awal musim hujan dan musim kemarau di suatu wilayah seringkali mengalami pergeseran dari waktu normalnya, yaitu lebih maju (cepat), sama, atau lebih lambat (mundur). Hal ini disebabkan karena curah hujan sangat di-pengaruhi oleh kondisi faktor-faktor pembentuk cuaca, baik yang bersifat tetap seperti letak geografi suatu wilayah, maupun faktor pembentuk cuaca yang bersifat sementara seperti keberadaan Badai Tropis dan sebagainya (Departement of Administrative Services Bureau of Meteorology, 1989; Anonim, 2001).

Beberapa metode prakiraan cuaca/iklim yang berbasis statistik/matematik telah dibuat

dan digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) seperti metode probabilitas, deret harmonis, metode analogi dan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Dari perbandingan beberapa metode tersebut ternyata bahwa metode ARIMA lebih dapat mengikuti fluktuasi data dibandingkan dengan metode lain, sehingga metode ini lebih tepat digunakan untuk data curah hujan yang bersifat sangat fluktuatif. Metode ARIMA pertama kali dikembangkan oleh Box dan Jenkin pada tahun 1970 (Bey, 1991; Nuryadi, 1998; Sutamto dan Ulfah, 2007). Penggunaan metode ARIMA dalam pembuatan prakiraan curah hujan sejalan dengan semakin meluasnya penggunaan komputer. Subektyo (1989) dalam Tim BMG (1995) menggunakan metode ini untuk membuat prakiraan curah hujan bulanan di wilayah Cilacap, sementara BMG pada tahun 1993 menggunakannya untuk membuat prakiraan musim beberapa wilayah di Indonesia (Tim BMG, 1995).

Kecamatan Praya Timur terletak di bagian tenggara wilayah kabupaten Lombok Tengah dengan luas sekitar 8.257 ha. Kecamatan ini terdiri atas 10 desa yaitu Kidang, Bilelando, Semoyang, Ganti, Beleka, Sengkerang, Landah, Marong, Mujur dan Sukaraja. Perekonomian dan mata pencarian masyarakat di Praya Timur bertumpu pada sektor pertanian. Jenis tanah didominasi oleh jenis vertisol dengan tipe iklim E (agak kering, dengan musim kemarau cukup panjang yaitu 6 – 7 bulan) menurut Schmidt dan Ferguson (Hardjowigeno, 2003; Departemen Kehutanan, 2006).

Ada dua pola tanam yang biasa diterapkan di kecamatan Praya Timur yaitu padi–padi– palawija dan pola padi–palawija–bero. Berda-sarkan hasil survai/wawancara akhir-akhir ini banyak petani yang beralih dan mencoba menerapkan pola tanam padi–tembakau seperti di desa-desa Mujur, Landah, Beleka, Semoyang, Ganti dan Marong.

Luas lahan sawah di kecamatan Praya Timur adalah 6.454 ha atau 78% dari luas wilayah kecamatan. Sebagian besar lahan dilengkapi dengan jaringan irigasi teknis (6.045 ha), setengah teknis (241 ha) dan 168 ha berupa lahan tadah hujan (BPS, 2006b). Meski demikian nyatanya ketersediaan air di wilayah

(3)

ini selalu tidak dapat memenuhi kebutuhan irigasi lahan pertanian terutama pada saat curah hujan sangat rendah, sehingga keberhasilan produksi pertanian tetap bergantung pada intensitas curah hujan. Pergeseran awal musim hujan/kemarau dan sifat curah hujan di wilayah ini seringkali menyebabkan terjadinya kesalahan pola tanam dan waktu tanam yang pada gilirannya berdampak terjadinya puso (gagal panen) yang amat merugikan petani.

Untuk antisipasi maka penelitian ini mencoba memanfaatkan data curah hujan tahunan jangka panjang (sepuluh tahunan) sebelumnya untuk prediksi dan reka ulang awal musim hujan/kemarau yang dapat membantu petani menentukan saat tanam dan pola tanam yang dapat diterapkan dalam budidaya tanaman.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survai untuk mengumpulkan data primer dan sekonder. Data primer dikumpulkan dari 30 orang petani di tiga desa (Mujur, Landah dan Semoyang), menyangkut informasi tentang data diri dan keluarga petani, luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, sistem irigasi, pengolahan tanah, komoditi yang ditanam, teknik budidaya serta pola tanam dan waktu tanam. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara dengan petani responden yang dipandu menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan). Data sekonder dikumpulkan dari kantor-kantor Camat, Desa, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Mujur, BPS, Dinas dan Instansi terkait; berupa data luas wilayah, tata-guna lahan, monografi serta data curah hujan harian dan bulanan dari BMKG Mataram.

Analisis data curah hujan dilakukan dengan aplikasi Metode ARIMA (Anonim, 2009), terhadap data curah hujan bulanan yang dibagi dalam tiga “dasarian” (data sepuluh harian). Adapun langkah-langkah aplikasi metode ARIMA tersebut adalah sebagai berikut:

1. Entry data curah hujan dengan software Excel dengan urutan tahun ke bawah mulai dari dasarian I Desember 1998 hingga dasarian III Nopember 2008.

2. Copy data curah hujan ke format Time-Series ARIMA

3. Menyiapkan jumlah kolom (Var) dari baris (Cases) pada format ARIMA

4. Meng-copy data series hujan pada format Excel ke format ARIMA. Selanjutnya data yang telah diformat ARIMA dianalisis menggunakan modul Metode ARIMA untuk

memperoleh hasil luaran/prediksi data beberapa waktu ke depan. Jangka waktu yang diprediksi disebut Lag. Data yang dianalisis adalah data curah hujan per dasarian yaitu mulai dari dasarian I Desember 1998 s/d dasarian III Nopember 2008, sehingga didapatkan 360 dasarian. Jangka waktu yang diprediksi adalah 36 dasarian ke depan, sehingga kolom Lag diisi dengan angka 36, dan seterusnya.

5. Kemudian dilakukan pengujian dan penerapan model untuk meramalkan series data setahun ke depan.

Hasil analisis prediksi dengan metode ARIMA selanjutnya dikorelasikan dengan data curah hujan normal (rata-rata 10 tahun yang lalu) sehingga didapatkan gambaran tentang kondisi curah hujan, yaitu awal musim hujan dan awal musim kemarau untuk ditetapkan sebagai dasar penetapan pola tanam pada tahun yang akan datang di wilayah kecamatan Praya Timur. Bahan dan peralatan dalam peneltian ini berupa Kuesioner, data curah hujan bulanan di kecamatan Praya Timur dari Stasiun BPP Mujur yang didapatkan dari kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Mataram, Komputer intel Pentium IV, Software MINITAB 13, serta alat tulis-menulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi komposisi penggunaan lahan, pola tanam, curah hujan dan hasil analisis dan prediksi curah hujan dengan metode ARIMA masing-masing diuraikan sebagai berikut:

Penggunaan Lahan dan Keadaan Irigasi

Komposisi luas wilayah kecamatan Praya Timur menurut penggunaan tanah sesuai data tahun 2005 (BPS, 2006a,b) adalah sebagai berikut:

a. Tanah Sawah seluas 6.454 ha, yang terdiri atas lahan Irigasi Teknis seluas 6.045 ha, Irigasi Setengah-Teknis seluas 241 ha dan Tadah Hujan seluas 168 ha.

b. Tanah Kering seluas 1.803 ha, yang terdiri atas Tanah Untuk Bangunan seluas 462 ha, Tegal/ Kebun/Ladang seluas 274 ha, Tambak seluas 182 ha, Kolam/Empang seluas 306 ha, Perkebunan seluas 229 ha dan sisanya seluas 350 ha digunakan untuk pekarangan dan lain-lain.

(4)

Pola Tanam dan Waktu Tanam di Kecamatan Praya Timur

Pola tanam yang diterapkan di kecamatan Praya Timur umumnya padi–padi–palawija dan padi–palawija–bero; namun sebagian petani menerapkan pola padi–tembakau. Perbedaan pola tanam tersebut didasarkan pada ketersediaan air irigasi di tiap lokasi. Pola padi–padi–palawija diterapkan di daerah yang mendapatkan cukup air irigasi seperti di desa-desa Mujur, Marong, Sukaraja dan Ganti; sedangkan pada lahan yang seringkali tidak mendapatkan cukup air irigasi seperti di desa Kidang, Bilelando, Semoyang, Beleka, Sengkerang dan Landah umumnya diterapkan pola tanam padi–palawija–bero. Pola tanam padi–tembakau diterapkan di sebagian desa Mujur, Landah, Beleka, Semoyang, Ganti dan Marong. Adapun jadual pelaksanaan pola tanam padi–padi–palawija, padi–palawija–bero dan padi–tembakau di kecamatan Praya Timur adalah sebagai berikut:

Pola Tanam Padi–Padi–Palawija.-- Penanaman padi pertama (MH) dilakukan pada bulan Nopember – Desember dan mulai panen pada bulan Februari – Maret. Penanaman padi kedua (MK I) dimulai pada bulan Maret – April dan dipanen pada bulan Juni – Juli. Selanjutnya pada bulan Juli sampai dengan Oktober lahan ditanami palawija (kedelai, kacang hijau atau jagung).

Pola Tanam Padi–Palawija–Bero.-- Awal penanaman padi pertama (Musim Hujan) dilakukan pada bulan Nopember – Desember dan dipanen pada bulan Februari – Maret.

Selanjutnya pada bulan Maret – April lahan ditanami palawija yang dipanen pada Juni – Juli. Pada bulan Agustus – Oktober lahan diberokan.

Pola Tanam Padi–Tembakau.-- Awal penanaman padi pertama (MH) dilakukan pada bulan Nopember – Desember dan dipanen pada bulan Pebruari – Maret. Selanjutnya pada bulan April sampai dengan bulan Mei, dilakukan pengolahan tanah sekaligus pembibitan tembakau. Penanaman tembakau dilaksanakan pada bulan Mei – Juni, dan dipanen pada bulan September – Oktober.

Jenis Tanah dan Iklim Umum di Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah

Data jenis tanah di kecamatan Praya Timur yang didapatkan dari kantor BPP Mujur kecamatan Praya Timur menunjukkan bahwa seluruh wilayah Praya Timur mem-punyai jenis tanah vertisol yang bercirikan warna abu kehitaman dan didominasi tekstur lempung.

Berdasarkan rata-rata curah hujan yang diamati di kecamatan Praya Timur tahun 1998 hingga 2008, wilayah ini tergolong Iklim Ustik; terdapat perbedaan jelas antara Musim Hujan dan Musim Kemarau (Anonim, 2001; Tjasyono dan Harijono, 2007). Musim Kemarau ber-langsung cukup panjang, berkisar antara 6 – 7 bulan, dari bulan April hingga Oktober, sedangkan Musim Hujan di daerah ini berlangsung pada Nopember hingga Maret. Data normal curah hujan per dasarian di kecamatan Praya Timur adalah seperti pada Gambar 1. 0 20 40 60 80 100 120 D A S A R I A N Keterangan:

= Periode Musim Hujan = Periode Musim Kemarau Gambar 1. Grafik Normal Curah Hujan Per Dasarian di Kecamatan Praya Timur

(5)

Dari data normal curah hujan per dasarian tersebut, dapat diketahui bahwa sifat curah hujan pada bulan-bulan tertentu termasuk di atas normal (A), normal (N), atau di bawah normal (B).

Prediksi Curah Hujan Desember 2008 – Nopember 2009

Dari hasil analisis data curah hujan per dasarian selama 10 tahun terakhir (Desember I 1998 – Nopember III 2008) dengan menggunakan Metode ARIMA, didapatkan prediksi curah hujan per dasarian periode Desember 2008 – Nopember 2009 seperti pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa akhir Musim Hujan 2008/2009 di kecamatan Praya Timur jatuh pada dasarian I April 2009 dan Musim Kemarau mulai berlangsung pada dasarian II April hingga dasarian I Nopember 2009 (Gambar 1). Dengan demikian awal Musim Hujan 2009/2010 mundur 1 (satu) dasarian daripada periode normalnya yakni dari dasarian I Nopember menjadi dasarian II Nopember 2009. Periode musim kemarau tahun 2009 berlangsung selama 21 dasarian, lebih panjang daripada periode normalnya (20 dasarian). Awal musim hujan 2009/2010 dan musim kemarau 2009 berdasarkan hasil prediksi curah hujan dengan metode ARIMA di kecamatan Praya Timur, adalah seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kecamatan Praya Timur Periode Desember 2008 – Nopember 2009

Uraian Normal Prediksi

Akhir musim hujan Apr I Apr I Awal musim kemarau Apr II Apr II Akhir musim kemarau Okt III Nop I Awal musim hujan Nop I Nop II

Jumlah curah hujan tertinggi diprediksi terjadi pada bulan Desember 2008 yakni 302 mm, sedangkan pada bulan lain umumnya curah hujan mendekati normalnya. Sifat curah hujan Normal (N) terjadi pada bulan Desember 2008, Januari – April 2009 dan Oktober – Nopember 2009, sedangkan sifat hujan di Atas Normal (A) terjadi pada bulan Mei – September 2009 (Tabel 3).

Sifat hujan bulanan didapat dengan membandingkan jumlah normal curah hujan dengan hasil prediksi curah hujan untuk waktu yang sama, di mana batasan normal adalah antara 85% hingga 115% dari angka normal. Apabila prediksi kurang dari 85% maka sifat hujan dinilai berada di bawah normal (B), sebaliknya bila prediksi lebih tinggi daripada 115% maka sifat hujan tersebut dinilai di atas normal (A).

Tabel 1. Prediksi Data Curah Hujan di Kecamatan Praya Timur Per Dasarian Desember 2008 hingga Nopember 2009

Bulan DESEMBER 2008 JANUARI 2009 FEBRUARI 2009 MARET 2009 Dasarian DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII Prediksi CH 102 82 118 75 82 90 105 63 55 71 50 62

Bulan APRIL 2009 MEI 2009 JUNI 2009 JULI 2009

Dasarian DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII

Prediksi CH 75 34 12 6 8 5 5 6 7 6 4 3

Bulan AGUSTUS 2009 SEPTEMBER2009 OKTOBER 2009 NOPEMBER 2009 Dasarian DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII DI DII DIII Prediksi CH 4 4 5 4 5 10 12 27 22 42 71 84 Keterangan : = Periode Musim Kemarau = Periode Musim Hujan

(6)

Tabel 3. Data Normal Curah Hujan dan Prediksi Curah Hujan Bulanan serta Sifat Hujan bulan Desember 2008 hingga Nopember 2009

Normal Curah Batasan Normal Prediksi Curah Sifat Curah Tahun Bulan

Hujan (mm)*) 85% - 115% Hujan (mm) Hujan

2008 Desember 289 245 - 332 302 N 2009 Januari 267 227 - 307 247 N 2009 Februari 227 193 - 261 223 N 2009 Maret 183 155 - 210 183 N 2009 April 111 94 - 128 121 N 2009 Mei 10 8 - 11 19 A 2009 Juni 10 8 - 11 17 A 2009 Juli 4 4 - 5 13 A 2009 Agustus 4 3 - 5 12 A 2009 September 9 8 - 11 19 A 2009 Oktober 56 48 - 64 61 N 2009 Nopember 198 168 - 227 196 N

Keterangan: *) Data normal (rata-rata curah hujan tahun 1998 – 2008).

Pengaturan Pola Tanam Berdasarkan Hasil Analisis (Prediksi) Curah Hujan

Dari hasil prediksi curah hujan dan sifat hujan untuk periode Desember 2008 hingga Nopember 2009, dengan mempertimbangkan sumber air irigasi dan pola tanam yang telah diterapkan masyarakat, maka pengaturan pola tanam di kecamatan Praya Timur dapat ditentukan berdasarkan wilayah sebagai berikut.

A. Desa-desa Sukaraja, Mujur, sebagian desa Marong dan sebagian desa Ganti merupakan wilayah yang mendapatkan cukup air irigasi sehingga pola tanam yang diterapkan adalah padi–padi–palawija.

Berdasarkan hasil prediksi curah hujan untuk periode Desember 2008 hingga Nopember 2009, maka pola tanam yang biasa dilakukan masyarakat yakni pola padi–padi–palawija masih dapat diterapkan untuk wilayah ini. Curah hujan pada periode Musim Hujan 2008/2009 harus dipastikan dapat menjadi sumber irigasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada penanaman padi kedua.

Pengaturan waktu tanam berdasarkan prediksi curah hujan periode Desember 2008 hingga Nopember 2009 adalah sebagai berikut. 1. Waktu tanam padi I sebaiknya pada dasarian

II Nopember 2008 sehingga dapat dipanen antara dasarian III Februari 2009 hingga dasarian I Maret 2009.

2. Setelah panen padi I, waktu tanam padi II dapat dilaksanakan pada dasarian I Maret 2009, dan dapat dipanen paling lambat pada dasarian III Juni 2009.

3. Selanjutnya, penanaman palawija masih dapat dilaksanakan pada dasarian III Juni 2009 agar dapat dipanen antara dasarian III September 2009 hingga dasarian III Oktober 2009.

B. Desa-desa Kidang, Bilelando, Sengkerang, Landah, sebagian desa Semoyang dan sebagian desa Beleka merupakan wilayah yang tidak mendapatkan cukup air dari irigasi, sehingga masyarakat umumnya menerapkan pola tanam padi–palawija–bero.

Berdasarkan hasil prediksi curah hujan untuk periode Desember 2008 hingga Nopember 2009, maka pola padi–palawija–bero dapat disesuaikan menjadi pola tanam padi–palawija– palawija dengan pengaturan waktu tanam sebagai berikut.

1. Waktu tanam padi sebaiknya dilakukan pada dasarian II Nopember 2008 sehingga dapat dipanen antara dasarian III Februari 2009 hingga dasarian I Maret 2009.

2. Setelah panen padi, dapat dilaksanakan penanaman palawija I pada dasarian II Maret 2009 yang dapat dipanen pada dasarian I Juni 2009.

3. Selanjutnya, penanaman palawija II dapat dilaksanakan pada dasarian I Juni 2009 agar dapat dipanen pada dasarian II September 2009.

Sebagian desa-desa Mujur, Landah, Beleka, Semoyang, Ganti dan Marong merupakan wilayah yang menerapkan pola tanam Padi– Tembakau. Berdasarkan hasil prediksi curah hujan untuk periode Desember 2008 hingga

(7)

Nopember 2009, maka pola padi–tembakau dapat disesuaikan menjadi pola padi–palawija– tembakau dengan pengaturan waktu tanam sebagai berikut.

1. Waktu tanam padi I sebaiknya pada dasarian II Nopember 2008 sehingga dapat dipanen antara dasarian II hingga dasarian III Februari 2009.

2. Setelah panen padi, pengolahan lahan dan pembibitan tembakau belum dapat dilakukan karena curah hujan yang masih cukup tinggi dapat merusak tanaman tembakau muda. Untuk mengisi kekosongan lahan, sebaiknya dilakukan penanaman sayuran, bawang merah atau sawi yang memiliki umur relatif pendek. Selang waktu periode ini hanya berkisar 6 – 8 dasarian, sehingga jenis sayuran yang memiliki umur pendek dapat diusahakan agar dalam selang waktu tersebut tanaman sudah dapat berproduksi dan dipanen.

3. Kegiatan penanaman tembakau sebaiknya mulai dilaksanakan pada dasarian III Mei 2009 dan dipanen paling lambat pada dasarian I Nopember 2009.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil analisis menggunakan

metode ARIMA, maka akhir Musim Kemarau 2009 yang normalnya pada dasarian III Oktober diprediksi mundur menjadi dasarian I Nopember 2009, sehingga periode Musim Kemarau bertambah satu dasarian menjadi 21 dasarian dibandingkan periode normalnya yang biasa hanya 20 dasarian, dan selanjutnya awal Musim Hujan 2009/2010 yang normalnya pada dasarian I Nopember, bergeser lebih lambat satu dasarian menjadi dasarian II Nopember 2009.

2. Pola tanam padi–padi–palawija masih tetap sesuai diaplikasikan di desa-desa Sukaraja, Mujur, sebagian desa Marong dan sebagian desa Ganti. Untuk desa-desa Kidang, Bilelando, Sengkerang, Landah, sebagian Semoyang dan sebagian Beleka yang sebelumnya menerapkan pola tanam padi– palawija–bero dapat dan sebaiknya dimodifikasi menjadi pola padi–palawija– palawija. Pola tanam padi–tembakau yang biasa dilakukan di sebagian desa Mujur, Landah, Beleka dan Semoyang dapat dilakukan efisiensi penggunaan air dengan menerapkan pola tanam padi–sayuran– tembakau untuk mencegah kerusakan

tembakau muda karena kelebihan air dan juga untuk menghindari kekosongan lahan. Disarankan jika menerapkan pola tanam padi–palawija–palawija (untuk desa-desa Sukaraja Mujur, dan sebagian Marong) agar palawija II segera ditanam setelah palawija I dipanen, yaitu pada dasarian I Juni 2009 dengan memperhatikan ketersediaan air. Untuk penanaman tembakau pada pola tanam padi– sayuran–tembakau, sebaiknya mulai dilakukan penyiapan lahan dan pembibitan pada bulan Mei 2009 dan penanaman dimulai pada dasarian I Juni 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Paket Satuan Ketrampilan Klimatologi. Proyek Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Petani Pangan NTB. BMG Mataram.

Anonim. 2009. Introduction to ARIMA: Nonseasonal Models. http://www.duke.edu/ ~rnau/411arim.htm. Diunduh tanggal 09 Agustus 2009.

BPS, 2006a. Kecamatan Praya Timur Dalam Angka tahun 2005. Kantor BPS NTB. Mataram.

BPS, 2006b. Lombok Tengah Dalan Angka tahun 2005. Kantor BPS NTB. Mataram. Bey, A., 1991. Metode Kausal dan Time-Series

untuk Analisis Data Iklim dalam Bey, A (Editor), 1991. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. Ditjen Dikti. Depdikbud RI. Jakarta.

Departement of Administrative Services Bureau of Meteorology. 1989. Manual of Meteorology Part 1. General Meteorology. Australian Government Publishing Services. Canberra.

Departemen Kehutanan, 2006. Buku Peta Tipe Iklim Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dinas Kehutanan Provinsi NTB. Mataram.

Hardjowigeno, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Akademika Pressindo. Jakarta.

Heddy, S., 1987. Ekofisiologi Pertanaman. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Nuryadi, 1998. Tinjauan Prakiraan Musim BMG, Laporan Praktek Lapang. Jurusan Meteorologi dan Geofisika FMIPA-IPB. Bogor.

(8)

Sutamto dan A.M. Ulfah, 2007. Modul Pelatihan Peningkatan Akurasi Prakiraan Musim. Sub Bidang Informasi Iklim dan Agroklimat, BMG Jakarta.

Tim BMG, 1995. Pengkajian Metoda Prakiraan Hujan Bulanan di Indonesia. Jurusan Meteorologi dan Geofisika FMIPA ITB. Bandung.

Tjasyono HK, B. dan S.W.B. Harijono, 2007. Meteorologi Indonesia 2. Awan & Hujan Monsun. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Wisnubroto, S., S.L. Aminah dan M. Nitisapto, 1981. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Musim Hujan dan Musim Kemarau di  Kecamatan Praya Timur  Periode   Desember 2008 – Nopember 2009
Tabel 3. Data Normal Curah Hujan dan Prediksi Curah Hujan Bulanan serta Sifat Hujan bulan Desember  2008 hingga Nopember 2009

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan pendekatan ABCD yang disertai analisis jelas, dimana mengungkapkan secara terperinci wilayah dan juga kondisi

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2012) yang menyatakan bahwa ada pengaruh orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan inovasi produk

Beberapa penelitian yang menggunakan silica sebagai bahan pengisi juga sudah banyak dilakukan seperti pemanfaatan pasir kuarsa untuk bahan pengisi nano composite silica karbida

Untuk membuktikan adanya kesamaan yang tidak terbantahkan antara substansi berbangsa dan bernegara dalam konsep Islam dengan substansi demokrasi di Indonesia seperti yang

Kenyataan yang terjadi di lapangan dapat membuat pembelajar ‘frustasi’ karena ragam Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sering tidak dapat digunakan sepenuhnya ketika

memasang Sistem Komputer Rapat tidak dipenuhi kabel atau benda lainnya yang dapat menghalangi ventilasi udara Sistem Komputer Rapat, dan memiliki celah agar udara dapat

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,