• Tidak ada hasil yang ditemukan

No.1 Keuangan Jaitu Jang Mulia Menteri PertamaKeuangan Ir. H. Djuanda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "No.1 Keuangan Jaitu Jang Mulia Menteri PertamaKeuangan Ir. H. Djuanda"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

No. 1

K E U A N G A N

Jaitu

Uraian J.M. Menteri Pertama/

Keuangan

Ir. H. DJUANDA

Didepan Sidang pleno-tertutup

Depernas

Tanggal 18 September 1959

(2)

262/XII-Dep./’59. 500

(3)

memegang pertanggungan djawab atas Departemen masing-masing dja-di kebanjakan masih memerlukan waktu untuk mempeladjari seluk-be-luk keadaan organisasi dan untuk mempunjai sesuatu pandangan, sa-tu visie mengenai Anggaran Belandja dan kebidjaksanaan dalam De-partemen masing-masing. Djadi ini waktunja agak sempit.

Selandjutnja soal jang kedua jang berlainan dengan penju-sunan Anggaran Belandja tahun-tahun jang lalu, kita di Kementeri-an KeuKementeri-angKementeri-an akKementeri-an berichtiar agar supaja untuk AnggarKementeri-an BelKementeri-andja tahun 1960 itu ada penjusunan sistimatik jang baru jang berlainan dengan susunan dari Anggaran Belandja tahun-tahun sebelumnja. Pekerdjaan itu terutama pertama didasarkan atas pengalaman jang saja rasa pula sering diadjukan dan ditandaskan oleh beberapa Anggota, beberapa fraksi di Dewan Perwakilan Rakjat dahulu, bahwa susunan Anggaran Belandja sampai sekarang ini kurang djelas mem- beri gambaran tentang pekerdjaan-pekerdjaan terutama dilapangan pembangunan.

Djadi masih menurut sistim lama, terlalu banjak terpenga-ruh oleh sistim Anggaran Belandja pemerintah-pemerintah dahulu ba-rangkali, Pemerintah Belandja dan dibandingkan misalnja dengan Anggaran Belandja dilain-lain negara jang sudah memperbaiki sis-timnja itu, sudah out of date, tidak sesuai lagi dan terutama ka-lau buat negera kita, dimana soal pembangunan itu amat pentingnja dan setiap saat mestinja bisa diadakan momentopname, dimana kita berdiri, berapa kemadjuan jang telah ditjapai, sistim Anggaran Be-landja ini tidak memberi gambaran jang begitu djelas.

Dengan sirkuler jang sja maksudkan tadi itu akan ada gam-baran jang lebih djelas dan saja jakin akan memudahkan pula kemu-dian pekerdjaan buat Dewan Perantjang Nasional. Oleh karena dengan susunan seperti direntjanakan buat Anggaran Belandja tahun 1960, Dewan Perantjang Nasional akan lebih mudah melihat berapa banjak-nja Anggaran buat pembangunan, berapa jang sudah dikeluarkan dan bisa membandingkan menilai pengeluaran-pengeluaran itu dan presta- si kerdja jang telah diselesaikan, sampai mana itu sesuai dengan rentjana jang sedang sekarang diselenggarakan oleh Dewan Perantjang Nasional.

Saja amat merasa berbesar hati, bahwa dengan perantaraan Sau-dara Prof. Mr H. Muhd. Yamin diinsjafi, sebagai ternjata dalam un-dangan kepada saja, untuk memberikan uraian disini, bahwa hubungan antara pekerdjaan jang dihadapi oleh Dewan Perantjang Nasional dan dengan penjusunan angka-angka nanti dalam anggaran belandja itu, satu sama lain amat penting diketahuinja oleh Dewan Perantjang Na-sional maupun oleh Pemerintah.

Tidak bisa dilepaskan hasil pekerdjaan dewan Perantjang Na-sional dari apa jang dikerdjakan setahun dari setahun oleh Kemen-terian Keuangan, sebagaimana direntjanakan dan kemudian ditetapkan

oleh Dewan ...

(4)

Kalau saja melihat dalam Dasar-dasar Asasi Pembangunan Semesta Berentjana dengan berpokok kepada Amanat Presiden 1959, jaitu buku merah nomor 2 jang saja terima beberapa hari jang lalu, ada pada ka-tja 11 beberapa hal jang amat menarik perhatian (kaka-tja 11 dan kaka-tja 10), misalnja sadja pada katja 10 saja membatja dibawah huruf c: “Po- la Pembangunan bagian pembiajaan”, ada beberapa dalil-dalil jang amat penting terutama buat kita di Kementerian Keuangan merupakan bahan jang mendjadi pertemuan pekerdjaan antara Dewan Perantjang Nasional dengan Pemerintah, misalnja dalam hal ini Menteri Keuangan, jaitu di-bawah angka 15:

“Tiap pola pembangunan bagian pembiajaan harus memberi pendje-lasan tentang biaja modal, barang, pegawai, pekerdja dan biaja lain-lain jang dibutuhkan dari tahun-ketahun dalam nilai rupi-ah dan diviezen ...”

Selandjutnja pada linea sesudah itu:

”Djuga diperhitungkan berapa upah tenaga Rakjat jang dikerahkan untuk Pembangunan dengan djalan gotong-rojong”.

Saja sudah beberapa kali menjampaikan saran kepada Saudara Prof. Mr H. Muhd. Yamin agar terutama persoalan pembiajaan itu saja minta perhatian dari Dewan Perantjang Nasional (Depernas) dan bersama Peme-rintah mentjari djalan bagaimana tjaranja kita bisa menjediakan pem-biajaan jang sebesar-besarnja jang berupa rupiah, berupa deviezen, te-tapi pula berupa tenaga rakjat jang tidak perlu diadakan penilaian da-lam ukuran mata uang, akan tetapi ini merupakan suatu faktor jaitu faktor pelengkap untuk biaja modal jang berupa rupiah dan diviezen, jaitu tenaga rakjat jang dikerahkan untuk pembangunan dengan djalan gotong-rojong.

Soal ini amat pentingnja, oleh karena kita mengetahui bagaimana beratnja kesulitan-kesulitan, dus tidak mentjukupinja modal berupa ru-piah dan deviezen jang dihadapi oleh negara kita sekarang ini. Djadi kita seharusnja, djika mau menambah kapasitet investasi kita itu ha-rus dengan sungguh-sungguh mentjari djalan jang sebanjak-banjaknja dan seluas-luasnja, jaitu jang berupa tenaga rakjat setjara gotong-rojong di-vercalculeer dalam investasi pembangunan.

Selandjutnja pada katja 11 saja membatja dua persoalan, jang saja sependapat dengan penjusun kertas kerdja ini, jaitu dibawah ang-ka 16:

“Untuk menambah modal pembangunan perlu ditindjau kembali: a) sistim credit,

b) sistim ijuran,

c) sistim penjimpanan, d) sistim lotre”.

(5)

Memang enam persoalan jang disebut disini kebetulan seka-li, dengan tidak ada pembitjaraan pendahuluan dengan Saudara Prof. Mr Muhd. Yamin, itu merupakan persoalan-persoalan jang se-dang dalam pemikiran dan sebagian sudah dalam bentuk perunse-dang- perundang-undangan atau peraturan-peraturan lain untuk lebih concretiseren tjara-tjara menambah modal pembangunan dengan melalui lima tja-ra jang tersebut tadi itu, Tentang soal ini nanti saja akan le-bih djauh memberikan keterangan tentang apa jang sedang dalam persiapan di Kementerian Keuangan bersangkutan dengan lima per-soalan jang saja sebutkan tadi,

Dibawah angka 18 (katja 11 pula) itu diadjukan sebagai sua-tu pemikiran jaisua-tu:

“Anggaran Belandja untuk Pembangunan harus dipisah dari Anggaran Belandja untuk routine”.

Ini visie jang sama atau kebidjaksanaan jang sama jang hen-dak diambil pula di Kementerian Keuangan. Anggaran Belandja un-tuk pembangunan routine hendaknjalah dibedakan dengan Anggaran Belandja untuk Pembangunan Semesta Berentjana. Djadi kita meli-hat disini tiga pokok, jaitu Anggaran Belandja pengeluaran untuk routine, pengeluaran untuk pembangunan semesta berentjana.

Kalau saja membandingkan pikiran ini dengan sirkuler dari Kementerian Keuangan tanggal 29 Agustus, jang saja sebutkan tadi, itu ternjata sekali bahwa ada persamaan penglihatan dalam hal ini. Saja batjakan disini: “Mulai dengan penjusunan rantjangan Anggar-an tahun 1960 pembagiAnggar-an AnggarAnggar-an BelAnggar-andja dirobah mendjadi empat golongAnggar-an jang masing-masing disebut:

1. sub Anggaran bisa, ialan routine, 2. sub Anggaran Pembangunan,

3. sub Anggaran perusahaan-perusahaan (ini sebetulnja lebih me-rupakan hal jang adminisratief), dan

4. sub Anggaran perhitungan-perhitungan (financiele verekeningen)”.

Djadi pokoknja dapat kita kembalikan kepada sub anggaran biasa dan sub anggaran pembangunan. Dan dibawah sub anggaran pem-bangunan itu ada sub bagian lagi, jaitu pempem-bangunan jang disebut disini pembangunan routine, saja sebutkan pembangunan luar ren-tjana dan pembangunan semesta-berenren-tjana. Diharapkan seperti jang dikatakan dalam sirkuler saja itu, bahwa pembangunan luar rentja-na itu lambat laun akan itu hilang atau diredusir sampai seketjil-ketjilnya, dan semuanja pekerdjaan pembangunan itu dipusat maupun didaerah sesuai dengan rentjana semesta jang sedang dihadapi oleh Dewan Perantjang Nasional sekarang ini.

Untuk sementara saja sependapat dengan penjusun kertas ker-dja ini, bahwa masih ada baiknja dan masih perlu diadakan ruangan buat pembangunan routine itu, oleh karena dibelakang kita itu ada

(6)

beberapa projek-projek pembangunan jang diluar rentjana, lima tahun pertama misalnja, oleh karena sudah dimulai, mesti didja-lankan terus, djika kita tidak mau menghadapi situasi dimana ada kehilangan invesment, jang sudah dimulai itu mesti afgerond dan diselesaikan.

Dan selain daripada itu ada commitments-commitments, djadi pekerdjaan-pekerdjaan jang sudah mengikat kita, jang harus di-kerdjakan terus dan diselesaikan. Akan tetapi lambat laun itu mesti diperketjil. Kemudian semuanja mesti masuk sadja kepada pembangunan jang semesta berentjana itu. Mungkin nantinja sek-tor pembangunan jang luar pembangunan semesta berentjana itu ha-nja mengenai pekerdjaan-pekerdjaan pembangunan ketjil jang si-fatnja lebih jang boleh dikatakan-regional atau lokaal.

Selandjutnya dengan sistim jang baru itu, sebagai saja ka-takan tadi, akan mudah sekali nanti Dewan Perantjang Nasional melihat: bahwa menurut rentjana djangka pandjang, misalnja perio-de 5 tahun atau 7 tahun, itu tergantung pada keputusan Dewan Pe-rantjang Nasional, jang tentu harus dibagi-bagi lagi pengeularan-nja dari setahun-kesetahun dalam periode sesuatu djangka itu, itu dengan mudah nanti bisa dilihat: misalnja disediakan sekian buat tahun 1960, sekian buat tahun 1961, jang sesungguhnja dike-luarkan sekian dalam tahun 1960 dan sekian dalam tahun 1961. Dan bisa dilihat nanti, dimana adanja kelambatan dan dimana ada-nja kedjadian bahwa sesuatu projek itu kurang madju. Dan barang-kali lebih baik kalau uang jang disediakan semula buat projek itu dipindahkan keprojek lain jang lebih pesat kemadjuannja, dan de-ngan demikian sambil berdjalan itu bisa diadakan adjutments, bi-sa distel lagi agar supaja hasil dari tiap tahun itu sungguh-sungguh optimal.

Dalam Anggaran Belandja sistim sekarang ini, jang berlaku sampai sekarang, itu amat sulitnja, oleh karena kita hanja mengenal pe-ngeluaran “dinas biasa” dan “dinas modal”. Dan dalam “dinas modal” itu segala rupa masuk, misalnja bikin gedung buat kantor, itu di-nas modal, membeli mobil atau mesin tulis, itu djuga didi-nas modal, invesment. Tetapi bagaimana hubungannja pengeluaran ini dengan pembangunan, sebetulnja itu kabur sama sekali.

Itu ternjata sekali waktu saja berichtiar untuk membikin laporan tiga tahun, tahun 1956, tahun 1957 dan tahun 1958 menge-nai rentjana pembangunan lima tahun. Itu susah sekali, tiap-tiap pos pengeluaran itu mesti diselidiki, mana jang sebetulnja pem-bangunan, mana jang hanja merupakan belandja kantor sadja, hing-ga tidak bisa diadakan “momentopname” jang tepat, apalah kita se-betulnja menuruti rentjana djangka pandjang itu. Apakah ada ke-djauhan atau kelambatan, itu susah untuk mengadakan penilaian.

(7)

Djadi dengan sistim jang baru itu akan mempermudah peni-laian setiap saat oleh Pemerintah maupun oleh Dewan Perantjang Nasional. Selandjutnya saja ingin memberikan atau menjampaikan beberapa keterangan jang berupa angka-angka kepada Sidang Dewan Perantjang Nasional jang terhormat ini.

Saja akan mulai dengan bersama kita memperingatkan kembali angka-angka Anggaran Belandja tahun 1959. Saja sendiri kadang-kadang lupa atas angka-angka itu, djadi tidak keterlaluan kalau saja menduga, bahwa bagi Saudara-saudara djuga barangkali angka-angka itu baik kita bersama memperingatkan kembali, sebagai bhan untuk penjusunan nanti angkangka pada tahun-tahun jang a-kan datang.

Ada sedikit kesulitas bagi saja sebagai Menteri Keuangan, jaitu bahwa sebagai saja katakan tadi, angka-angka mengenai Ang-garan Belandja tahun 1960 itu baru akan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat pada tanggal 1 Nopember 1959. Djadi sebetul-nja ada sedikit prematuur untuk sekarang ini mengumumkan angka-angka dengan setjara jang pasti. Saja menganggap primeur itu terutama harus kita berikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat entah apa, ini terlalu legalistis atau bagaimana pemikiran ini tetapi oleh karena sifatnja rapat ini tertutup, djadi saja rasa bisa saja memberikan beberapa angka-angka dengan pengertian bahwa ini agak confidentieel dan tidak boleh terlalu mengikat kepada saja djuga sebagai Menteri Keuangan.

Selandjutnya, sekali lagi sebagai saja terangkan tadi, pe-ngumpulan angka-angka ini masih belum saatnja terkumpul.

Baru tanggal 20 bulan ini saja akan menerima angka-angka jang lebih kongkrit dari Kementerian-kementerian masing-masing dan baru barangkali achir bulan ini ada angka-angka jang lebih tepat. Tetapi kita di Kementerian Keuangan sudah mulai dengan bahan-bahan jang sudah ada pada kita mengadakan penjusunan ang-ka-angka.

Kalau saja pemperingatkan kembali Anggaran Belandja tahun 1959 jang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakjat menurut sistimatik jang lama, jaitu: “dinas biasa”: belandja pegawai 8 miljard, belandja barang 6,5 miljard.

Belandja lain-lain sebesar 7,4 miljard. Hingga Dinas biasa jaitu seluruhnja kalau kita djumlahkan ketiga component ini mendjadi 22,0 miljard.

Dinas-modal atau Belandja-modal ada 7,1 miljard.

Djadi kedua dinas-biasa dan dinas-modal itu mendjadi 29 miljard. Penerimaan hanja 21,2 miljard. Djadi deficit ada 7,9 miljard atau dengan bulat deficit dalam induk-anggaran-belandja itu ada 8 mil-jard.

(8)
(9)

Djadi inilah gambaran dari Anggaran Belandja tahun 1959. Djadi djika kita melepaskan rem itu, deficit itu akan mendjadi 21 miljard.

Dengan sekuat tenaga, walaupun Anggaran Belandja tambahan itu memang sudah ditekan, dalam prakteknja otorisasi, oleh Kemen-terian Keuangan direm lagi dan sampai tanggal 25 Agustus 1959, pa-da saat diapa-dakannja tinpa-dakan moneter, deficit Anggaran Belandja sesungguhnja dalam prakteknja itu 7 miljard. Djadi mesti ditambah lagi dengan dificit jang harus keluar dalam bulan September, Ok- tober, Nopember dan Desember. Dan menurut kebiasaan, djustru pada achir-achir tahun itu ada banjak pengeluaran jang harus dilakukan jaitu commitments-commitments.

Djadi dengan mengerem ini, mungkin kita bisa menekan difi-cit itu sampai achir tahun 1959 disekitar 10 & 12 miljard. Djadi tidak seperti jang saja gambarkan tadi berdjumlah 21 miljard, te-tapi hanja 10 & 12 miljard.

Pada tanggal 9 September 1959 bulan ini, Menteri Keuangan sudah mengeluarkan sikulerlasi, jaitu “vierwiel-remmen” mengenai pengeluaran-pengeluaran jang masih bisa diirit-irit, jang menim-bulkan kehebohan jang amat besar, terutama dikalangan Departemen-departemen dan Djawatan-djawatan jang pagi-pagi benar sudah menga-takan, bahwa kalau begini kita tidak bisa bekerdja dan segala ru-pa akan matjet. Tapi saja rasa masih bisa diatur sedikit-sedikit supaja djangan matjet.

Saja mengharapkan deficit ini tidak akan lebih dari 10 mil-jard.

Maka dari itu angka-angka jang saja sebutkan tadi itu saja harapkan digunakan sebagai pengetahuan latar-belakang buat Dewan Perantjang Nasional dalam menilai dan mengkritik tindakan-tindak-an jtindakan-tindak-ang telah dtindakan-tindak-an mungkin aktindakan-tindak-an diambil sebentar lagi oleh pihak Kementerian Keuangan, jaitu agar supaja pada achir tahun ini kita menekan deficit sebanjak-banjaknja dan hanja sungguh-sungguh me-ngeluarkan apa jang tidak dapat dielakkan untuk dikeluarkan.

Barangkali dalam bulan-bulan Oktober, November dan Desember ini baiklah kula kita gunakan rem-rem ini sebagai latihan buat ta-hun 1960 dimana kita harus lebih-lebih lagi berhemat-hemat.

Inilah gambaran tahun 1959.

Saja tidak dapat menolak atau menekan kehendak untuk sedikit berbitjara tentang tindakan moneter jang diambil tanggal 25 Agus-tus 1959 itu. Sampai sekarang ini sebetulnja baru pertama kali ini dihadapkan Saudara-saudara Dewan Perantjang Nasional saja sedikit memberikan uraian tentang latar-belakang pemikiran daripada tin-dakan moneter ini.

Djadi boleh saja katakan bahwa pada Saudara-saudara diberi-kan primeur dari beberapa pikiran dibeladiberi-kangnja tindadiberi-kan semula, jaitu tindakan moneter tanggal 25 Agustus 1959 itu.

(10)

Banjak diluar itu jang menjangka, bahwa tindakan ini merupa-setelah dipertimbangkan pro-contranja apakah baik sekarang menga-dakan tinmenga-dakan moneter itu apakah kita menunggu sampai ada

(11)

tendensi-tendensi jang lebih njata dalam kenaikan produksi, dalam perbaikan distribusi, dalam kestabilan politis, kestabilan militer kestabilan administratip, apakah kita sekarang djuga mengambil tindakan itu. Memang beberapa ahli ekonomi itu berpendapat jaitu kita mesti djangan memikirkan tindakan-tindakan moneter, penjehat-an keupenjehat-angpenjehat-an, sebelum ada tjukup bukti-bukti, bahwa kita menguasai atau sudah mengadakan perbaikan dibidang jang saja katakan tadi: Anggaran Belandja, Produksi dan Distribusi.

Akan tetapi ketiga persoalan ini: menaikkan produksi, memperbaiki distribusi dan mengadakan penghematan, itu bukan suatu pekerdjaan jang bisa kita tentukan dalam 6 bulan atau 3 bulan atau satu tahun akan ada perbaikan.

Itu satu pekerdjaan jang memerlukan ketabahan dan effort terus-menerus dengan tidak ada habis-habisnja dan dengan tidak ada berhen-henti-hentinja dan sulit untuk menjatakan pada waktu sekarang, mi-salnja ini bahwa dalam 6 bulan itu sudah tjukup tertjapai perbaik-an dalam 3 bidperbaik-ang ini. Jperbaik-ang terperbaik-ang itu bahwa kalau kita tidak ber-buat apa-apa dibidang moneter, tidak mengambil tindakan jang dras-tis ketiga ichtiar ini akan amat dipengaruhi oleh kebanjakannja keuangan dalam peredaran dan segala pro-kontra ini menjebabkan Pemerintah mengambil keputusan, baik kita kerdjakan segala rupanja bersama-sama jaitu tindakan moneter maupun ichtiar-ichtiar menekan deficit menambah dan memperbaiki industri. Djadi pekerdjaan ini ha-rus bersama-sama dilakukan. Memang jang satu itu amat spectaculair, amat menarik perhatian, tetapi jang lain itu jaitu dikerdjakannja dengan biasa, dengan segala kegiatan, tetapi tidak begitu specta-culair seperti tindakan moneter tanggal 25 Agustus itu. Soal ini Pemerintah bersedia memberikan pendjelasan jang lebih dalam dengan disertai angka-angka dan mempertanggung-djawabkannja kepada Dewan Perwakilan Rakjat sebagaimana djuga ternjata dari bentuknja tin-dakan-tindakan ini, jaitu bentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dus harus diadjukan dan didiskusikan dihadapan De-wan perwakilan Rakjat dan tidak dikeluarkan sebagai dekrit ketjil penetapan Presiden tetapi sebagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.

(12)

LANDJUTAN PIDATO MENTERI INTI

KEUANGAN

IR. H. DJUANDA

(13)

---00O00---Saja ingin minta perhatian untuk menambah pengertian Saudara tentang situasi jang terdjadi itu, dan saja rasa karena bahan-bahannja ada tersedia pula, serta kalau melihat perkembangan deficit tahun-ta-hun belakangan ini dan melihat angka-angka uang dalam peredaran jang berupa uang giral dan kartaal, itu akan terlihat, bahwa mulai bertam-bahnja deficit, mulai bertambertam-bahnja uang dalam peredaran itu, terdjadi-djadi pada tahun 1957. terdjadi-djadi mulai terterdjadi-djadi pada tahun 1957 kemerosot-an itu dkemerosot-an dilkemerosot-andjutkkemerosot-an pada tahun 1958 dengkemerosot-an top-nja jaitu pada achir tahun 1958. Tapi pada kwartal pertama dalam tahun 1959 sudah ada sedikit kurang tendensi kemorosotan itu,

Saja tidak mengatakan bahwa ada perbaikan, tetapi toch ada ten-densi, menguranginja intensiteit kemorosotan itu.

Ini sebetulnja disebabkan, bahwa pada permulaan tahun 1957, ma-lahan achir tahun 1956, itu sudah mulai ada kekatjauan didalam pene-rimaan Netara, Djaun sebelumnja proklamasi P.R.R.I./Parmesta dan ke-djadian operasi-operasi militer, sudah mulai djauh sebelumnja, ada terdjadi beberapa hal jang luar daripada peraturan-peraturan, teru-tama dibidang perdagangan-perdagangan gelap. Barter sudah lama di-kerdjakan sebelum memuntjaknja permberontakan, atau meletusnja setja-ra formil pemberontakan itu.

Djadi pemberontakan dibidang keuangan dan dibidang perekonomian sudah mulai pada achir tahun 1956, dengan kita kehilangan penerimaan devizen dan kehilangan penerimaan-penerimaan jang berasal daripada perdagangan luar negeri mengenai import maupun export, ditambah lagi dengan meletusnja setjara formil pemberontakan polisi, militer, jang menjebabkan pengeluaran-pengeluaran jang luar biasa dibidang keamanan dan bidang pertahanan buat Anggaran Belandja Negara.

Barangkali Saudara-saudara masih ingat, bahwa pada sesuatu saat Sjafruddin Prawiranegara itu sudah menjatakan, bahwa Caltex, Stanvac dan B.P.M. di Sumatera itu tidak akan tunduk lagi kepada Pemerintah Republik Indonesia Pusat dan segala penerimaan itu, (barangkali ti-dak setjara langsung atau setjara terang-terangan akan diberikan pada P.R.R.I./Parmesta) tetapi jang terang tidak akan diberikan ke-pada Pemerintah Republik Indonesia Pusat di Djakarta. Djadi mereka itu barangkali akan deponeren hutang-hutang mereka, atau kewadjiban membajar kepada Pemerintah Republik Indonesia, tapi tidak akan lang-sung dan terang-terangan akan biberikan kepada P.R.R.I./Parmesta, ba-rangkali pemberian itu akan terdjadi dibawah medja, tetapi terang akan diblokkir indikasi itu tegas sekali.

Dan terang pernjataan pada waktu itu dari Almarhum Dulles jang sudah mengatakan, bahwa: “siapa jang berkuasa pada suatu tempat, itu kita akan menjesuaikan diri”. Djadi kira-kiranja begitulah.

(14)

Dan kalau hal ini terdjadi, ini akan terdjadi sepenuhnja, dan seterusnja apa jang kita alami pada tahun 1958 dengan akibat tadi dengan angka-angka pada tahun 1959.

Dan berhubung dengan itu sebetulnja untung pada waktu itu Peme-rintah Republik Indonesia sudah sampai kepada sesuatu konklusi: jah, kalau kita kehilangan pasaran dari minjak dan kehilangan penghasilan export di Sumatera dan di Sulawesi, dan ijin wij uitgepraat di Pusat itu.

Djadi kalau setjara perhitungan, kita mesti perhitungkan apakah kalau kita tidak lebih baik mengalah sadja kepada P.R.R.I./Parmesta itu. Tetapi oplosing begitu saja pikir tidak bisa, Sebab tidak bisa P.R.R.I./Parmesta menundjukkan bagian-bagian lain dari Indonesia, chususnja Djawa misalnja, kepada kekuasaan mereka. Djadi djuga akan timbul kekatjauan jang barangkali lebih besar lagi. Daripada begitu barangkali lebih baik diambil tindakan-tindakan jang tegas sadja, dja- di sebelum ini terlambat kita mesti menguasai daerah-daerah minjak dan daerah-daerah kopra. Dan itulah salah satu hal jang barangkali oleh karena sebelumnja sudah ada pemikiran sedikit kedjurusan itu, jang menjebabkan tindakan-tindakan militer pada waktu itu tidak ter- lambat. Dengan demikian walaupun kekatjauan terdjadi, sumber-sumber penghasilan berupa devizen dan indirect dari penghasilan devizen, ja- itu penghasilan penerimaan rupiah, itu masih bisa kita selamatkan walaupun dengan beberapa kerugian dan pengeluaran jang luar biasa di- bidang keamanan.

Djadi disini sudah bertumpuk-tumpuk, pertama kehilangan pengha-silan ditambah pengeluaran jang luar biasa untuk mendjamin djangan samapi kehilangan penghasilan itu terus-menerus. Maka dari itu dengan mendahulukan segala rupanja, segala ichtiar pada waktu itu oleh Kabi-net Karya dilakukan untuk menjelesaikan dan mengachiri atau sedikit-nja mengembalikan kepada proporties jang tidak terlalu menjolok, jait perdagangan-perdagangan illegaal, barter dan lain-lainnja.

Pada waktu sekarang boleh dikatakan perdagangan illegaal, per-dagangan barter itu sudah tjukup dikuasainja. Kalau smokkel itu tetap ada dalam keadaan manapun djuga, sebelumnja perang waktu djaman Be-landa, ada sadja dalam keadaan normaal tetap akan ada, tetapi pro-pertiesnja tidak begitu membahajakan. Dan boleh dikatakan pengeluar-an-pengeluaran jang luar biasa besarnja jang menurut anggapan Peme-rintah pada waktu itu harus kita paksakan pada diri kita sendiri, jaitu dalam bidang perlengkapan Angkatan Perang, itu sudah ada dibe-lakang kita. Djadi pengeluaran-pengeluaran jang terbesar itu sudah dikeluarkan, sudah mendjadi commitment kita harus membajar terus be-berapa credieten itu.

(15)

Tetapi saja rasa pengeluaran ini tidak dapat kita tunda-tunda lagi dan kita mesti berani pada waktu itu mengambil resiko, sebab kalau misalnja kita pada waktu itu terlalu lama menunggu membeli fighters jet dan jet fighters bomber itu rasa pada bulan-bulan jang amat kritis itu, pesawat-pesawat bomber 29 sudah dekat sekali pada Djakarta dan Surabaja. Dan kalau tidak diketahui bahwa perlengkapan-perlengkapan kita sudah lebih kuat dan modern, saja rasa kita pada waktu itu bisa mengalami pemboman di Djakarta, Surabaja dan Bandung. Jang sekarang ini saja rasa setjara normaal memang tidak bisa dilaku-kan dengan tidak ada perlawanan jang amat efektif dari fihak kita. Djadi pada waktu itu tidak ada keuze lain daripada kita mengambil keputusan mengachiri dominasi dari activiteiten subversief jang sudah direntjanakan dari luar itu.

Sekarang kebanjakan kita itu sudah sedikit lupa atas situasi pada waktu itu dan timbullah pertanjaan-pertanjaan mengapa pada wak-tu iwak-tu Menteri Pertahanan dan Menteri Keuangan tidak tjukup hati-hati dalam pengeluarannja. Memang sebagaimana biasa kalau bahaja jang besar itu sudah tidak ada lagi, maka kita mulai kritis dan mulai bi-tjara-bitjara mengapa kita tidak lebih hati-hati, kalau begini kalau begitu, pada waktu kita mengambil sikap itu. Djuga pengeluaran opera-si-operasi jang amat berat pada waktu itu boleh dikatakan top-nja. Sudah terlewat.

Saja akan menandjutkan dengan menjampaikan beberapa keterangan mengenai anggaran belandja tahun 1960. Sebagai saja katakan tadi Kabinet Karya masih sempat satu kali mengadakan sidang mengenai ang-garan belandja tahun 1960, dimana diadjukan angang-garan belandja induk buat tahun 1960 jang angka-angka pokoknja demikian:

Djadi buat dinas biasa (ini masih opstelling lama) : Belandja pegawai 9,5 miljard

Belandja barang 8,6 miljard

Belandja lain 8,- miljard, djadi dinas biasa djumlahnja: 26,1 miljard

dinas modal 7,8 miljard, djadi djumlah seluruhnja, dinas biasa dan dinas modal 33,9 miljard

penerimaan 28,7 miljard, sehingga defisit akan menjadi ... 5,2 miljard.

Ini menurut tradisi, anggaran induk amat terlalau optimistis, kalau disebutkan defisit 5,2 miljard itu sebetulnja, jah, dengan pengertian, bahwa kalau dudah hampir achir tahun Pemerintah memadjukan lagi ang-garan belandja tambahan dengam menambah defisit itu, barangkali dengan 10 miljard lagi sehingga defisit mendjadi 15 miljard.

(16)

Sudah terang bahwa kalau misalnja pengeluaran tahun 1959 jang sebagai saja katakan, ada sedikit mulai tidak terlalu terus-menerus meningkatnja tapi belum ada perbaikan, defisit tahun 1960 itu, kalau kita tidak berbuat apa-apa, ja, antara 12 sampai 15 miljard.

Djadi jang akan diselenggarakan sekarang ini oleh Kementerian Keuangan, jaitu mengadakan penghematan dan selandjutnja menambah penerimaan Penghematan sulit sekali sebagaimana biasa utnuk diseleng-garakannja, tapi harus diselenggarakan. Penambahan penerimaan, itu djuga suatu pikiran jang biasanja amat impopulair. Dan Dewan Perwa-kilan Rakjat (D.P.R.) maupun Pemerintah biasanja tidak begitu suka untuk membitjarakan kedjurusan itu, laat staan mengambil keputusan-keputusan, tapi saja rasa hal ini harus kita selenggarakan.

Pemerintah sekarang bermaksud untuk mengadakan penghematan. Sebagai saja katakan tadi sirkuler 9 September jang baru lalu itu, baru merupakan sesuatu latihan dan dalam tahun 1960 itu belandja barang terutama itu akan dikurangi, segala rupa akan ditjoret, se-hingga barangkali sedikitnja kita dalam belandja barang itu mesti bisa menghemat kira-kira 25% sampai 30%.

Selandjutnja ada 11 objecten jang akan mendjadi sasaran un-tuk menambah penerimaan negara itu jaitu;

1. Padjak perseroan. Itu barangkali tidak begitu menjusahkan, malah disana sini akan ada perbaikan buat perusahaan-perusahaan jang sedang atau perusahaan-perusahaan ketjil.

2. Jang mendjadi sasaran lebih keras adalah padjak rumah tang-ga.

3. Beaja materai. 4. Padjak pendjualan.

Sebagaimana Saudara mengetahui, padjak pendjualan itu sekarang dilakukan pada sumbernja, tetapi masih ada kemungkinan itu djuga dalam berbagai etappen bisa diadakan.

5. Bea tjukai tembakau.

6. Padjak pembangunan agraria, jang sjukur Alhamdulillah su-dah dalam prinsipnja djuga susu-dah ada persesuaian paham dengan Pani-tia Padjak jang terdiri dari wakil-wakil Pemerintah dan wakil-wakil Dewan Perwakilan Rakjat.

7. Perubahan sistim Bukti Eksport (B.E.) dengan adanja Pungu-an Export (PUET) dPungu-an PungutPungu-an Import (PUIM), digPungu-andengkPungu-an dengPungu-an nilai pokok rupiah sama dengan satu perempat puluh lima dollar Ame-rika misalnja, itu djuga akan membeAme-rikan sedikit tambahan atas da-sar volume import/dan export tahun 1959, djuga penambahan penerimaan Pungutan Export dan Pungutan Import.

8. selandjutnja ada pungutan-pungutan nanti, barangkali dalam bentuk meerwinst atas bensin dan minjak tanah dengan disertai per-baikan-perbaikan dalam distribusi.

(17)

9. Pungutan pungutan dari barang-barang perdagangan, jaitu barang-barang import jang masih ada winstmarge dibandingkan dengan harga luar jang tjukup menarik untuk diambil meerwinstnja oleh Pe-merintah. Dan sedapat mungkin kita akan mengetjualikan barang-barang sandang pangan dari perpadjakan ini.

10. Jang mendjadi antjer-antjer itu, kita akan memeras peneri-maan dari perkebunan-perkebunan dan perusahaan-perusahaan jang di-ambil alih, padjak itu mesti dibajar dan selain dari itu keuntungan mesti diserahkan kepada Kas Negara.

11. Perusahaan lain jang misalnja diawasi oleh BAPPIT dan Per-usahaan-perusahaan negara jang lain, lembaga-lembaga dan jajasan-jajasan jang hanja namanja sadja jajasan-jajasan, tetapi sebetulnja comer-ciele instellingen, itu djuga harus memberikan sumbangannja kepa-da Kas Negara. Djangan perusahaan-perusahaan jajasan itu sadja jang makmur, tetapi kita dalam budget negara kurat-karit sama sekali. Djadi itu semuanja akan diperas dan terang-terangan akan mendjadi sasaran untuk menambah penghasilan negara.

Ini semuanja ditudjukan kepada satu antjer-antjer jaitu agar supaja pengeluarn routine itu bisa dibiajai dari penerimaan penge-luaran routine itu bisa dibiajai dari penerimaan.

Djadi sedikitnja routine itu mesti dibawah penerimaan jang biasa dan kelebihan penerimaan bisa itu kita pergunakan dan sedia-kan buat pembangunan semesta.

Dan dalam hal ini oleh karena terang jang apa kita keluarkan itu buat pembangunan, Pemerintah bersedia untuk mengadakan deficit spending. Djadi routine dibajarkan dari penerimaan biasa dan seda-pat mungkin ada sisanja buat pembangunan. Selandjutnja kita menga-dakan dificit spending untuk pembangunan plus inchtiar-ichtiar ...lain, jang kita bersama saja harapkan antara Dewan Perantjang Nasional (Depernas) dan Pemerintah memikirkan bagaimana tjaranja kita mempertinggi investment capcity kita itu.

Selandjutnja tindakan menetair jang telah diambil itu, kesatu: mengenai uang kartal itu akan mematikan kira-kira 8,5 miljard rupiah. Djadi itu terang akan mengurangi tekanan inflatoris.

Disamping itu simpanan jang geblokkeerd, jaitu X minus 25 ribu minus sepuluh prosen ada jang diatas 25 ribu itu, akan dikon-solidir oleh Pemerintah mendjadi pindjaman obligasi djangka pandjang. Tentang berapa besarnja angka jang diblokir itu sabagai Saudara-saudara mengetahui dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-un-dang itu diperkirakan hanja 5,5 miljard, sebab susahnja, kalau to-talen deposir ada, tetapi kita tidak mengetahui compositie, djadi berapa banjak misalnja penjimpan jang dibawah 25 ribu dan kita ti-dak mengetahui bagaimana effectnja jang sepuluh prosen itu, tetapi

(18)

menurut perkiraan jang conservatief itu tidak akan kurang dari 3,5 miljard, jang akan frozen dan angka-angka jang sekarang sudah mu-lai masuk itu menjatakan, bahwa barangkali lebih dekat pada 4 a’ 5 miljard. Sebab kalau kita mesti menunggu sampai adanja gegevens angka-angka jang lengkap tentang hal ini, akan membutuhkan penje-lidikan barangkali satu bulan atau dua bulan dan tentu orang-orang jang memikirkan soal ini lebih mendalam akan mentjium kedjurusan mana Pemerintah memikirkannja. Tetapi ini memberikan kepada Peme-rintah sesuatu modal pula untuk mendjalankan crediet sisteem jang seklectief. Djadi uang itu bisa kita kembalikan dalam peredaran tetapi buat investaties-investaties jang sesuai dengan program Pemerintah, sesuai dengan pola pembangunan semesta dan berentja-na. Djadi jang didahulukan misalnja industri sandang pangan atau perbaikan sistim distribusi dan tidak dipergunakan buat perdagang-an-perdagangan jang sebetulnja dilihat dari sistim jang akan da-tang itu hanja akan memberikan tambahan kesempatan untuk menarik komisi-komisi dari schakels-schakels itu. Djadi kita bisa menga-dakan prioriteiten jang lebih sesuai dengan ekonomi terpimpin jang bisa lebih kita sesuaikan dengan program Pemerintah dan dengan pola pembangunan semesta itu. Djadi dengan demikian sebetulnja Pemerintah ditempatkan dalam kedudukan jang lebih kuat untuk mem-berikan credit, buat hal-hal jang dianggap penting oleh Pemerintah.

Memang si penjimpan-penjimpan itu menghadapi kesulitan dan ki-ta menerima ratusan surat-surat, djuga dari orang-orang penting, jang menggambarkan penderitaan-penderitan dan memberkan nasehat-nasehat: jang ini meseti diperhatikan, jang itu mesti diperhatikan ini djuga, djadi kalau dalam bahasa Belanda itu diharapkan dari Pe-merintah jaitu “we noeten en de kool, en de geit, en de tijger sparen” itu dalam prakteknja sjarat-sjarat jang demikian itu susah sekali untuk dipenuhinja. Kesalahan itu kadang-kadang kita melihat, bahwa pengusaha itu memang kerugian, ada jang terpukul berat, ada jang tidak begitu berat, tetapi tidak benar saja rasa, kalau dise-butkan, bahwa kita mematikan segala inisiatif dan segala ruang bergerak, sebab uang masih tjukup ada dimasjarakat itu, tidak be-gitu enak sebagai dulu barangkali dan kita masih melihat adanja gedjala-gedjala dalam investaties itu disektor pertikelir misalnja jang tidak begitu sehat. Masih banjak pengusaha-pengusaha jang se-dengan, perusahaannja belum begitu beres, masih banjak tergantung kepada keadaan jang berobah-obah. Itu masih tjukup banjak uang jang dipergunakan buat jah, kebutuhan-kebutuhan jang barangkali belum begitu mendesak: membeli bungalow-bungalow, tempat istirahat buat para pegawainja,

(19)

membeli auto jang bagus-bagus. Itu kalau sedikit disalurkan kedalam perusahaan barangkali akan sedikit menambah produksi kita itu.

Dan seperti apa jang saja terangkan tadi, Pemerintah bersedia buat usaha-usaha jang penting dilihat dari sudut program Pemerintah dari program sandang pangan, dilihat dari pola-pola pembangunan se-mesta itu, Pemerintah bersedia untuk memberikan bantuan seperlunja tetapi tidak sedemikan rojal sebagai dulu dan tentu akan lebih se-lektip dari dulu-dulu.

Selandjutnja masih ada sesuatu pikiran jang masih mendjadi sasaran bagi Pemerintah itu, jaitu adanja wadjib simpan pindjam.

Saja minta perhatian dari Dewan Perantjang Nasional, untuk men-djadikan hal ini pemikiran jang lebih mendalam.

Pemerintah akan memulai dengan kewadjiban menjimpan, misalnja de-ngan pegawai negeri, perusahaan-perusahaan negara, perusahaan-perusa-haan jang diambil alih, itu kita wadjibkan misalnja harus menjimpan 5% dari gadji pokoknja. Dan itu dikonsolidir oleh Pemerintah dengan peraturan-peraturan jang tertentu, misalnja dalam soal sakit atau me-ninggal kepada jang sakit itu bisa diadakan pindjaman-pindjaman, ma-lahan diberikan promies atau hadiah-hadiah, tetapi itu kita donsoli-dir djuga buat pembangunan.

Misalnja pegawai negeri sadja (sipil, militer,) akan menghasil-kan kalau 5% dari gadji pokok, bumenghasil-kan dari gadji kotornja kira-kira 500 djuta rupiah setahun. Djadi setengan miljard setahun, itu lumajan buat financieren projecten-projecten nanti itu. Dan ini belum misal-nja dilapangan perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan jang diambil alih. Dan saja minta perhatian dan pemikiran dari Dewan Perantjang Nasional, jaitu apakah tidak baik kita memikirkan ini dju-ga kepada bidang jang lebih luas. Jaitu buruh diperusahaan-perusahaan diluar jang saja sebutkan tadi itu, petani, apakah tidak kelihatan ke-mungkinan untuk didjalankan sistim ini djuga dibidang saja sebutkan tadi.

Selandjutnja tentu kita mau: memberikan harga-harga jang rendah flow of foods, jang tidak ada habis-habisnja jang continue, itu jang mendjadi tjita-tjita kita semua.

Sebaliknja setjara riil, kita djuga mesti berpikir dari mana ki-ta bisa menjediakan uang buat pembangunan itu.

Djadi disamping pengawasan harga jang harus kita harapkan mesti stabil itu, ada djuga elemen jang harus kita pikirkan, jaitu kita djuga ha-rus mentjari penghasilan tambahan dari peredaran barang itu. Dalam hal ini satu pedoman misalnja supaja sedapat mungkin kita mengawasi dan menahan pada tingkatan jang ressonable, jaitu barang-barang dan dja-sa-djasa jang bersangkutan dengan sandang pangan.

Dalam hal ini Pemerintah bersedia untuk djuga mengadakan Stabili-sasi via sistim subsidi. Misalnja penghasilan tambahan dari Pengutan

(20)

Export dan Pungutan Import, itu kira-kira 1,8 miljard, Pemerintah bermaksud untuk mempergunakan fonds ini buat stabilisasi harga dari barang-barang jang vitaal, jang dekat dengan begrip sandang pangan.

Dalam hal ini saja lupa menjatakan, bahwa kadang-kadang diluar itu ada anggapan, bahwa dengan tindakan moneter itu kita premair me-nundjukan pikiran itu kepada menekan harga barang, itu tidak demi-kian, sebab itu bukan oplossingnja. Djadi tidak dapat kita harapkan, bahwa dengan tindakan moneter itu, harga-harga barang akan menurun. Itu hanja salah satu faktor sadja dan bukan faktor jang terpenting. Perkara penurunan harga itu tergantung pada tambahnja produksi, entah produksi dalam negeri, entah kapasitet kita untuk mengimport barang dari luar negeri, perbaikan, efficiency dan menekan harga distribusi buka sadja tapi kereta api atau P.T.T. atau Garuda Indonesia Air- ways, tetapi djuga terlalu banjak tangan-tangan jang menarik keun- tungan dari distribusi systeem itu. Djadi ini harapkan Pemerintah menge- nai prifsnivean itu setelah tindakan moneter, sebetulnja tidak lebih daripada menahan terusnja inflasi itu dan membumbungnja harga. Penu- runan itu harus kita harapkan dari perbaikan produksi, distribusi dan penghasilan kita berupa diviezen untuk mengimport barang-barang jang amat dibutuhkan disini.

Kalau dengan sedikit optimisme, djadi dengan tudjuan penghemat penambahan pengeluaran itu, saja akan memberikan angka jang bulat sa-dja, penegluaran buat tahun 1960 itu kira-kira sekarang barangkali adalah 44 miljard dimana kita memberikan biaja jang redelijk tinggi untuk kebutuhan keamanan dan pertahanan.

Dari pengeluaran itu, anggaran biasa (routine) 28,7 miljard, se-dangkan penerimaan kalau sasaran-sasaran ini tadi kena, dan tidak ga-gal ditengah djalan, oleh karena tidak diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat atau ada kedjadian apapun djuga, penerimaan itu kita harapkan 42,2 miljard, sehingga defisit, (barangkali ini masih satu impian) mendjadi 2 miljard.

Saja rasa kalau kita berhasil ini dengan bantuan dan pengertian dari seluruh lapisan masjarakat, setelah kita mengalami defisit 10, 12 miljard itu, kalau kita bisa menekan sampai 2 miljard, itu satu hasil jang dapat dikatakan, situatie sudah agak normal, walaupun ting-kat harga itu masih terlalu tinggi.

(21)

Tapi kita lambat laun bisa turunkan dengan memperkeras nilai uang rupiah itu. Tapi element jang amat merusak keadaan itu, jaitu ele-ment defisit jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan, itu sudah kita uitschakelen.

Saja minta sekali lagi Saudara Ketua, bahwa angka-angka jang saja sadjikan itu, terutama jang mengenai Anggaran Belandja tahun 1960, itu dianggap sebagai amat confidentieel dan pula sasaran-sasaran jang saja sebutkan tadi itu, 11 sasaran-sasaran, plus wadjib sim-pan, itu dibehandel dengan tjara jang hati-hati dan dengan penger-tian sepenuhnja dari Pimpinan dan Anggota Dewan Perantjang Nasional.

Sekian jang pada saat ini saja sampaikan kepada Sidang Dewan Perantjang Nasional jang terhormat, semoga bahan ini akan membantu untuk pemikiran selandjutnja tentang pekerdjaan jang amat berat akan tetapi amat penting dari Dewan Perantjang Nasional ini dan sa-ja utsa-japkan selamat bekerdsa-ja.

Referensi

Dokumen terkait

Telah didapatkan data aktivitas pengguna yang berisi tentang lama waktu yang dihabiskan pengguna untuk mengakses media, jenis media yang diakses, tombol yang ditekan

[r]

RS Harapan Jayakarta adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan yang sedang bertumbuh dalam situasi persaingan global

MODEL PEMBELAJARAN SIGHT SINGING MELALUI SOLFEGIO MENGGUNAKAN PENDEKATAN MUSIK ROCK DI PROGRAM STUDI.. SENI MUSIK UNIVERSITAS

Calon peserta Local Government Leadership Training Angkatan VII BPSDMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2021 adalah para ASN yang telah masuk dalam database Talent

Tambahan pula, hospital dan klinik kesihatan kerajaan disediakan di kanasan yang terlalu jauh bagi penduduk di kawasan penernpatan tertentu. Mereka juga terpaksa

Santai kan diri anda pejamkan mata minta ijin pada Tuhan, lepaskan eterik anda perlahan-lahan cukup niatkan saja di hati mulai dari ujung mata kaki eterik anda naik

memiliki iktikad yang baik untuk mem memalui ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan memalui ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan siswa, memiliki komit pria untuk terus belajar