• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI

AGENT OF CHANGE

DAN

SOCIAL CONTROL

DALAM

PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015

Happy Fibi Ananda

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jl. Raya ITS Surabaya, Indonesia Email : happy.hfa@gmail.com

ABSTRAK

OPTIMALISASI PERAN F UNGSI MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL DALAM PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015 Mahasiswa sebagai agent of change dan social control, memiliki tanggung jawab dalam memperhatikan kondisi ketaha nan pangan ASEAN sebagai langkah mempersiapkan Indonesia menghadapi ASEAN Economonic Community (AEC) 2015. Pembentukan kesadaran mengenai ketahanan pangan lokal harus dilakukan sebagai langkah memperkuat pondasi kesadaran masyarakat untuk tidak bergantung pada produk luar negeri. Pembentukan kesadaran masyarakat ini sebagai upaya untuk tidak melakukan impor berlebih dalam sektoral pangan. Dari segi pelaku sektoral pangan, harus dilakukan peningkatan mutu baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Mahasiswa sektoral pangan, dapat memberi kontribusi dari segi peningkatan mutu tersebut. Sedangkan, mahasiswa non sektoral pangan dapat berkontribusi dalam pembentukan kesadaran masyarakat tersebut. Pengoptimalan mahasiswa sebagai agent of change dan social control dilakukan dengan mengambil kontribusi nyata dalam solusi solutif untuk ketahanan pangan Indonesia dan ASEAN, pada umumnya. Kata Kunci : Ketahanan Pangan Indonesia, Mahasiswa, Agent of Change, Social Control, Kesadaran Masyarakat

ABSTRACT

OPTIMIZATION ON THE ROLE OF STUDENTS AS SOCIAL CONTROL AND AGENT OF CHANGE IN FOOD SECURITY ISSUES ASEAN 2015. College students as agents of change and social control, has the responsibility to pay attention to food security conditions of ASEAN as a step Economonic prepare Indonesia for the ASEAN Community (AEC) by 2015. The establishment of awareness about food security local should be done as a step to strengthen the foundations of community awareness is not dependent on foreign products. Establishment of public awareness of this as an attempt to not be excessive in sectoral import food. In terms of sectoral actors of food, should be done to improve the quality in terms of both quality and quantity. College students of food sector, can contribute in terms of the quality improvement. Meanwhile, college students of non-food sector can contribute to the formation of the public consciousness. Optimization college students as agents of change and social control is done by taking a real contribution to food security solutions solutif Indonesia and ASEAN, in general.

Keywords: Indonesian Food Security, Students, Agent of Change, Social Control, Public Consciousness

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di regional ASEAN. Berdasarkan sidang pleno Dewan Perwaklian Rakyat Republik Indoneseia pada tanggal 18 Oktober 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumer hayati produk pertanian, perkebunan, kebutahan, perikanan, dan peternakan, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang dihunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan dan minuman.

Kebutuhan pangan merupakan permasalahan krusial dikarenakan setiap negara memiliki kewajiban menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat negaranya, sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(2)

jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, dan terjangkau, serta sesuai dengan keyakinan, dan budaya untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan [1].

Mahasiswa sebagai pelaku agent of change dan social control dapat mengambil kontribusi aktif untuk mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Baik mahasiswa yang bergerak dalam sektoral pangan maupun sektoral non pangan, bersama pemerintah dan masyarakat, mahasiswa dapat menjadi tonggak penerus kepemimpinan guna ketahanan pangan Indonesia yang lebih baik. Kontribusi mahasiswa, untuk ketahanan pangan ASEAN, kini dan nanti.

Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan dan menggambarkan bagaimana permasalahan ketahanan pangan di Indonesia sebagai bagian dari ASEAN.

2. Menjelaskan dan menggambarkan persiapan Indonesia menghadapi AEC 2015 dalam sektor pangan regional ASEAN.

3. Menjelaskan dan menggambarkan pentingnya pelibatan mahasiswa sebagai agent of change dan social control dalam menanggapi isu ketahanan pangan regional ASEAN.

4. Meningkatnya ketanggapan generasi muda dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan ASEAN.

Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan, wawasan, dan pembelajaran mengenai ketahanan pangan regional ASEAN.

2. Sebagai salah satu upaya penanaman pemahaman generasi muda untuk tanggap dalam permasalahan pangan regional ASEAN.

Batasan Masalah

1. Bagaimana permasalahan ketahanan pangan Indonesia sebagai bagian dari ASEAN.

2. Bagaimana persiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015 di sektor pangan ASEAN.

3. Bagaimana pelibatan mahasiswa sebagai agent of change dan social control dalam menanggapi isu ketahanan pangan regional ASEAN.

4. Bagaimana melatih ketangggapan generasi muda dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan ASEAN.

PEMBAHASAN

Landasan Teori

a. Kondisi Penduduk Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk 42% di kawasan 10 negara Asean. Dimana terdapat sekitar 600 juta jiwa penduduk Indonesia berada pada usia produktif [2]. Pada tahun 2010, tenaga kerja Indonesia berjumlah 104,8 juta dengan prosentasi tenaga kerja di bidang pertanian sebesar 37,2% dan di bidang non pertanian sebesar 10,5%. Di bawah ini disajikan data kondisi tenaga kerja Indonesia pada tahun 2010.

Tabel 1. Kondisi Tenaga Kerja Indonesia, tahun 2010 Hortikultura 3,0 juta 7,69 Campuran 171 ribu 0,46 Jasa Pertanian 197 ribu 0,5 Total Pertanian 39,0 juta 37,2 Non Pertanian 65,8 juta 63,8 Total Tenaga

Kerja

104,8 juta

Sumber : Kementerian Pertanian [3]

b. Kondisi Sektoral Pangan Di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan tanah yang relatif subur dan wilayah perairan yang begitu luas. Kondisi ini, menyebabkan banyaknya jenis tanaman dan hewan yang dapat menjadi sumber sektoral pangan di Indonesia.

Indonesia memberikan sumbangan dalam sektoral pangan sebesar 25% pada dunia. Dimana terdiri dari 3.530 spesies timbuhan dengan tingkat endemis 15%, dan 2.827 jenis ikan [4].

Namun, faktanya adalah setiap negara tidak ada yang mampu memenuhi kebutuhan sektoral pangan di negaranya. Di mana selalu ada kegiatan ekspor dan impor sektoral pangan, begitu pula dengan Indonesia.

Di bawah ini disajikan tabel neraca ekspor – impor sektoral pangan di Indonesia.

Tabel 2. Neraca Ekspor – Impor Sektoral

(3)

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2012 [5]

Pada tabel tersebut, diketahui bahwa pada sub sektor perkebunan, Indonesia melakukan kegiatan ekspor lebih besar dibandingkan kegiatan impor. Pada sub sektor ini, Indonesia mengalami neraca surplus sebesar 29.365.

Sebagai negara agraris, sektoral pangan sub sektor pertanian, mengalami tren pertumbuhan yang relatif rendah, namun stabil. Parameter rendah ini

dilakukan jika membandingkannya dengan sektoral industri.

Di bawah ini disajikan grafik prosentase tren pertumbuhan pertanian dan industri dari tahun 1960-2011.

Gambar 1. Grafik Tren Pertumbuhan Pertanian dan Industri (%), 1960 – 2011 [3]

Berdasarkan RENSTRA Kementerian Pertanian 2010-2014, terdapat 11 tantangan dalam pembangunan, yaitu 1) peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian; 2) penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang; 3) perbaikan dan pembangunan infrastruktur lahan, air, perbenihan, dan perbibitan; 4) kemudahan akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah; 5) pencapaian MDG’s; 6) penciptaan pricing policies; 7) persaingan global serta pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisi global; 8) perbaikan citra petani dan pertanian kembali diminati; 9) kelembagaan usaha ekonomi produktif yang kokoh di pedesaan; 10) sistem penyuluhan pertanian yang efektif; 11) pemenuhan kebutuhan pangan disamping pengembangan komoditas horti, peternakan, dan peningkatan ekspor perkebunan.

c.

Kesiapan Indonesia Sektoral Pangan

dalam Menghadapi AEC 2015

Indonesia telah menaruh perhatian khusus pada kondisi yang terjadi di sektoral pangan sejak tahun 2009. Indonesia bernisiatif membentuk Priority Integration Sectors (PIS), serta terlaksananya realisasi integrasi ASEAN di bidang pertanian yang disebut dengan ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on ASEAN Food Security (SPA-AFS). Kemudian, kedua inisiatif tersebut diangkat dalam pertemuan ASEAN 2009 dan diimplementasikan selama 5 periode (2009-2014). Sehingga, diharapkan akan memperkuat ketahanan pangan, penyediaan pasar, dan mendorong pertumbuhan di sektoral pangan.

(4)

kelembagaan pangan; k) peran serta masyarakat; l) pendidikan.

Pada tahun 2011, realisasi dukungan Indonesia terhadap ketahanan pangan adalah sebesar 31,7 triliun rupiah. Jumlah ini meningkat pada tahun 2012, sebesar 42,3 triliun rupiah, menjadi 31,7 triliun rupiah. Jumlah ini terbilang kecil, atau kurang dari 3 persen total belanja negara yang mencapai 1.435,4 triliun rupiah pada tahun 2012.

Pada pertemuan Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN ke-33, Jakarta, 2011, Suwono mengatakan bahwa Indonesia memiliki pusat penilitian padi bernama Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, yang terletak di Sukamadi, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, Suwono mengatakan bahwa adanya pusat benih tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk terus meningkatkan produktivitas beras. Sehingga, pada tahun 2014 diharapkan akan terjadi surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014.

d. Peran Fungsi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai tingkatan masyarakat yang lebih tinggi daripada siswa, memiliki 4 peran fungsi mahasiswa yang belum memiliki kepentingan khusus dalam bidang golongan, partai politik, ataupun organisasi masyarakat [6]. Mahasiswa sebagai masyarakat yang memiliki idealisme tinggi yang diharapkan dapat menjadi lidah penyambung antara masyarakat dan pihak pemerintah.

1. Agent of Change (Generasi Perubahan)

Sebagai generasi perubahan, mahasiswa diharapkan dapat membawa perubahan terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Mahasiswa diharuskan memiliki kesadaran sosial dan kematangan berpikir yang kritis.

2. Social Control (Generasi Pengontrol)

Sebagai generasi pengontrol, mahasiswa diharapkan dapat mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Dimana, mahasiswa dituntut untuk bersosialisasi dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan.

3. Iron Stock (Generasi Penerus)

Sebagai generasi penerus, mahasiswa diharapkan dapat menjadi tonggak kepemimpinan di masa mendatang.

4. Moral Force (Gerakan Moral)

Sebagai penggerak moral, mahasiswa diharapkan dapat menjaga stabilitas moral di lingkungan masyakarat.

Pemecahan Masalah

Melihat pentingnya permasalahan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, mahasiswa sebagai agent of change dan social control diharuskan memiliki kontribusi sesuai disiplin ilmunya. Mahasiswa memang tak dapat sepenuhnya mengambil peran besar dalam penyelesaiannya. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai sektor untuk mendukung terbentuknya ketahanan Indonesia sesuai yang diharapkan.

Mahasiswa sebagai penyambung lidah antara masyarakat dengan pihak pemerintah, dapat melakukan serangkaian kegiatan secara berkala terhadap masyarakat. Sehingga, sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh pihak pemerintah, namun adanya sosialisasi kesinambungan antara pihak pemerintah dengan mahasiswa sebagai penyambung.

Analisa Kondisi Sektoral Pangan Indonesia Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebesar 37,2 % masyarakat Indonesia berprofesi di sektoral pangan. Jika dengan kondisi pertumbuhan sektor non pangan lebih berkembang daripada sektor pangan, ke depannya ada kemungkinan terjadi penurunan ketengakerjaan sektoral pangan.

Semakin berkurangnya lahan pertumbuhan sektoral pangan, harus dapat diimbangi dengan perkembangan segi kualitas dan kuantitas dengan sumber daya yang ada. Sehingga, diharapkan tren pertumbuhan di bidang pertanian, seperti ditunjukkan pada gambar 1, dapat berkembang seimbang dengan perkembangan industri lokal.

Pertumbuhan Masyarakat dan Pemenuhan Kebutuhan

Pertumbuhan masyarakat yang tidak diimbangi oleh peningkatan sektoral pangan, mengakibatkan Indonesia harus menyeimbangkan antara jumlah masyarakat dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga, Indonesia perlu melakukan impor beberapa hasil pangan. Berdasarkan tabel 1, Indonesia melakukan impor terbesar dengan jumlah 6,306 U$ Miliar.

Optimalisasi Kesadaran Mahasiswa

Tidak semua mahasiswa memiliki kepedulian terhadapat permasalahan yang terjadi di Indonesia, terutama ketahanan pangan. Padahal, ketahanan pangan merupakan permasalahan yang krusial dimana dibutuhkan dukungan oleh berbagai pihak, begitupun mahasiswa.

(5)

peran fungsinya sebagai calon penerus tonggak kepemimpinan bangsa. Pengoptimalan kesadaran mahasiswa harus dilakukan dengan tujuan memperbesar dukungan dan kepedulian masyarakat terkait isu ketahanan pangan.

Mahasiswa adalah komunitas yang tidak memiliki kepentingan partai politik ataupun organisasi masyarakat, diharapkan dapat memberikan kontribusi murni. Sehingga, dalam langkah menyadarkan masyarakat tentang pentingnya ketahanan pangan, mahasiswa dapat berlaku netral.

Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pentingnya Ketahanan Pangan

Mahasiswa dapat melakukan sosialisasi terhadap pentingnya ketahanan pangan yang harus ditingkatkan di kalangan masyarakat. Peningkatan kesadaraan ini dapat dilakukan pada pelaku sektoral pangan dan pada masyarakat.

Di sisi pelaku sektoral pangan, pemerintah telah melakukan perumusan masalah, tantangan, strategi, target, dan sasaran, yang tertuang dalam RENSTRA. Upaya yang dilakukan pemerintah, akan percuma jika minimnya kesadaran masyarakat non sektoral pangan. Faktanya, masyarakat masih memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi produk pangan impor, daripada produk lokal. Ini jelas akan membuka peluang ekonomi bagi pasar internasional. Namun, akan menurunkan peluang bagi pasar lokal. Jika keadaan ini tetap dibiarkan, maka ketika AEC 2015 berlangsung, akan terjadi keterpurukan kepercayaan pada produk pangan lokal.

Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mempercayakan konsumsi produk pangan lokal, dapat meningkatkan daya saing di sektor pangan lokal. Dampak kedepannya, diharapkan pelaku sektoral pangan lokal akan mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat untuk terus berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Ketika kuantitas sektoral pangan sudah dapat mencukupi kebutuhan masyarakat, maka Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor.

Dukungan Mahasiswa Lulusan Sektoral Pangan Mahasiswa di bidang sektoral pangan merupakan cikal bakal utama yang dapat menjadi memajukan sektoral pangan di masa mendatang. Disiplin ilmu yang sesuai, diharapkan dapat menjadi landasan untuk menemuan terobosan terbaru dalam memecahkan masalah tersebut.

Mahasiswa sektoral pangan memiliki fungsi agent of change dimana diharapkan menjadi agen perubahan yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kondisi pangan Asean, khususnya Indonesia. Dengan disiplin ilmu yang dimiliki,

mahasiswa sektoral pangan juga dapat berfungsi sebagai social control dimana diharapkan dapat mengontrol jalannya perbaikan ketahanan pangan.

Berdasarkan UU Pangan No. 18 tahun 2012, dalam Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan Pangan, mahasiswa sektoral pangan dapat mengambil kontribusi dalam penelitian dan pengembangan; perencanaan pangan; ataupun sistem informasi pangan. Mahasiswa sektoral pangan dapat terjun langsung ke lapangan untuk menemukan pemecahan masalah terhadap ketahanan pangan Indonesia.

Peran serta mahasiswa sektoral pertanian dapat diimplementasikan dalam penciptaan teknologi maupun bahan pangan alternatif baru. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat mengembangkan kemajuan industri pangan maupun pertanian di Indonesia.

Selain itu, mahasiswa sektoral pertanian juga dapat melakukan pendampingan pada petani secara menyeluruh. Pendampingan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan secara teoritis pada pelaku sektoral dan bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak NGO (a non-governmental organization) yang bergerak di sektoral pangan.

Namun, peranan mahasiswa sektoral pertanian juga harus disesuaikan dengan program pemerintah, yaitu Departemen Pertanian yang tertuang dalam blue print. Revitalisasi Pertanian merupakan peningkatan ketahanan pangan, pertanian berbasis agroindustri, dan kesejahteraan petani.

Dukungan Mahasiswa Lulusan non Sektoral Pangan

Mahasiswa non sektoral pangan, dapat berperan sebagai social control dari jalannya peningkatan ketahanan pangan. Mahasiswa non sektoral, yang tidak memiliki disiplin ilmu dalam bidang pangan, diharapkan tetap memiliki pemikiran kritis, sehingga dapat menemukan permasalahan yang dapat diselesaikan.

Mahasiswa non sektoral pangan, juga dapat menjadi agent of change dengan melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Perbedaan mendasar dengan mahasiswa sektoral pangan terletak pada bagaimana kontribusi tersebut dilaksanakan.

(6)

Terbentuknya Kesadaran Masyarakat terhadap Ketahanan Pangan Indonesia

Pondasi ketahanan pangan lokal, dapat dibangun dari terbentuknya kesadaran masyarakat, baik pelaku sektoral pangan, maupun non sektoral pangan. Dukungan dari berbagai pihak dapat semakin memperkuat kemandirian Indonesia guna mengurangi angka impor.

Terbentuknya kesadaran masyarakat terhadap kecenderungan produk luar negeri, dapat menekan nilai impor di bingdan sektoral pangan. Penekanan pertumbuhan masyarakat juga diperlukan guna mendukung ketahanan pangan lokal, sehingga sektoral pangan dapat cukup untuk masyarakat lokal, tanpa harus melakukan impor.

Pelaksanaan AEC 2015, diharapkan telah disiapkan dengan ketahanan pangan lokal yang stabil. Sehingga, ketika AEC 2015 berjalan, ketahanan pangan Indonesia dapat bersaing dengan 9 negara Asean lainnya.

Kendala yang Dihadapi

Dalam peningkatan kesadaran masyarakat tentang ketahanan pangan, terdapat kendala yang dihadapi :

1. Masyarakat masih memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi produk luar negeri; 2. Tidak semua mahasiswa menyadari peran

fungsinya dalam menangani ketahanan pangan ASEAN;

3. Minimnya sosialisasi mengenai ketahanan pangan ASEAN di mahasiswa non sektoral pangan.

KESIMPULAN

Permasalahan ketahanan pangan ASEAN, merupakan tanggung jawab bersama dari berbagai pihak. Baik pihak pemerintah, masyarakat pelaku sektoral pangan, dan masyarakat non sektoral pangan. Mahasiswa sebagai agent of change dan social control diharapkan dapat melakukan pengembangan, penyuluhan, dan kontrol dalam segi ketahanan pangan Indonesia.

Selain itu, masyarakat juga berperan penting dalam mendukung perkembangan ketahanan pangan Indonesia. Dimana, dukungan dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi produk luar negeri. Penekanan konsumsi produk luar negeri, dapat menekan angka impor sehingga dapat meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.

Dalam masyarakat pelaku sektoral pangan, diharapkan untuk tidak hanya berkonsentrasi dalam peningkatan mutu kualitas saja, namun juga dalam kuantitas. Sehingga, bertambahnya jumlah penduduk dapat diimbangi dengan kuantitas pangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pujiasmanto, Bambang. 2013. Perkuat Ketahanan Pangan Nasional Kita. UNS : Surakarta.

[2] Firdaus, Yarist, dkk. 2013. Penerapan “Acceleration to Improve the Quality of Human

Resource” dengan Pengetahuan,

Pengembangan, dan Persaingan sebagai Langkah dalam Mengoptimalkan Daya Saing Indonesia di MEA 2015. UNNES : Semarang.

[3] Kementerian Pertanian. 2012. Kebijakan Program Pembangunan Pertanian. Mata Kuliah Kapita Selekta , Departemen Agronomi, dan Hortikultura. IPB : Bogor.

[4] Kementerian Pertanian. 1998. Mewujudkan Komitmen Swasembada Pangan Dan

Sumbangan Indonesia Pada “Feed The World”.

Seminar Feed The World. Kamar Dagang Dan Industri Indonesia (Kadin) : Jakarta.

[5] Kadin Indonesia. 2014. Kesiapan Sektor Usaha Bidang Pertaninan Dalam Menghadapi Aec 2015.

http://Bkp.Pertanian.Go.Id/Tinymcpuk/Gambar/ File/Bahanseminarkadinpenas.Pdf (Diakses 30 Oktober 2014).

[6] Agus. 2007. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan. Disampaikan dalam PPA UMS 2007/2008.

Gambar

Tabel 1. Kondisi Tenaga Kerja Indonesia, tahun 2010
Gambar 1. Grafik Tren Pertumbuhan Pertanian dan Industri (%), 1960 –  2011 [3]Indonesia telah menaruh perhatian khusus pada

Referensi

Dokumen terkait