• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengauh Dimensi Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada Wirausaha (Studi Kasus CV. Thabita Jaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengauh Dimensi Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada Wirausaha (Studi Kasus CV. Thabita Jaya)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Total Quality Management

Menurut Ishikawa (Pawitra, 1993:135) Total Quality Management (TQM)

adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistic yang

dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta

kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem

manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada

kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa,

1992:33).

Pengertian TQM juga dapat diartikan dalam dua aspek. Aspek pertama

menguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya.

Sehingga Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungannya (Tjiptono, 2003:4).

Total Quality Management (TQM) adalah Total Philosophy, suatu paradigma

total tentang perbaikan kontinu dalam empat dimensi, yaitu:

1. Pengembangan perorangan dan professional

(2)

4. Produktivitas organisasi.

Pengertian Total Philosophy di atas ialah bahwa kualitas bukanlah suatu program

akan tetapi berakar dalam prinsip-prinsip seperti keyakinan, harapan, rendah hati,

kerja keras, konsisten dalam tujuan, perbaikan, progress, nilai-nilai moral dan

kebenaran yang harus menjadi budaya kehidupan organisasi. Apabila seluruh

karyawan organisasi tidak menhayati prinsip-prinsip tersebut maka penerapan metode

saja tidak cukuo untuk dapat membuat produk, jasa dan hubungan kerja yang

berkualitas (Ibrahim, 2000:13).

Dapat disimpulkan dari semua pengertian diatas bahwa Total Quality

Management adalah perbaikan keseluruhan yang dilakukan tidak hanya pada kulitas

produk atau jasa saja , tetapi semua kegiatan yang dilakukan sebuah perusahaan untuk

menghasilkan produk dan jasa tersebut. Dengan menggunakan metode TQM yang

dicapai adalah kepuasan pelanggan dan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan

produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

TQM yang merupakan konsep manajemen yang menghandalkan keseluruhan

unsur dalam perusahaan memerlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai

suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (Scheuing dan Christopher,

1993:165-166), ada empat prinsip utama dalam TQM . Keempat prinsip tersebut adalah:

1. Kepuasan Pelanggan

Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas

tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu,

(3)

diusahakan dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga,

keamanan, dan ketepatan waktu.

2. Respek Terhadap Setiap Orang

Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan

kretivitas tersendiri yang unik. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi

diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan

berpartisipasi dalam tim dan pengambilan keputusan.

3. Manajemen Berdasarkan Fakta

Ada dua konsep pokok berkaitan dengan keputusan selalu didasarkan pada

fakta bukan sekedar perasaan. Pertama, prioritisasi (priortization) yaitu

dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat

memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. Kedua, variasi

(variation), data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas

yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.

4. Perbaikan Berkesinambungan

Konsep yang berlaku di sini adalah PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri

dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil

pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh

(Tiptono dan Diana, 2000).

Perbedaan TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan

(4)

TQM (Goetsch dan Davis, 1994: 14-18), yang masing-masing akan dijelaskan

sebagai berikut (Nasution, 2005:22).

1. Fokus pada Pelanggan

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan

driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang

disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar

dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang

berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap Kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal

menentukan kualitas, Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi

harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka.

Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha

melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan dan

dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan

dengan pekerjaan yang didesain tersebut.

4. Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk

(5)

5. Kerja Sama Tim (Teamwork)

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan

hubungan dijalin dan dibina, baik antrkaryawan perusahaan maupun dengan

pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses

tertentu di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada

perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat

makin meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan

Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini

berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan

tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan

dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan yang Terkendali

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan

pemechan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan

unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab

(6)

9. Kesatuan Tujuan

Perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan sehingga setiap usaha dapat

diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak

berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak

manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.

10.Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan, tetapi juga melibatkan

mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang

memungkinkan karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan

proses pekerjaannya dalam parameter yang ditetapkan dengan jelas.

TQM merupakan sistem manajemen yang berfokus pada semua orang/tenaga

kerja, bertujuan untuk terus menerus meningkatkan nilai yang diberikan bagi

pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah daripada nilai suatu

produk. Konsep TQM ini memerlukan komitmen semua anggota organisasi terhadap

perbaikan seluruh aspek manajemen organisasi (Nasution, 2005:28). Pada dasarnya,

konsep TQM mengandung tiga unsur (Bounds et al., dalam Hessel, 2003:77), yaitu

berikut ini:

1. Strategi nilai pelanggan

Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas

penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan

(7)

untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara

penyampaian pelayanan, dan sebagainya.

2. Sistem organisasional

Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem

ini mencakup tenanga kerja, material, mesin/teknologi proses, metode operasi

dan pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan

keputusan.

3. Perbaikan kualitas berkelanjutan

Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang

selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut

adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu.

Dengan perbaikan kualitas produk kontinu, akan dapat memuaskan

pelanggan.

Penerapan TQM pada proses produksi dilakukan pada setiap tahap dalam

proses produksi. Proses produksi terdiri dari tiga tahap, yaitu preproduction,

production, dan postproduction. Preproduction adalah tahap sebelum produksi yaitu

penentuan sistem kualitas desain dan sertifikasi produk. Kualitas desain menentukan

spesifikasi produk yang jelas melalui keterlibatan semua departemen dengan

pembentukan tim yang anggotanya lintas fungsional dan berbagai disiplin yang dapat

meningkatkan kualitas produk (product feature) dan serviceability. Tahap production

(8)

Dalam proses produksi, penerapan TQM melalui tiga cara, yaitu: pertama,

meniadakan atau mengurangi penyimpangan proses produksi agar persentase

kerusakan tidak ada atau kecil dan kualitas produk makin baik dengan menggunakan

metode statistical quality control; kedua, menekankan pada preventive maintence

untuk mencegah kerusakan mesin dan mencegak kesalahan dalam proses produksi:

ketiga, melalui employee self inspection sebagai salah satu unsur dalam “manajemen

proses” yang akan meningkatkan kesadaran karyawan untuk selalu menjaga kualitas

produk. Postproduction diperlukan jaminan kualitas mengenai ketepatan distribusi

produk kepada pelanggan (Nasution, 2005:29).

Menurut Tjiptono dan Diana (2000:19) , apabila suatu organisasi menerapkan

TQM dengan cara sebagaimana mereka melaksanakan inovasi manajemen lainnya,

atau bahkan bila mereka menganggap TQM sebagai obat ajaib atau alat penyembuh

yang cepat, maka usaha tersebut telah gagal semenjak awal. TQM meruapakan suatu

pendekatan baru dan menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigm

manajemen tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan

pelatihan-pelatihan khusus.

Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan

harapan-harapan yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum

dilakukan pada saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa

kesalahan yang sering dilakukan antara lain:

1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior

(9)

3. Proses penyebarluasan (deployment)

4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis

5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis

6. Empowerment yang bersifat premature

Sumber: Nasution (2005)

Gambar 2.1

Manfaat Total Quality Management

Hessel (2003:72) telah meneliti bahwa hubungan antara penerapan TQM dengan

kinerja dan keunggulan kompetitif beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas merupakan syarat penting

keberhasilan perusahaan, TQM merupakan pendekatan untuk mempertahankan hidup

serta daya saing perusahaan, dan penerapan TQM memerlukan dukungan

(10)

Keuntungan yang didapatkan perusahaan karena menyediakan barang atau jasa

berkualitas baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang

lebih rendah, gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan

perusahaan. Berdasarkan gambar di atas, maka kualitas ditentukan oleh dua pengaruh.

Pengaruh pertama berasal dari pelanggan perusahaan dalam bentuk peningkatan

pendapatan penjualan. Pengaruh yang lain bersumber dari efisiensi internal dan

dicerminkan dalam penurunan biaya.

2.1.2 Fokus Pada Pelanggan

Dalam pandangan tradisional, pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang

membeli dan menggunakan produknya. Pelanggan tersebut merupakan orang yang

berinteraksi dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Sedangkan

dengan pihak-pihak yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum tahap proses

menghasilkan produk dipandang dengan pemasok. Dalam perspektif tradisional ini

pelanggan dan pemasok merupakan entitas eksternal (Tjiptono, 2001:100).

Sedangkan dalam pendekatan TQM , pelanggan dan pemasok ada di dalam

dan di luar organisasi. Pelanggan eksternal adalah orang yang membeli dan

menggunakan produk perusahaan. Pemasok eksternal adalah orang yang di luar

organisasi yang menjual bahan mentah/bahan baku, informasi, atau jasa kepada

organisasi. Sedangkan di dalam organisasi juga ada pelanggan internal dan pemasok

internal (Tjiptono, 2001:101). Pemasok internal adalah setiap orang atau bagian yang

menyediakan komponen untuk diproses setiap orang atau bagian lain yang ada dalam

(11)

menangani proses pembuatan produk di dalam perusahaan dan menerima komponen

dari pemasok internal (Nasution, 2005:48).

Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan

mempertahankan para pelanggan. Dalam pendekatan TQM, kualitas ditentukan oleh

pelanggan. Oleh karaena itu hanya dengan memahami proses dan pelanggan maka

organisasi dapat menyadari dan menghargai makna kualitas. Semua usaha

manajemen dalam TQM diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu terciptanya

kepuasan pelanggan (Tjiptono, 2001:102).

Kepuasan pelanggan merupakan tanggapan perilaku, berupa evaluasi

purnabeli pelanggan terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja

produk) dibandingkan dengan harapan dan ekpektasi terhadap produk jasa tersebut.

Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang

dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan (produk)

seseorang, maka pelangganlah yang menentukan kualitas suatu produk. Ada beberapa

unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan, yaitu sebagai berikut

(Nasution,2005:51):

1. Pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi.

2. Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting,

yaitu pelanggan yang membeli berkali kali.

3. Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi

(12)

Karakteristik perusahaan-perusahaan yang sukses dalam membentuk fokus

pada pelanggan adalah sebagai berikut (Tjiptono, 2001:109):

1. Visi, Komitmen dan suasana

Manajemen menunjukkan baik dengan kata-kata maupun dalam tindakan

bahwa pelanggan itu penting bagi organisasi, organisasi memiliki komitmen

besar terhadap kepuasan pelanggan, dan kebutuhan pelanggan lebih

diutamakan dari kebutuhan internal organisasi.

2. Penjajaran dengan pelanggan

Perusahaan yang bersifat customer-driven menyejajarkan dirinya dengan para

pelanggan. Hal ini tercermin dalam beberapa hal berikut:

a. Pelanggan berperan sebagai penasihat dalam penjualan,

b. Pelanggan tidak pernah dijanjikan sesuatu yang lebih daripada yang dapat

diberikan,

c. Karyawan memahami atribut produk yang paling dihargai pelanggan,

d. Masukan dan umpan balik dari pelanggan dimasukkan dalam proses

pengembangan produk.

3. Kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan

a. Keluhan pelanggan dipantau dan dianalisis,

b. Selalu mengupayakan adanya umoan bali dari pelanggan,

c. Perusahaan berusaha mengindentifikasi dan menghilangkan proses,

prosedur, dan sistem internal yang tidak menciptakan nilai bari para

(13)

4. Memanfaatkan informasi dari pelanggan

a. Semua karyawan memahami bagaimana pelanggan menentukan kualitas

b. Karyawan pada semua level diberi kesempatan untuk bertemu dengan

pelanggan.

c. Karyawan mengetahui siapa yang menjadi “pelanggan sesungguhnya”.

d. Perusahaan memberikan informasi yang membantu terciptanya harapan

yang realistis kepada para pelanggan. Prinsip dasarnya adalah “janjikan

apa yang bisa diberikan, tapi berikan lebih dari yang dijanjikan.”

e. Karyawan dan manajer memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.

5. Mendekati para pelanggan

Dalam pendekatan TQM, tidaklah cukup bila suatu perusahaan hanya pasif

dan menunggu umpan balik yang disampaikan oleh para pelanggannya. Pasar

global yang kompetitif menuntut pendekatan yang lebih aktif. Mendekati

pelanggan berarti melakukan hal-hal berikut:

a. Memudahkan para pelanggan untuk menjalankan bisnis

b. Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan

c. Memudahkan para pelanggan dalam menyampaikan keluhannya, misalnya

lewat surat, telepon, atau datang langsung.

6. Kemampuan, kesanggupan, dan pemberdayaan karyawan

Para karyawan diperlakukan sebagai profesional yang memiliki kemampuan,

(14)

melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka memuaskan kebutuhan

pelanggan.

7. Penyempurnaan produk dan proses secara terus menerus

a. Kelompok fungsional internal bekerja sama untuk mencapai sasaran

bersama.

b. Praktik-praktik bisnis terbaik dipelajari dan dilaksanakan

c. Waktu siklus riset dan pengembangan secara terus menerus dikurangi

d. Setiap masalah diatasi dengan segera

e. Investasi dalam pengembangan ide-ide inovatif dilakuakan.

Ketujuh karakteristik tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam

membentuk fokus pada pelanggan. Pada tahap awal setiap perusahaan perlu

melakukan analisis diri. Dalam analisis ini akan dapat ditentukan karakteristik mana

yang sudah ada dan belum ada dalam organisasi. Perusahaan perlu mewujudkan

karakteristik yang belum ada tersebut sehingga fokus pada pelanggan dapat terbentuk.

2.1.3 Perbaikan Berkesinambungan

Persaingan global dan selalu berubahnya permintaan pelanggan merupakan

alasan perlunya dilakukan perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai perbaikan

berkesinambungan, manajer senior tidak cukup bila hanya menerima ide perbaikan,

tetapi juga secara aktif mendorong setiap orng mengindentifikasi dan menggunakan

kesempatan perbaikan atau dengan kata lain ‘never accept the status quo’.

Pelaksanaan perbaikan proses berkesinambungan meliputi(Tjiptono, 2001:262):

(15)

2. Pemilihan dan implementasi pemecahan yang paling efektif dan efisien.

3. Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan proses.

Dalam perbaikan berkesinambungan diasumsikan bahwa sesuatu rusak

apabila menyimpang dari target yang diinginkan oleh pelanggan. Sudah barang tentu

perbaikan berkesinambungan menjadi lebih sulit karena semakin banyak perbaikan

yang dilakukan. Peningkatan kinerja juga berasal dari perbaikan sistem/proses, tidak

hanya merupakan peningkatan kemampuan sumber daya. Untuk meningkatkan

sistem/proses, manajer harus mencari sumber penyebab masalah, karena seringkali

manajer melakukan kekeliruan, yaitu lebih banyak menekankan aspek pemecahan

masalah daripada sumber penyebab masalah tersebut. Ada lima aktivitas poko dalam

perbaikan berkesinambungan, yaitu(Tjiptono, 2001:266):

1. Komunikasi

2. Mempernaiki masalah yang nyata/jelas

3. memandang ke hulu

4. Mendokumentasi kemajuan dan masalah

5. Memantau perubahaan

Organisasi memiliki sumber daya yang sangat terbatas. Oleh karena itu sumber

daya tersebut harus dioptimalkan dan digunakan untuk menghasilkan manfaat yang

paling besar. Satu-satunya cara untuk memperoleh manfaat tersebut adalah meneliti

secara seksama bagian mana yang memerlukan perbaikan. Kemudian waktu, energi,

(16)

Pembelajaran merupakan elemen yang penting dalam perbaikan. Pembelajaran

memberikan dasar rasional untuk bertindak yang merupakan elemen penting kedua

dalam perbaikan. Tingkat dan luasya perbaikan dapat ditingkatkan dengan membuat

perbaikan proses dan sistem sebagai bagian dari strategi organisasi serta dengan

menciptakan suatu sistem untuk perbaikan. Sistem tersebut harus mendukung

pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota organisasi dalam melakukan

perbaikan.

2.1.4 Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Pelibatan dan pemberdayaan karyawan adalah dua hal yang berbeda tetapi

berkaitan. Pelibatan karyawan adalah suatu proses untuk mengikutsertakan para

karyawan pada semua level organisasi dalam pembuatan keputusan dan pemecahan

masalah. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar-benar

berarti (signifikan). Dengan demikian pemberdayaan tidak sekedar hanya memiliki

masukan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan, dan menindaklanjuti

masukan tersebut apakah akan diterima atau tidak. Tanpa adanya pemberdayaan,

pelibatan karyawan hanyalah merupakan alat manajemen yang tidak ada gunanya.

Oleh karena itu pelibatan harus dibarengi dengan pemberdayaan karyawan (Tjiptono,

2001:128).

Apabila perusahaan menerapkan pelibatan dan pemberdayaan karyawan, akan

memperoleh beberapa manfaat (Nasution 2005: 185), yaitu sebagai berikut:

a. Dapat memberikan respons langsung pada kebutuhan pelanggan secara lebih

(17)

b. Dapat memberikan respons langsung pada pelanggan yang tidak puas selama

service recovery.

c. Karyawan akan mempunyai rasa memiliki yang tinggi pada pekerjaannya dan

merasa dirinya berarti bagi organisasi.

d. Karyawan bisa berinteraksi dengan pelanggan secara lebih akrab dan lebih

antusias.

e. Perusahaan bisa mendapatkan iklan dari mulut ke mulut (word of mouth) yang

positif dan pelanggan yang membeli kembali meningkat.

Pelibatan dan pemberdayaan karyawan akan berarti hanya apabila hal tersebut

merupakan suatu usaha sistematis yang dilakukan untuk membantu organisasi guna

meningkatkan nilai yang akan diberikan kepada pelanggan. Kesalahan umum yang

harus dihindari pada saat mengimplementasikan pelibatan dan pemberdayaan

karyawan adalah sebagai berikut:

1. Memulai kegiatan tanpa adanya strategi sistematis.

2. Memulai kegiatan pelibatan dan pemberdayaan karyawan tanpa adanya

kepemimpinan yang aktif dari manajemen.

3. Menghitung kegiatan (seperti jumlah pertemuan tim untuk peningkatan

kualitas).

4. Rencana dan harapan yang tidak realitstis.

5. Mengharapkan pelibatan akan ada akhirnya.

(18)

implementasi yang sistematis. Implementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan

terdiri atas empat tahap (Nasution, 2005:188), yaitu sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan yang mendukung.

2. Menentukan target dan mengatasi penghambatan.

3. Menerapkan dan menggunakan sarana pendukung.

4. Menilai, menyesuaikan, dan memperbaikinya.

2.1.5 Pelatihan dan Pendidikan

Pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan

segera. Yang dimaksud dengan spesifik dalam arti pelatihan berhubungan secara

spesifik dengan pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan praktis

dan segera adalah bahwa apa yang sudah dilatih dapat diaplikasikan dengan segera

sehingga yang diberikan harus bersifat praktis (Tjiptono, 2001:212).

Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih bersifat filosofis dan

teoritis. Walaupun dimeikian, pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama,

yaitu pembelajaran. Di dalam pembelajaran terdapat pemahaman secara implisit.

Melalui pemahaman, karyawan dimungkinkan untuk menjadi seorang innovator,

pengambilan inisiatif, pemecah masalah yang kreatif, serta memiliki karyawan yang

efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan (Tjiptono, 2001:212).

Agar tetap survive dalam pasar modern, perusahaan harus dapat bersaing

secara global. Untuk dapat berbisnis dalam skala global, perusahaan harus dapat

(19)

sertifikasi ISO 9000 tersebut. Ada lima faktor penyebab diperlukannya pelatihan

(Tjiptono, 2001:213):

1. Kualitas angkatan kerja yang ada

Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah kelompok yang mengenyam

pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan intelektual dasar seperti

membaca, menulis, berpikir, mendengarkan, berbicara, dan memecahkan

masalah. Orang-orang seperti itu potensial untuk belajar dan beradaptasi

dengan cepat terhadap pekerjaannya.

2. Persaingan global

Perusahaan-perusahaan harus menyadari bahwa mereka menghadapi

persaingan dalam pasar global yang ketat. Agar dapat memenangkan

persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik

dan lebih murah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan senjata yang

ampuh untuk menghadapi persaingan agar tetap survive dan memiliki

dominasi. Senjata tersebut adalah pendidikan dan pelatihan.

3. Perubahaan yang cepat dan terus-menerus

Di dunia ini tidak ada satu hal pun yang tidak berubah, kecuali perubahan itu

sendiri. Perubahaan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus menerus.

Pengetahuan dan keterampilan yang masih baru hari ini mungkin besok pagi

sudah menjadi usang. Dalam lingkungan seperti ini sangat penting

(20)

Teknologi tanpa didukung oleh adanya karyawan yang memahami cara

penggunaannya secara efektif, tidak akan dapat memberikan kontribusi besar

pada peningkatan produktivitas. Hambatan utama terhadap efektivitas proses

ahli teknologi adalah ketakutan (kekhawatiran) akan perubahan dan

ketidaktahuan akan teknologi baru tersebut. Hambatan tersebut dapat diatasi

dengan pelatihan.

5. Perubahan keadaan demografi

Perubahaan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin

penting dewasa ini,. Oleh karena kerja sama tim merupakan unsur pokok dari

TQM, maka pelatihan dibutuhkan untuk melatih karyawan yang berbeda latar

belakangnya agar dapat bekerja secara harmonis. Untuk mengatasi perbedaan

budaya, sosial, dan jenis kelamin dibutuhkan pelatihan, komitmen, dan

perhatian.

Dalam lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini, menjalankan

suatu program hanya karena perusahaan-perusahaan lain menjalankannya akan

mendatangkan masalah. Pendekatan sistematis untuk menemukan

kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya harus dilakukan. Kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan

pendidikan bias ditentukan dengan melakukan analisis pada beberapa level (Mondy,

2010:215)

a. Analisis organisasi : Dari perspektif organisasi secara menyeluruh, misi-misi,

tujuan-tujuan, dan rencana-rencana stratejik perusahaan dipelajari, bersama

(21)

b. Analisis tugas : Level analisis berikutnya berfokus pada tugas-tugas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Deskripsi-deskripsi

pekerjaan merupakan sumber data yang penting bagi level analisis ini.

c. Analisis orang : Menentukan kebutuhan pelatihan individual merupakan level

terakhir. Pertanyaan-pertanyaan yang relevan adalah, “siapa yang perlu

dilatih?” dan “pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan jenis apa yang

dibutuhkan para karyawan?” Peniliaian kinerja serta wawancara atau survei

terhadap supervisor dan pemegang pekerjaan senagat membantu pada level

ini.

2.1.6 Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang

efektif mulai dari perencanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban,

pembinaan dan pengawasan (Utari, 2013). Menurut Mahoney dkk (1963) kinerja

adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja manajerial adalah kinerja individu

anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, seperti: perencanaan,

inverstigasi, koordinasi, pengaturan staf, negoisasi dan lain sebagainya.

Menurut Stoner (1996) kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien

manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan suatu

(22)

tugasnya dengan baik maka organisasi akan mampu mencapai sasaran dan tujuan

yang dikehendaki (Hasanah, 2014).

Menurut Gibson (Utari, 2013), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu : variabel individu, variabel

organisasi, dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi

kelompok kerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja personal. Perilaku yang

berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan

yang harus diselesaikan untuk mencapai suatu sasaran atau tugas.

Seseorang manajer diharapkan mampu menggunakan seluruh bakat dan

kemampuannya dalam menciptakan suatu kerja yang maksimal untuk perusahaan

dengan tidak melupakan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan seperti sumber

daya modal, sumber daya manusia dan lain sebagainya. Sehingga, dengan adanya

tingkat pengendalian yang dilakukan oleh manajer kinerja manajerial ini diharapkan

akan meningkatkan efektifitas dalam penghasilan keuntungan bagi perusahaan.

Menurut Henry Mintzberg yang melakukan observasi aktivitas sehari-hari dari

sekelompok CEO menyimpulkan bahwa manajer memainkan sepuluh peran yang

berbeda (kepala figur, pemimpin, penghubung, pengawas, penyebar, juru bicara,

wirausaha, penengah kekacuan, pengalokasi sumber daya, negosiator) dan

kesepuluhan peran ini dapat dibagi ke dalama tiga kategori dasar (Griffin, 2002:17),

(23)

a. Peran Interpersonal

Terdapat tiga peran interpersonal yang melekar pada pekerjaan manajer.

Pertama, manajer sering kali diminta untuk berfungsi sebagai kepala figur

yang menghadiri acara pemotongan pita dan acara penting yang mengundang

atas nama perusahaan. Kedua, manajer berperan sebagai pemimpin dimana

melakukan perekrutan, pelatihan dan memotivasi karyawan. Ketiga, manajer

bisa berpen sebagai penghubung, peran ini juga sebagai koordinator atau

penghubung antarorang, kelompok, atau organisasi,

b. Peran Pemberi Informasi

Proses pelaksanaan peran ini menempatkan manajer pada satu titik strategis

untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Peran pemberi informasi

pertama adalah pengawas, seseorang yang secara aktif mencari informasi

yang mungkin berharga melalui bertanya kepada bawahan. Manajer juga

merupakan penyebar informasi, mengirimkan kembali informasi yang relevan

ke orang lain di tempat kerja. Peran informasi yang ketiga berfokus pada

komunikasi eksternal. Jurubicara secara formal memberikan informasi kepada

orang-orang di luar unit atau di luar organisasi.

c. Peran Pengambil Keputusan

Informasi yang diperoleh manajer sebagai hasil pelaksanaan peran pembawa

informasi memiliki dampak pada keputusan yang dia buat. Pertama , manajer

(24)

menangani masalah seperti pemogokkan, pelanggaran hak cipta atau masalah

dalam hubungan masyarakat atau citra perusahaan. Peran pengambil

keputusan yang ketiga adalah pengalokasian sumber daya. Sebagai

pengalokasian sumber daya, manajer memutuskan bagaimana sumber-sumber

daya didistribusikan, dengan siapa dia akan bekerja sangat dekat. Peran

pengambilan keputusan yang keempat adalah perunding atau negosiator.

Dalam peran ini manajer melakuka perundingan dengan kelompok atau

organisasi lain sebagai perwakilan dari perusahaan.

Sebagai tambahan untuk memenuhi sejumlah peran, manajer juga

memerlukan sejumlah keahlian khusus jika mereka ingin berhasil. Keahlian

manajemen yang paling utama adalah keahlian teknis, interpersonal, konseptual,

diagnostik, komunikasi, pengambilan keputusan dan manajemen waktu (Griffin,

2002:19).

Keahlian teknis adalah keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan atau

memahami jenis kerja tertentu yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Keahlian

interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami, memotivasi, dan berkomunikasi

dengan individu maupun kelompok. Keahlian konseptual bergantung pada

kemampuan manajer untuk berpikir secara abstrak, kemampuan ini mampu membuat

mereka bepikir secara strategis, untuk melihat “Gambaran besar”, dan untuk

membuat keputusan dengan dasar yang luas yang dapat melayani keseluruhan

(25)

Keahlian diagnostik, atau keahlian yang memungkinkan manajer mampu

menvisualisasikan jawaban yang paling sesuai untuk situasi tertentu. Keterampilan

komunikasi berkaitan dengan kemampuan manajer baik untuk mengirimkan ide dan

informasi secara efektif kepada orang lain. Keahlian pengambilan keputusan adalah

berkaitan dengan kemampuan manajer untuk mengenali dan mendefenisikan secara

benar masalah dan kesempatan dan kemudian memilih suatu tindakan yang sesuai

untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan kesempatan. Keahlian manajemen

waktu berkaitan dengan kemampuan manajer untuk memprioritaskan pekerjaan,

untuk bekerja secara efisien, dan untuk mendelegasikan pekerjaan secara tepat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Bahri, Hamzah, dan Yusuf berjudul

Implementation of Total Quality Management and Its Effect on organizational

Performance on Manufacturing Industries Through Organizational Culture in South

Sulawesi , Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel Independen Total Quality

Management terdiri dari Leadership, Supplier Quality Management, Vision and Plan

Statement, Evaluation, Process Control Improvement, Product Design, Quality

System Improvement, Employee Participation, Recognition and Reward, Eductaion

and Training, Educationsedangkan variabel dependennya adalah budaya organisasi

dan kinerja organisasi. Hipotesis yang dimiliki penelitian ini adalah Total Quality

Management mempengaruhi kinerja organisasional secara langsung dan tidak

(26)

secara tidak langsung karena implementasi dilakukan melalui budaya organisasional

terlebih dahulu.

Penelitian yang dilakukan Utari berjudul Pengaruh Total Quality Management

dan Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada Hotel

Bintang 2,3 dan 4 di Kota Padang). Penelitian ini tergolong penelitian kausatif

dengan variabel independen adalah Total Quality Management dan pengendalian

personal serta kinerja manajerial sebagai variabel independen. Pada penelitian ini

Total Quality Management tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial sedangkan

pengendalian personal berpengaruh berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan Yanuar berjudul Pengaruh Implementasi Total

Quality Management terhadap kinerja manajerial (Studi pada PT. PLN Area

Pelayanan dan Jaringan Kota malang). Penelitian ini memiliki enam variabel

independen , yaitu : fokus pada pelanggan , perbaikan berkelanjutan, pemberdayaan

karyawan, komitmen manajemen, pelatihan dan pendidikan, informasi dan

komunikasi. Variabel dependennya adalah kinerja manajerial. Penelitian ini

menggunakan penelitian populasi atau sensus. Kemudian teknik pengambilan data

menggunakan observasi, kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah uji validitas, uji realibilitas, uji asumsi klasik, uji regresi

linear berganda, dan uji hipotesis. Penelitian ini memberikan hasil bahwa hanya dua

variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial yaitu

(27)

Pada penelitian yang dilakukan Fitriyah dan Ningsih dengan judul

Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam mempengaruhi kinerja

manajerial pada PT. X menggunakan penelitian regresi linear berganda. Dimana

variabel dependen yang dimiliki oleh penilitian ini adalah kinerja manajerial dan

memiliki enam variabel independen yaitu fokus pada pelanggan, obsesi pada kualitas,

kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan,

keterlibatan dan pemberdayaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dan data kualitatif. Hasil dari penelitian yang dilakukan Fitriyah dan

Ningsih bahwa fokus terhadap pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim,

perbaikan sistem berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan

pemberdayaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial baik secara parsial

maupun simultan.

Penelitian yang dilakukan Hadi (2014) dengan judul Analisis pengaruh Total

Quality Management terhadap kinerja manajerial (Studi Pada Industri Tepung

Tapioka Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati). Penelitian ini menggunakan

metode penelitian regresi linear berganda. Penelitian ini memiliki empat variabel

independen, yaitu fokus pada pelanggan, pelibatan dan pemberdayaan karyawan,

pendidikan dan pelatihan, perbaikan sistem secara berkesinambungan dan kinerja

manajerial sebagai variabel dipenden. Teknik pengambilan sample yang digunakan

penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan

(28)

bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

manajerial.

Penelitian yang dilakukan Mukonyo (2014) dengan judul Effects of Total

Quality Management Implementation In Performance of Microfinance Instituions in

Kenya: (A Case of K-Rep (KDA)). Penelitian ini memiliki empat variabel yang terdiri

dari tiga variabel indepen yaitu Customer Focus, Management Leadership, Employee

Involvement dan satu variabel dependen yaitu Business Performance. Peniliti

menggunakan analisis regresi berganda dalam menganalisis pengaruh variabel

indepen terhadap variabel dependen. Pengumpulan data menggunakan pemberian

kuesioner kepada senior level management, senior business development officers,

business development officers, dan office assistant. Dari data dan analisis yang

dilakukan , penelitian ini menghasilkan bahwa fokus konsumen, manajemen

kepemimpinan, pelibatan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja bisnis.

Penelitian yang dilakukan Rawan Al-Ettayem dan Zu’bi M. F. Al-Zu’bi

dengan judul Investigating The Effect of Total Quality Management Practices on

Organizational Performance in The Jordanian Banking Sector. Peneliti memberikan

250 kuesioner kepada 11 Bank komersial di Jordan. Variabel yang dimiliki dalam

penelitian ini adalah Total Quality Management yang terdiri dari Customer

Satisfaction, Education and Training, Continous Improvement, Teamwork, and Top

Management Comitmentdan variabel lainnya adalah Organizational Performance

(29)

dalam melakukan analisis antar variabelnya. Hasil yang didapatkan peneliti dari

penelitiannya bahwa kepuasan pelanggan, pendidikan dan pelatihan, perbaikan

berkelanjutan, komitmen manajemen atas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja organisasional baik finansial maupun non-finansial. Tetapi , variabel

kerjasama berpengaruh positif hanya kinerja organisasional (finansial) tetapi

berpengaruh negatif pada kinerja organisasionan non-finansial.

Penelitian yang berjudul The Effects of Total Quality Management on The

business Performance: An Application in the province of kutahya. Penelitian ini

dilakukan oleh Cetindere, Duran dan Yetizen (2015). Penelitian ini menggunakan

analisis regresi berganda dalam menganalisis pengaruh variabel Education,

Leadership, Continuous improvement, Internal Customer, External Customer

terhadap Business Performance. Dimana semua variabel berpengaruh terhadap

kinerja bisnis. Tetapi variabel kepemimpinan dan pendidikan memiliki pengaruh

yang besar terhadap kinerja bisnis.

Penelitian yang dilakukan Harjani berjudul Pengaruh Total Quality

Management terhadap kinerja manajerial Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten

Boyolali. Variabel independen adalah fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan,

Pemberdayaan karyawan. Variabel dependen adala kinerja manajerial. Penelitian ini

menggunakan analisis regresi linear berganda. Sample penelitian ini diambil

berdasarkan metode sensus yang menjadikan seluruh populasi menjadi data

(30)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Metode

Analisis

Hasil

1 Bahri Syamsul,

Djabir Hamzah dan

Ria Mardiana

Yusuf

(2013)

Implementation of Total

Quality Management and

Its Effect on

organizational

Performance on

Manufacturing Industries

Through Organizational

Culture in South Sulawesi

, Indonesia

Total Quality Management

consists Leadership,

Supplier Quality

Management, Vision and

Plan Statement, Evaluation,

Process Control

Improvement, Product

Design, Quality System

Improvement, Employee

Participation, Recognition

and Reward, Eductaion and

Training, Education,

secara positif dan

signifikan dalam

kinerja

organisasi.

2 Utari, Devi Rahmi

(2013)

Pengaruh Total Quality

Management dan

Pengendalian Personal

terhadap Kinerja

Manajerial (Studi Empiris

Pada Hotel Bintang 2,3,

dan 4 di Kota Padang)

Total Quality Management,

Pengendalian personal,

(31)

No Peneliti Judul Variabel Metode

Kinerja Manajerial (Studi

pada PT PLN Area

Pelayanan dan Jaringan

Kota Malang)

Fokus Pada Pelanggan,

Perbaikan Berkelanjutan,

Pemberdayaan Karyawan,

Komitmen Manajemen,

Pelatihan dan Pendidikan,

Informasi dan komunikasi,

Kinerja Manajerial

Manajerial Pada PT X

Fokus Pada Pelanggan,

Obsesi terhadap Kualitas,

Kerjasama Tim, Perbaikan

secara Berkesinambungan,

Pendidikan dan Pelatihan

Karyawan, Pelibatan dan

(32)

NO Peneliti Judul Variabel Metode

Analisis Pengaruh Total

Qualty Management

Terhadap Kinerja

Manajerial (Studi pada

Industri Tepung Tapioka

Kecamatan Margoyoso,

Kabupaten Pati)

Fokus Kepada Pelanggan,

Perbaikan

Berkesinambungan,

Pendidikan dan Pelatihan,

Pelibatan dan

Effects of Total Quality

(33)

No Peneliti Judul Variabel Metode

Analisis

Hasil

bisnis.

7 Al-Ettayyem,

Rawan dan Zu’bi

M. F. Al-ZU’bi

(2015)

Invesitigating The Effect of Total Quality

Management Practices on Organizational

Performance in the Jordanian Banking Sector

Customer Satisfaction, Education and Training, Continous Improvement, Teamwork, and Top Management Comitment, Organizational

Performance (Financial and non-financial).

Cengiz Duran and

Makbule Seda

Yetizen

(2015)

The effects of Total

Quality Management on

The Business

Performance: An

Application in The

Province of Kutahya

Education, Leadership,

Continuous improvement,

Internal Customer, External

(34)

No Peneliti Judul Variabel Metode

Analisis Hasil

9 Harjani, Sri (2016) Pengaruh Total Qualiy

Management Terhadap

kinerja manajerial Pusat

Kesehatan Masyarakat Di

Kabupaten Boyolali

Fokus pada Pelanggan,

Perbaikan Berkelanjutan,

Pemberdayaan karyawan

berpengaruh signifikaan

terhadap kinerja manajerial.

Analisis

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh Total Quality

Management melalui fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan, komitmen

manajemen, pelibatan dan pemberdayaan karyawan, pelatihan dan pendidikan

karyawan terhadap kinerja manajerial yang ada pada wirausaha terutama usaha jasa

yang dilakukan pihak travel. Total Quality Management dapat memperbaiki kinerja

manajerial dalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

1. Pengaruh Fokus Pada Pelanggan Terhadap Kinerja manajerial

Fokus pada pelanggan kita melihat kepuasan pelanggan dengan keadaan di

mana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi terpenuhi

(35)

pelanggan ini membutuhkan pemahaman dari manajer untuk memenuhi kepuasan

konsumen (Tjiptono, 2001:102). Hal ini yang mendorong manajer untuk

meningkatkan kinerjanya agar jasa dan produk yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan , keinginan dan harapan dari konsumen.

Bahri (2013), Fitri dan ningsih (2013), Hadi (2014), Mukonyo (2014), Harjani

(2016) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa fokus pada pelanggan

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

2. Pengaruh Perbaikan Berkesinambungan Terhadap Kinerja Manajerial

Pada penelitian yang dilakukan Bahri dkk (2013), Yanuar (2013), Fitriyah dan

Ningsih(2013), dan Hadi (2014) mengenai pengaruh Total Quality Management

terhadap kinerja manajerial , salah satu variabel yaitu perbaikan

berkesinambungan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja

manajerial.

Perbaikan berkesinambungan dilakukan secara terus menerus untuk

mendapatkan hasil yaitu memperoleh kinerja yang baik. Perbaikan yang

dilakukan baik secara sistem kerja dan pelayanan kepada konsumen terus

menerus dan konsisten memberikan dampak yang positif terhadap kinerja

manajerial. Karena perubahan yang dilakukan karena informasi dan teknologi

juga mengalami perubahan. Perubahan yang dilakukan secara terus menerus dapat

mempermuda kerja manajer. Peningkatan kinerja manajerial yang dilakukan

(36)

Perbaikan yang berkesinambungan merupakan salah satu unsur

palingfundamental dari TQM. Konsep perbaikan berkesinambungan diterapkan

baikterhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya. Kaizen

merupakankonsep jepang yang berarti perbaikan berkesinambungan. Pendekatan

ini hanyadapat berhasil dengan baik apabila disertai dengan usaha sumber daya

manusia yangtepat. Faktor manusia merupakan dimensi yang terpenting dalam

perbaikan kualitasdan produktivitas (Tjiptono, 2001:262). Oleh sebab itu,

perbaikan berkesinambunganberpengaruh pada kinerja manajerial perusahaan.

3. Pengaruh Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan Terhadap Kinerja

Manajerial

Kinerja manajerial tidak akan berhasil tanpa adanya keteribatan dari

karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan memberikan

kemungkinanan adanya peningkatan dalam situasi kerja serta keputusan yang

baik. Sehinga keterlibatan karyawan dan pemberdayaan ini meningkatkan rasa

memiliki dan tanggung jawab atas keputusan yang telah diambil sebuah

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan akan memberikan kemampuan

terbaik karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka yang akan membantu

meningkatkan kinerja manajerial pula.

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar berarti

tanpa adanya pemberdayaan, pelibatan karyawan hanyalah merupakan alat

menajemen yang tidak ada gunanya, oleh karena itu pelibatan harus disertai

(37)

mengikut sertakan para karyawan pada semua tingkatan organisasi dalam

pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Nasution, 2005:185). Sehingga

kinerja manajerial perusahaan akan dipengaruhi oleh peran karyawan.

Pelibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja manajerial terbukti dari beberapa penelitian yang dilakukan

sebelumnya yang terdiri dari penelitian yang dilakukan Bahri dkk (2013), Yanuar

(2013), Fitriyah dan Ningsih (2013) , Hadi (2014), Mukonyo (2014), dan Harjani

(2016).

4. Pengaruh Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Kinerja Manajerial

Pelatihan dan pendidikan merupakan faktor yang sangat fundamental. Setiap

manajer ataupun karyawan diharapkan dan didorong untuk terus belajar.

Pendidikan dan pelatihan ini akan meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

profesionalnya. Peningkatan keterampilan teknis dan keahlian profesional ini

memberikan dampak pada kinerja manajerial yang berdampak positif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bahri dkk (2013), Yanuar (2013),

Fitriyah dan Ningsih (2013) , dan Hadi (2014) dinyatakan bahwa pelatihan dan

pendidikan karyawan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kinerja manajerial.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ciri-ciri dan

konsep Total Quality Management memiliki hubungan kausal terhadap kinerja

(38)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Fokus pada pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

manajerial pada wirausaha CV. Thabita Jaya.

2. Perbaikan berkesinambungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja manajerial pada CV. Thabita Jaya.

3. Pelibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja manajerial pada CV. Thabita Jaya.

4. Pelatihan dan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

manajerial pada CV. Thabita Jaya. Fokus Pada Pelanggan (X1)

Perbaikan Berkesinambungan (X2)

Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (X3)

Pelatihan dan Pendidikan (X4)

(39)

5. Fokus pada pelanggan, perbaikan berkesinambungan, pelibatan dan

pemberdayaan karyawan, pelatihan dan pendidikan berpengaruh positif dan

Gambar

Gambar 2.1 Total Quality Management
Tabel 2.1  Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Developing an English syllabus for the teaching of English in an Islamic Studies Education Program is considered necessary due to the fact that the existing

Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang dan Jasa, Perencanaan, Pembangunan, Pengawasan dan Pengadaan Lainnya IAIN Bengkulu Tahun Anggaran 2017 akan melaksanakan seleksi

[r]

Pembuktian Kualifikasi Paket Pekerjaan Belanja Jasa Lainnya (Catering Siswa MAN Insan Cendekia. Gorontalo) Januari

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya dan aturan turunannya, untuk menentukan peserta yang akan diusul sebagai calon pemenang perlu

[r]

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) SEMI ALAMI DENGAN SEX RATIO BERBEDA.. Semi Natural Spawning of Climbing Perch (Anabas Testudineus) With Different

Dalam jurnal 44th Lunar and Planetary Science Conference (2013), Saavedra menyatakan bahwa representasi visual dan grafis pengetahuan ilmiah adalah salah satu cara