• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN APLIKASI PEMBENTUKAN karakter KELOMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN APLIKASI PEMBENTUKAN karakter KELOMP"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Alamat Korespondensi ©2016 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Email: sugaghost@gmail.com e-ISSN 2503 – 1384

PENGEMBANGAN APLIKASI PEMBENTUKAN KELOMPOK

COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN

VISUAL BASIC

Agus Prasetyo Kurniawan

Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstract

This study aim to develop an application using visual basic programming to facilitate the formation of cooperative groups and to investigate the validity, effectiveness, and practicality of the development of this application. This research method including R&D performed with 6 stage, consists of: the potential and problems, data collection, product design, design validation, improved of design, and test products. The results showed that the yield of the IT media expert validation amounted to 82.5% and validation of learning experts is 92.86%. In addition, the results of the questionnaire responses test of subjects each amounted 83.33% for the first test subjects and 91.67% for the second test subjects. Seeing these findings, it can be concluded that the application of cooperative learning group formation using visual basic can be said to be very feasible to be used as a tool for the establishment of cooperative learning groups.

Keywords: Cooperative learning; Visual basic

PENDAHULUAN

Ketika peserta didik ditanya, “Tahukah kalian bagaimana menghitung volume balok?”. Dengan cepat mereka menjawab, “Panjang kali lebar kali tinggi (p  l  t)”. Ilustrasi ini menandakan ada sesuatu yang menggelitik di benak kita, “Apakah mereka tahu maksud dari jawabannya?”, “Apakah mereka mengerti bagaimana proses mendapatkan rumus tersebut?”, Ataukah mereka hanya menghafal rumus tersebut tanpa memahami maknanya.

Belajar dan mengajar dalam proses pendidikan merupakan dua kegiatan yang saling

berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setelah belajar matematika siswa

mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya dimana

sebelumnya ia tidak dapat melakukannya (Hudojo, 2005). Berkaitan dengan matematika,

Nickson mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah memberikan bantuan

kepada siswa untuk membangun konsep atau prinsip matematika dengan kemampuan

sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun (Hudojo,

2005). Jadi pembelajaran secara sadar untuk membangun konsep atau prinsip matematika

dalam diri siswa. Oleh karena itu, agar proses belajar matematika terjadi, maka

(2)

193

final, melainkan peserta didik dapat terlibat aktif dalam menemukan konsep, struktur

sampai kepada teorema atau rumus. Keterlibatan siswa ini dapat terjadi bila bahan yang

disusun dan disajikan itu bermakna bagi siswa, sehingga terjadinya interaksi antara

pendidik dan peserta didik menjadi efektif.

Guru harus mengubah perannya, tidak lagi hanya sebagai pemegang otoritas

tertinggi keilmuan, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah

pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri (Hadi, 2005). Banyak model dan

strategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk membantu peserta didik mengkonstruk

sendiri pengetahuannya. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif memberi ruang yang cukup besar untuk berinteraksi dengan orang lain

sehingga dapat memunculkan ide-ide yang dapat membantu untuk mengkonstruk konsep

matematika. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan

keterampilan-keterampilan sosial yang dapat digunakan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe antara lain: Student

Team-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Think-Pair-Share (TPS),

Numbered-Heads-Together (NHT), Teams-Games-Tournaments (TGT). Masing-masing tipe memiliki

karakteristik tertentu yang membedakan satu tipe dengan tipe yang lain. Salah satu

ciri/karakteristik pembedanya adalah cara/aturan pembentukan kelompoknya (Asma,

2006).

Aturan/prosedur pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif yang

berbeda-beda ini, seringkali membuat para pendidik di sekolah enggan untuk

menggunakan pembelajaran kooperatif di kelasnya, karena dianggap terlalu rumit.

Mereka lebih memilih menggunakan pembelajaran konvensional. Sebenarnya hal ini

dapat diatasi kalau pendidik tidak menggunakan cara manual untuk membentuk

kelompok dalam pembelajaran kooperatif.

Perbedaan cara pembentukan kelompok inilah yang seringkali menjadi kesulitan

atau penghambat jika seorang pendidik ingin menggunakan pembelajaran kooperatif. Hal

ini memang benar ketika pembentukan kelompok dilakukan secara manual, apalagi

banyaknya peserta didik dalam kelas cukup besar. Oleh karena itu diperlukan sebuah

inovasi untuk mempermudah proses pembentukan kelompok dalam pembelajaran

kooperatif. Peneliti mencoba untuk mengembangkan sebuah aplikasi menggunakan

(3)

194

kooperatif berdasarkan kemampuan akademik yang heterogen. Penggunaan bahasa

pemrograman visual basic dapat menjadi salah satu solusi untuk masalah tersebut.

Pengembangan ini dilakukan untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan pembelajaran kooperatif berbasis

aplikasi. Pengembangan aplikasi ini akan sangat membantu khususnya dalam hal

pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengembangkan aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning

menggunakan visual basic serta untuk mengetahui kevalidan, keefektifan, dan

kepraktisan hasil pengembangan aplikasi tersebut.

METODE PENELITIAN

Model pengembangan yang digunakan adalah Research and Development (R&D)

dengan pendekatan kualitatif. R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut (Sudaryono,

2013). R&D merupakan penelitian yang melewati langkah-langkah untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012).

R&D merupakan jembatan antara penelitian dasar (basic research) dengan

penelitian terapan (applied research), dimana penelitian dasar bertujuan untuk “to

discover knowledge about fundamental phenomena” dan applied research bertujuan

untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan (Sugiyono,

2012). R&D sendiri bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi

suatu produk.

Produk ini berbentuk software (perangkat lunak) seperti media pembelajaran

berbasis IT di kelas maupun laboratorium. Pengembangan media pembelajaran ini

mengadopsi dari model pengembangan Sugiyono (2012) yang terdiri dari 10 tahap,

diantaranya: tahap potensi dan masalah, tahap pengumpulan data, tahap desain produk,

tahap validasi desain, tahap perbaikan desain, tahap uji coba produk, tahap revisi produk,

tahap uji coba pemakaian, tahap revisi produk, dan tahap produksi massal. Berdasarkan

model R&D yang dikembangkan oleh Sugiyono (2012) dengan melakukan modifikasi

hanya sampai tahap revisi produk sesudah uji coba saja. Hal ini disebabkan penelitian ini

hanya sebatas melakukan pengembangan, bukan untuk membuat produk secara massal.

(4)

195

Gambar 1.

Model Desain Pengembangan

Subjek uji coba dalam penelitian ini sebanyak 2 orang dosen. Subjek uji coba

pertama merupakan dosen pendidikan matematika dan subjek uji coba kedua merupakan

dosen statistik UIN Sunan Ampel Surabaya. Data penelitian ini adalah data kuantitatif.

Pengumpulan data dilakukan melalui angket dan wawancara.

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif

kuantitatif, yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari angket uji ahli dan uji

lapangan. Data tersebut juga ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Data

untuk kualitas aplikasi pembentukan kelompok kooperatif menggunakan visual basic

akan dilihat validitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini berupa aplikasi pembentukan kelompok

cooperative learning menggunakan visual basic. Langkah awal dalam pembuatan

aplikasi ini dimulai dengan pembuatan skrip. Pada Tabel 1 disajikan contoh deklarasi

program atau bahasa pemrograman dalam pengembangan aplikasi pembentukan

kelompok cooperative learning menggunakan visual basic. Potensi dan

Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk

Validasi Desain

Perbaikan Desain Revisi

produk

(5)

196

Tabel 1.

Contoh Deklarasi Program atau Bahasa Pemograman Menggunakan Visual Basic

NO NAMA DEKLARASI PROGRAM

1 Tampilan

Awal

Public Class input

Dim A As Integer

Private Sub input_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load

Private Sub Timer1_Tick(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Timer1.Tick

ProgressBar1.Value = A

Private Sub Button1_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs)

Catch ex As MySql.Data.MySqlClient.MySqlException MsgBox(ex.Message)

(6)

197

NO NAMA DEKLARASI PROGRAM

End Sub

Private Sub Button2_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs)

End Sub

Private Sub STAD_OK_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles STAD_OK.Click

Me.Width = 809

(Peneliti tidak menampilkan seluruh deklarasi program pada tampilan utama karena deklarasi program sangat banyak)

3 Tampilan

Penskoran

Public Class perhitungan

Private Sub perhitungan_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load

(7)

198

NO NAMA DEKLARASI PROGRAM

End Sub

Catch ex As MySql.Data.MySqlClient.MySqlException MsgBox(ex.Message)

End End Try Conn.Close() End Sub

(8)

199

NO NAMA DEKLARASI PROGRAM

salah:

MsgBox("Masukkan angka") End Sub

Private Sub lv1_SelectedIndexChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles lv1.SelectedIndexChanged

End Sub End Class

Berikut ditunjukkan aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning

menggunakan visual basic. Pada Gambar 2 ditunjukkan tampilan awal aplikasi ketika

program dibuka. Gambar 2 hanya memperlihatkan tampilan awal dari aplikasi ini.

Gambar 2. Tampilan Awal Aplikasi

Berikut ini merupakan tampilan menu yang berisi daftar nama mahasiswa dan nilai

pada pertemuan sebelumnya. Selain itu terdapat menu pilihan tipe cooperative learning

yang dipakai. Pada menu ini juga harus diinputkan total mahasiswa di kelas beserta

banyaknya anggota yang diinginkan pada setiap kelompok sebagaimana yang disajikan

(9)

200

Gambar 3.

Tampilan Menu Awal Aplikasi

Pada Gambar 4 disajikan menu tampilan untuk menginputkan nama mahasiswa dan

nilainya. Pada tampilan menu ini juga dilengkapi menu tambah, simpan, dan hapus untuk

mengedit input nama yang sudah dilakukan.

Gambar 4. Menu Edit Data

Pada Gambar 5 ditunjukkan tampilan menu hasil pengacakan pembentukan

kelompok cooperative learning sesuai dengan tipe STAD, TPS dan NHT. Dari tampilan

ini terlihat banyak kelompok dan banyak anggota masing-masing kelompok berdasarkan

(10)

201

Gambar 5.

Tampilan Pilihan Model Cooperative Learning

Pada Gambar 6 juga ditunjukkan tampilan menu hasil pengacakan pembentukan

kelompok cooperative learning sesuai dengan tipe JIGSAW dan TGT. Dari tampilan ini

terlihat banyak kelompok dan banyak anggota masing-masing kelompok berdasarkan

jumlah total banyaknya mahasiswa di kelas

Gambar 6.

Tampilan Pilihan Model Cooperative Learning

Pada Gambar 7 ditunjukkan tampilan menu penskoran nilai mahasiswa. Pada menu

ini diinputkan nama mahasiswa, skor dasar yang merupakan skor tugas/kuis pada tugas

sebelumnya, skor sekarang yang merupakan skor tugas/quiz pada pertemuan saat

diberlakukan cooperative learning. Setelah nama, skor dasar dan skor sekarang

(11)

202

Gambar 7.

Menu Penskoran dalam Aplikasi

Tahapan potensi dan masalah pada penelitian ini diawali dengan memberikan

angket respon pada dua orang dosen di prodi pendidikan matematika. Kedua responden

diminta mengisi angket terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan angket tersebut diketahui bahwa responden yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif dalam perkuliahannya merasa kesulitan dalam membentuk

kelompok kooperatif, walaupun dilakukan akan tetapi responden merasa belum efektif

dalam membentuk kelompok kooperatif karena perbedaan karakteristik tiap tipe pada

model pembelajaran kooperatif sehingga berbeda pula cara membentuk kelompoknya.

Kedua responden juga setuju jika ada sebuah aplikasi yang dapat membantu mereka

membentuk kelompok dalam pembelajaran kooperatif.

Setelah dilakukan tahap potensi dan masalah berikutnya dibuat produk aplikasi

pembentukan kelompok. Untuk mengetahui kualitas produk tersebut maka dilakukan uji

coba produk terhadap responden. Kedua responden setuju bahwa aplikasi pembentukan

kelompok cooperative learning menggunakan visual basic merupakan hal baru. Seluruh

tampilan yang ada dalam aplikasi ini menarik, mudah dalam pengoperasian, sangat

membantu dalam pembentukan kelompok cooperative learning. Kedua respondenpun

sangat mendukung penggunaan aplikasi ini untuk para pendidik yang menggunakan

cooperative learning.

Dalam penelitian pengembangan aplikasi ini, data yang didapat dari hasil validasi

ahli digunakan untuk mengukur tingkat kevalidan aplikasi yang dikembangkan. Untuk

data yang diperoleh dari hasil validasi dosen digunakan untuk mengukur tingkat

kepraktisan aplikasi tersebut. Sedangkan untuk keefektifan aplikasi tersebut, digunakan

(12)

203

aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan visual basic

diperoleh dari hasil validasi yang dilakukan oleh ahli dan dosen, serta angket respon

dosen. Berikut adalah hasil penilain yang dilakukan oleh ahli.

Tabel 2.

Tampilan Kesesuaian tiap-tiap menu dengan

konsep pembentukan kelompok

Materi Kesesuaian antara konten dalam

aplikasi pembentukan kelompok

Kepraktisan Aplikasi ini mempermudah

pendidik melakukan pembentukan

kelompok cooperative learning

4 5 4.5 90%

Bahasa Kemudahan dalam memahami

bahasa yang digunakan

Jumlah skor yang diperoleh dari 2 validator 66

Jumlah skor maksimal 80

Persentase 82,5%

Dari Tabel 2, jika melihat dari hasil nilai yang didapatkan baik validasi ahli maupun

dosen, semua menunjukkan nilai yang tinggi dalam aspek tampilan, materi, kepraktisan

dan bahasa. Aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan visual

basic ini dapat dikatakan sangat layak dalam semua aspek tersebut. Sedangakan secara

keseluruhan aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan visual

(13)

204

validasi ahli sebesar 82,5% dan validasi dosen 92,86%. Sehingga menurut persentase pencapaian nilai tersebut menunjukkan pada interpretasi 84% ≤ �̅≤ 100%.

Disamping itu, dari hasil angket respon dan wawancara kepada dosen, aplikasi

pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan visual basic menunjukkan

nilai sangat tinggi yang disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3.

Hasil Angket Respon Subjek Sesudah Tahap Uji Coba

No Pertanyaan Dosen 1 Dosen 2

1 Apakah aplikasi pembentukan

kelompok cooperative learning

menggunakan visual basic merupakan

hal baru bagi anda

pembentukan kelompok pembentukan

kelompok cooperative learning

2 2

6 Bagaimana tanggapan anda, jika

aplikasi ini digunakan dosen/tenaga pendidik dalam proses pembelajaran

2 2

Jumlah skor yang diperoleh 10 11

Rata-rata 0, 833 0, 917

Persentase 83,33% 91,67%

Tabel 3 menunjukkan persentase total yang didapat dari hasil angket respon kedua

dosen tersebut, masing-masing memperoleh 83,33% untuk subjek uji coba pertama.

Sedangkan untuk subjek uji coba kedua memperoleh 91,67%. Sehingga menurut

persentase pencapaian nilai tersebut menunjukkan pada interpretasi 75% ≤ �̅ ≤ 100%.

Jadi disimpulkan bahwa aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning

menggunakan visual basic ini benilai positif atau sangat membantu dosen dalam proses

pembentukan kelompok cooperative learning.

Berdasarkan penjelasan di atas, baik dari hasil validasi ahli maupun hasil angket

respon dosen, dapat disimpulkan bahwa kualitas aplikasi ini sangat layak dijadikan alat

(14)

205

dilakukan berdasarkan hasil saran dan masukan yang diberikan oleh validator. Berikut ini

uraian singkat tentang revisi desain yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.

Daftar Revisi Desain oleh Dua Validator

No Sebelum Revisi Sesudah Revisi

1 Tampilan menu awal kurang menarik

dan pemilihan warna terlalu mencolok dan tidak konsisten

Tampilan menu awal lebih menarik dan telah dipilih warna

yang kontras

2 Terdapat eror pada bagian edit data Tidak ada eror

3 Belum dilengkapi sintak tipe

cooperative learning

Telah dilengkapi karakteristik tipe cooperative learning

Berdasarkan Tabel 4, aplikasi ini direvisi sehingga menghasilkan aplikasi yang lebih baik

sebagaimana saran dan masukan dari dua validator.

Gambar 8. Tampilan Awal Aplikasi

Pada Gambar 8, menunjukkan tampilan awal ketika baru dibuka aplikasi

pembentukan kelompok Cooperative Learning menggunakan Visual Basic berdasarkan

(15)

206

Gambar 9. Tampilan Menu Awal

Pada Gambar 9, menunjukkan tampilan menu awal aplikasi pembentukan

kelompok Cooperative Learning menggunakan Visual Basic berdasarkan hasil revisi dari

dua validator.

Gambar 10.

Tampilan Pilihan Model Cooperative Learning

Pada Gambar 10, menunjukkan tampilan pilihan model pembelajaran Cooperative

Learning, diantaranya STAD, JIGSAW, TPS, NHT, dan TGT aplikasi pembentukan

kelompok Cooperative Learning menggunakan Visual Basic berdasarkan hasil revisi dari

(16)

207

Gambar 11. Menu Penskoran

Pada Gambar 11, menunjukkan menu penskroran dalam aplikasi pembentukan

kelompok Cooperative Learning menggunakan Visual Basic berdasarkan hasil revisi dari

dua validator.

Gambar 12. Menu Sintaks

Pada Gambar 12, menunjukkan pilihan menu sintaks dari tipe STAD, JIGSAW,

TPS, NHT, dan TGT yang telah dilengkapi dengan karakteristik masing-masing dalam

aplikasi pembentukan kelompok Cooperative Learning menggunakan Visual Basic

(17)

208

SIMPULAN DAN SARAN

Aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan visual basic

terdiri dari beberapa bagian yakni input data nama dan nilai peserta didik, tipe

pembelajaran kooperatif yang dipilih, sintak pembelajaran kooperatif, desain tempat

duduk, dan pembentukan kelompok yang diinginkan.

Saran-saran yang dapat diberikan peneliti sebagai sumbangan pemikiran terhadap

pengembangan aplikasi pembentukan kelompok cooperative learning menggunakan

visual basic selanjutnya sebagai berikut: (1) perlu juga dikembangkan aplikasi yang

support terhadap perangkat selain komputer, seperti smartphone dan tablet, dan (2)

alangkah baiknya sebelum menggunakan aplikasi ini pengguna membaca literatur terkait

cooperative learning sehingga mempermudah penggunaan aplikasi ini.

DAFTAR RUJUKAN

Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Hadi, S. (2005). Pendidikan matematika realistik dan implementasinya. Banjarmasin: Tulip Banjarmasin.

Hudojo, H. (2005). Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: UM Press.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan “Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1. Model Desain Pengembangan
Tabel 1.
gambar pada aplikasi
Tabel 3. Hasil Angket Respon Subjek Sesudah Tahap Uji Coba
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kondisi Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 yang dilaksanakan sebanyak dua kali karena terjadi pemungutan suara ulang di empat kecamatan dengan tingkat

Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33

Setelah permainan drama peran selesai dimainkan anak diajak untuk melakukan densitas main selanjutnya yaitu kegiatan individu dengan mewarnai gambar foto keluarga

 Membacakan cerita kepada kelompok  Siswa melakukan berbagai kegiatan terkait dengan wacana berbentuk naratif di luar tugas tatap muka dan terstruktur yang diberikan guru. 

lama febris kurang dari 5 hari tidak diindikasikan terapi antibiotika karena lebih mengarah ke infeksi virus, lama febris lebih dari 5 hari diindikasikan terapi

kali sehingga revisi yang dilakukan lebih terbatas. Sejauh ini penelitian mengenai instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan problem

Pada topik gerak harmonik sederhana, berbagai alternatif metode eksperimen juga diperkenalkan, misalnya oleh Khotimah, SN, dkk, yang menggunakan sensor gaya dan pegas,

Sedangkan di wilayah S (self employe) yaitu wilayah yang mencakup orang-orang yang sudah memiliki usahanya sendiri atau tidak bekerja dengan orang lain maupun instansi yang lain,