• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Pertolongan Persalinan di Kabupaten Batubaru Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Pertolongan Persalinan di Kabupaten Batubaru Tahun 2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang didapat oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Seodarmayanti,2004.) Menurut Moehariono (2009), kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi oganisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

Ilyas (2002), menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan kerja personel tidak terbatas pada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel yang ada dalam organisasi.

(2)

2.1.2 Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Gibson (1995), ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap kinerja: 1) Variabel individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman kerja tingkat sosial dan demografi seseorang.

2) Variabel psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja

3) Variabel organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Sub variabel individu merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja individu, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang sosial budaya, dalam hal ini status perkawinan dan tempat tinggal serta keterampilan yang berbeda satu sama lainnya. Sementara sub variabel psikologis seperti persepsi peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja merupakan hal yang komplet dan sulit diukur. Sedangkan variable organisasi berefek tidak langsung terhadap kinerja individu

Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1

(3)

2.1.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal), adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menetukan apakah seorang tenaga erja melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya (Mangkunegara, 2009). Penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Simamora (2004), penilaian kinerjaadalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu tenaga kerja.

Menurut Moehariono (2009), penilaian kinerja sangat penting memfokuskan dan mengarah karyawan terhadap tujuan strategis pada penempatan, penggantian, perencanaan dan tujuan perencanaan pengembangan sumber daya manusia. Dapat disimpulkan penilaian kinerja merupakan :

1. Sebagai alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan hasil kerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktifitas kinerja sesuai dengan standar kerja yang telah di tetapkan organisasi

2. Sebagai cara untuk menilai kineja karyawan dengan melakukan penelitian tentang kekuatan dan kelemahan karyawan.

3. Sebagai alat baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat rekomendasi perbaikan dan pengembangan selanjutnya.

2.1.4 Indikator Pengukuran Kinerja

(4)

1) Kualitas kerja, yaitu kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

2) Kuantitas,yaitu jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3) Ketepatan waktu,merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dilihat dari hasil output dengan memanfaatkan waktu yang tersedia.

4) Efektivitas,yaitu tingkat penggunaan sumber daya organisasi dengan maksud meningkatkan hasil kerja (produktifitas).

5) Kemandirian, yaitu tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya.

6) Komitmen kerja, yaitu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

2.1.5 Metode Pengukuran Kinerja

Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja karyawan, salah satu metode yang dirasakan cukup efektif adalah metode 360 derajat (360 degree feedback). Seperti namanya, proses ini mencakup penilaian dari beragam titik,

(5)

1) Penilaian atasan

Banyak organisasi yang menganggap atasan lebih mengetahui pekerjaan dan kinerja bawahan daripada siapapun dan karena itu organisasi memberikan seluruh tanggung jawab penilaian kepada atasan.

2) Penilaian diri sendiri

Penilaian diri sendiri dilakukan oleh bawahan, terutama melalui partisipasinya dalam menetapkan tujuan. Bawahan yang berpartisipasi dalam penilaian mungkin akan lebih terlibat dan punya komitmen pada tujuan. Partisipasi bawahan mungkin juga akan membantu menjelaskan peran karayawan dan mengurangi konflik peran.

3) Penilaian rekan sejawat atau anggota tim

Penilaian kinerja oleh anggota tim mulai populer dan meningkat saat memasuki abad ke-21. Alasan penggunaan cara ini adalah bahwa penilaian rekan sejawat terlihat sebagai alat prediksi kinerja masa mendatang yang bermanfaat. 4) Penilaian ke atas atau terbalik

Cara ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh karyawan untuk melihat dan bagaimana opininya tentang manajemen organisasi. Meskipun karyawan tidak punya akses ke informasi tentang dimensi kinerja penyeliaan, tetapi mereka sering punya akses ke informasi tentang interaksi penyelia bawahan.

5) Penilaian pelanggan

(6)

2.2. Bidan

2.2.1 Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas, dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir (prenatal care). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medik. Bidan mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1990).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/ Menkes/Per/IX/1989 tentang wewenang bidan, bidan ialah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Bidan juga dinamakan midwife atau pendamping istri. Kata bidan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu wirdhan yang artinya wanita bijaksana, namun ada juga yang mengartikan bahwa bidan adalah dukun yang terdidik. Pada saat ini pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek kebidanan (Sofyan et.al, 2006)

2.2.2 Pengertian Bidan Desa

(7)

baik di dalam maupun di luar jam kerjanya. Bidan desa harus tetap bertanggung jawab kepada Puskesmas di wilayah Kecamatan, ditempatkannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 1994).

Dasar pelaksanaan penempatan bidan di desa ini sesuai dengan kebijaksanaan Departemen Kesehatan yang telah disebarluaskan keseluruh propinsi dengan surat edaran Direktur Jenderal Pembina Kesehatan Masyarakat No. 429/Binkesmas/DJ/ III/89 pada tanggal 29 Maret 1989.

2.2.3 Tujuan Penempatan Bidan Desa

Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.

Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah: a Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

b Menurunkan tingkat fertilitas, sehingga menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan meneruskan penurunan angka kematian bayi yang pada lima tahun terakhir sudah mengalami penurunan cukup besar

c Merupakan upaya untuk memperluas jangkauan kualitaspelayanan kesehatan ibu dan anak disamping untuk mendekatkan pelayanan kesehatan lainnya. 2.2.4 Tugas Pokok Bidan Desa

(8)

1.) Melaksanakan pelayanan KIA, khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan KB.

2.) Mengelola program KIA di wilayah kerjanya dan memantau pelayanan KIA di wilayah desa berdasarkan data riil sasaran dengan menggunakan PWS-KIA. 3.) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

pelayanan KIA, termasuk pembinaan dukun bayi dan kader. Pembinaan wahana/forum peran serta masyarakat yang terkait melalui pendekatan kepada pamong dan tokoh setempat.

Dalam menjalankan fungsinya bidan di desa sebagai pemberi pelayanan kesehatan diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya serta melakukan pelayanan secara aktif artinya selain menetap atau menunggu pasien

di tempat pelayanan/polindes, namun juga melakukan kegiatan pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai kebutuhan (Depkes RI, 1996).

2.2.5 Fungsi Bidan Desa

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi.

2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

(9)

5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.

6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. 7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

2.2.6 Kegiatan Pelayanan Kesehatan oleh Bidan Desa

Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik

Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut bidan pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, perumahan maupun bentuk - bentuk pelayanan umum lainnya.

Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.363/Menkes/Per/IX/1989, maka kegiatan bidan Puskesmas yang ditempatkan di desa adalah sebagai berikut:

a. Mengenal wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahannya.

b. Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasikan masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya.

(10)

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan.

d. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung dimeja lima pada saat kegiatan Posyandu dalam wilayah kerjanya, terutama pelayanan KIA dan KB serta membantu pelaksanaan imunisasi. e. Memberikan pertolongan persalinan.

f. Memberikan pertolongan kepada pasien (orang sakit), kecelakaan dan kedaruratan.

g. Kunjungan rumah dan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan. h. Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan

membantu deteksi ibu hamil risiko tinggi.

i. Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya.

j. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada Puskesmas sesuai dengan ketentuan.

k. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa, dan melakukan/pengobatan tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh Puskesmas. (Depkes.1990)

(11)

pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efisien di rumah sakit

2.3.Kinerja Bidan Di Desa

2.3.1 Pengertian Kinerja Bidan Desa

Beberapa pengertian kinerja atau prestasi kerja atau unjuk kerja dikemukakan oleh sejumlah penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia di antaranya pendapat Ilyas menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun fungsional semata (Ilyas, 2002).

Istilah kinerja menurutpakar pendidikan Indonesia didefinisikan adalah ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu (Ardana, 2008). Istilah kinerja atau prestasi kerja merupakan istilah yang berhubungan dengan kualitas dan produktivitas di luar hasil (output) pekerjaan seseorang atau sekelompok orang sehingga untuk memperbaiki prestasi kerja seseorang/kelompok merupakan bagian yang penting dengan seluruh tingkat manajemen (Akmad, 2004).

(12)

Dengan demikian kinerja bidan adalah sesuatu yang dicapai oleh seorang bidan dalam melaksanakan kegiatannya baik tugas pokok maupun kegiatan administrasi,kegiatan pembinaan serta kegiatan lain-lain yang dapat mendukung keberhasilan tugas-tugasnya. Jadi kinerja merupakan prestasi yang diperlihatkan oleh bidan tersebut serta hal ini tentu menunjukkan kemampuan kerja pada bidan tersebut yang dapat dilihat dari cakupan pertolongan persalinan.

Tujuan evaluasi kinerja secara umum adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja individu melalui peningkatan kinerja dalam upaya peningkatan produktivitas organisasi. Secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji pendidikan dan latihan, sehingga penilaian kinerja dapat menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan dilaksanakan (Hariandja, 2005) 2.3.2. Asuhan kebidanan selama persalinan normal

(13)

2.3.3 Pertolongan Persalinan

Definisi dan Tujuan Persalinan dan kelahiran merupaan kejadian fisiologi yang normal, kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarganya nantikan selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya dan peran petugas kesehatan (bidan) adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.Persalinan adalah proses membuka dan menepisnya serviks,dan janin turun ke dalam jalan lahir, kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada masa kehamilan cukup bulan (37 -42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Tahapan proses persalinan dibagi dalam 4 (empat) kala yaitu :

a. Kala I : berlangsung sejak timbulnya his yang teratur sampai pembukaan serviks lengkap (serviks berdiameter 10 cm), kala I terbagi dalam :

1) Fase laten : terjadi perubahan serviks menjadi tipis dan mulai membuka dari 0 – 2 cm ; pada keadaan normal lamanya tak lebih dari 8 jam. 2) Fase aktif : serviks semakin menipis dan dengan makin sering dan makin

(14)

b. Kala II : dimulai bila pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), his mendorong bayi untuk keluar. Secara repleks ibu akan mulai menekan ketika his berlangsung untuk mengeluarkan bayi. Hal ini akan mempercepat lahirnya bayi.Proses ini biasanyaberlangsung 2 jam pad primi dan 1 jam pada multi, kala II berkahir dengan lahirnya bayi

c. Kala III : dimulai sejak lahir nya bayi sampai lahirnya plasenta, biasanya berlangsung kurang dari 30 menit.

d. Kala IV : dimulai sejak lahirnya plasenta sampai dua jam sesudahnya

Tujuan asuhan persalinan adalah untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih serta aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan Berdasarkan buku acuan Nasional pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal bahwa kebijakan pelayanan asuhan persalinan adalah sebagai berikut :

a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh perugas kesehatan terlatih. b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia

bagi seluruh petugas terlatih.

(15)

a Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.

b Partograf harus dipergunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

c Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit. d Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan

tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitoksin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.

e Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.

f Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan masase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.

(16)

h Obat-obaatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga

2.3.4. Prosedur Tetap Persalinan

Menurut Buku acuan Asuhan Persalinan Normal Prosedur tetap persalinan yang harus dilaksanakan oleh bidan adalah sebagai berikut:

a Bidan menyiapkan peralatan partus, memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukan satu buah alat suntik sekali pakai.

b Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan persalinandengan memakai celemek, memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan airmengalir, memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam dan mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set. Apabila ketuban belum pecah pinggirkan setengah kocher pada partus set.

c Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik bersihkan vulva dan perineum dengan menggunakan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum, lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai --- DJJ dalam batas normal (120-160x/menit). d Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran apabila

(17)

e Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

f Lakukan pemasangan handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 -6 cm.

g Untuk lahir kepala, saat sub occiput tampak dibawah simfisis tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong ibu sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleks dan usapkan kasa/kain bersih untuk membersihan muka janin dari lendir dan darah.

h Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap ke arah penolong, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi lebih rendah dari badan.

i Lakukan pemeriksaan fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal, beritahu ibu akan disuntik dengan oksitosin 10 unit secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.

(18)

k Keluarkan plasenta jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasentas minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada pulva.

l Segera setelah plasenta lahir lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

m Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengantangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap sehingga tidak terjadi kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan. n Pasca tindakan, periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya

perdarahan pervaginam pastikan kontraksi uterus baik.

o Ikat tali pusat lebih kurang 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati, ikat balik tali pusat untuk kedua kali, membungkus bayi dan berikan kepada ibu untuk disusui.

p Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu : 2 – 3 kali dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit pada satu jam pertama, setiap 20 – 30 menit pada jam kedua.

q Evaluasi jumlah perdarahan yang terjadi dan periksa nadi ibu apabila terdapat robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan lakukan penjahitan.

(19)

bersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah, gantilah pakaiannya dengan yang bersih/kering, pastikan ibu merasa aman, dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%, cuci tangan dengan sabun dan mengalir serta lengkapi partograf dan periksa tekanan darah.

2.3.5 Rujukan

Pada kasus-kasus kegawatdaruratan dari kasus penyulit yang melebihi tingkat ketrampilan dan kemampuan petugas kesehatan dalam mengelola, maka harus dirujuk ke pasilitas kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan menangani kegawatdaruratan obstetrik.Bantuan awal untuk menstabilkan kondisi ibu harus diberikan sesuai kebutuhan, partograf atau rekam medik harus dikirim bersama ibu dan anggota keluarga dianjurkan untuk menemani, petugas harus membawa peralatan obat-obatan yang diperlukan.

2.4.Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja 2.4.1. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhdap sesuatu hal yang didapat melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, serta rasa dan raba terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu : Tahu (Know), Memahami (Comprehension), Aplikasi (Aplication), Analisa (Analisys), Sintesa (Synthesis), dan Evaluasi (Evaluation).

(20)

responden .pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan (Notoadmodjo. 2003)

2.4.2 Pengalaman

Siagian (2004) berpendapat bahwa pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan teknisnya. Contohnya apabila awalnya seorang bidan mampu menolong persalinan dalam satu hari satu orang ibu, semakin lama bidan tersebut melakukan tugasnya, kemampuan untuk menolong persalinan akan semakin tinggi. Dalam artian akan semakin kemampuan bidan dalam menolong persalianan, asumsi yang sama berlaku untuk semua jenis pekerjaan. Hal ini dikarenakan salah satu kelebihan dari sifat manusia dibandingkan dengan mahluk lain adalah kemampuan belajar dari pengalaman yang telah didapat terutama didalam pengalaman yang berakhir pada kesalahan.

(21)

2.4.3 Pelatihan

Menurut Gomes (2003), “Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan – tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan – tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat – manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih

1. Alasan Pentingnya Diadakan Pelatihan

Menurut Hariandja (2005), ada beberapa alasan penting untuk mengadakan pelatihan,yaitu:

a. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.

b. Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan – perubahan disini meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda yang memerlukan

(22)

c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat ini daya saing perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki, tetapi juga harus sumber daya manusia yang menjadi elemen paling penting untuk meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng.

d. Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintah, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.

2.4.4.Motivasi

Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (Fitri, 2008). Menurut Moenir (2006) motivasi adalah rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, atau mencapai benda/bukan benda tersebut.

(23)

motivasi kerja yang tinggi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

A. Macam-macam Motivasi 1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri

2) Motivasi Ekstrinsik

(24)

tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Metode Simulasi. Dengan metode ini karyawan peserta latihan representasi tiruan (artificial). Suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya.

2.4.5. Sarana

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sementara pelayanan kesehatan merupakan sarana yang menyediakan bentuk pelayanan yang sifatnya lebih luas dibidang kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif. Fasilitas kesehatanmerupakan alat atau tempat yang digunankan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerahdan masyarakat.

Gibson dkk (1995) yang menyatakan ada pengaruh sumber daya organisasi (Suberdaya Manusia, sarana, dan metode) terhadap kinerja bidan desa. Sarana merupakan faktor penunjang yang sangat penting dan kelengkapan saran dan prasarana akan berpengaruh terhadap proses kerja seorang bidan di desa dalam melayani masyarakat.

(25)

2.4.6. Supervisi

Menurut Azwar (2006), secara umum mengemukakan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan pentunjuk atau bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasi.

Tujuan supervisi adalah mengorientasi, melatih kerja, memimpin, memberi arahan dan mengembangkan kemampuan personil. Sedangkan fungsinya untuk mengatur dan mengorganisir proses atau pelaksanaan kebijaksanaan deskripsi standar kerja. Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, pada supervise modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi.Supervisi dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui laporan baik tertulis maupun lisan, supervisor tidak dapat melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis

Menurut Azwar (2006) apabila supervise dilakukan dengan baik akan diperoleh manfaat. Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen yang dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

(26)

b. Dapat lebih meningkatkan efisensi kerja, peningkatan efisiensi kerja erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, sehingga pemakaian yang sia sia akan dicegah.

2.5 Landasan Teori

Menurut Gibson (1995), ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap kinerja : (1) variabel individu, (2) variabel psikologis dan (3) variabel organisasi , seperti pada skema di bawah ini.

Sumber: Gibson, Ivoncevich dan Donnelly (1996)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kinerja Bidan

Pengetahuan

Pengalaman

Pelatihan

Motivasi

(27)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori dan kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Batubara tahun 2016

2. Ada pengaruh pengalaman terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Batubara tahun 2016

3. Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Batubara tahun 2016

4. Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Batubara tahun 2016

5. Ada pengaruh sarana terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Batubara tahun 2016

Gambar

Gambar 1.1. Diagram skematis teori dan kinerja Gibson.

Referensi

Dokumen terkait

Estimasi dan Proyeksi Proporsi Infeksi Baru HIV dan ODHA Hasil --- and Projection of Proportion of New HIV infection and PLWHA from Spectrum module in Comparison with

Pada pengolahan data beban kerja fisik data yang dikumpulkan adalah perhitungan denyut nadi dengan metode 10 denyut nadi yang diambil pada waktu operator bekerja

Secara umum, lobster pasir bertanda yang tertangkap kembali pada kelompok ukuran panjang karapas yang lebih kecil memiliki kecenderungan laju pertumbuhan cukup tinggi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK.. KANTOR WILAYAH JAWA

[r]

Pada hari ini, Selasa tanggal Sebelas Bulan September Tahun Dua ribu Dua belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII Banjarmasin, Panitia Pengadaan Penyedia

[r]

Nilai OR sebesar 5,800 menunjukkan ibu hamil dengan ANC frekuensi kurang dari 4 kali akan beresiko mengalami kejadian komplikasi persalinan sebesar 5,8 kali lebih