• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada Usaha Pangkas Exclusive di Jalan Karya Wisata, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada Usaha Pangkas Exclusive di Jalan Karya Wisata, Medan)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelayanan Prima

2.1.1 Pengertian Pelayanan

Secara etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah ”usaha melayani kebutuhan orang lain”. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada

konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan

tidak dapat dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, Normann (1991:14) menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.

b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan

pengaruh yang bersifat tindakan sosial.

c. Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat

dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam waktu dan tempat bersamaan.

Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar pemberian pelayanan

terbaik. Pengertian lebih luas disampaikan Daviddow dan Uttal (Sutopo dan Suryanto, 2003:9) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang

mempertinggi kepuasan pelanggan.

(2)

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Sejalan dengan Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:2) memaknai bahwa ”pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”

Ada tiga fungsi pelayanan umum (publik) yang dilakukan pemerintah yaitu environmental service, development service

dan protective service. Pelayanan oleh pemerintah juga dibedakan berdasarkan siapa yang menikmati atau menerima dampak layanan baik individu maupun kelompok. Konsep barang layanan pada dasarnya terdiri

dari barang layanan privat (private goods) dan barang layanan kolektif (public goods).

Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut menghasilkan

suatu produk yang berupa pelayanan kemudian diberikan kepada

pelanggan. Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Gonroos

dalam Sutopo dan Suryanto, 2003:13): a. Core service

(3)

perusahaan penerbangan menawarkan penerbangan dalam negeri dan luar negeri.

b. Facilitating service

Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada pelanggan. Misalnya pelayanan “check in” dalam

penerbangan. Facilitating servicemerupakan pelayanan tambahan yang wajib.

c. Supporting service

Supporting service adalah pelayanan tambahan untuk meningkatkan nilai pelayanan atau membedakan dengan pelayanan pesaing. Misalnya

restoran di suatu hotel.

Janji pelayanan (service offering) merupakan suatu proses yaitu interaksi antara pembeli (pelanggan) dan penjual (penyedia layanan).

Pelayanan meliputi berbagai bentuk. Pelayanan perlu ditawarkan agar dikenal dan menarik perhatian pelanggan. Pelayanan yang ditawarkan merupakan “janji” dari pemberi layanan kepada pelanggan yang wajib

diketahui agar pelanggan puas.

2.1.2 Standar Pelayanan

Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung

(4)

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.

Dalam teori pelayanan publik, pelayanan prima dapat diwujudkan

jika ada standar pelayanan minimal (SPM). SPM adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan

penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari

penyelenggara negara kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

Dalam Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:7) standar pelayanan ini setidaknya-tidaknya berisi

tentang: dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu

penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan

pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan.

Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai

harapan pelanggan. Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya agar tingkat

keprimaan pelayanan dapat diukur. Kepuasan masyarakat ini merupakan salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah. Bersandarkan pada SPM ini,

seharusnya pelayanan publik yang diberikan (pelayanan prima) oleh birokrasi pemerintah memiliki ciri sebagaimana dirumuskan dalam

(5)

Negara (PAN) Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 (Menpan, 2003:2) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraaan Pelayanan Publik yang meliputi Kesederhanaan, Kejelasan, Kepastian Waktu, Akurasi, Keamanan,

Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan Akses, Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan serta Kenyamanan. Inilah potret

pelayanan publik dambaan setiap warga masyarakat Indonesia setelah munculnya gerakan reformasi 1998

2.1.3 Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service”

yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan

publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan sektor publik (SESPANAS LAN

dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima adalah: a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau

pengguna jasa.

b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.

c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar.

Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan

(6)

d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal.

Sejalan dengan hal itu pelayanan prima juga diharapkan dapat

memotivasi pemberi layanan lain melakukan tugasnya dengan kompeten dan rajin. Pelayanan umum dapat diartikan memproses pelayanan kepada

masyarakat / customer, baik berupa barang atau jasa melalui tahapan, prosedur, persyaratan-persyaratan, waktu dan pembiayaan yang dilakukan secara transparan untuk mencapai kepuasan sebagaimana visi yang telah

ditetapkan dalam organisasi.

Pelayanan Prima sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan

pelanggan/masyarakat memerlukan persyaratan bahwa setiap pemberi layanan yang memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek

penting dan wajar dalam setiap transaksi

Terdapat tiga konsep dasar yang harus diperhatikan dalam mewujudkan

pelayanan prima, yakni:

a. Konsep sikap (attitude)

Keberhasilan bisnis industri jasa pelayanan akan sangat tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sikap pelayanan yang diharapkan tertanam pada diri para karyawan adalah sikap yang baik, ramah, penuh

simpatik, dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Jika kalian menjadi karyawan suatu perusahaan, sikap kalian akan

(7)

perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung. Pelanggan akan menilai perusahaan dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut. Sikap yang diharapkan

berdasarkan konsep pelayanan prima adalah:

1. Sikap pelayanan prima berarti mempunyai rasa kebanggaan

terhadap pekerjaan

2. Memiliki pengabdian yang besar terhadap pekerjaan 3. Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan

4. Sikap pelayanan prima adalah: ”benar atau salah tetap perusahaan saya

b. Konsep perhatian (attention)

Dalam melakukan kegiatan layanan, seorang petugas pada perusahaan

industri jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan. Apabila pelanggan sudah menunjukkan minat untuk membeli suatu barang/jasa yang kita tawarkan, segera saja layani

pelanggan tersebut dan tawarkan bantuan, sehingga pelanggan merasa puas dan terpenuhi keinginannya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian adalah sebagai berikut:

1. Mengucapkan salam pembuka pembicaraan. 2. Menanyakan apa saja keinginan pelanggan.

(8)

4. Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah. 5. Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor urut 1.

c. Konsep tindakan (action)

Pada konsep perhatian, pelanggan “menunjukkan minat” untuk membeli produk yang kita tawarkan. Pada konsep tindakan pelanggan sudah ”menjatuhkan pilihan” untuk membeli produk yang diinginkannya.

Bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep tindakan adalah sebagai berikut:

1. Segera mencatat pesanan pelanggan.

2. Menegaskan kembali kebutuhan/pesanan pelanggan. 3. Menyelesaikan transaksi pembayaran pesanan pelanggan.

4. Mengucapkan terimakasih diiringi harapan pelanggan akan kembali lagi.

2.2 Loyalitas Konsumen

2.2.1 Pengertian Loyalitas Konsumen

Banyak perusahaan telah melakukan investasi besar-besaran untuk mengerti siapa konsumen mereka sebenarnya dan langkah apa saja yang diterapkan untuk mempengaruhi konsumen

atau pelanggannya sehingga mereka tetap setia dan bahkan kontribusi yang diberikan ke perusahaan semakin bertambah besar.

(9)

memperhatikan faktor-faktor seperti kepuasan serta kelakuan dan kebutuhan konsumen yang selalu berubah-ubah.

Oliver (1996:392) mengungkapkan definisi loyalitas konsumen “Customer Loyality is deefly held commitment to rebuy or

repatronize a preferred product or service consistenly in the

future, despite situasional influences and marketing efforts

having the potential to cause switching behavior”. Dari definisi

tersebut terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen konsumen

bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten

dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Menurut Griffin (2002:4) “Loyality is defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih

mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menurus

terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih.

Loyalitas konsumen memberikan pengaruh besar untuk perusahaan, loyalitas konsumen dapat diartikan sebagai kesetiaan

seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari

(10)

pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang ingin selalu menjadi konsumen, yang memiliki

kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Kesetian konsumen terhadap suatu barang atau jasa merek tertentu tergantung pada

beberapa faktor: besarnya biaya untuk berpindah ke merek barang atau jasa pengganti, adanya resiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat

dari merek baru dibanding dengan pengalaman terhadap merek sebelumnnya yang pernah dipakai.

Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya akan membeli produk dengan merek tertentu. Apabila merek yang dipilih konsumen itu dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginannya, maka konsumen akan memiliki suatu ingatan yang dalam terhadap merek tersebut. Dalam keadaan semacam ini dapat disimpulkan bahwa,

konsumen yang loyal akan melihat produk yang ditawarkan perusahan dari segi:

a. Kualitas

Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainably, dan cost

(11)

b. Kesesuaian produk

Dimensi kualitas produk yang sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu

dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk tersebut.

c. Daya tahan produk

Daya tahan (Durability), Dimensi kualitas produk yang menunjukkan berapa lama atau umur produk bersangkutan

bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.

2.2.2 Tingkat Loyalitas Konsumen

Untuk menjadi konsumen maupun pelanggan yang loyal, seseorang

konsumen harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama,

dengan penekana dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap,

karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Dengan

memberikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap

tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk

membentuk calon pembeli menjadi pelanggan yang loyal.

Tahapan Loyalitas menurut Griffin (1995), menyatakan bahwa

tahap-tahap tersebut adalah:

1. Suspect

Meliputi semua orang yang mungkin membeli barang/jasa

perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspects karena yakin mereka akan

membeli tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa

(12)

2. Prospects

Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa

tertentu, dan kemampuan untuk membelinya. Meskipun mereka belum

melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan

dan barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah

merekomendasikan barang/jasa tersebut padanya.

3. Disqualified Prospects

Yaitu prospects yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa

tertentu. Tetapi tidak mempunyai kebutuhan barang/jasa tersebut, atau

tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut.

4. First Time Costumers

Yaitu konsumen yang membeli untuk membeli pertama kalinya.

Mereka masih menjadi konsumen yang baru dari barang/jasa pesaing.

5. Repeat Costumers

Yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk

sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakuka pembelian

atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam

produk yang bebedar dalam dua kesempatan yang berbeda pula.

6. Clients

Clients membeli semua barang/jasa yang ditawarkan yang mereka

butuhkan. Mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis

konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka

(13)

7. Advocates

Advocates membeli seluruh barang/jasa yang ditawarkan yang ia

butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Sebagai tambahan,

mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli

barang/jasa tersebut. Ia membicarakan barang/jasa tersebut dan membawa

konsumen untuk perusahaan tersebut.

8. Partners

Partners merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara

pelanggan dan perusahaan dan berlangsung secara terus menerus karena

kedua pihak melihatnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan.

Tahapan loyalitas menurut Niegel Hill, menurut Hill (1996;60), loyalitas

konsumen dibagi atas enam tahapan yaitu:

1. Suspect

Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan)

barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa

perusahaan.

2. Prospect

Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan

mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini, meskipun

mereka belum melakukan pembelian tapi telah mengetahui keberadaan

perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain

(14)

3. Customer

Pada tahap ini, pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi

dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap

perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat.

4. Clients

Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang

dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini

berlangsung lama, dan mereka telah memiliki sifat retention.

5. Advocates

Pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan dengan

memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli

barang/jasa di perusahaan tersebut.

6. Partners

Pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling

menguntungkan antara perusahaan dengan konsumen, pada tahap ini pula

konsumen berani menolak produk/jasa dari perusahaan lain.

2.2.3 Pengukuran Indeks Loyalitas Konsumen

Ada lima faktor yang menyebabkan pelanggan loyal pada merek yang

digunakannya, yaitu;

1. Nilai merek

Secara sederhana pelanggan menilai merek secara relatif dibanding

kompetitor dalam tiga hal, yakni harga (economic price), kualitas dan citra

merek dibanding merek lain. Faktor itu sangat penting karena akan

(15)

merek tertentu dibanding kualitas yang diterima, serta persepsi mereka

terhadap citra merek itu dibanding merek lain.

2. Karakteristik pelanggan

Yang digunakan sebagai gambaran konsep ini secara mudah adalah

kesetian seorang konsumen terhadap suatu produk yang memiliki merek

terkenal dimana produknya memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi, tetapi

konsumen tersebut tetap melirik merek lain. Banyak konsumen yang dalam

menggunakan produk bertipe seperti ini sehingga dalam daur pemakaian

tertentu dia menggunakan merek A, kemudian waktu berikut merek B, berikut

laginya merek C.

3. Switching barrier

Yakni berbicara mengenail hambatan yang muncul ketika konsumen

akan pindah dari satu merek ke merek lain. Hambatan ini tidak selalu

economic value, tetapi bisa juga berkaitan dengan fungsi, psikologis, sosial,

bahkan ritual.

4. Pengalaman konsumen

Ketika konsumen melakukan kontak merek dengan merek yang

digunakannya. Disini peran kepuasan kepuasan dengan sekian banyak

dimensinya, dengan harapan bahwa semakin puas konsumen, semakin tinggi

kemungkinan mereka tidak pindah ke merek lain. Faktor ini sangat penting,

tetapi dari sini pula disimpulkan bahwa kepuasan konsumen saja tidak cukup

dapat menyebabkan seseorang tetap setia atau pindah ke merek lain.

5. Lingkungan yang kompetitif (competitive environment)

Menyangkut sejauh mana kompetisi yang terjadi antar merek dalam

(16)

2.2.4 Karakteristik Loyalitas Konsumen

Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal

ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana

diungkapkan Griffin (2002:31) konsumen yang loyal memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repwat purchase)

2. Membeli diluar lini produk/jasa (purchase across product and service

lines)

3. Merekomendasikan produk lain (refers other)

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

(demonstrates an immunity to the full of the commeption”

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen adalah manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan

konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang

diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari

perusahaan tersebut. Swasta dan Handoko (dalam Joko Riyadi 2004:83).

Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen ada 4 faktor yaitu;

1. Kualitas Produk

Kualitas produk yang baik secara langsung akan mempengaruhi tingkat

kepuasan konsumen, dan bila hal tersebut

berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan konsumen yang

selalu setia membeli atau menggunakan produk tersebut dan disebut

(17)

2. Kualitas Pelayanan

Selain kualitas produk ada hal lain yang mempengaruhi loyalitas

konsumen yaitu kualitas pelayanan.

3. Emosional

Emosional di sini lebih diartikan sebagai keyakinan penjual itu sendiri

agar lebih maju dalam usahanya. Keyakinan tersebut nantinya akan

mendatangkan ide-ide yang dapat meningkatkan usahanya.

4. Harga

Sudah pasti orang menginginkan barang yang bagus dengan harga yang

lebih murah atau bersaing. Jadi harga di sini lebih diartikan sebagai

akibat,atau dengan kata lain harga yang tinggi adalah akibat dari kualitas

produk tersebut yang bagus, atau harga yang tinggi sebagi akibat dari

kualitas pelayanan yang bagus. Biaya, orang berpikir bahwa perusahaan

yang berani mengeluarkan biaya yang banyak dalam sebuah promosi atau

produksi pasti produk yang akan dihasilkan akan bagus dan berkualitas,

sehingga konsumen lebih loyal terhadap produk tersebut.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan, ada beberapa

peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh

penulis diantaranya adalah :

Annisa Mirandha Hapsari (2015) dengan judul “PENGARUH

(18)

menunjukakan bahwa variabel excellent service tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Variabel excellent service tidak

dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan tanpa variabel perantara.

Garda Parwitasari (2014) dengan judul “PENGARUH PELAYANAN

PRIMA, KEPERCAYAAN, DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP

LOYALITAS PELANGGAN (STUDI PADA NASABAH TABUNGAN PT

BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG

PURWOREJO)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pelayanan prima berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah pada nasabah tabungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Purworejo. Nilai yang positif tersebut

menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan pelayanan prima mempengaruhi tingkat loyalitas nasabah, dan nilai yang signifikan tersebut

menunjukkan bahwa pelayanan prima memiliki pengaruh yang kuat terhadap loyalitas nasabah.

Fristarika Arum P., dkk (2014) dengan judul “Analisis Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan Pada Warung Lesehan Bambu Kuning Di Kecamatan Bangsalsari Jember”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan prima variabel tindakan menunjukkan pengaruh yang positif signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sehingga hipotesis kesebelas yang menyatakan bahwa variabel

pelayanan prima yaitu tindakan berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas pelanggan, diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik tindakan yang dimiliki karyawan dalam melayani konsumen, maka

(19)

Ruth Retno Dewi (2012) dengan judul “Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Ekuitas Pelanggan Melalui Loyalitas Pelanggan” Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan memiliki pengaruh

terhadap hubungan antara pelayanan prima dengan ekuitas pelanggan. Berdasarkan analisis high order partial correlation, loyalitas pelanggan

berperan sebagai variable intervening terhadap hubungan antara pelayanan prima dengan ekuitas pelanggan, dimana korelasi yang terdapat antara pelayanan prima dengan ekuitas pelanggan melemah setelah adanya

Referensi

Dokumen terkait

Padahariini, Selasa tanggal Dua Puluh Enam bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas ,Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Demikian Pengumuman ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Semarang, 28

Assessment Of Different Natural Ventilation Strategies For An Educational Building On The Warm-Humid Climate Of Guayaquil, Ecuador.. Proceedings of the ASME 2015

Based on the above description of the background, then determined some formulation of the problem include: First, how is the position of the audit held by BPK in calculating

Sependapat dengan Arends (2008: 5) mengemukakan bahwa cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan yaitu: (1) Prestasi akademik, beberapa

Berkaitan dengan kewenangan menjaminkan, benda yang dijaminkan harus milik dari rahin jika benda yang dijaminkan bukan milik rahin maka perjanjian rahn tidak sah, berbeda

Pada tahun sebelum peralihan ke metode impairment (sebelum tahun 2009) terlihat bahwa rasio cadangan kerugian kredit yang dibentuk dibandingkan dengan total

Selanjutnya timbul pertanyaan lain, apakah dimungkinkan bagi BPK sebagai Lembaga yang berwenang memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, melaksanakan