BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi sistem saraf pusat masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara berkembang (Yoes, 1996). Infeksi pada sistem saraf pusat merupakan aspek penting di bidang neurologi di seluruh dunia. Pada skala global, tidak hanya endemik, kasus meningitis dan ensefalitis telah menjadi epidemik dan jumlahnya cukup mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia (Chong & Tan, 2005).
Penelitian di Brooklyn, New York, pada tahun 2005 hingga 2006 menemukan 31 kasus meningokokus serogrup C dengan rentang usia 4-68 tahun (Weiss et al., 2009). Sementara penelitian di Inggris, pada 24 rumah sakit, menunjukkan jumlah pasien yang terdiagnosis ensefalitis di semua kalangan usia sebesar 203 pasien dalam rentang waktu dua tahun, dan 42% di antaranya disebabkan oleh infeksi (Granerod et al., 2010).
Tetanus dan meningitis dilaporkan sebagai penyebab kedua tersering pada kasus neuroinfeksi di
salah satu rumah sakit di Nigeria (setelah stroke) dengan jumlah sebanyak 111 kasus (14,20%) dan 97 kasus (12,42%) secara berurutan (Talabi, 2003).
Penelitian epidemiologi global pada tahun 2009 menunjukkan bahwa angka kejadian tertinggi penyakit meningokokus terjadi di ‘meningitis belt’ sub-Sahara Afrika, yaitu area yang terbentang dari Senegal hingga Ethiopia. Selama epidemi, angka kejadian bisa mencapai 1.000 per 100.000 (Harrison et al., 2009).
Pada tahun 1977, Center for Disease Control and
Prevention (CDC), mendapatkan laporan dari 27 negara
bagian di Amerika Serikat bahwa terdapat 13.974 kasus meningitis bakteri yang dianalisis dari tahun 1978 sampai 1981. Tingkat serangan secara keseluruhan adalah 3,0 kasus per 100.000 penduduk dengan variabilitas berdasarkan usia (76,7 kasus per 100.000 untuk anak di bawah usia 1 tahun), ras, dan jenis kelamin (laki-laki dibanding perempuan, masing-masing adalah 3,3:2,6 kasus per 100.000). Lebih dari 80% kasus tersebut disebabkan oleh H.
influenza, N. meningitidis, dan S. pneumonia
(Schlech, 1978 cited in Brouwer et al., 2010).
Selama bulan Maret dan April 1992, mulai terdeteksi adanya peningkatan kasus penyakit
meningokokus di Makkah, Arab Saudi. Terdapat 102 kasus yang terkonfirmasi secara bakteriologi dan 80 kasus yang diduga sebagai kasus meningokokus. Jumlah
case fatality rate (CFR) untuk kasus yang telah
terkonfirmasi adalah 14,7%. Sementara CFR tertinggi, yaitu 26,7% dialami oleh jamaah haji dari Pakistan (Al-Gahtani et al., 1995).
Dalam salah satu review penelitian di negara-negara tropis dan industri Barat, kejadian ensefaltis akut berada dalam rentang 10,5 - 13,8 per 100.000 untuk anak-anak. Sementara insidensi minimum bagi dewasa adalah 2,2 per 100.000, dan untuk semua kelompok umur, angka kejadian ensefalitis berada dalam rentang 6,34-7,4 per 100.000 (Jmor et al., 2008).
Di Asia, data epidemiologi terkait meningokokus tidaklah lengkap. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya pengawasan di berbagai negara, metode deteksi bakteri yang kurang baik, kondisi sosial, dan hambatan pemberi layanan kesehatan dalam melaporkan kasus penyakit. Namun demikian, di beberapa negara berkembang di Asia, dimungkinkan beban penyakit meningokokus meningkat secara signifikan. Morbiditas yang tinggi serta mortalitas
di beberapa negara terus menjadi ancaman, khususnya di negara berkembang (Vyse et al., 2011).
Di Filipina, tercatat 38 kasus meningokokus di Kota Baguio dengan 18 kasus kematian, serta 40 kasus dengan 12 kasus kematian di Bagian Cordillera (WHO 2005). Pada tahun yang sama, WHO juga melaporkan terdapat 405 kasus meningokokus di India selama bulan Maret-Juni dengan 48 kasus kematian (CFR=11,9%).
Selama tahun 2000, WHO mencatat terdapat 14 kasus meningokokus di Indonesia dengan 43% mortalitas. Data statistik kesehatan South East Asian Medical
Information Center (SEAMIC) menunjukkan bahwa pada
tahun 2000 dan 2001, terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian karena meningitis dengan CSDR (Case Spesific Death Ratio) 9,4 dan 8 per 1000.000 penduduk di Indonesia.
Pada penelitian tahun 2012 di Bangsal Saraf RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, menunjukkan bahwa angka kematian pasien dengan infeksi sistem saraf pusat mencapai 38,3% dari total pasien yaitu 60 orang. Dengan kasus terbanyak adalah meningoensefalitis sebanyak 35,0%, kemudian ensefalitis 28,3%, mielitis
15,0%, spondilitis 8,3%, abses intrakranial 6,7%, dan lain-lain 6,7% (Sunderajan et al., 2012).
B. Perumusan Masalah
1.Neuroinfeksi merupakan penyakit yang menjadi perhatian dunia dan penyebab penting dalam morbiditas dan mortalitas.
2. Penanganan meningoensefalitis membutuhkan data epidemiologi.
3.Penelitian terkait epidemiologi meningoensefalitis di negara berkembang, termasuk Indonesia, belum banyak dilakukan.
4. Meningoensefalitis merupakan kasus neuroinfeksi terbanyak di Bangsal Saraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.
5. Penelitian mengenai profil pasien meningoensefalitis pada tahun 2011-2013 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan.
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana profil pasien meningoensefalitis di Bangsal Saraf RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2011-2013?
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) data demografi, (2) data klinis, dan (3) data status keluaran pasien meningoensefalitis di Bangsal Saraf RSUP Dr. Sardjito tahun 2011-2013.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi untuk penatalaksanaan dan pencegahan meningoensefalitis.
2. Bagi RSUP Dr. Sardjito, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pasien dengan meningoensefalitis.
3.Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan terkait penyakit meningoensefalitis. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi dan data dasar dalam mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Bagi masyarakat umum dapat memberikan gambaran mengenai penyakit meningoensefalitis agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan.
5.Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit meningoensefalitis serta sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
F. Keaslian Penelitian
Tabel berikut merupakan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan profil pasien meningoensefalitis.
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Metode Signifikansi
Kaiser, 1999
The clinical and epidemiological profile of tick borne encephalitis in southern Germany 1994-98 A prospective study of 656 patients Pro-spektif Analisis manifestasi penyakit, keluaran, gejala neurologis, pemeriksaan lab, pemeriksaan penunjang, usia, serta sekuele penyakit pada kasus ensefalitis yang disebarkan melalui gigitan kutu Farag, Abdel-Fattah & Youssri, 2005 Epidemiological, clinical and prognostic profile of acute bacterial meningitis among children in Alexandria, Egypt. Retro- spektif Analisis penyebab, kelompok umur, kelas sosioekonomi, pekerjaan, latar belakang anggota keluarga yang merokok, musim, status imunisasi, serta status keluaran pasien dengan meningitis bakteri
Perecin, Garcia & Bertolozz i, 2010 Epidemiological profile of haemophilus Influenzae b meningitis in regional health board of Piracicaba - São Paulo – Brazil, 1992-2001 Retro- Spektif, des-kriptif Analisis penyebab, tanda dan gejala, jenis kelamin, usia, ras,dan lokasi dengan jumlah pasien rawat inap terbanyak pada kasus meningitis karena Haemophilus Influenza b Sundera-jan, et al., 2012 Profile of inpatients with CNS infection in Neurology ward at RSUP Dr. Sardjito Retro- spektif, des-kriptif Observasi profil, pola penyakit, dan prognosis pasien dengan infeksi sistem saraf pusat pada tahun 2012 Adeyemi, Benjamin, Ross & Andrew, 2014 Profile and mortality outcome of patients admitted with cryptococcal meningitis to an urban district hospital in KwaZulu-Natal, South Africa 2011-2012 Retro- spektif Analisis status HIV, rentang waktu pasien terdiagnosis hingga meninggal, serta hasil pemeriksaan lab yang meningkatkan risiko kematian akut (meninggal dalam waktu 14 hari sejak terdiagnosis )pada kasus meningitis karena cryptococcus Khairani, Asmedi & Sukorini, 2015 Case Fatality Rate meningoense-falitis di bangsal saraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2011-2013 Retro- spektif, des-kriptif Analisis keluaran mortalitas pasien berdasarkan umur, jenis kelamin, kejang, serta derajat kesadaran