• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENUNGAN DIJADIKAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN MENULIS SASTRA SISWA DI SEKOLAH. Oleh: Khoirul Fajri STKIP NU Indramayu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENUNGAN DIJADIKAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN MENULIS SASTRA SISWA DI SEKOLAH. Oleh: Khoirul Fajri STKIP NU Indramayu, Jawa Barat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

82 RENUNGAN DIJADIKAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN MENULIS

SASTRA SISWA DI SEKOLAH

Oleh: Khoirul Fajri

STKIP NU Indramayu, Jawa Barat

ABSTRAK

Renungan merupakan proses cara berfikir untuk lebih mengenali dirinya sendiri dengan cara meresapi, menghayati kehidupan yang sebenarnya. Renungan adalah proses berfikir kritis untuk menemukan motivasi dalam kehidupan pribadi manusianya. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menjadikan renungan sebagai metode pembelajaran efektif yang bisa diterapkan ke dalam pembelajaran menulis sastra siswa di sekolah; 2) Merumuskan langkah-langkah metode perenungan yang diterapkan pada pembelajaran menulis sastra di sekolah; 3) menjadikan siswa mampu mencipatakan karya seni berupa sastra dengan ide cerita dari apa yang mereka renungkan tentang kehidupannya sendiri; 4) Metode perenungan sebagai metode pembelajaran karakter siswa dari hasil perenungan yang bisa dijadikan refleksi diri dengan mengenal dirinya dan motivasi dirinya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1) renungan bisa menjadi metode pembelejaran menulis karya sastra yang efektif; 2) alur pembelajaran renungan bisa lebih mudah dilakukan siswa pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung; 3) renungan membantu siswa untuk menemukan ide cerita yang diungkapkan melalui tulisan sastra; 4) metode perenungan bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran karakter bagi siswa di sekolah.

Kata Kunci: Renungan, Metode Pembelajaran, Ide Cerita, Menulis, Karya sastra, Pembelajaran Karakter.

PENDAHULUAN

Marahimin (2007:14) mengemukakan, bahwa ada empat keterampilan berbahasa yang perlu kita kuasai untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek-aspek keterampilan berbahasa itu tidak sepenuhnya dapat dikuasai oleh siswa karena kompetensi yang dimiliki oleh siswa itu berbeda-beda, baik dari segi kognitif maupun psikomotor. Motivasi siswa dalam belajar sastra juga memerlukan perhatian yang khusus agar siswa tetap fokus dalam pembelajarannya.

Faktor pendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah metode, teknik, materi pembelajaran, kompetensi guru, sarana pembelajaran, serta kurikulum.

Tarigan (2008:4) mengemukakan, keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Keterampilan menulis merupakan keterampilan proses. Artinya kemahiran menulis tidak akan datang dengan sendirinya. Keterampilan menulis tidak akan datang tanpa ada latihan dan praktik menulis yang baik dan sering dilakukan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru B. Indonesia dan siswa di SMP Negeri 1 Ciwaringin, diperoleh

(2)

83 kenyataan bahwa kemampuan menulis karya masih kurang efektif. Hal ini disebabkan karena teknik dan model yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama kurang bervariasi, dan lingkungan belajar yang kurang kondusif sehingga kurang mendukung kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dan gagasan untuk menghasilkan sebuah karya sastra khususnya menulis karya sastra baik itu cerpen, puisi dan naskah drama dengan maksimal. Permasalahan tersebut di atas menjadikan pegangan bagi peneliti untuk bagaimana mencari solusi tepat agar pembelajaran sastra tidak dianggap pelajaran yang menyulitkan bagi siswa melainkan pelajaran yang menyenangkan bagi siswa itu sendiri. Hal ini, mendorong peneliti untuk mencoba menganalisis tentang kegiatan renungan yang biasa dipraktikkan pada kegiatan pelantikan ekstrakurikuler di waktu malam hari dengan sebutan renungan malam.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) menjadikan renungan sebagai metode pembelajaran efektif yang bisa diterapkan ke dalam pembelajaran menulis sastra siswa di sekolah; 2) Merumuskan langkah-langkah metode perenungan yang diterapkan pada pembelajaran menulis sastra di sekolah; 3) menjadikan siswa mampu mencipatakan karya seni berupa sastra dengan ide cerita dari apa yang mereka renungkan tentang kehidupannya sendiri; 4) Metode perenungan sebagai metode pembelajaran karakter siswa dari hasil perenungan yang bisa dijadikan refleksi diri dengan mengenal dirinya dan motivasi dirinya.

METODELOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode ini dipilih karena langkahnya terukur dan dengan hasil yang cukup meyakinkan. Kebenaran yang diungkapkan dapat dibuktikan secara ilmiah. Langkah penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Studi pustaka, (2) Pengembangan kisi-kisi dan instrumen penelitian, (3) Pengumpulan data penelitian yaitu dengan wawancara dan observasi, (4) Pengolahan dan analisis data, (4) Penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan observasi lapangan. Kegiatan pengumpulan data antara wawancara dan observasi bersamaan. Ketika wawancara dilakukan pula observasi langsung dari apa yang sedang dibicarakan oleh responden.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX A dan B SMP Negeri 1 Ciwaringin. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa pembelajaran menulis naskah drama terdapat dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IX SMP.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan akan dibagi menjadi empat sub bab yang masing-masing akan menjelaskan alur penelitian. Sub bab pertama akan menjelaskan bahwa perenungan bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran yang efektif pada pembelajaran menulis sastra. Sub bab ke dua adalah menyangkut langkah-langkah metode perenungan yang akan diterapkan pada pelaksanaan pembelajaran menulis sastra di kelas. Sub bab ke tiga adalah menjelaskan bahwa dengan metode perenungan menjadikan siswa mampu mencipatakan karya seni berupa sastra dengan ide cerita dari apa yang mereka renungkan tentang kehidupannya sendiri. Sedangkan sub bab ke empat adalah menjelaskan bahwa

(3)

84 metode perenungan sebagai metode pembelajaran karakter siswa dari hasil perenungan yang bisa dijadikan refleksi diri dengan mengenal dirinya dan motivasi dirinya.

PERENUNGAN BISA DIJADIKAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN MENULIS SASTRA SISWA

Renungan bisa menciptakan seni dari hasil merefleksi diri dengan proses berfikir kritis. Renungan akan mewujudkan keabstrakan menjadi gambaran yang jelas melalui gambaran kata-kata. Apa yang difikirkan, dihayati, dan direnungi akan dituangkan melalui proses keterampilan menulis.

Hasil observasi penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan dari hasil kerja siswa, yaitu menulis naskah sastra baik berupa cerpen maupun puisi setelah siswa melaksanakan pembelajaran menulis sastra dengan metode perenungan dengan prosentase 85% mengalami kenaikan prestasi siswa terhadap pembelajaran menulis sastra.

Penlitipun mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara tidak langsung melalui pengajuan pertanyaan dan siswa menjawab dengan mengirimkan email ke fajri.khoirul@ymail.com. Dari hasil wawancara ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Sikap Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Perenungan

Pertanyaan Alternatif

Jawaban

F

Apakah Anda senang melaksanakan pembelajaran menulis dengan menggunakan metode perenungan a. Senang 60 b. Tidak senang 12 c. Ragu-ragu 8

Berdasarkan tabel di atas, terlihat begitu senang dan antusiasnya siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis sastra dengan menggunakan metode perenungan dengan frekuensi jawaban 60 menyatakan senang.

MENCIPTAKAN IDE CERITA DARI HASIL RENUNGAN SISWA

Teori pengungkapan terlahir dari jiwa seni seseorang. Karena seni adalah gambaran dari ungkapan perasaan seseorang yang diperoleh melalui penghayatan, perenungan tentang hal-hal individu yang menghasilkan gambaran angan-angan. Ungkapan tersebut berwujud gambaran warna, garis, dan kata. Sesuai dengan konsep di atas bahwasanya renungan mampu menciptakan sebuah karya seni maupun sastra yang terlahir dari gambaran ungkapan perasaan seseorang melalui penghayatan atau perenungan tentang

(4)

hal-85 hal individu yang dirasakannya yang berwujud melalui gambaran kata-kata berupa karya sastra.

Hasil analisis menunjukkan siswa mampu menciptakan ide cerita tentang apa yang dirasakannya dan apa yang ingin diungkapkannya melalui tulisan sastra baik cerpen maupun puisi. Hal ini, memberikan kemudahan bagi siswa untuk lebih menguasi keterampilan menulis sastra karena ide cerita berasal dari dalam dirinya sendiri bukan sesuatu yang pernah dilakukan oleh orang lain.

METODE PERENUNGAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN KARAKTER SISWA

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir.

Berfikir juga memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh pengetahuan, dalam tahapan selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi fondasi penting bagi kegiatan berfikir yang lebih mendalam. Pada dasarnya Semua ini dimaksudkan agar manusia dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dengan tahu dia berbuat, dengan berbuat dia beramal bagi kehidupan. Semua ini pendasarannya adalah penggunaan akal melalui kegiatan berfikir. Dengan berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan, dengan pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi makin mendalam dan makin bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan, dengan berpikir manusia mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta mengaplikasikannya manusia mampu melakukan perubahan dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang positif/normatif) (Suharsaputra, 2004:5).

Perenungan merupakan proses berfikir kiritis seseorang untuk menghayati apa yang dirasakannya. Hal ini jelas akan memberikan gambaran jelas dengan kesadaran dirinya melalui proses berfikir tersebut siswa mampu berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tadinya berperilaku negatif menjadi positif dengan cara merefleksikan hasil perenungannya menjadi pengungkapan yang jelas tentang kesadarannya melalui kata ataupun bentuk perubahan tingkah laku yang positif. Misalnya, peneliti mencoba untuk menggali kesalahan-kesalahan siswa terhadap orang tua yang melahirkannya dan mengajak mereka untuk menyadari kesalahannya dan merubah kesalahannya menjadi sebuah prestasi yang membanggakan untuk orang tuanya.

` Hasil analisis berupa wawancara melalui via email fajri.khoirul@ymail.com. Peneliti memberikan sebuah pertanyaan tentang tanggapan siswa terhadap metode perenungan. Hasilnya adalah sebagain besar siswa memberikan komentarnya terhadap metode perenungan, antara lain menganggap metode perenungan sangat positif untuk dijadikan metode pembelajaran karakter pada umumnya dengan alasan bahwa metode perenungan membuat mereka sadar akan segala kesalahannya dan dari kesalahan tersebut mereka selalu mengalami ujian kehidupan dan menulis sastra pada khususnya dengan alasan bahwa siswa bisa mengungkapkan kesadaran atas kesalahan yang pernah dilakukannya dengan menciptakan sebuah karya sastra baik cerpen maupun puisi sebagai bahan kajian untuk mereka baca serta karya tersebut bisa dijadikan motivasi bahwa mereka mampu menciptakan karya dari kisah hidupnya dan bahkan ada sebagian siswa lainya

(5)

86 menginginkan agar setiap guru menerapkan metode perenungan disetiap kegiatan belajar mengajar.

SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah renungan bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran yang efektif pada pembelajaran menulis sastra di sekolah. Renungan juga bisa melatih proses berfikir kritis siswa tentang dirinya dalam menemukan jati diri. Selain itu, renungan dapat memberikan motivasi dan perubahan tingkah laku individu dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang negatif menjadi postif yang bisa dijadikan sebagai pembalajaran karakter siswa.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar menulis siswa setelah diterapkannya metode perenungan pada pembelajaran menulis sastra serta menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkah laku serta proses berfikir kritis terhadap dirinya sebagai bahan refleksi atau introspeksi atas kesalahan yang pernah dilakukannya dan mampu merubahnya ke arah yang lebih baik. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa metode perenungan mendapatkan apresiasi yang positif yang dianggap oleh siswa sangat membantu untuk menemukan proses jati diri melalui berfikir krits, menemukan sebuah ide cerita yang dijadikan sebuah karya sastra melalui pengalaman pribadinya. Siswa juga mengharapkan metode perenungan terus diterapkan pada pembalajaran dengan harapan agar kita semua bisa merubah sifat kita, merenungi, menyelami, dan menemukan jati diri serta membantu untuk siswa menciptan suatu karya yang positif bagi dirnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Charis, Z. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia; Kajian Filsafat Ilm. Yogyakarta: LESFI

Burhanuddin Salam. 1988. Filsafat Manusia. Jakarta:Bina Aksara

Hamdani ihsan dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hurlock, B. Elizabeth. 1997. Perkembangan Anak. (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Joyce, W dan Alleman, J. 1979. Teaching Social Studies in Elementary and Middle Schools. New York: Holt Rinehart and Winston.

Marahimin, Ismail. 2010. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ratna, Kuta, Nyoman, S. U. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad.2011. Tode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Suharsaputra Uhar. 2004. Filsafat Ilmu. Kuningan: Universitas Kuningan. Tarigan, Guntur, H. 2008.Menulis. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran tersebut yaitu mencari calon Brigadir Polri yang terbaik dan dengan prinsip penerimaan Brigadir Polri di Polda Bali ini yaitu berprinsip BTAH (Bersih,

Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas dan daya tahan penggunaan pencuci tangan tanpa air dan sabun antara produk yang berbahan aktif irgasan.. (merk “E’) dan

Menurut Fifyanita Ghanimata dan Mustafa Kamal dalam “Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Lokasi Terhadap Pembelian (Studi Pada Pembeli Produk Bandeng

Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan metode make a match dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan metode guided

1 Sistem memiliki navigasi yang mudah  2 Tampilan sistem nyaman bagi pengguna  3 Setiap menu berfungsi dengan baik  4 Pengontrolan level keamanan tidak. membingungkan

Maka dari itu perlu adanya upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam agar terjadi peningkatan sehingga menciptakan potensi ekonomi yang prospektif, yakni

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.. Program Tahsin Membaca Al-Qur’an Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Pada

dengan kontur kawat armature kepala hingga menjadi