RANCANG BANGUN PENAMPIL CACAH UNTUK PENENTUAN
PLATO DETEKTOR GEIGER MULLER BARBASIS PERSONAL
COMPUTER
T
OTOT
RIKASJONO,
S
ARIN
ILAK
RISNA,
S
URAKHMANSekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN
JL Babarsari Kotak Pos 1008 Yogyakarta Indonesia, 55010 E-mail : tototrikajono@yahoo.com
Abstrak
RANCANG BANGUN PENAMPIL CACAH UNTUK PENENTUAN PLATO DETEKTOR GEIGER MULLER BERBASIS PERSONAL COMPUTER. Telah dibuat satu simulasi penampil cacah untuk penentuan plato detektor Geiger Muller berbasis Personal Computer (PC). Untuk mengolah serta menampilkan data cacah dengan satuan cacah per sekon (cps). Sistem ini dirancang dengan menggabungkan antara mikrokontroler sebagai pencacah dan personal komputer dengan Delphi 7.0 sebagai penampil cacah dan untuk memudahkan dalam membaca. Perangkat keras dirancang menggunakan sistem minimum AT89S52 dan pembuatan program pada mikrokontroler menggunakan Bascom-8051. Program yang dibuat kemudian diintegrasikan ke mikrokontroler menggunakan downloader ISP program. Pencacah dalam sistem ini telah diuji coba serta dibandingkan dengan frekuensi counter digital merk LDC-831 milik laboratorium elektronika Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN. Sistem yang dibuat memiliki penyimpangan rata-rata sebesar 6,17% serta memiliki koefisien korelasi r = 0,999, dapat diartikan sistem ini layak digunakan.
Kata kunci : Rancang Bangun, Simulasi, mikrokontroler, Bascom, Delphi 7.0.
Abstract
DESIGN AND CONSTRUCT COUNTING DISPLAY TO DEFINE PLATO OF GEIGER MULLER DETECTOR BASED ON PERSONAL COMPUTER (PC). A simulation counting display to define plato of Geiger Muller detector based on Personal Computer (PC) has ben created. This system is used to make and to show the count record and convertion in count per secon (cps). This system has been constructed with combine between microcontroller as the counter and personal computer with Deplhi 7.0 as viewer in digital to read easily. It was used AT89S52 in designing the hardware and to put the sofeware into the system using Bascom-8051 and downloader ISP programme. The counter in this system has been tried and compared with digital frequency counter LDC-831. The owner of LDC-831 is electronic laboratory of BATAN Polytechnic Institute of Nuclear Technology. The system that created has 6,17% of false and the coefficient of correlation r = 0,999, so this system means fit for use.
Keywords : design and construct, simulation, mikrokontroller, Bascom,Delphi 7.0
PENDAHULUAN
Teknologi Nuklir sekarang ini semakin berkembang seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi nuklir dalam berbagai bidang. Hal ini juga didukung dengan semakin berkembangnya teknologi, salah satunya adalah teknologi mikrokontroler. Mikrokontroler
merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang lebh kecil serta dapat diproduksi secara massal, sehingga membuat harga mikrokontroler lebih murah dibandingkan dengan PC (Personal Computer). Perangkat keras mikrokontroler dalam satu keping IC membuat mikrokontroler bersifat
flexible, portable dan programmable. Dengan bebagai keunggulannya, maka mikrokontroler tersebut dapat diaplikasikan untuk merancang suatu sistem pencacah nuklir. Sistem pencacah nuklir merupakan peralatan pengukur radiasi yang sangat mutlak diperlukan pada suatu fasilitas nuklir, yaitu suatu alat yang dipakai untuk mengukur intensitas radiasi beta dan gamma. Rancangan ini bertujuan untuk menyediakan suatu perangkat aplikasi penampil cacah berbasis PC untuk penentuan plato detektor Geiger Muller agar memberikan
kemudahan dalam penggunaan dan
pembacaannya. Dari rancang bangun ini penulis
berharap dapat memberikan kemudahan
pengendalian pencacah dan meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan data.
DASAR TEORI
Detektor Geiger Muller
Detektor Geiger Muller (GM) adalah salah satu dari detektor radiasi yang ada, diperkenalkan oleh Geiger Muller. Detektor GM merupakan salah satu detektor isian gas. Detektor isian gas bekerja berdasarkan ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul gas yang berada dalam detektor. Karakteristik detektor dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diterapkan pada detektor untuk membantu proses ionisasi dan mengumpulkan muatan. Jenis detektor isian gas dibedakan bedasarkan daerah operasi tegangan. Detektor GM terisi dua elektroda dan gas pada tekanan rendah. Elekroda sebelah luar, biasanya berbentuk silinder sebagai katoda, elektroda sebelah dalam (positif) adalah kawat tipis sebagai anoda yang
terletak pada pusat silinder. Apabila ke dalam tabung detektor masuk zarah radiasi pengion maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas
isian, sehingga menimbulkan pasangan
elektron- ion primer.Jika pada anoda dan katoda diberi beda tegangan maka akan timbul medan listrik diantara kedua elektroda tersebut sehingga menambah tenaga kinetik pasangan elektron-ion. Elektron akan bergerak menuju anoda sedang ion positif bergerak menuju katoda.
Dalam perjalanan menuju anoda, elektron mendapat tambahan energi kinetik, maka elektron mampu mengionisasi atom sekitarnya sehingga terjadi ionisasi sekunder menghasilkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan elektron ion-sekunder ini masih mempunyai energi yang besar mampu menghasilkan pasangan elektron ion-tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut ionisasi berantai (avalanche) (Anda, 1993).
Plato dan Slope Detektor Geiger Muller
Plato detektor adalah tegangan operasi dari detektor GM. Pada daerah plato kenaikan tegangan detektor hampir tidak mempengaruhi jumlah cacah yang dihasilkan. Di atas daerah plato kenaikan cacah akan melonjak walaupun perubahan tegangan kecil. Dengan demikian pada daerah plato akan diperoleh tegangan kerja detektor yang optimum. Slope adalah derajat kemiringan dari panjang garis plato yang dinyatakan dalam satuan % per 100 volt. Panjang detektor GM diatas 150 volt dan slope ≤ 10%/ 100 volt dalam kategori baik. Kurva plato detektor GM dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan gambar :
Vs : tegangan awal (starting voltage) V1 : tagangan ambang (treshold voltage)
V2 : tagangan batas, dimana mulai lucutan tak terkendali (breakdown) V1-V2 : daerah plato detektor
Slope dapat dihitung dengan persamaan berikut : SLOPE =
2 1
1100
%
1 2
N
V
V
N
N
Dimana,Slope : Kemiringan plato (% per volt atau % per 100 volt)
N1 : Jumlah cacah per satuan waktu pada tegangan V1(cpm/cps)
N2 : Jumlah cacah per satuan waktu pada tegangan V2 (cpm/cps)
V1 : Tegangan 1 (volt)
V2 : Tagangan 2 (volt)
Nilai kemiringan yang maih dianggap baik adalah lebih kecil daripada 0.1% per volt (Christina,2007).
Sistem Pencacah Detektor Geiger Muller
Diagram blok peralatan sistem pencacah detektor Geiger Muller ditunjukan pada Gambar 2.
Gambar. 2 Blok Diagram peralatan sistem pencacah Geiger Muller
1. Detektor GM berfungsi sebagai pengubah radiasi menjadi pulsa listrik dan dioperasikan pada titik kerja yang tepat sehingga cacah tidak terpengaruh oleh fluktuasi tegangan catu.
2. Inverter berfungsi untuk membalik pulsa negatif yang dihasilkan oleh detektor GM menjadi pulsa positif.
3. Diskriminator dan pembentuk pulsa digunakan untuk memisahkan pulsa detektor dari noise dan membentuk pulsa tersebut menjadi pulsa digital.
4. Pencacah dan tampilan digunakan untuk mencacah sinyal digital dari bentuk pulsa dan menampilkan hasil cacahannya.
5. Timer digunakan untuk menentukan lamanya waktu cacah dari pencacah.
6. Catu daya High Voltage (HV) berfungsi untuk mengubah tegangan rendah dari catu daya Low Voltage (LV) menjadi High Voltage (HV) dengan daya yang cukup untuk mencatu detektor (Praptono, 1993).
Mikrokontroler
Mikrokontroler bila diartikan secara harfiah, berarti pengendali yang berukuran mikro. Dalam penggunaannya mikrokontroler biasanya ditanamkan pada alat yang akan dikontrol. Sekilas mikrokontroler sama dengan mikroprosesor dalam sebuah komputer. Tetapi
mikrokontroler mempunyai banyak komponen terintegrasi didalamnya seperti timer/counter sedangkan dalam mikroprosesor komponen tersebut tidak terintegrasi. Mikrokontroler merupakan suatu chip mokroprosesor dengan dilengkapi sebuah CPU, Memori (RAM dan ROM) serta Input - Output. Mikrokontroler
mikroprosesor dan mikrokomputer yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar (market need). Dengan kata lain Mikrokontroler dapat disebut sebagai suatu mikrokomputer yang dapat bekerja hanya menggunakan satu chip serta dibantu dengan sedikit komponen luar, sehingga sering juga disebut Single Chip Mikrokomputer (SCM). Mikrokontroler AT89S52 memiliki beberapa keistimewaan, yaitu (www.atmel.com : datasheet AT89s52)) : 1. Kompatibel dengan produk mikrokontroler
MCS-51
2. 8K bytes of In-System Programmable Flash Memory
3. Mampu dilakukan 1000 kali proses hapus/tulis
4. Beroperasi pada frekuensi 0 sapai 33 MHz 5. Memiliki tiga level program pengunci 6. Kapasitas Random Accses Memori RAM
Internal 256 x 8-bit
7. Memiliki 4 port (32 baris) sebagai input/output
8. 3 buah timer/counter 16 bit 9. Memiliki 8 sumber interrupt 10. Saluran UART serial Full Duplex 11. Tegangan operasi 4,0 sampai 5,5 volt 12. Mode low-power idle dan Power-down 13. Watchdog timer
Port Serial
Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah RS232. Standar RS232 inilah yang biasa digunakan pada port serial IBM PC kompatibel. Untuk keperluan ini
digunakan IC sebagai communication
interface, contoh IC untuk keperluan ini adalah MAX232 atau yang sejenis. Konektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah konektor DB-9 pin. (Amareko, 2007). Gambar konektor port serial DB-9 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Konektor port serial DB-9
RANCANG BANGUN SISTEM Peancangan Perangkat Keras
Blok diagram dari perancangan
perangkat keras penempil cacah untuk
penentuan plato detektor Geiger muller ditunjukkan pada Gambar 4.
Prinsip kerja dari blok diagram penempil cacah untuk penentuan plato detector GM adalah sebagai berikut, detektor Geiger Muller (GM) akan menghasilkan pulsa analog radiasi akibat radiasi pengion yang masuk ke dalam detektor. Pulsa ini kemudian masuk ke rangkaian pembentuk pulsa untuk dikeluarkan dan dibentuk menjadi pulsa kotak. Selanjutnya pulsa kotak dari rangkaian pembentuk pulsa
masuk ke mikrokontroler AT89S52. Antara mikrokontroler dan komputer (PC) terdapat antarmuka port serial RS-232 yang akan mengkonversi sinyal TTL dari mikrokontroler
menjadi sinyal standar RS-232. Untuk
antarmuka ini digunakan IC MAX232 dengan konektor DB-9. Mikrokontroler AT89S52 dihubungkan ke konektor DB-9 male pada komputer melalui antarmuka MAX232. Untuk
melakukan komunikasi antarmuka
mikrokontroler dengan komputer, terlebih dahulu dilakukan inisialisasi port serial , seperti menentukan kecepatan transfer data (baud rate) dan port serial yang digunakan (COM1, COM2, dst),hal ini dilakukan melalui program. Setelah terjadi koneksi, untuk melakukan masukan (input) dari komputer ke mikrokontroler
digunakan keyboard pada komputer.Rangkaian pencacah (mikrokontroler) ditunjukkan pada
Gambar 5.
Gambar. 4 Diagram penampil cacah untuk penentuan plato detektor GM
Perancangan Perangkat Lunak
Program software yang digunakan
sebagai tampilan pada personal komputer adalah Delphi 7.0 yang merupakan bahasa pemrograman yang dapat dipakai untuk merancang program aplikasi yang paling sederhana sampai yang paling komplek (Sugiri, 2006). Gambar diagram alir program Pencacah pada mkrokontroler dan computer ditunjukan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Pengujian Sistem
Untuk dapat menggunakan penampil cacah unuk penentuan plato detector Geiger Muller, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan sistem secara hardware 2. Mempersiapkan sistem secara software
menggunakan program Delphi 7.0 atau Hyperterminal.
3. Uji linieritas alat menggunakan Function Generator.
4. Uji stabilitas alat menggunakan Function Generator.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dari sistem dan untuk mengetahui apakah unjuk kerja sistem sudah berjalan sesuai dengan perencanaan,
pengujian dilakukan dengan Function
Generator model GF6 – 80156. Pengujian ini
meliputi linieritas pencacahan dan
kestabilannya. Pencacahan dirancang sebesar 16 bit atau dengan kata lain batas maksimum dari pencacah sebesar 65535, sehingga jangkauan data yang dapat terbaca maksimum 65535. Selain itu dalam pemakaiannya tidak perlu mengubah batas ukur seperti layaknya sistem analog. Berikut ini merupakan hasil pengujian alat yang meliputi linieritas pencacahan dan kestabilannya.
Gambar 5: Rangkaian Pencacah (mikrokontroler)
Gambar 7 Diagram alir program pada computer
Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi
Pengujian dilakukan dengan
memberikan input pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi frekuensi antara 10 Hz– 1 kHz kemudian dilakukan pencacahan dalam jangka waktu 60 detik. Hasil cacah akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 2. Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi Dengan menggunakan persamaan garis untuk garis lurus,
y = a + bx (1)
2 2x
n.
x
y
.
x
n.
xy
b
(2)
x b. y a (3)
Untuk x adalah cacah Alat dan y cacah secara teori, maka diperoleh persamaan garis regresi y = 0.935x +31.66 dan dengan menggunakan persamaan 4. Sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0.999.
Dari Tabel 2 dan persamaan yang telah diperoleh maka dapat dibuat garis linier seperti pada Gambar 8.
2 2 2 2 y y n . x x n y x xy n r(4)
Tabel 2 Pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi
No Function Cacah Data Cacah Unjuk Kerja Alat Rata - Rata ERROR
Generator (Hz) Teori 1 2 3 4 5 1 10 600 560 560 562 562 560 560,8 6,53% 2 20 1200 1116 1118 1114 1116 1118 1116,4 6,96% 3 40 2400 2268 2268 2272 2272 2268 2269,6 5,43% 4 60 3600 3372 3336 3400 3398 3398 3380,8 6,08% 5 80 4800 4476 4458 4460 4460 4550 4480,8 6,65% 6 100 6000 5640 5668 5666 5660 5668 5660,4 5,66% 7 200 12000 11462 11508 11506 11506 11502 11496,8 4,19% 8 300 18000 16910 16918 16920 16916 16912 16915,2 6,02% 9 400 24000 22398 22450 22446 22450 22432 22435,2 6,52% 10 500 30000 27934 27936 27932 27928 27932 27932,4 6,88% 11 600 36000 33660 33662 33670 33670 33668 33666,0 6,48% 12 700 42000 39342 39344 39340 39344 39342 39342,4 6,32% 13 800 48000 45244 45244 45246 45242 45242 45243,6 5,74% 14 900 54000 50162 50158 50160 50160 50158 50159,6 7,11% 15 1000 60000 56338 56334 56332 56332 56330 56333,2 6,11%
Rata-rata penyimpangan (error) relatif 6,17%
Tabel 2 juga menunjukkan perbedaan antara pencacahan oleh alat dengan perhitungan cacah secara teori. Penyimpangan alat yang dibuat dalam tugas akhir ini terhadap perhitungan secara teori dapat dirumuskan seperti dibawah ini.
)
5
(
%
100
x
Nt
Na
Nt
x
x
= Penyimpangan relatif (error) Nt = Cacah teoriNa = Cacah alat
Untuk Data pertama diperoleh
penyimpangan (error) relatif
x
sebagai berikut
% 53 , 6 % 100 600 8 , 560 600 x xData penyimpangan (error) relatif untuk pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari uji linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi diperoleh harga koefisien korelasi r = 0,999 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 6,17 %, yang berarti bahwa alat tersebut mempunyai linieritas yang baik terhadap perubahan frekuensi, namun hasil cacahan unjuk kerja alat sedikit menyimpang dari nilai cacahan secara teori.
Gambar 8. Linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi
Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Pewaktu
Pengujian dilakukan dengan memberikan input 1 kHz pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi waktu cacah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan memberikan waktu cacah yang berbeda maka
unjuk kerja alat sesuai dengan yang diharapkan. Hasil pencacahan akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 3 Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 9.
Tabel 3 Data pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu
No Waktu Cacah Teori Data Unjuk Kerja Alat Rata-rata Cacahan ERROR
(dtk) 1 2 3 4 5 1 10 10000 9362 9364 9362 9362 9362 9362,4 6,37% 2 20 20000 18758 18758 18754 18758 18758 18757,2 6,21% 3 30 30000 28148 28148 28152 28150 25152 28149,6 6,16% 4 40 40000 37542 37542 37542 37544 37542 37542,4 6,14% 5 50 50000 46932 46934 46936 46932 46932 46933,2 6,13% 6 60 60000 56324 56324 56328 56322 56354 56330,4 6,11%
Gambar 9 Grafik linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu Dengan menggunakan persamaan garis
untuk garis lurus (1), (2), (3), dan (4), maka didapatkan persmaan garis regresi y = 939.3x – 30.21 dan nilai koefisien korelasi r = 0.999.
Dari uji linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu diperoleh harga koefisien korelasi r = 1 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 6,18 %, yang berarti bahwa alat tersebut mempunyai linieritas yang baik terhadap perubahan pewaktu, namun hasil cacahan unjuk kerja alat sedikit menyimpang dari nilai cacahan secara teori.
Pengujian Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi dan Pewaktu
Pengujian dilakukan dengan memberikan input pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi frekuensi dan variasi waktu cacah. Hasil cacah akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 4.3. Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 10.
Tabel 4 Data Pengujian Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi dan Pewaktu
Dari Tabel 4 dan Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja alat mendekati nilai yang diharapkan sesuai dengan teori,
namun mempunyai nilai rata-rata
penyimpangan (error) relatif sebesar 5,96 %.
NO
Waktu
Cacah Function Data Unjuk Kerja Alat
Rata-rata ERROR (dtk) Generato r (Hz) 1 2 3 4 5 1 10 100 958 952 956 958 956 956 4,4% 2 20 200 3820 3820 3818 3822 3822 3820,4 4,49% 3 30 300 8432 8428 8426 8424 8426 8427,2 6,36% 4 40 400 14998 15000 15116 14998 15112 15044,8 5,97% 5 50 500 23474 23456 23458 23446 23444 23455.6 6,17% 6 60 600 33660 33662 33670 33670 33668 33666 6,48% 7 70 700 45638 45700 45702 45696 45704 45701,2 6,73% 8 80 800 59400 59396 59402 59452 594256 59421,2 7,15%
Gambar 10 Grafik pengujian pencacah terhadap perubahan frekuensi dan pewaktu
Pengujian Kestabilan Pencacah
Seperti pengujian lineritas
pencacah, pada pengujian kestabilan pencacah ini dilakukan dengan memberikan input TTL yang berasal dari Function Generator sebesar
100 Hz selama 10 detik. Hasil cacahan secara teori adalah 100 X 10 = 1000. Data pengujian kestabilan pencacahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengujian kestabilan pencacahan
NO X ( X - Xrat) | X - Xrat | ( X - Xrat )2 ERROR
1 953 -1,2 1,2 1,44 4,7% 2 952 -2,2 2,2 4,84 4,8% 3 952 -2,2 2,2 4,84 4,8% 4 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 5 952 -2,2 2,2 4,84 4,8% 6 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 7 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 8 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 9 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 10 956 1,8 1,8 3,24 4,4% 11 956 1,8 1,8 3,24 4,4% 12 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 13 954 -0.2 0.2 0,04 4,6% 14 956 1,8 1,8 3,24 4,4% 15 956 1,8 1,8 3,24 4,4% 16 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 17 953 -1,2 1,2 1,44 4,7% 18 954 -0,2 0,2 0,04 4,6% 19 956 1,8 1,8 3,24 4,4% 20 956 1,8 1,8 3,24 4,4% Xrat =954,2 ∑ =0 ∑ =21,6 ∑ =37,12 Erat = 4,58%
Tabel 5 Data Pengujian Kestabilan
PencacahanUntuk menganalisa pengujian
kestabilan unjuk kerja alat maka digunakan persamaan statistika berikut:
D= | X - Xrat | (6) n 1
σ=
n 1
(7) | Xrat X |
D : deviasi rata-rata σ : standart deviasiDengan memasukkan data pada Tabel 5 pada persamaan (6) dan (7) maka didapatkan nilai sebagai berikut:
Deviasi rata-rata (D) = 20 21,6 = 1,08 Standart deviasi (σ) =
19
37,12
= 1,39Dengan standart deviasi sebesar σ = 1,39, deviasi rata-rata (average deviation) D = 1,08 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 4,58 %, dapat disimpulkan bahwa kestabilan pencacahan dari unjuk kerja alat dapat dikatakan baik karena ketepatan antara pembacaan-pembacaan pada pengukuran yang sama, hal ini ditunjukkan dari deviasi rata-rata yang rendah. Namun hasil pencacahan seperti halnya pada percobaan pengujian linieritas didapatkan penyimpangan dari hasil cacahan
secara teori sebesar nilai rata-rata
penyimpangan (error) relatif yaitu 4,58 %. Secara keseluruhan unjuk kerja alat sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan hal ini ditunjukan dari nilai koefisien korelasi r =
0,999. Penyimpangan (error) relatif
disebabkan kesalahan sistematis pada instrumen itu sendiri, untuk itu perlu pengembangan lebih lanjut baik dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari sistem pencacah yang dibuat.
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan
1. Telah dibuat sistem penampil cacah untuk penentuan plato detektor Geiger Muller
dengan menggunakan mikrokontroler
AT89S52 yang bertujuan untuk
menyediakan suatu perangkat aplikasi
penampil cacah agar memberikan
kemudahan dalam penggunaan dan
pembacaannya dengan berbasis Personal Computer (PC) dan telah diuji coba dengan simulasi di laboratorium.
2. Untuk mensingkronkan antara perangkat lunak (software) pada PC dengan perangkat keras (hardware) pencacah dibangun interfacing dari mikrokontroler AT89S52 dengan alamat register serial port sebagai
jalur penghubungnya. Prosentase
penyimpangan alat terhadap hasil teori mempunyai rata-rata penyimpangan (error) relatif dibawah 6,5 %.
3. Hasil pengujian linearitas alat, diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0.999 terhadap perubahan frekuensi, sehingga linearitas pencacahan alat yang dibuat cukup baik.
Saran
1. Perlu pengembangan lebih lanjut baik dari perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dari sistem
pencacah yang dibuat sehingga
penyimpangan (error) yang didapat relatif kecil.
2. 2. Ide untuk perancangan sistem pencacah berbasis mikrokontroler dengan dua input dan dapat berkomunikasi melalui serialport cukup menarik, untuk itu dapat diadakan penelitian selanjutnya agar sistem ini dapat direalisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANDA, 1993, Pembuatan Detektor GM Pencacah Zarah Beta, Tugas Akhir PATN-BATAN, Yogyakarta.
2. PRAPTONO, EKO, 1993, Pembuatan Antarmuka IBM PC untuk Pengendalian Motor Stepper dan Aquisisi Data, Tugas Akhir PATN–BATAN, Yogyakarta.
3. CHRISTINA, MARIA, 2007, Petunjuk Praktikum Pencacah Geiger Muller, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta. 4. CASAM, 2005, Pengembangan Sistem
Pencacah Beta untuk Radioaktivitas Udara Menggunakan Mikrokontroler AT89C52, Tugas Akhir STTN-BATAN, Yogyakarta. 5. PUTRA, AFGIANTO EKO, 2003, Belajar
Aplikasi, Edisi 2, Yogyakarta : Penerbit Gava Media.
6. HTTP://WWW.ATMEL.COM : datasheet AT89S52, 7 Maret 2008.
7. SANTOSO, W.B, 2003, Pemrograman Mikrokontroler dengan Bascom-8051, P2PN-BATAN, Jakarta.
8. AMEREKO, A. L, 2006, Uji Konverter Antarmuka USB-Port Serial PL-2303 Menggunakan Mikrokontroler AT89S52, Kerja Praktek STTN-BATAN, Yogyakarta. 9. SUGIRI, 2006, Pemrograman Sistem
Pengendali Dengan Delphi, Yogyakarta : Penerbit Andi.