• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Buah

Lalat buah (ordo Diptera, farnili Tephritidae), terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalarn 500 genus. Tephritidae rnerupakan farnili terbesar dari ordo Diptera dan rnerupakan salah satu farnili yang penting karena secara ekonorni sangat rnerugikan. Farnili Tephritidae rnerniliki beberapa subfamili. Dacinae merupakan subfarnili yang terkenal sebagai harna lalat buah. Dacinae dibagi rnenjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart) (Siwi et a1 2006). Sekitar 35% lalat buah menyerang buah yang berkulit lunak dan tipis. Disarnping rnenyerang buah yang berkulit lunak sekitar 40% larva lalat buah berkembang pada bunga Asteraceae. Dan sebagian yang lain hidup pada tanarnan farnili lainnya sebagai pengorok daun, batang dan akar. Kebanyakan lalat buah ini bersifat fitofag (Ortiz et a1 1986).

Kebanyakan larva dari lalat buah yang rnernpunyai nilai ekonorni penting berada pada daging buah yang rnasak atau setengah rnasak. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing (White & Harris 1992). Larva yang kecil rnerupakan tipe belatung Diptera dengan panjang tidak lebih dari 1 crn, dan lebih terkenal karena kernarnpuannya rnelornpat. Lalat buah ini sering diternukan berada pada daun atau bunga pada siang hari. Penarnpilan dari lalat buah ini sering beraneka ragarn narnun perbedaan khususnya seringkali sangat kecil dan sulit untuk diklasifikasikan. Akhir-akhir ini berbagai jenis lalat buah ini dapat diidentifikasi dengan kunci identifikasi. Telur lalat buah umurnnya berwarna putih kekuningan berbentuk bulat panjang (CAB1 2007). Telur seringkali diletakkan secara rnengelornpok di bawah kulit atau didalarn kulit yang luka pada perrnukaan buah. Bekas luka yang hitam secara urnurn dapat terlihat pada ternpat peletakan telur. Setelah larva rnenggigit daging buah rnaka biasanya buah akan segera membus~k dan selanjutnya akan rnenyebabkan buah jatuh sebelurn rnatang. Seluruh perkembangan larva berada didalarn buah dan hanya pada fase pupa yang berada pada perrnukaan tanah. Secara urnurn jenis lalat buah ini berkernbang selarna 18 hari (Kalshoven 1981).

Beberapa jenis lalat buah terrnasuk dalarn daftar OPTK kategori A l , yaitu organisme pengganggu tumbuhan yang belurn ada didalarn wilayah negara Indonesia dan dicegah pernasukannya ke dalam wilayah negara Republik

(2)

Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagolestis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella, dan Rioxa pornia. OPTK yang terdapat pada buah jeruk (Citrus sp.) adalah: Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B. caryeae, B. passiflorae,

5.

kandiensis, B. curvipennis,

5.

philipinensis, B. psidii, B tryonii,

5.

tsuneonis, Ceratitis capitata, C. cosyra, C. quinaria, C rosa, dan Rioxa pornia. Sedangkan pada buah pir (Pyrus communis) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. suspensa, A. obligua, A. suspensa Bactrocera jarvisi, B. tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagoletis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella dan Rioxa pornia (Deptan 2006).

Farnili Tephritidae hampir ada di seluruh daerah di dunia kecuali Antartica. Genus utarna dari lalat buah yang harus dibatasi penyebarannya diantaranya (White & Harris 1992):

a. Anastrepha spp. menyerang berbagai buah di wilayah Amerika selatan, Tengah dan lndia Barat, spesies ini rnampu bertahan dan berkembang di daerah diluar wilayah tersebut;

b. Bactrocera spp. (sebelurnnya terdiri dari Dacus), rnerupakan lalat buah asli Asia Tropik, Australia, dan daerah Pasifik Selatan. Salah satu dari genus ini berasosiasi dengan bunga dan buah dalarn famili Cucurbitaceae, dan genus yang lainnya berasosiasi dengan inang yang luas terutarna pada hutan tropik yang lembab.

c. Ceratitis spp. rnenyerang inang yang luas pada buah dan merupakan lalat buah asli Afrika tropik. Ceratitis capitata telah berkembang di seluruh penjuru dunia, kecuali Asia, dan pada saat meledak di Amerika Utara lalat buah ini telah dieradikasi.

d. Harnpir seluruh spesies Dacus spp. berasosiasi dengan bunga dan buah pada famili Cucurbitaceae. spesies ini banyak di ternukan di Afrika. D. ciliatus rnenjadi berkembang di Subkontinen lndia dan Pulau India.

e. Rhagoletis spp. diternukan di Arnerika Selatan, Amerika Tengah, Eropa dan Arnerika Utara. Kebanyakan dari spesies ini terdapat pada Solanaceae, dimana kebanyakan spesies ini berasosiasi dengan buah yang masih satu farnili dan jarang sekali satu genus. Yang paling penting dari spesies ini

(3)

adalah berasosiasi dengan Rosaceae dan mempunyai potensi untuk berkembang di daerah baru.

Pemasukan jenis lalat buah baru sangat berbahaya bagi kelestarian buah lokal di Indonesia. Salah satu jenis tersebut misalnya Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata. Mediterranean fruit fly (Medfly), Ceratitis capitata (Diptera:Tephritidae) merupakan salah satu hama yang paling serius menyerang buah di dunia. Lalat buah ini menyerang lebih dari 300 jenis tanaman. Banyaknya populasi hama ini ditentukan oleh jumlah dan ketersediaan inang serta ditentukan oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban (Ortiz et a1 1986).

Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh

Sampling (pengambilan contoh) adalah mengumpulkan informasi dari sebagian unsur-unsur suatu populasi. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan contoh yaitu, contoh acak (random sampling atau probability sampling) dan contoh tidak acak (nonrandom sampling atau nonprobability sampling) (Cochran 1977). Beberapa teknik yang termasuk dalam contoh acak (random sampling) adalah contoh acak sederhana, contoh acak berlapis, contoh gerombol, contoh sistematik, dan contoh wilayah. Sedangkan teknik pengambilan contoh yang termasuk dalam contoh tidak acak antara lain adalah contoh yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (convenience sampling), contoh yang dipilih dengan maksud atau tujuan tertentu (purposive sampling), bentuk dari contoh berlapis secara proporsional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan (quota sampling) dan snowball sampling (Usman 2006).

Diantara kelima teknik pengambilan contoh acak diatas, umumnya hanya dua teknik yang paling banyak dipakai, yaitu contoh acak sederhana dan contoh sistematis. Contoh acak sederhana adalah suatu teknik pemilihan contoh yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih, dan setiap ukuran contoh n mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Mulyono 2006). Sedangkan contoh sistematis adalah metode pemilihan contoh yang mengambil setiap unsur ke-k dalam populasi dengan titik awal ditentukan secara acak diantara k unsur yang pertama (Walpole 1997).

(4)

Menurut Supranto (2001) terdapat dua kriteria untuk menentukan contoh yang baik. Kriteria pertama adalah akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam contoh. Kriteria yang kedua adalah presisi. Dalam setiap pengambilan contoh senantiasa melekat kesalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari contoh (S) dengan simpangan baku dari populasi makin tinggi pula tingkat presisinya.

Menurut Cochran (1991) dalam survei contoh terdapat beberapa tahapan penting adalah: tujuan survei yaitu dalam survei harus mengandung sebuah pernyataan yang jelas sehingga dapat memudahkan pengambilan contoh, populasi yang disampelkan yaitu kumpulan dari obyek yang akan diambil contohnya, data yang dikumpulkan yaitu data yang sssuai dengan tujuan dan tidak ada data pokok yang dihilangkan, tingkat ketelitian yang diinginkan, metode pengukuran, kerangka (frame) yaitu sebelum dilakukan pengambilan contoh, populasi harus dibagi dalam bagian-bagian yang disebut unit pengambilan contoh, pemilihan contoh, uji pendahuluan, organisasi lapangan, ringkasan serta analisis data, dan keterangan yang bermanfaat untuk survei mendatang.

Menurut Walpole (1997) dalam berbagai ilmu pengetahuan telah dikembangkan berbagai cara untuk mensimulasi nilai-nilai suatu peubah acak yang berkaitan dengan suatu percobaan statistik. Pensimulasian nilai-nilai suatu peubah acak dapat dicapai dengan memberikan bilangan-bilangan pada nilai peubah acak sehingga tidak mengubah peluang setiap kemungkinan hasil percobaan. Sebaran pengambilan contoh adalah sebaran peluang suatu statistik. Sebaran pengambilan contoh bergantung pada ukuran populasi, ukuran contoh, dan teknik pengambilan contohnya.

Ukuran

contoh

Untuk dapat memperoleh ukuran contoh yang tepat dalam pengambilan ukuran contoh diperlukan pertimbangan antara lain (1) praktis, artinya bahwa pertimbangan tersebut menyangkut unsur-unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan. (2) ketepatan, yaitu semakin kecil kita memilih taraf signifikansi atau a maka semakin banyak anggota contoh yang diperlukan (Usman 2006). Selain itu terkait dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan juga yaitu, (1) derajat

(5)

keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak contoh yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah contoh harus banyak juga (walpole 1977).

Metodologi Pengambilan Contoh d i Karantina

Metodologi sampling digunakan oleh NPPO (National plant Protection convention) dalam ha1 ini Badan Karantina Pertanian dalam memilih contohuntuk pemeriksaan kiriman suatu komoditas yang dilalulintaskan. Metodologi sampling ini mengandung beberapa parameter diantaranya: acceptance level (tingkat penerimaan), level of detection (tingkat deteksi), confidence level (tingkat kepercayaan), efikasi dari deteksi dan ukuran contoh. Aplikasi dari teknik pengambilan contohberdasarkan statistik diantaranya adalah simple random sampling (contohacak sederhana), systematic sampling (contohsisematik), stratified sampling (contohstratifikasi), clustered sampling (contohkluster), akan rnenghasilkan tingkat kepercayaan statistik. Metode sampling lain yang tidak berdasarkan statistik diantaranya adalah convenience sampling, haphazard sampling atau selective sampling, dapat menghasilkan data yang valid dalam menentukan keberadaan atau ketiadaan OPTK (IPPC 2008).

Metode Pengambilan Contoh d i USA dan Taiwan

Pengambilan contoh terhadap buah segar impor di USA biasanya dilakukan dengan teknik contohacak. Untuk menentukan ukuran contoh biasanya menggunakan tabel hipergeometri. Apabila jumlah karton yang dikirim 3,940 maka ukuran contoh yang diarnbil adalah sebanyak 29 karton. Contoh tersebut diambil dari arah depan, tengah dan bagian belakang dari tumpukan. Di Taiwan persyaratan pengambilan contoh buah segar yang diimpor dari Australia harus diperiksa secara acak dari sernua buah segar yang dikirim dengan ukuran contoh minimal 2% dari seluruh buah segar yang dikirim (Crowther 2006).

lmpor Buah segar

Buah segar merupakan salah satu produk tumbuhan yang menjadi media pembawa OPTK. Oleh karena itu, importasi buah segar harus memenuhi beberapa persyaratan. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, tiga persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh,pihak pengimpor

(6)

adalah bahwa buah segar yang dikirim harus ( a ) dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit, ( b ) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan,(c) dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan (Deptan 2006).

Selain persyaratan umum, buah segar yang diimpor harus memenuhi beberapa persyaratan khusus atau persyaratan teknis seperti yang tercantum dalam Permentan No. 37 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Buah

Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Persyaratan teknis

tersebut adalah bahwa: ( 1 ) buah-buahan berasal dari area produksi yang bebas dari infestasi OPT, (2) buah-buahan yang berasal dari area produksi yang tidak bebas dari infestasi OPT harus diberi perlakuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (3) buah-buahan dikemas menggunakan karton dan atau plastik, dan

diangkut dengan peti kemas yang diberi pendingin, dilakukan pemeriksaan

kesehatan di tempat pemasukan untuk memastikan buah-buahan tersebut bebas

OPTK dan (5) harus melalui salah satu dari ketujuh pintu masuk berikut:

Pelabuhan Laut (PL) Tanjung Priok, Jakarta, (PL) Tanjung Perak, Surabaya, (PL)Belawan Medan, (PL) Batu Ampar, Batam, Bandar udara (BU) Soekarno- Hatta, Jakarta, (BU) Ngurah Rai, Denpasar, dan (PL) Makassar.

Perlakuan karantina terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar impor terdiri dari tiga jenis, yaitu pendinginan (cold treatment), vapour heat treatment, dan fumigasi dengan Metil Bromide (CH3Br). Perlakuan pendinginan digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran: Mediterranean fruitfly (Ceratitis capitata wied), Anastrepha spp., dan Rhagoletis spp., Queensland fruiffly (Bactrocera tryoni Frogg), Bactrocera spp., dan Rioxa spp. Perlakuan vapour heat treatment digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran Mediterranean fruiffly (Ceratitis capitata) dan Bactrocera spp. poda suhu 44,4' C dan

Anastrepha spp. dengan suhu 44,3 O C. Perlakuan fumigasi digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait