ANALISA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI PULAU PRAMUKA
HYBRID POWER PLANT ANALYSIS TO FULFILL THE ELECTRICITY
NEED IN PRAMUKA ISLAND
Rina Irawati, Zuhaidi
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Telp. (021)7203530, Cipulir Keb. Lama
Jakarta Selatan
r_yina96@yahoo.com
ABSTRAK
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) adalah integrasi sistem pembangkit listrik berbasis energi fosil (tak terbarukan) dengan pembangkit listrik berbasis terbarukan. Tujuan
utamanya untuk menghemat pemakaian bahan bakar dan mengurangi emisi terutama CO2. Secara
menyeluruh, integrasi pada sistem PLTH ini merupakan sistem yang multi variabel sehingga digunakan bantuan perangkat lunak, dalam hal ini HOMER versi 2.81. Perangkat lunak ini mengoptimasi berdasarkan nilai Net Present Cost (NPC) terendah. Pada penelitian analisa PLTH untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, diintegrasikan PLTD, PLTB dan PLTS. Hasil simulasi dan optimasi berbantuan HOMER menunjukkan bahwa secara keseluruhan PLTH yang optimum untuk diterapkan di Pulau Pramuka adalah integrasi antara PLTS dan PLTD. Pada kondisi yang optimum ini, kontribusi PLTS sebesar 20% dan PLTD 80% dengan nilai bersih sekarang (net present cost,
NPC) sebesar $4.839.968, biaya pembangkitan listrik (cost of electricity, COE) sebesar $0,408 per
kWh, konsumsi BBM pertahun 398.554 liter, emisi CO2 yang dihasilkan sistem sebesar 1.049.525
kg/tahun atau berkurang sebesar 4,35%, kelebihan energinya selama setahun sebesar 160.800 kWh.
Kata kunci: PLTH, NPC, Emisi CO2, COE
ABSTRACT
Hybrid Power System is a system integration of fossil fuel-based electricity generation with renewable electricity generation. The main objective is to conserve fuel and reduce emissions, especially CO2. The overall system is a multi-variable system that requires the support of software, in this case is the HOMER version 2.81 which optimizes on the basis of the lowest Net Present Cost (NPC). On research in Pulau Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, diesel power plant, wind power plant and solar photovoltaic (PV) are integrated. Simulation and optimization results show that the optimum overall system to be implemented in Pulau Pramuka is a solar PV and diesel hybrids, but the use of wind power plant is not optimal. In this condition, the contribution of solar PV is about 16% and 84% of diesel with a net present value (net present cost, NPC) of $4,839,968. The cost of generating electricity (cost of electricity, COE) is $0.408 per kWh, the fuel consumption per year is 398,554 liters, the resulting CO2 emissions is 1,049,525 kg/year or 4.35% less, and the excess energy during the year is amounting to 160 800 kWh.
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Permasalahan
Pulau Pramuka adalah salah satu pulau di Wilayah Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta dengan posisi geografis 5o 44’ 19,02”
-5o 45’10,46” LS dan 106o 36’ 31,20” - 106o 37’
18,34” BT, yang merupakan pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Total luas Pulau Pramuka adalah 16 hektar yang dihuni oleh lebih dari 1.000 jiwa, aktivitas ekonomis masyarakat bertumpu pada perikanan/nelayan. Penduduk di pulau ini masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Walaupun di Pulau Pramuka sudah terdapat instalasi penyediaan air bersih sistem RO, tapi masih belum memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Meskipun demikian Pulau Pramuka adalah salah satu daerah tujuan pariwisata di Wilayah Kepulauan Seribu.
Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Pramuka Sumber : Google earth
Pulau Pramuka termasuk pulau terpencil, hal ini menyebabkan pasokan bahan bakar termasuk solar langka sehingga harganya menjadi sangat mahal.
Sekarang ini energi listrik di Pulau Pramuka dipasok oleh 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang
masing-masing memiliki kapasitas terpasang 250 kW dan 500 kW. Namun demikian PLTD hanya beroperasi selama 15 jam per hari yaitu mulai dari jam 16.00 sampai jam 07.00 dengan beban puncak sebesar 307 kW.
Mengingat Pulau Pramuka merupakan salah daerah wisata, maka infrastruktur kelistrikannya perlu diperhatikan lebih komprehensif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Pulau tersebut, dan sesuai dengan program pemerintah (Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005) dalam hal penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan, maka penyediaan energi listrik juga diusahakan dengan memanfaatkan seoptimum mungkin sumber-sumber energi terbarukan setempat dan dalam hal ini untuk Pulau Pramuka adalah energi surya dan energi angin. Untuk itu dilakukan penelitian terlebih dahulu yang dalam hal ini adalah pengoperasian PLTD yang diintegrasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Secara keseluruhan integrasi ketiga tipe pembangkit listrik tersebut dinamakan pembangkit listrik hidrida atau sistem hibrida.
Keluaran dari penelitian ini berupa unjuk kerja atau kemampuan sistem hibrida yaitu integrasi antara PLTD yang berbasis BBM dengan PLTS dan PLTB yang berbasis energi terbarukan, berupa total daya sistem hibrida, jumlah BBM yang dapat dihemat, kelebihan energi listrik yang dihasilkan, biaya pembangkitan listrik dan keluaran emisinya.
Pengolahan data dalam penelitian ini seluruhnya dibantu dengan perangkat lunak HOMER.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
· Merancang model sistem pembangkit listrik sistem hibrida berdasarkan potensi surya dan angin di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.
· Melakukan simulasi dan optimasi model sistem pembangkit listrik hibrida.
· Menganalisis hasil simulasi, energi yang dibangkitkan oleh sistem hibrida, prosentase kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
· Mengoptimasi pengoperasian pembangkit listrik hibrida
METODOLOGI
Metoda yang dilaksanakan dalam penelitian ini ialah :
· Penelitian literatur untuk mempelajari, mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan dan diterapkan sebelumnya. · Mengumpulkan data kebutuhan beban
energi listrik di Pulau Pramuka dari dari PT. PLN Persero DKI Jakarta, data kecepatan angin, dan data radiasi sinar matahari .
· Mensimulasi dan mengoptimasi model sistem hibrida dengan menggunakan
perangkat lunak HOMER. Simulasi akan dijalankan dengan kondisi yang berbeda. · Menganalisis hasil simulasi dan menarik
kesimpulan dari analisis tersebut.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2011.
Tinjauan Pustaka
Pembangkit listrik hibrida adalah gabungan atau integrasi antara beberapa jenis pembangkit listrik berbasis BBM dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Sistem pembangkit yang digunakan umumnya adalah generator diesel, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Mikrohidro, dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Dalam penelitian ini, yang disimulasikan adalah dari PLTD, PLTB dan PLTS. Ketiga jenis pembangkit ini dioperasikan bersamaan dan dihubungkan pada satu rel (busbar) untuk memikul beban.
Kontribusi daya masing-masing jenis pembangkit setiap saat tidak tetap, mengingat PLTB dan PLTS sangat tergantung padai kondisi alam. Pada siang hari ketika cuaca cerah, PLTS dapat beroperasi maksimum dan pada malam hari PLTS sama sekali tidak beroperasi, tetapi digantikan oleh baterai yang menyimpan energi listrik dari PLTS sepanjang siang hari. Sedangkan PLTB dapat beroperasi selama hampir 24 jam penuh setiap hari, tergantung pada kecepatan angin, sehingga daya yang dibangkitkan pun berubah setiap saat. Pembangkit berikutnya, PLTD adalah
pembangkit listrik yang dapat beroperasi penuh selama 24 jam. Namun sesuai dengan tujuan pengoperasian sistem hibrida yaitu menghemat
BBM dan mengurangi emisi CO2, maka
pengoperasian PLTD merupakan variabel terakhir yang mengikuti perubahan suplai daya PLTB dan PLTS. Dengan demikian, kontribusi dayanya pun tergantung dari suplai daya kedua pembangkit listrik tersebut. Dengan pengoperasian PLTB dan PLTS yang terintegrasi pada sistem hibrida, maka
pemakaian BBM dan emisi CO2 dapat
dikurangi bila potensi surya dan angin memenuhi.
Pembangkit hibrida ini merupakan solusi untuk mengatasi krisis BBM dan ketiadaan listrik di daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan pada daerah perkotaan. Tujuannya adalah mengkombinasikan keunggulan dari setiap pembangkit sekaligus menutupi kelemahan masing-masing pembangkit untuk kondisi-kondisi tertentu, sehingga secara keseluruhan sistem dapat beroperasi lebih ekonomis, efisien, dan mampu menghasilkan daya listrik secara efisien pada berbagai kondisi pembebanan.
Untuk mengetahui unjuk kerja sistem pembangkit hibrida ini, hal – hal yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah karakteristik beban pemakaian dan karakteristik pembangkitan daya khususnya dengan memperhatikan potensi energi alam yang ingin dikembangkan berikut karakteristik kondisi alam itu sendiri, seperti pergantian siang malam, musim dan sebagainya.
Perangkat Lunak HOMER
Perangkat lunak HOMER adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk optimasi model sistem pembangkit listrik skala kecil (micropower). Perangkat lunak ini mempermudah evaluasi disain sistem pembangkit listrik untuk berbagai jenis pembangkit listrik skala kecil baik yang tersambung ke jaringan listrik ataupun tidak. Perangkat lunak ini melakukan perhitungan keseimbangan energi untuk setiap konfigurasi sistem yang akan dipertimbangkan dan kemudian menentukan konfigurasi yang layak, apakah dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam kondisi yang ditentukan, serta perkiraan biaya instalasi dan sistem operasi selama masa proyek. Sistem perhitungan biaya antara lain adalah biaya modal, penggantian, operasi dan pemeliharaan, bahan bakar, dan bunga. Perangkat lunak ini bekerja berdasarkan tiga langkah utama, yaitu simulasi, optimasi dan analisis sensitifitas.
Perangkat lunak ini akan mensimulasikan pengoperasian sistem pembangkit listrik tenaga hibrida dengan membuat perhitungan keseimbangan energi selama 8.760 jam dalam satu tahun. Untuk setiap jam, HOMER membandingkan kebutuhan listrik ke sistem energi yang dapat memasok dalam jam tersebut, dan menghitung energi yang mengalir dari dan ke setiap komponen dari sistem. Untuk sistem yang mencakup baterai atau bahan bakar, HOMER juga memutuskan jam operasi generator, apakah akan dikenakan biaya atau mengosongkan baterai.
Setelah disimulasi, tahapan selanjutnya adalah mengoptimasi semua kemungkinan sistem konfigurasi kemudian diurutkan berdasarkan Nilai Sekarang Bersih (Net
Present Cost, NPC) yang dapat digunakan
untuk membandingkan sistem desain pilihan.
Ketika variabel sensitivitas
ditambahkan, HOMER mengulangi proses optimasi untuk setiap sensitivitas variabel yang ditentukan. Misalnya, jika kecepatan angin ditetapkan sebagai sensitivitas variabel, HOMER akan mensimulasikan sistem konfigurasi untuk berbagai kecepatan angin yang telah ditetapkan.
Kelebihan perangkat lunak ini adalah penggunaannya mudah, dapat mensimulasi, mengoptimasi suatu model kemudian secara otomatis bisa menemukan konfigurasi sistem optimum yang bisa mensuplai beban dengan biaya sekarang (NPC) terendah, dan dapat menggunakan parameter sensitifitas untuk hasil yang lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa keluaran utama berupa perangkat lunak ini parameter ekonomi (NPC, COE) bukan model sistem yang terperinci. Beberapa teknologi energi terbarukan antara lain mikrohidro, biomass, fuelcell, masih belum bisa disimulasikan dengan perangkat lunak ini.
Persamaan-persamaan berikut ini digunakan sebagai dasar perhitungan energi yang disuplai oleh pembangkit energi terbarukan, pengisisan baterai dan pengosongan baterai serta perhitungan total nilai bersih sekarang (Total Net Present Cost, TNPC). Persamaan Daya Pembangkit Tenaga Bayu adalah: 3 5 . 0 a p r g w w C A V P =
h
*h
* *r
* * * (1)Persamaan Daya Pembangkit Tenaga Surya:
pv pv pvs pvp g pv pv N N V I P =
h
*h
* * * * (2)Persamaan Total Daya Pembangkit Tenaga Terbarukan:
å
å
= =+
=
w ns s s n w wP
P
t
P
1 1)
(
(3)Persamaan Pengosongan Baterai:
[
()/ ( )]
) 1 ( ) 1 ( ) (t P t P t P t Pb = b - * -s - bh hbi- bi (4)Persamaan Pengisian Baterai:
[
bh bi bi]
bb b b t P t P t P t P()= ( -1)*(1-s) ()- ()/h *h (5) dengan: pv I = arus panel PV bP
= energi baterai dalam interval waktubh
P
= total energi yang dibangkitkan olehPV array
s
= faktor pengosongan sendiri bateraibi
P
= total beban pada interval waktubb
h
= Efisiensi bateraiBiaya Net Total Sekarang (Total Net Present
Cost )
Biaya Net Total Sekarang (Total Net
Present Cost ; NPC) adalah keluaran ekonomi
yang paling utama untuk nilai suatu sistem hibrida, dan HOMER akan mengurutkan data hasil keluaran simulasi dan optimasi berdasar nilai NPC terendah. Total NPC dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ) , , ( proj tot ann NPC CRF i R C C = (6) dengan:
Cann,tot = total biaya tahunan ($/tahun)
CRF = faktor penutupan modal
i = suku bunga (%)
Rproj = lama waktu suatu proyek (tahun)
N = jumlah tahun
Sedangkan faktor penutupan modal bisa didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1
)
1
(
)
1
(
)
,
(
-+
+
=
N Ni
i
i
N
i
CRF
(7)Syarat Batas Biaya Energi (Cost of Energy)
Syarat batas cost of energy (COE) didefinisikan sebagai biaya rata per kWh produksi enegi listrik yang terpakai oleh sistem. Untuk menghitung COE, biaya produksi energi listrik tahunan dibagi dengan total energi listrik terpakai yang diproduksi, dengan persamaan sebagai berikut : sales grid def DC prim AC prim thermal boiler tot ann E E E E E C C COE , , , , + + + -= (8) dengan:
Cann,tot = biaya total sistem tahunan
($/tahun)
Cboiler = marjin biaya boiler ($/kWh)
Ethermal = Total beban thermal yang
terpenuhi (kWh/tahun)
Eprim,AC = beban AC utama yang terpenuhi
(kWh/tahun)
Eprim,DC = beban DC utama yang terpenuhi
(kWh/tahun)
Edef = beban deferrable yang terpenuhi
(kWh/tahun)
Egrid,sales= total penjualan grid (kWh/tahun)
Perhitungan Emisi
HOMER menggunakan rumus berikut untuk menghitung penalti emisi sistem hibrida.
1000
2 2 2
2 co co co UHC UHC PM PM So So Nox Nox
co emisi M c M c M c M c M c M c C = + + + + + (9) dengan:
cCO2 = penalti emisi CO2 ($/ton)
cCO = penalti emisi CO ($/ton)
cUHC = penalti emisi UHC ($/ton)
cPM = penalti emisi PM ($/ton)
cSO2 = penalti emisi SO2 ($/ton)
cNOx = penalti emisi NOx ($/ton)
MCO2 = emisi CO2 (kg/tahun)
MCO = emisi CO (kg/tahun)
MUHC = emisi UHC (kg/tahun)
MPM = emisi PM (kg/tahun)
MSO2 = emisi SO2(kg/tahun)
MNOx = emisi NOx (kg/tahun)
Algoritma yang digunakan HOMER dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Diagram Alir Simulasi dan Optimasi Sistem Hibrida
IMPLEMENTASI SISTEM HIBRIDA DI PULAU PRAMUKA
Berdasarkan data yang didapat melalui situs internet esrl.noaa.gov, rata-rata kecepatan angin di Pulau Pramuka diukur pada ketinggian 10 meter dari permukaan tanah adalah 2,66 m/s. Data kecepatan angin Pulau Pramuka selama satu tahun dapat dilihat pada Gambar 3.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
0 1 2 3 4 W in d Sp ee d (m /s) Wind Resource
Gambar 3. Kecepatan Angin Rata – Rata di Pulau Pramuka
Sumber : www.esrl.noaa.gov. (2011). Data potensi radiasi matahari yang diperlukan HOMER untuk melakukan optimasi sistem pembangkit listrik tenaga surya adalah
clearness index dan daily radiation
(kWh/m2/day) selama satu tahun di Pulau Pramuka. Data indeks kecerahan (Clearness
Index) dan radiasi sinar matahari (Solar Radiation) adalah rata-rata global radiasi
matahari pada permukaan horisontal, dinyatakan dalam kWh/m2, untuk setiap hari
dalam tahun. Clearness Index rata – rata sebesar 0.509 dan daily radiation rata – rata untuk di Pulau Pramuka adalah 5.079 kWh/m2/day. Sumber data dapat diperoleh dengan pengukuran langsung atau melalui bantuan HOMER yang akan menghubungkan
ke satelit
National Aeronautics and Space
Administration
(NASA) melalui koneksi internet dengan memberikan letak lintang dan bujur lokasi penelitian. Gambar berikut adalah data clearness index dan daily radiation.0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 0 1 2 3 4 5 6 D a il y R a dia tio n (k W h/ m² /d)
Global Horizontal Radiation
C lear n ess In d ex
Daily Radiation Clearness Index
Gambar 4. Clearness Index dan Solar
Radiation di Pulau Pramuka
Sumber : http://eosweb.larc.nasa.gov. (2011) Model sistem hibrida di Pulau Pramuka akan disimulasikan dengan kurva beban harian. Data beban utama berupa data beban harian di Pulau Pramuka yang diperoleh dari PT. PLN Persero DKI Jakarta.
Beban utama disini berupa beban untuk konsumsi rumah tangga yang sebagian besar adalah penerangan, TV, dan lain-lain. Beban rata – rata harian untuk Pulau Pramuka sebesar 2,5 MWh/hari dengan beban puncaknya sebesar 307 kW terjadi pada jam 19.00 – 22.00. Data yang diperoleh dari PT. PLN Persero adalah data beban harian selama 15 jam. Gambar 5 memperlihatkan kurva beban harian yang diprediksikan sesuai dengan kebutuhan penduduk di Pulau Pramuka.
0 6 12 18 24 0 50 100 150 200 Loa d (k W ) Daily Profile Hour
Gambar 5. Kurva Beban Harian Pulau Pramuka
Metode Simulasi dan Optimasi
Untuk optimasi desain sistem sistem hibrida ini dibuat dua kondisi dengan mengikuti kurva beban harian, yaitu :
· kondisi pertama simulasi dijalankan untuk mengetahui kondisi awal sistem pensuplaian beban di Pulau Pramuka dengan menggunakan 2 unit PLTD kapasitas 250 kW dan 500 kW.
· kondisi kedua simulasi dijalankan dengan menambahkan komponen PLTS, PLTB, Inverter dan Baterai dengan batas minimum kontribusi energi baru terbarukan adalah 15%.
Gambar berikut adalah model sistem hibrida yang akan disimulasi dan dioptimasi oleh HOMER.
Gambar 6. Model Sistem Hibrida Pulau Pramuka
Sumber : HOMER, NREL
Semua nilai peralatan hibrida yang digunakan pada simulasi ini didapat dari situs internet yang diakses pada bulan September 2011.
Batasan – Batasan Pengoperasian SISTEM HIBRIDA
· Batasan ekonomi yang digunakan untuk semua perhitungan ketika sistem hibrida disimulasikan adalah annual real interest
rate 8%, jangka waktu proyek 25 tahun,
· Dispatch strategy yang digunakan adalah cycle charging dengan setpoint state of
charge 80%, maximum annual capacity shortage 0%.
· untuk pengaturan generatornya sistem diizinkan beroperasi dengan beberapa generator dan sistem juga diizinkan untuk mengoperasikan generator dibawah beban puncak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan minimum kontribusi energi terbarukannya.
Kondisi Awal (PLTD)
Simulasi yang dilakukan dengan kondisi awal adalah sebagai pembanding untuk kondisi kedua. Dalam kondisi awal, ini sistem hibrida terdiri dari dua unit PLTD dengan kapasitas 250 kW dan 500 kW, dengan hasil simulasi sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Simulasi Kondisi Awal
Parameter PLTD NPC ( $ ) 11.302.763 Initial Capital Cost ( $ ) 40.000 Operating Cost ( $/tahun ) 881.049 COE ( $/kWh ) 0,954 Kontribusi ET ( % ) 0% Total Konsumsi Bahan Bakar ( L ) 416.698 Waktu Operasi Pembangkit (jam/tahun) 8.759 PLTD 250 kW 8.759 PLTD 500 kW 0 Total Produksi Energi Listrik ( kWh/tahun ) 966.072 PLTD 250 kW 966.072 PLTD 500 kW 0 kelebihan energi listrik ( kWh/tahun ) 38.783 emisi ( kg/tahun )
Karbondioksida, CO2 1.097.302 Karbonmonoksida, CO 2.709 Hydrokarbon, HC 300 PM 204 Sulfur dioksida, SOx 2.204 Nitrogen oksida, NOx 24.168
Kondisi Kedua (Sistem Hibrida)
Simulasi yang dilakukan pada kondisi kedua dengan batasan minimum kontribusi energi terbarukan adalah 0%.
Tabel 2. Data Hasil Simulasi Kondisi Kedua (Kontribusi Energi Terbarukan Minimum 15%)
Parameter PLTS-PLTD NPC ( $ ) 4.839.968 Initial Capital Cost ( $ ) 149.000 Operating Cost ( $/tahun ) 366.959 COE ( $/kWh ) 0,408 Kontribusi ET ( % ) 16% PLTS 120 PLTD 250 kW 250 Total Konsumsi Bahan Bakar ( L )
Diesel 250 kW 398.554 Waktu Operasi Pembangkit (jam/tahun)
PLTD 250 kW 8.475 PLTS
Total Produksi Energi Listrik ( kWh/tahun ) 1.094.925 PLTS 178.708 PLTD 250 kW 916.218 kelebihan energi listrik ( kWh/tahun ) 160.800 Emisi
Karbondioksida, CO2 1.049.525 Karbonmonoksida, CO 2.591 Hydrokarbon, HC 287 PM 195 Sulfur dioksida, SOx 2.108 Nitrogen oksida, NOx 23.116
Analisis Hasil Simulasi
Simulasi dilakukan dengan dua kondisi, yaitu kondisi awal di mana hanya terdapat dua PLTD kapasitas 250 kW dan 500 kW; sedangkan kondisi kedua adalah model sistem hibrida yang terdiri dari PLTS-PLTD dengan pelengkap baterai dan inverter.
Hasil simulasi yang dianalisis adalah produksi listrik, biaya listrik, dampak
lingkungan (emisi CO2, SOx, dll), konsumsi
BBM oleh PLTD, kelebihan listrik yang tidak terserap oleh beban. Berikut adalah analisis selengkapnya untuk kedua kondisi simulasi.
(1) Kondisi Awal (PLTD)
Analisis hasil simulasi pada kondisi awal ini adalah sebagai pembanding atau yang
akan dijadikan patokan untuk menganalisis optimasi sistem sistem hibrida pada hasil simulasi kondisi kedua.
Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTD kapasitas 250 kW dan 500 kW adalah 966.072 kWh/tahun, kontribusi PLTD kapasitas 250 kW sebesar 966.072 kWh/tahun atau 100% dan kontribusi sebesar 0 kWh/tahun atau 0% oleh PLTD 500 kW.
Gambar 7. Kondisi beban harian – daya keluaran PLTD 250 kW -kelebihan listrik yang
tidak terpakai
Gambar 7 di atas adalah kondisi suplai listrik pada tanggal 2 juli 2011 dan dapat dilihat bahwa PLTD 250 kW beroperasi hampir sepanjang hari. Keluaran daya maksimum PLTD 250 kW adalah sebesar 140 kW, minimumnya 76 kW.
Pada jam 01.00 sampai dengan jam 17.00 terdapat kelebihan listrik. Kelebihan listrik ini terjadi karena listrik yang diproduksi oleh PLTD 250 kW selama satu tahun berlebihan dibandingkan dengan beban yang ada. Pada kondisi awal ini kelebihan energi listrik tersebut tidak dapat dimanfaatkan, karena tidak terdapat baterai sebagai tempat penyimpanan energi listrik pada sistem ini.
Total BBM yang dikonsumsi oleh sistem ini selama 1 tahun adalah 416.698 liter, konsumsi oleh PLTD 250 kW.
Kelebihan listrik yang terdapat pada sistem ini adalah sebesar 38.783 kWh per tahun. Kelebihan listrik ini adalah selisih total produksi energi listrik selama satu tahun yang dihasilkan oleh kedua PLTD dan total beban yang disuplai.
Biaya – biaya yang didapatkan dari hasil simulasi sistem dengan kondisi awal ini adalah: modal awal yang diinvestasikan untuk sistem ini sangat murah yaitu sebesar $ 40.000, biaya pengoperasian sebesar $ 881.049 pertahun, nilai bersih sekarang (NPC) sebesar $ 11.302.763 dan biaya listrik (COE) sebesar $ 0,954 per kWh.
Gambar 8. Aliran biaya PLTD 250 kW 25 tahun
(2) Kondisi Kedua (Sistem Hibrida)
Pada kondisi kedua, simulasi sistem hibrida menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda yaitu PLTD, dan PLTS-PLTB-PLTD. HOMER mensimulasikan sistem hibrida dan mengurutkannya dengan skala prioritas bertumpu pada NPC terendah.
Dari hasil simulasi, diperoleh urutan nilai NPC terendah adalah sebagai berikut : · PLTS-PLTD sebesar $ 4.839.968
· PLTB-PLTS-PLTD sebesar $ 4.841.667
Kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan suatu sistem hibrida yang optimum adalah :
· Nilai NPC nya terendah
· Memiliki dampak lingkungan yang sedikit (emisinya rendah)
Berdasarkan hasil simulasi dan kriteria di atas, konfigurasi yang memenuhi syarat sebagai sistem yang optimum adalah sistem hibrida yang terdiri dari PLTS dan PLTD. Konfigurasi sistem hibrida optimum terdiri dari :
· PLTS 0,5 kW dc dengan kapasitas total 120 kW dc
· PLTD kapasitas 250 kW
· 60 buah baterai 12 V 200 Ah (2.4 kWh) · Inverter kapasitas total 50 kW
Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTS - PLTD adalah 1.094.925 kWh/tahun dengan kontribusi PLTS sebesar 16% atau 178.708 kWh/tahun sedangkan kontribusi PLTD sebesar 84% atau 916.218 kWh/tahun.
Gambar 9. Kondisi beban harian – daya keluaran PLTS- PLTD 250 kW - kelebihan
listrik yang tidak terpakai
Gambar 9 di atas adalah kondisi suplai listrik pada tanggal 2 juli 2011 dan dapat dilihat bahwa PLTS beroperasi hampir sepanjang hari kecuali pada jam 00.00 sampai dengan jam 06.60 dan jam 18.00 sampai dengan 24.00 berhenti beroperasi dan
digantikan oleh PLTD 250 kW. Keluaran daya maksimum PLTS adalah sebesar 50 kW terjadi pada pukul 11.30 - 12.30.
Kelebihan listrik yang tidak terpakai pada sistem ini cukup besar yaitu 160.800 kWh per tahun atau 14,7%. Hal ini terjadi karena listrik yang diproduksi oleh PLTS dan PLTD selama satu tahun berlebihan dibandingkan dengan beban yang ada. 60 buah baterai digunakan untuk menyerap kelebihan listrik ini. Selain menggunakan baterai, kelebihan listrik dapat juga diserap dengan menambahkan menambahkan beban deferrable ke sistem ini.
Gambar 10. Kontribusi PLTS - PLTD Konsumsi BBM pada konfigurasi sistem hibrida yang terdiri dari PLTS-PLTD adalah sebesar 398.554 liter/tahun. Pada konfigurasi ini penggunaan BBM bisa dihemat sebesar 18.144 liter/tahun atau 4,35 % pertahun.
Dengan beban harian yang tetap, kelebihan listrik yang tidak terpakai memiliki nilai yang berfluktuasi seiring dengan total produksi listrik pada sistem hibrida.
Biaya – biaya yang didapatkan dari hasil simulasi adalah sebagai berikut: modal awal yang diinvestasikan sebesar $ 149.000, biaya pengoperasian sebesar $ 366.959 pertahun, nilai bersih sekarang (NPC) sebesar $ 4.839.968, biaya listrik (COE) sebesar $ 0,408 per kWh.
Pada sistem ini biaya investasi awal tinggi namun selama 25 tahun biaya bahan
bakar dapat dikurangi sebesar 18.144 liter pertahun atau 4,35 %. Pada gambar 11 dapat dilihat penggantian PLTD 250 kW dilaksanakan setiap dua tahun karena telah melampaui jam operasinya selama 15.000 jam (Gambar 11).
Gambar 11. Aliran biaya PLTB - PLTD 250 kW selama 25 tahun
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanSecara keseluruhan dalam penelitian kasus ini, sistem hibrida yang optimal adalah kombinasi dari PLTS-PLTD. Kontribusi PLTS terhadap sistem hibrida sebesar 16% sedangkan PLTD sebesar 84%. Konfigurasi ini ditetapkan sebagai yang paling optimal berdasarkan nilai NPC terendah yaitu sebesar $ 4.839.968 dan biaya listrik (COE) sebesar $ 0,408 per kWh. Kelebihan energinya selama setahun sebesar 160.800 kWh.
Dampak lingkungan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem PLTS-PLTD, emisi
CO2 yang dihasilkan pada sistem ini adalah
sebesar 1.049 ton pertahun, terjadi penurunan
jumlah emisi CO2sebesar 48 ton pertahun atau
4,38% dari kondisi awal dengan jumlah emisi
CO2 sebesar 1.097 ton pertahun. Konsumsi
BBM PLTD 250 kW pada sistem PLTS-PLTD adalah 398.554 liter pertahun, terjadi penghematan pemakaian BBM sebesar 18.144
liter pertahun atau 4,35 % dari pemakaian BBM PLTD 250 kW pada kondisi awal yaitu sebesar 416.698 liter pertahun.
Saran
Dengan melihat kondisi diatas, disarankan untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di Pulau Pramukan dapat dipilih sistem hibrida dengan konfigurasi PLTS - PLTD dengan nilai COE terendah.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Henryson, M., Svensson, M. (2004).
Renewable Power for the Swedish Antarctic Station Wasa. SWEDARP,
Swedish Polar Research. Department of Energy Technology Stockholm, Sweden.
[2]. Sulasno. (2001). Teknik dan Sistem
Distribusi Tenaga Listrik. Semarang.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
[3]. Rosyid, A., (2008). Pembangkit Listrik
Tenaga Hibrid (PLTH) Wini. Tangerang.
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT.
[4]. Wind speed for Pramuka Island. (2011).
http://www.esrl.noaa.gov
[5]. NASA Surface meteorology and Solar
Energy. (2011).
http://eosweb.larc.nasa.gov.
[6]. Gilman, P., Lambert, T. (2005). Homer
the micropower optimization model software started guide. National
Renewable Energy Laboratory of United States Government.
[7]. SMA America corp. (2009). product
and price off grid inverter.
http://www.sma- america.com/en_US/products/off-grid-inverters.html
[8]. Gilman, P., Lambert, T. (2005). Homer
(Version 2.67) [Computer software]. United State of America. National
Renewable Energy Laboratory of United States Government.
[9]. Google earth. Dmapas. Pramuka Island.
Tele Atlas Europe Technologies.
[10]. Milani. N.P. (2006). Performance
optimization of a hybrid wind turbine – diesel microgrid power system. A Master of Science Thesis. North Carolina State
University.
[11]. Nayar. C. , Tang. M,, Suponthana. W. (2007). An AC Coupled PV/Wind/Diesel
Microgrid System Implemented in A Remote Island in The Republic of Maldives. Paper presented at Proceedings of the AUPEC Conference. Perth.
[12]. Setiawan, A.A., Nayar, C.H. (2006).
Design of Hybrid Power System for a Remote Island in Maldives. Department
of Electrical and Computer Engineering Curtin University of Technology. Australia.
[13]. Seelling, Gabriele. (1999). Optimization
of Hybrid Energy System Sizing and Operation Control. A Dissertation
presented for Kassel University Germany.
[14]. Herlina.Thesis Analisis Dampak
Lingkungan dan Biaya Pembangkitan Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan. Universitas Indonesia. 2009
[15]. Ryszard Strzelecki, Grzegorz Benysek.
Power Electronics in Smart Electrical Energy Networks. Springer-Verlag.
London. 2008
[16]. Clark W Gellings. The Smart Grid:
Enabling Energy Efficiency and Demand Response. CRC Press. New York. 2009