• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk di Indonesia. Hingga kini tanaman ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik kelapa sawit (Fauzi dkk, 2018).

2.2 Botani dan Morfologi

2.2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk kedalam famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaies adalah E.melanococca yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggu yang ditanam adalah : Dura, Pesifera, Tenera (Lubis & Widanarko, 2011).

2.2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

a. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan resfirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan kesamping membentuk akar primer, skunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh kebawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi, dkk 2018).

(2)

5

Akar tertier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar ini banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Bulu-bulu paling efektif dalam menyerap air, udara dan unsur hara dari dalam tanah. Kedua akar ini paling banyak ditemukan 2-2,5 m dari pangkal batang dan sebagian besar berada diluar piringan. Pada bagian ini tanahnya akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk. (Fauzi, dkk 2018).

b. Batang

Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang kelapa sawit adalah 34-60 cm. Setiap tahun, batang kelapa sawit bertambah panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit, semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2015).

Salah satu kriteria tanaman kelapa sawit unggul adalah jika pertambahan tinggi batangnya kurang dari 40 cm/tahun. Batang kelapa sawit baru terlihat jelas jika sudah berumur 9 tahun, saat pelepah yang menempel dan menutupinya mulai terlepas. Pelepah daun yang menempel pada batang kelapa sawit membentuk lingkaran spiral. Dalam satu lingkaran batang terdapat delapan pelepah. Umur pohon kelapa sawit dapat dihitung berdasarkan jumlah lingkaran pelepah ini (Hadi, 2015).

c. Daun

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak daun tiap pelepah daun mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua mempunyai waktu kurang lebih 7 tahun, jumlah pelepah dalam 1 pohon dapat mencapai 60 pelepah (Suryanto, 2018).

(3)

6

Untuk memudahkan panen digunakan sistem songgo dua, jumlah daun setelah tunas pemeliharaan di pertahankan sekitar 48-56 pelepah. Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 m. Daun kelapa sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat resfirasi. Jika pelepah dapat di pertahankan lebih lama berarti semakin lama pula proses fotosintesis berlangsung dan semakin banyak bahan makanan yang dikirim kebuah. Hal ini berarti tanda akan meningkat lebih berat (Suryanto, 2018).

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan kegiatan awal dilapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensip (Lubis & Widanarko 2011).

Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan, yaitu sistem pembibitan tahap ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tahap tunggal (singel

stage system). Pada penerapan sistem tahap ganda, penanaman bibit

dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan (pre-nursery), yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3 bulan, kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama (main nursery) yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan (Fauzi, dkk 2018).

Pembibitan Awal (Pre Nursery). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan polibag kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan menjadi banyak. Polibag yang dipakai berukuran 15 cm (diameter), tinggi 23 cm, dan tebal 0,07 mm, berlubang-lubang sebanyak lebih kurang 20 lubang di bagian bawah, setelah diisi tanah bagian bawahnya rata. Tiap polibag berisi sekitar 1,5 kg tanah, disusun dibedengan dengan lebar deretan berisikan 12 polibag, sedang panjang bedengan sekitar 10 m. Kantong

(4)

7

plastik disiram 2 kali selama 2 hari agar tanah dalam kantong menjadi agak padat dan mudah digunakan untuk penanaman bibit kelapa sawit yang akan dibudidayakan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 dalam Jefry 2016).

Dalam waktu 3–4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan. Naungan dibuat dengan memasang tiang-tiang pancang yang biasanya terbuat dari bilah bambu setinggi 2 m, kemudian di bagian atas dibuat kerangka atap yang lalu ditutup dengan daun kelapa atau pelepah kelapa sawit, sedemikian sehingga intensitas cahaya yang diterima sekitar 40 % dari kondisi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 dalam Jefry 2016).

Pembibitan utama (main-nursery) yaitu bibit dari pembibitan awal (pre

nursery) dipindahkan ke dalam polibag dengan tanah lapisan atas (top soil)

yang diayak. Pada fase pembibitan utama naungan tidak lagi dibutuhkan. Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag besar di susun dengan jarak tanam 90x90 cm atau 70x70 cm. Pemeliharaan pada pembibitan utama meliputi penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polibag. Penyiangan gulma dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma (Fauzi dkk, 2018).

Bibit tidak langsung ditanam dilapangan karena bibit masih kecil hingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh hama penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang sangat muda. Pembibitan dapat dilakukan dilapangan maupun dengan memakai kantong plastik besar (Fauzi dkk, 2018).

(5)

8 2.4 Mikoriza

Mikoriza adalah asosiasi simbotik antara jamur atau fungi tanah tertentu dengan akar tanaman. Jamur mendapat sumber karbon dari tanaman, sedangkan tanaman mendapat nutrisi terutama P dan manfaat lain: meningkatkan pertumbuhan dan daya hidup tanaman, meningkatkan penyerapan hara, meningkatkan ketahanan terhadap defisiensi hara, kekeringan pH ekstrim dan logam berat, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki biologi tanah (Retno, 2015).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah salah satu kelompok fungi yang hidup di dalam tanah, termasuk golongan endomikoriza yang mempunyai struktur hifa yang disebut arbuskula sebagai tempat kontak dan transfer hara mineral antara jamur dan tanaman inangnya pada jaringan korteks akar. Mikoriza terbentuk karena adanya simbiosis mutualisme antara cendawan atau fungi dengan sistem perakaran tumbuhan (Sukmawaty & Asriani, 2015).

Mikoriza digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza Arbuskula termasuk dalam endomikoriza yang dicirikan oleh adanya hifa cendawan yang menembus akar secara intraseluler, ada dua fase miselium pada perkembangan Mikoriza Arbuskula, yaitu Miselium eksternal yang ada di dalam tanah dengan spora yang dibentuknya dan tersebar di sekitar akar. Juga miselium internal yang ada dalam akar tanaman bermikoriza, terdiri atas hifa tidak bercabang yang intraseluler, hifa interseluler, arbuskula, dan vesikula, serta hifa yang melingkar-lingkar (Hidayat, 2013).

Fungi Mikoriza Arbuskula berpotensi besar sebagai pupuk hayati karena salah satu mikroorganisme yang memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman seperti dapat memfasilitasi penyerapan hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, sebagai

(6)

9

penghalang biologis terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman dan meningkatkan hormon pemacu tumbuh tanaman (Wirawan, 2014).

FMA membentuk asosiasi simbiotik tertentu antara spesies tanaman dalam skala luas termasuk Angiosperm, Gymnosperm, Pterydopyta, dan beberapa Bryopyta, dan skala cendawan terbatas termasuk dalam ordo tunggal, Glomales. Cendawan ini dapat bersimbiosis dengan akar dan mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman, baik secara ekologis maupun agronomis. Peran tersebut diantaranya adalah meningkatkan serapan fospor (P) dan unsur hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari dalam tanah, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregasi tanah, meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tumbuhan inang serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi pathogen akar (Sukmawaty & Asriani, 2015).

2.5 Cekaman Kekeringan

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air dari lingkungannya yaitu media tanam, menurut Bray (1997) cekaman pada kekeringan pada tanaman dapat di sebabkan kekurangan air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranvortasi melebihi laju absorpsi air walaupun keaadaan air tanah tersebut cukup.

Respons tanaman terhadap kekurangan air dapat dilihat berdasarkan aspek fisiologi, morfologi, tingkat pertumbuhan, dan juga produktivitas. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel (Solichatun dkk. 2005). Tanaman

(7)

10

yang mengalami kekurangan air umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air dapat menurunkan hasil produksi tanaman yang sangat signifikan dan bahkan bisa menjadi penyebab kematian pada tanaman.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERMAINAN SOCCER LIKE GAMES TERHAD AP KERJASAMA SISWA D ALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA KELAS XI SMAN I BALEEND AH.. Universitas Pendidikan Indonesia

Sistem yang akan dirancang untuk penelitian ini merupakan suatu sistem dengan kemampuan melakukan pengukuran dan pengendalian berdasarkan voucher sehingga dapat

[r]

- Pembatalan yang dilakukan lebih dari 15 hari setelah DP, maka biaya yang dibayarkan tidak dapat dikembalikan?. - Perubahan tanggal dapat dilakukan 1 kali, sesuai dengan

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis eksploratif yaitu suatu teknik analisa data yang menggali informasi secara jelas dan terperinci berdasarkan

Beberapa penelitian lain juga telah dilakukan untuk mengetahui efek fermentasi terhadap senyawa fenolik diantaranya [5] dengan hasil penelitian peningkatan total

Penelitian ini menjelaskan bahwa 36 balita yang memiliki kepadatan tempat tinggal kurang dan diantaranya 18 balita mengalami pneumonia, hal ini bisa dikatakan

Berdasarkan Berita 55/ULPD/WII.5/BC.NUNUKAN/ oleh Kelompok Kerja (Pokja) tanggal 14 Juni 2016 melalui. Pelelangan Umum Pascakualifikasi Pembangunan Rumah