• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) - AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) PRODUKSI PT. BERKAT MANUNGGAL JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) - AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) PRODUKSI PT. BERKAT MANUNGGAL JAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) - AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) PRODUKSI PT. BERKAT MANUNGGAL JAYA

Maman Suryawan.1, Ir. Tejo Sukmadi, MT.2

1

Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Email: mamansuryawan@gmail.com

Abstrak

PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) atau sistem interlok PLN - Genset.Dalam Laporan Kerja Praktek ini akan dibahas komponen dan tentang cara kerja, perakitan dan pengujian Panel Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) yang diproduksi oleh PT.BMJ yang dipasang pada sistem dengan genset 10 kVA,380 V, 50 Hz.

Panel ATS-AM dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang diproduksi oleh PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau pemindahan beban yaitu secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama saat operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama emergency power yaitu memonitoring dan sensoring catu daya utama (PLN), jika PLN mengalami gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta memonitoring dan sensoring Genset,apabila genset telah starting dan running maka module ini akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset sekaligus proteksi.

Kata Kunci: Panel, ATS-AMF, suplai cadangan (Genset), suplai utama (PLN). I. PENDAHULUAN

Proses pengefektifan sumber daya manusia melalui pendidikan nasional yang berdayaguna dan berhasil perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satunya usaha PT. Berkah Manunggal Jaya (PT. BMJ) melalui penerimaan mahasiswa praktek/magang sebagai wujud sumbangsih dalam rangka memasyarakatkan teknologi industri di Indonesia.

Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi listrik,tempat-tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan, perbankkan, rumah sakit maupun industri, memerlukan energi listrik yang terus menerus atau kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun produksinya. Akan tetapi suplai daya utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sebuah system atau alat.

Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah:

1. Mengetahui ruang lingkup kerja dan proses produksi dari PT. BMJ

2. Mengaktualisasi dan membandingkan antara ilmu yang bersifat teori dengan ilmu aplikasi di bidang komponen listrik dan teknologi. 3. Mengetahui prinsip kerja, perakitan dan

pengujian Panel Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) produksi PT.BMJ

II. KOMPONEN-KOMPONEN PADA ATS-AMF

2.1 Komponen Kontrol Relay

Relay adalah alat yang dioperasikan dengan listrik yang secara mekanis mengontrol penghubungan rangkaian listrik. Relay adalah bagian yang penting dari banyak sistem kontrol, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh dan pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal kontrol tegangan dan arus rendah. Kontroler

Dalam suatu mesin yang diinginkan bekerja secara automatis maka selain sensor dan aktuator dibutuhkan komponen utama yaitu sebuah kontroler. Kontroler merupakan otak dari dari suatu sistem kontrol. Programmable logic controller (PLC) merupakan suatu bentuk khusus

(2)

pengontrol berbasis - mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi semisal logika, pewaktuan (timing), pencacahan (counting) dan aritmatika guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses.

Gambar 1 DSE (Deepsea 4420) PLC, Auto Start & Automains (Utility) Failure Control Modules

Dalam perkembangannya PLC saat ini diproduksi dalam berbagai bentuk dan fungsi yang lebih modern dan mudah. Salah satu modul PLC yang diproduksi oleh Deep Sea Electronics seperti yang terlihat pada gambar diatas adalah Deepsea 4420. Modul PLC dengan antarmuka yang friendly dengan pengguna sudah PLC yang di khususkan untuk sistem transfer suplai daya seperti ATS-AMF.

Tombol Tekan

Tombol tekan atau disebut sakelar ON/OFF banyak digunakan sebagai alat penghubung atau pemutus rangkaian kontrol. Memiliki dua kontak, yaitu NC dan NO. Artinya saat sakelar tidak digunakan satu kontak terhubung Normally Close, dan satu kontak lainnya Normally Open. Ketika kontak ditekan secara manual kondisinya berbalik posisi menjadi NO dan NC.

Selector Switch

Selector Switch merupakan alat yang di gunakan untuk memilih. Kerja dari selector switch yaitu menyambung rangkaian sesuai dengan yang ditunjuk oleh tangkai selector. Banyak sekali type selector switch, tapi biasanya hanya dua type yang sering di gunakan, yaitu 2 posisi, (ON-OFF/Start-Stop/0-1, dll) dan 3 posisi (ON-OFF-ON/Auto-Off-Manual,dll)

Gambar 2 Bentuk fisik dan Simbol Selector Switch

Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara

2.2 Komponen Daya Kontaktor

Kontaktor adalah komponen elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet.

Gambar 3 Simbol kontak-kontak Kontaktor Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Sebuah koil dengan inti berbentuk huruf E yang diam, jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi magnet dan menarik inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus kontak dalam posisi ON. Batang inti yang bergerak menarik paling sedikit 3 kontak utama dan beberapa kontak bantu bisa kontak NC atau NO.

Sekering Dan MCB

Pengaman sistem daya bisa menggunakan sekering atau Miniatur Circuit Breaker (MCB).

(3)

Sekering sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi sekering adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat.

MCB sering disebut juga pengaman otomatis. Pengaman otomatis ini memutuskan sirkit secara otomatis apabila arusnya melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban lebih. MCCB

MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan.

• Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ue = 250 V dan 660 V

• Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:

Ie = 40 A-2500 A

• Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Icn = 12 kA-200 kA

Gambar 4 Konstruksi MCCB Baterai dan Battery Charger

Alat yang memiliki sumber energi kimia yang dapat menghasilkan energi listrik disebut dengan electric cell (sel listrik). Dan ketika beberapa sel listrik tersebut dihubungkan secara elektrik akan menjadi baterai. Battery charger ini biasanya sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik dari sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk mengisi energi listrik ke accu. Accu ini biasanya berkapasitas

12/24 V, maka battery charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut.

Current Transformer (CT)

Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah suatu peralatan listrik yang dapat memperkecil arus besar menjadi arus kecil, yang dipergunakan dalam rangkaianarus bolak-balik. Fungsi CT adalah untuk memperoleh arus yang sebanding dengan arus yang hendak diukur (sisi sekunder 5 A atau 1 A) dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arus nya hendak diukur (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder).

Gambar 5 Low Voltage Current Transformer Pada ATS-AMF yang dirancang, CT yang digunakan untuk memperoleh arus pengukuran dan pengaman adalah jenis Low Voltage Current Transformer, yaitu CT yang bekerja pada rating tegangan rendah.

Alat Ukur

Pada ATS-AMF digunakan tiga jenis alat ukur untuk menunjukkan secara langsung besaran yang ingin diketahui. Alat ukur tersebut yaitu ampermeter, voltmeter dan frekuensi meter. Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen listrik.Voltmeter merupakan alat untuk mengukur beda potensial dalam suatu rangkaian listrik. Untuk mengukur beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal voltmeter harus dihubungkan dengan dengan kedua titik yang tegangannya akan diukur sehingga terhubung secara paralel dengan komponen tersebut. Prinsip kerja dari frekuensi meter ini berdasarkan pada

(4)

getaran mekanik sejumlah kepingan plat baja yang tipis membentuk lidah-lidah bergetar. Masing–masing memiliki perbedaan frekuensi getar dan relatif tidak berjauhan satu sama lain. Jika kepingan mendapatkan arus medan magnet dari arus bolak–balik, maka salah satu lidah akan menimimbulkan getaran dan beresonansi, memberikan defleksi yang besar sesuai frekuensi yang ditimbulkan oleh arus bolak–balik tersebut. III PERAKITAN PANEL ATS-AMF

3.1 Bagian – Bagian ATS - AMF dan Fungsinya

Panel ATS- AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang diproduksi oleh PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau pemindahan beban yaitu secara manual dan otomatis.

Gambar 6 Bagian Luar ATS-AMF Keterangan :

1. Lampu Indikator Catudaya Utama (PLN) Tiap Fasa

2. Lampu Indikator Catudaya Cadangan (Genset) Tiap Fasa

3. Amperemeter Pengukur Arus Beban 4. Voltmeter Pengukur Tegangan Beban 5. Selector Switch untuk Voltmeter 6. Frekuensi meter Pengukur frekuensi

7. Amperemeter dan Voltmeter DC untuk Modul DSE (Deepsea 4420) PLC

8. Modul DSE (Deepsea 4420) PLC pengntrol kerja ATS-AMF

9. Buzzersebagai alrm

10. Lampu indicator Kontaktor Aktif dan Tombol Tekan Catudaya Utama (PLN)

11. Lampu indicator Kontaktor Aktif dan Tombol Tekan Catudaya Cadangan (Genset)

12. Selector Switch untuk memilih Automatic atau Manual Mode

13.Tombol Tekan Emergency Stop

Gambar 7 Bagian dalam ATS-AMF Keterangan :

1. Fuse Pengaman untuk mengamankan komponen kontrol yang sensitif 2. MCB Pengaman untuk mengamankan

komponen kontrol

3. Relay Kontrol sebagai pemberi logika 1 atau 0 pada rangkaian kontrol

4. Trafo Arus / CT untuk mengkonversi arus 5. Kontaktor sebagai penyambung dan pemutus

sumber dan beban

6. Battery Charger sebagai backup listrik untuk modul DSE 4420

7. MCCB pengaman rangkaian daya utama 8. Terminal Kabel Kontrol sebagai tempat

berkumpulnya ujung kabel rangkaian kontrol 9. Terminak Kabel Daya sebagai tempat

berkumpulnya ujung kabel rangkaian daya 3.2 Prinsip Kerja dan Rancangan ATS-AMF

Kondisi yang harus diperhatikan dalam transfer dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan (genset) oleh ATS-AMF adalah dipastikannya beban tersambung hanya pada satu sumber. Sumber utama saja, atau sumber cadangan saja. Untuk memenuhi kondisi ini, pada ATS-AMF dibuat sistem interlock.

(5)

Pada rancangan ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz produksi PT. BMJ kerja sistem interlock dapat dilihat pada gambar singel line diagram berikut:

Gambar 8 Singel line diagram ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz

Dari gambar rancangan diatas diperlihatkan sumber utama masuk ke ATS-AMF melalui terminal incoming from main/PLN dan sumber cadangan masuk ke ATS-AMF melalui terminal incoming from generator. Sedangkan suplay ke beban dari ATS-AMF disambungkan pada terminal outgoing. Untuk menyambungkan beban dengan sumber digunakan komponen MCCB tiga fasa 15 A/18 kA dan kontaktor. Ketika beban tersambung dengan PLN maka kontaktor yang aktif adalah kontaktor main (MC.M). Sedangkan kontaktor generator (MC.G) tidak akan bisa aktif, karena sebelum disambungkan ke terminal coil MC.G kabel kontrol disambungkan ke kontak bantu NC kontaktor main (MC.M). Sedangkan ketika beban tersambung dengan sumber cadangan (generator) maka kontaktor yang aktif adalah kontaktor generator. Seperti kondisi pertama kontaktor main tidak akan bisa aktif karena sebelum disambungkan ke terminal coil MC.M kabel kontrol disambungkan ke kontak bantu NC kontaktor generator (MC.G).

Kondisi lain yaitu kondisi otomatis yang harus dipenuhi oleh sistem ini adalah ketika PLN mati maka kontaktor generator harus aktif dan

apabila PLN hidup kembali maka kontaktor main harus aktif kembali dan kontaktor generator tidak aktif (putus). Semua kondisi diatas akan dilaksanakan secara otomatis oleh DSE (Deepsea 4420) PLC yang dipasang pada ATS-AMF yang dirancang.

3.3 Perakitan ATS-AMF

Dalam merancang dan merakit ATS-AMF hal pertama yang harus diperhatikan kapasitas mesin (genset) yang akan digunakan pada sistem, sehingga selanjutnya pemilihan komponen-komponen pada ATS-AMF dapat dilakukan dengan pertimbangan teknis dan ekonomis.

Langkah selanjutnya (kedua) adalah melakukan perancangan gambar ATS-AMF yang disesuaikan dengan spesifikasi kerja yang diinginkan seperti yang dijelaskan pada subbab prinsip kerja sebelumnya.

Berikut adalah langkah-langkah perakitan ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz:

1. Perancangan dan perakitan Box ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz

Box yang digunakan berdimensi panjang 600 cm, lebar 250 cm (box 230 cm dan pintu 20 cm) dan tinggi 800 cm. Terdiri dari box utama untuk komponen-komponen dalam dan pintu sebagai cover serta tempat peralatan interaksi dan pemantauan.

2. Pemasangan duck (jalur kabel)

Pemasangan duck dilakukan dengan memperhatikan tata letak dari komponen yang akan dipasang baik di dalam box utama maupun pada pintu box. Pembuatan duck ini juga memperhatikan rangkaian sehingga memudahkan tahap perakitan selanjutnya yaitu tahap wirring.

3. Wirring (Pengkabelan)

Tahap wirring dilaksanakan dengan memperhatikan gambar rancangan.Wirring yang pertama dilakukan adalah untuk kabel daya sesuai gambar 9.

(6)

Gambar 9 Wirring diagram kabel daya Kabel daya yang digunakan adalah kebel NYAF

dengan ukuran 10 mm2.

Wirring tahap dua yang dilakukan adalah untuk kabel kontrol dengan gambar 10 untuk rangkaian kontrol main source dan gambar 11 untuk rangkain control genset.

Gambar 10 Wirring diagram kabel kontrol main source

Gambar 11 Wirring diagram kabel kontrol genset Kabel control yang digunakan adalah NYAF 2 mm2.

4. Pemasangan Komponen

Pemasangan dilakukan sesuai dengan gambar rancangan dan alur wirring yang dilakukan. IV PENGUJIAN PANEL ATS-AMF

Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon panel ini setelah dirakit. ATS-AMF dinyatakan dapat beroperasi dengan baik

(7)

bila kerja ATS-AMF sesuai fungsi yang dikehendaki atau direncanakan saat perancangan.

Pengujian ATS-AMF dilakukan pada dua operasi, yaitu operasi manual dan operasi otomatis. Pengujuian dua operasi ini dilakukan untuk memastikan ATS-AMF dapat bekerja pada dua operasi yang diharapakan.

Berikut adalah diagram rangkaian pengujian.

Gambar 12 Blok diagram rangkaian pengujian ATS – AMF

4.1 Pengujian Operasi Manual

Pengujian manual Dilakukan dengan menekan tombol – tombol yang telah disediakan dengan sebelumnya memposisikan selector switch operation mode (ket. 12 gambar 8) pada pasisi 1 ( manual ). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari operaasi manual pada ATS-AMF.

Prosedur Pengujian dalam kondisi manual adalah sebagai berikut:

1. Memposisikan selector switch Operation Mode di ATS-AMF pada posisi 1 (manual) 2. Menekan tombol manual operation pada

Modul DSE (Deepsea 4420) PLC sehingga modul beroperasi pada kondisi manual 3. Memposisikan switch Utama perangkat

penguji pada posisi ON

4. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON sehingga ATS-AMF

mengindera sumber PLN telah tersambung.

5. Menekan Tombol ON pada ”Mains Contactor” sehingga ATS-AMF seolah-olah

menyalurakan daya dari sumber PLN

6. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi OFF sehingga ATS-AMF

mengindera sumber PLN telah putus. 7. Menekan tombol START ENGINRE pada

Modul DSE (Deepsea 4420) PLC sehingga ATS-AMF seolah-olah menyalakan Genset 8. Menunggu respon Modul DSE (Deepsea

4420) PLC seolah-olah genset sedang dinyalakan.

9. Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi ON sehingga ATS-AMF mengindera sumber Genset telah tersambung. 10. Menekan Tombol ON pada ”Genset

Contactor” sehingga ATS-AMF seolah-olah menyalurakan daya dari sumber Genset setelah ada respon genset ready to loading dari modul DSE (Deepsea 4420) PLC.

11. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON lagi sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung. (mengkondisikan seolah-olah sumber PLN telah tersmabung kembali)

12. Menekan Tombol OFF pada ”Genset Contactor” sehingga ATS-AMF memutus daya dari sumber Genset.

13. Menekan Tombol ON pada ”Mains Contactor” sehingga ATS-AMF seolah-olah

menyalurakan daya dari sumber PLN kembali. 14. Menekan tombol STOP ENGINRE pada

Modul DSE (Deepsea 4420) PLC sehingga ATS-AMF seolah-olah mematikan Genset. 15. Memposisikan swicth Genset perangkat

penguji pada posisi OFF sehingga ATS-AMF Genset seolah-olah telah dimatikan.

Prosedur di atas dilakukan pada saat kerja praktek dilaksanakan dan diperoleh data kondisi swicth dan lampu indikator sebagai berikut:

(8)

Tabel 1 Kondisi Pengujian ATS-AMF operasi manual Kondisi Swicth perangkat

penguji dan tombol ATS-AMF Lampu Indikator Catudaya Utama (PLN) Lampu Indikator Catudaya Cadangan (Genset) Lampu Indikator pada Tombol ON Mains Contactor Lampo Indikator pada Tombol OFF Mains Contactor Lampu Indikator pada Tombol ON Genset Contactor Lampu Indikator pada Tombol OFF Genset Contactor Switch PLN ON, Switch

Genset OFF, Tombol ON pada ”Mains Contactor” ditekan

1 0 1 0 0 0

Switch PLN ON, Switch Genset OFF, Tombol OFF pada ”Mains Contactor” ditekan

1 0 0 1 0 0

Switch PLN ON, Switch Genset ON, Tombol ON pada ”Mains Contactor” bisa ditekan

1 1 1 0 0 1

Switch PLN ON, Switch Genset ON, Tombol ON pada ”Mains Contactor” tidak bisa ditekan

1 1 0 1 1 0

Switch PLN ON, Switch Genset ON, Tombol OFF pada ”Mains Contactor” ditekan

1 1 0 1 0 1

Switch PLN OFF, Switch Genset ON, Tombol ON pada ”Genset Contactor” ditekan

0 1 0 0 1 0

Switch PLN OFF, Switch Genset ON, Tombol OFF pada ”Genset Contactor” ditekan

0 1 0 0 0 1

Switch PLN ON, Switch Genset ON, Tombol ON pada ”Genset Contactor” bisa ditekan

1 1 0 1 1 0

Switch PLN ON, Switch Genset ON, Tombol ON pada ”Genset Contactor” tidak bisa ditekan

1 1 1 0 0 1

Dari data dan kelancaran pelaksanaan prosedur di tabel 1 dapat diketahui bahwa ATS-AMF yang dirakit telah berfungsi dengan baik pada operasi manual. Komponen-komponen daya maupun kontrol penyusun ATS-AMF dapat disimpulkan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing karena hasil data menunjukkan lampu indikator menyala sesuai kondisi yang di inginkan pada perencanaan. Dengan data diatas juga dapat simpulkan wirring yang dikerjakan telah sesuai dengan gambar rancangan yang dibuat. Sehingga ATS-AMF dinyatakan siap untuk dipasang pada sistem.

Namun apabila saat melaksanakan prosedur diatas,ATS-AMF tidak bekerja sesuai dengan fungsi yang telah dirancang maka prosedur akan dihentikan untuk melakukan pengecekan pada komponen yang tidak bekerja sesuai harapan atau melakukan pengecekan pada rangkaian (wirring).

4.2 Pengujian Operasi Otomatis

Pengujian Operasi Otomatis yaitu melakukan uji proses pemindahan beban dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan ( Genset ) secara otomatis apabila sumber dari PLN mengalami gangguan sehingga ATS-AMF melakukan proses starting Engine sampai generator “ready to loading”.Operasi ini dilaksanakan dengan memposisikan selector switch operation mode (ket.12 gambar 8) pada pasisi 2 ( automatic). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari operaasi otomatis pada ATS-AMF.

Kerja operasi otomatis ATS-AMF yang diproduksi dikendalikan secara penuh oleh dengan Modul DSE (Deepsea 4420) PLC.

Prosedur Pengujian dalam kondisi manual adalah sebagai berikut:

(9)

Prosedur Simulasi pemindahan Beban dari sumber PLN ke sumber Genset

1. Memposisikan selector switch Operation Mode di ATS-AMF pada posisi 2 (automatic) 2. Menekan tombol automatic operation pada

Modul DSE (Deepsea 4420) PLC sehingga modul beroperasi pada kondisi otomatis

3. Memposisikan switch Utama perangkat penguji pada posisi ON

4. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung. 5. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji

pada posisi OFF (seolah-olah sumber PLN mengalami gangguan) sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah putus.

Apabila pada tahap ini Modul DSE (Deepsea 4420) seolah-olah menyalakan Genset maka modul bekerja sesuai fungsi.

6. Menunggu respon Modul DSE (Deepsea 4420) PLC seolah-olah genset sedang dinyalakan.

7. Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi ON (Seolah-olah) genset telah hidup sehingga ATS-AMF mengindera sumber Genset telah tersambung kemudian menunggu respon genset ready to loading dari modul DSE (Deepsea 4420) PLC.

Apabila tahap ini berhasil, maka ”genset contctor” akan aktif dan proses pemindahan beban secara otomatis berhasil dilaksanakan. Prosedur Simulasi pemindahan Beban dari sumber Genset ke sumber PLN

8. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON lagi sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung. (mengkondisikan seolah-olah sumber PLN telah tersmabung kembali)

9. Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC memutus beban dari sumber genset.

10. Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC mengaktifkan ”main contactor” dan beban berhasil dipindah dari sumber genset kembali ke sumber PLN.

11. Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC memerintahkan genset mati, tahap ini disebut cooling down engine.

12. Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi OFF sehingga ATS-AMF mengindera Genset seolah-olah telah dimatikan.

Prosedur di atas dilakukan pada saat kerja praktek dilaksanakan, dan diperoleh data kondisi swicth dan lampu indikator sebagai berikut: Tabel 2 Kondisi Pengujian ATS-AMF operasi otomatis Kondisi Swicth perangkat penguji dan tombol ATS-AMF Lampu Indikat or Catuda ya Utama (PLN) Lampu Indikat or Catuda ya Cadan gan (Gense t) Lampu Indikat or pada Tombo l ON Mains Contac tor Lampo Indikat or pada Tombo l OFF Mains Contac tor Lampu Indikat or pada Tombo l ON Genset Contac tor Lampu Indikat or pada Tombo l OFF Genset Contac tor Switch PLN ON, Switch Genset OFF. 1 0 1 0 0 0 Switch PLN OFF, Switch Genset OFF 0 1 0 0 0 1 Switch PLN OFF, Switch Genset ON 0 1 0 1 1 0

Dari data dan kelancaran pelaksanaan prosedur di atas dapat disimpulkan bahwa ATS-AMF yang dirakit telah berfungsi dengan baik pada operasi otomatis, karena lampu indicator menyala sesuai dengan kerja dari komponen-komponen yang dipasang. Sehingga dapat dinyatakan Modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang dipasang telah beroperasi sesuai fungsinya mengontrol ATS-AMF pada operasi otomatis sepenuhnya. Komponen-komponen daya maupun kontrol penyusun ATS-AMF juga dapat disimpulkan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan wirring yang dikerjakan telah sesuai dengan gambar rancangan yang dibuat. V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dalam merakit atau membangun sebuah panel ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz yang memiliki fungsi otomatis dibutuhkan komponen kontrol dan komponen daya. 2. Komponen kontrol yang digunakan pada

ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz produksi PT.BMJ adalah relay, kontroler berupa modul DSE (Deepsea 4420), tombol tekan, selector, switch dan buzzer.

3. Komponen daya yang digunakan pada ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz produksi PT.BMJ adalah kontaktor, sekering dan MCB, MCCB, baterai dan battery charger, Current Transformer (CT) dan alat ukur

4. Panel ATS-AM dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang diproduksi oleh

(10)

PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau pemindahan beban yaitu secara manual dan otomatis..

5. Fungsi utama saat operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama emergency power yaitu memonitoring dan sensoring catu daya utama ( PLN ), jika PLN mengalami gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta memonitoring dan sensoring Genset, apabila genset telah starting dan running maka module ini akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset sekaligus proteksi.

5.2 Saran

1. Dalam perancangan dan perakitan ATS-AMF hendaknya memperhatikan efisiensi penggunaan kabel.

2. Pengujian pada ATS-AMF yang telah dirakit akan memberikan respon realisitis sesuai kondisi saat beroperaasi bila dilakukan dengan sumber dari genset dan PLN

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aprilawati, Hidayah. 2007. Perancangan Unit Instalasi Genset Di Pt Aichi Tex Indonesia Design Installation Unit Of Genset At Pt Aichi Tex Indonesia. Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung, Bandung. [2] http://bmj-power.com

[3] http://democlient.yellowpages.co.id/bmj

[4]Setiawan, Rudi. Standart Operational Procedure ATS-AMF 33kVA.

[5]Sudiharto,Indhana dkk. 2011. Rancang Bangun Sistem Automatic Transfer Switch (ATS) dan Automatic Main Failure (AMF) PLN - Genset Berbasis Plc Dilengkapi Dengan Monitoring. Jurnal Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS, Surabaya.

BIODATA PENULIS

Penulis lahir di Dompu 12 Februari 1989. Menempuh jalur pendidikan dasar di SD Inpres Montabaru, SMPN 1 Woja dan SMAN 1 Dompu. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan S1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang konsentrasi Keteganaan.

Semarang, 10 Februari 2012 Mengetahui

Dosen Pembimbing

NIP.196111171988031001 Ir. Tejo Sukmadi, MT

Gambar

Gambar 4 Konstruksi MCCB  Baterai dan Battery Charger
Gambar 6 Bagian Luar ATS-AMF  Keterangan :
Gambar 8 Singel line diagram ATS-AMF 10  kVA,380 V, 50 Hz
Gambar 10 Wirring diagram kabel kontrol main  source
+4

Referensi

Dokumen terkait

Proses untuk memindahkan saluran suplai ke beban dari sumber utama atau dari sumber cadangan genset ini adalah menggunakan alat listrik yang dinamakan automatic

Apabila saluran utama PLN mengalami gangguan, AMF Power System akan memindahkan layanan beban listrik secara otomatis ke saluran cadangan (genset). Dengan demikian, unit alat

Dari sisi masukan (input) terdiri dari beberapa sensor antara lain:sensor tegangan PLN,sensor tegangan genset,sensor frekuensi genset,sensor temperature air pendingin

Pengujian pengukuran tegangan yang dilakukan terhadap sumber listrik dari baterai dengan cara menggunakan beban dengan listrik yang berbeda-beda, untuk

Kontrol otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) atau Sistem Interlock antara PLN dan Genset yang mengendalikan 2 sumber aliran listrik

Adapun judul dari Laporan Akhir”Analisis Automatic Transfer Switch(ATS)Terhadap solar cell 450 VA Sebagai Suplai Energi Cadangan Politeknik Negeri Sriwijaya”. Dalam pembuatan

Desain dan Implementasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida Sebagai Sumber Energi Alternatif yang Murah dan Andal untuk Suplai Beban Listrik Rumah Tangga

Pada Panel Surya ini diimplementasikan Automatic Transfer Switch (ATS) yang berfungsi jika baterai pada Panel Surya kurang dari set point yang mana tegangan