• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENDALA SATUAN PAUD DALAM PENERAPAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF (PAUD HI) DI KECAMATAN SALAHUTU DAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KENDALA SATUAN PAUD DALAM PENERAPAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF (PAUD HI) DI KECAMATAN SALAHUTU DAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 41

KENDALA SATUAN PAUD DALAM PENERAPAN PAUD HOLISTIK

INTEGRATIF (PAUD HI) DI KECAMATAN SALAHUTU DAN LEIHITU

KABUPATEN MALUKU TENGAH

Edi Suprapto

Pamong Belajar Muda BP. PAUD dan Dikmas Maluku

Abstract

This research is to find out about the obstacles faced in organizing holistic PAUD programs in Salahutu sub-district and Leihitu Central Maluku Regency. Research method through qualitative descriptive approach in 11 paud units in Salahutu district and 7 PAUD units in Leihitu sub-district. Data is obtained from interviews, observations and documentation studies with respondents of PAUD organizers/ organizers. The results showed that the constraints encountered include a) internal kedala namely; quality of management of un professional PAUD units, limited number and quality of educators and organizers of PAUD HI and inadequate service facilities. b) external constraints namely lack of socialization about PAUD HI, lack of coaching, mentoring, supervision and evaluation of PAUD HI organizers, lack of public understanding of the importance of integrativ holistic early childhood development, lack of consolidation and implementation arrangements of PAUD HI programs by related parties at the Provincial level to villages/villages, no measurable PAUD-HI model, and not optimal community engagement (including business world) and parents to HI PAUD services.

Keywords: Constraints, PAUD Unit, Integrative Holistic PAUD

PENDAHULUAN

Periode keemasan anak berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun, usia yang praktis tidak boleh diabaikan. Karena jika terabaikan pada usia ini anak akan kehilangan kesempatan emas selamanya. Oleh sebab itu, periode ini merupakan momen tepat untuk menanamkan nilai dan pendidikan pada anak, termasuk status gizi yang menjadi salah satu aspek terpenting guna mendukung tumbuh-kembang, pembentukan karakter, serta kecerdasan yang akan dibawa hingga usia dewasanya.

Begitu pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, maka seyogyanya PAUD di Indonesia dapat menjawab kebutuhan anak usia dini serta menjadi sebuah sarana yang

tepat dalam memberikan pengenalan nutrisi yang tepat dengan stimulasi yang sesuai tahapan tumbuh-kembang anak.

Dalam program PAUD, orangtua dan guru bisa saling bekerja sama dalam menuntun anak menjadi generasi yang hebat. Namun, penyelenggaraan PAUD tersebut masih menghadapi berbagai masalah, sehingga konsep PAUD pun mulai bergeser.

Para ahlipun merekomendasikan perlunya untuk melakukan pengembangan terhadap anak usia dini secara holistik dan terintegrasi. Oleh karena itu pada tahun 2013 Presiden Indonesia melalui Perpres No. 60 tahun 2013 mengamanatkan agar pengem-bangan anak usia dini hendaknya dilakukan secara holistik integratif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang

(2)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 42 beragam, meliputi berbagai aspek fisik dan

non-fisik, termasuk mental, emosional, dan sosial.

Layanan stimulasi holistik mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan menjadi kebijakan pengem-bangan anak usia dini dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua.

Sejak tahun 2013 program PAUD Holistik Integratif sudah disosialisasikan dan diterapkan di Satuan PAUD seluruh Indonesia termasuk di Propinsi Maluku. Namun Kenya-taannya sebagian besar program PAUD HI ini belum dapat diterapkan secara optimal di satuan PAUD di Propinsi Maluku, termasuk di Kecamatan Salahutu dan Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Untuk itu perlu diketahui kendala-kendala yang dihadapi Satuan PAUD dalam menerapkan Pengem-bangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI), di Kecamatan Salahutu dan Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

KAJIAN TEORITIS

Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-undang no.20 tahun 2003, pasal 1 ayat 14). Selanjutnya dalam Permendikbud No. 137 tahun 2014

dijelaskan bahwa Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 6 (enam) aspek perkembangan yaitu; agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelom-pok usia yang dilalui oleh anak usia dini.

Sedangkan berdasarkan Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Pada ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan ayat 4 menyebutkan bahwa Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan pada ayat 5 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Kerangka Dasar Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut;

a. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur non formal meliputi;

1. Kelompok Bermain dan yang sejenisnya, menyelenggarakan program PAUD bagi anak usia 2 s/d 4 tahun

2. Taman Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis menyelenggarakan program kesejahteraan sosial, perawatan, pengasuhan, dan pendidikan sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. diantaranya; POS PAUD, Tama Posyandu (TP), Taman Asuh Anak

(3)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 43 Muslim (TAAM), PAUD Sekolah

Minggu (PAUD-SM), PAUD Bina Iman Anak (PAUD-BIA), PAUD Pembinaan Anak Kristen (PAUD PAK), dan Nava Dhamma Sekha

b. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur formal, meliputi;

1. Taman Kanak-Kanak, menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun

2. Raudhatul Athfal dan Bustanul Athfal menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun

3. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini jalur Formal yang Sederajat, diantaranya: a) Tarbiyatul Athfal (TA)

b) Taman kanak-kanak Al-Quran (TKQ) c) Taman pendidikan Al-Quran (TPQ) d) Adi Sekha

e) TK-SD Satu atap f) TK anak pantai

g) TK Bina Anaprasa dan sejenisnya c. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada

jalur Informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Adapun tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu:

 Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

 Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu

bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.

Sedangkan yang berhak mendirikan Satuan PAUD berdasarkan Permendikbud No.84 tahun 2014, yaitu; 1) Pemerintah Kabupaten/ Kota, 2) Pemerintah Desa, 3) Orang perse-orangan yang memenuhi syarat yakni warga Negara Indonsia yang cakap hukum berda-sarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, 4) Kelompok orang dengan kewa-jiban mencantumkan kesepakatan kelompok orang secara tertulis atau akte pendirian persekutuan perdata untuk mendirikan satuan PAUD sebagai tujuan kelompok orang yang bersangkutan. 5) Badan Hukum yang bersifat nirlaba dan berbentuk yayasan, perkumpulan atau badan lain sejenis. Sebagai persyaratan pendirian satuan PAUD dalam Permendikbud no. 84 tahun 2014 disebutkan bahwa calon pendiri satuan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

Persyaratan administratif yakni; a) Fotokopi

identitas pendiri, b) surat keterangan domisili dari kepala desa/ lurah, c) susunan pengurus dan rincian tugas, sedang Persyaratan Teknis diantaranya; a) Hasil penilaian kelayakan oleh pihak berwenang, b) Rencana Induk Pengem-bangan (RIP) khusus pendirian TK/TKLB, c) Rencana Pencapaian standar penyeleng-garaan Satuan PAUD.

Disamping itu sebagai satuan pendidikan, PAUD dalam pengelolaan dan penyelenggaraanya harus sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telahtapkan oleh pemerintah dalam hal ini oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Adanya Standar tersebut diharapkan dapat menjadi 1) dasar dalam perencanaan, pelaksa-naan, pengawasan, dan tindak lanjut pendi-dikan dalam rangka mewujudkan PAUD

(4)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 44 bermutu, 2) Sebagai acuan setiap satuan dan

program PAUD untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; dan 3) Dasar penjaminan mutu PAUD. Berdasarkan Permendikbud no. 137 tahun 2014, ada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan Anak Usia yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni 1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini selanjutnya disebut STPPA adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan partum-buhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni. 2) Standar Isi adalah kriteria tentang lingkup materi dan kompetensi menuju tingkat pencapaian perkembangan

yang sesuai dengan tingkat usia anak. 3) Standar Proses adalah kriteria tentang

pelaksanaan pembelajaran pada satuan atau program PAUD dalam rangka membantu pemenuhan tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak. 4) Stan-dar Penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran dalam rangka mengetahui tingkat pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak. 5) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria tentang kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. 6) Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang persyaratan pendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini secara holistik dan integratif yang memanfaatkan potensi lokal. 7) Standar Pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan atau program PAUD. 8) Standar Pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan besaran biaya personal serta operasional pada satuan

atau program PAUD. Selanjutnya melalui penilaian standar tersebut satuan PAUD akan mendapatkan kategorisasi nilai akreditasi. Dengan penilaian akreditasi tersebut dapat diketahui tingkat kualitas dan kelayakan satuan PAUD dalam pengelolaan dan penyelenggaran program.

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI)

Dalam program PAUD, orangtua dan guru bisa saling bekerja sama dalam menuntun anak menjadi generasi yang hebat. Namun, penyelenggaraan PAUD tersebut masih menghadapi berbagai masalah, sehingga konsep PAUD pun mulai bergeser. Para ahli pun merekomendasikan perlunya untuk melakukan pengembangan terhadap anak usia dini secara holistik dan terintegrasi. Oleh karena itu pada tahun 2013 Presiden Indonesia melalui Perpres No. 60 tahun 2013 mengamanatkan agar pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan secara holistik integratif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi, meliputi berbagai aspek fisik dan non-fisik, termasuk mental, emosional, dan sosial.

Pengembangan PAUD Holistik Integratif menurut Dr. Fasli Jalal harus memenuhi 5 pilar hak anak, diantaranya; 1) Hak anak terhindar dari penyakit, 2) Hak anak terpenuhi gizi agar dapat bereskplorasi dan mengembangkan kemampuan otaknya dengan maksimal, 3) Hak anak mendapatkan pengasuhan yang baik, 4) Hak mendapatkan stimulasi sedini mungkin, dan 5) hak mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik dan psikologis. Adapun layanan PAUD Holistik Integratif ini meliputi

(5)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 45 pengembangan karakter, pengembangan aspek

bidang agama dan moral, motorik kasar dan halus, kognitif, serta bahasa dan sosial-emosional melalui metode layanan kesehatan dan gizi, serta stimulasi dengan konsep program berbasis keluarga dan komunitas.

Pada stimulasi holistik yang mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawa-tan, pengasuhan, perlindungan dan kesejah-teraan menjadi kebijakan pengembangan anak usia dini dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasya-rakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua. Dalam menjamin terlaksananya PAUD Holistik Integratif untuk pemenuhan hak tumbuh kembang anak usia dini, diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan berkesi-nambungan, satuan PAUD memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan anak tersebut melalui kerjasama lintas sektor dengan sektor-sektor terkait.

Sedangkan prinsip pelaksanaan PAUD Holistik Integratif berdasarkan Juknis PAUD HI, oleh Direktorat Pembinaan PAUD tahun 2015, sebagai berikut ; 1) Pelayanan yang menyeluruh dan terintegrasi, 2) Pelayanan yang berkesinambungan 3) Pelayanan yang non diskriminasi 4) Pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta diterima oleh kelompok masyarakat, 5) Partisipasi masya-rakat, 6) Berbasis budaya yang konstruktif, dan 7) Tata kelola yang baik.

Terkait layanan PAUD HI idealnya dilaksanakan secara terpusat, artinya semua layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, dan perlindungan anak

dilakukan dalam satu tempat yakni Satuan PAUD. Jika digambarkan sebagai berikut;

Gambar skema Layanan PAUD HI Model 1 Apabila tidak memungkinkan layanan PAUD HI dapat juga dilakukan sebagai berikut;

Gambar skema Layanan PAUD HI Model 2 Layanan PAUD HI model ke satu atau kedua prinsipnya menempatkan anak usia dini sebagai pusat layanan PAUD HI. Dipastikan semua anak mendapatkan semua layanan dengan optimal atas dukungan, bimbingan, fasilitasi dari instansi dan pemangku kebijakan terkait.

Kendala Satuan PAUD dalam Penyele-nggaraan PAUD HI

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 667) mendefinisikan kendala adalah halangan, rintangan dengan keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran. Dalam hal ini kendala yang akan dikaji adalah kendala satuan PAUD dalam penyelenggaraan PAUD Holistik Integratif. Kendala dapat berupa faktor internal berupa kelemahan lembaga dan faktor eksternal

Pendidikan

Satuan PAUD Pengasuhan

Kesehatan, Gizi, Perawatan Kesejahteraan, Perlindungan Pendidikan Kesehatan, Gizi Perawatan Kesejahteraan Perlindungan Pengasuhan

Satuan PAUD Pos Yandu dan

(6)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 46 berupa ancaman atau hambatan dari luar

lembaga (Freddy Rangkuti; 2013).

Faktor internal lembaga, diantaranya ; 1) Kualitas pengelolaan satuan PAUD yang belum profesional, 2) Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga pendidik dan penyelenggara PAUD HI, 3) Fasilitas pelayanan yang kurang memadai, 4) Pengembangan anak usia dini masih bersifat sektoral padahal merupakan program multi sector. Sedangkan faktor Eksternal sebagai berikut; 1) Kurangnya sosialisasi kepada lembaga PAUD terkait PAUD HI oleh pihak terkait (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas sosial, IGTKI, HIMPAUDI, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan sebagainya), 2) Kurangnya pembinaan, pendampingan, pengawasan dan evaluasi kepada lembaga/ Satuan PAUD penyelenggara PAUD HI, 3) pemahaman para pemangku kepentingan baik pengambil kebijakan, penyelenggara, masyarakat akan pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif masih terbatas, 4) Kurang-nya konsolidasi dan pengaturan pelaksanaan program PAUD HI oleh pihak terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, kecamatan, desa/ kelurahan. 5) Belum ada model PAUD-HI yang terukur, 6) Pelibatan masyarakat (terma-suk dunia usaha) dan orang tua terhadap layanan PAUD HI belum optimal.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang suatu situasi, keadaan, atau bidang kajian yang menjadi obyek penelitian. Metode kualitatif digunakan sebab permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna

(Sugiyono,2011). Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan obyek penelitian yang belum jelas dan penuh makna dengan sistematis, faktual, dan akurat. Dalam mengumpulkan data digunakan metode pengamatan berpar-tisipasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen pada 11 Satuan PAUD (52%) di Kecamatan Salahutu diantaranya;

dan 7 satuan PAUD (34%) di Kecamatan Leihitu, sebagai berikut :

Penelitian ini hanya sebatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan, atau peristiwa yang berkenaan dengan kendala/ hambatan yang dihadapi Satuan PAUD dalam menyelenggarakan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Satuan PAUD di

Kecamatan Salahutu dan Leihitu

Berdasarkan data pada Pusat Data dan Teknologi Informasi (PDTI) Kemendikbud RI tahun 2020, Satuan PAUD di kecamatan Salahutu dan kecamatan Leihitu yang sudah

No Nama Lembaga NPSN Alamat

1 KB Ar-Rahman Tulehu 69938823 Tulehu

2 RA Az-Zahra 69886137 Tulehu

3 TK Mekar Waai 69936284 Waai

4 TK Hetumena Liang 69958950 Liang

5 TK Melati Tulehu 69958950 Tulehu

6 TK Wabale 69964826 Waai

7 TK Amanah 69946010 Tulehu

8 KB Makahina 69934882 Tulehu

9 KB Az-Zahra 69953623 Tulehu

10 RA Al Mawaddah 3 Tulehu 69752035 Tulehu

11 TK Satap SD Neg.3 Liang 69936288 Liang

No Nama Lembaga NPSN Alamat

1 KB Nur Syafaat Wakal 69939500 Wakal

2 KB Kuncup Harapan 69938883 Hitulama

3 KB Jantong Hati 69938889 Kaitetu

4 TK Tomahisa Morela 69934653 Morela

5 TK Dharma Wanita Sub unit

Hitulama

69938965 Hitulama

6 TK Sinar Latu Mamala 69987268 Mamala

(7)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 47 memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional

(NPSN) sebanyak 44 lembaga yakni 21 lembaga di Kecamatan Salahutu dan 23 di Kecamatan Leihitu.

Sumber; Pusat Data dan Teknologi Informasi (PDTI) Kemdikbud,2020

Dari 44 lembaga/satuan PAUD yang ada di Kecamatan Salahutu dan Leihitu secara keseluruhan berstatus lembaga swasta yang dibentuk oleh masyarakat dan Yayasan.

Kondisi jumlah ketenagaan PTK PAUD yang ada di kedua kecamatan ini sebanyak 141 orang dengan rincian PTK di Kecamatan Salahutu sebanyak 75 orang dan Kecamatan Leihitu 66 orang.

Dari data jumlah ketenagaan PTK PAUD yang ada sesuai jenjang pendidikan maka sebagian besar PTK PNF berpendidikan S1 sebanyak 44,68%, SMA/Sederajat 39,01%, Diploma (D2/D3) 14,89 % dan S2 1,42 %. Dengan

Grafik 1.Jumlah PTK sesuai Jenjang Pendidikan di Kecamatan Salahutu dan Leihitu

kondisi jumlah PTK PAUD seperti ini tentunya sangat mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada satuan/lembaga PAUD yang ada di kedua kecamatan tersebut. Selain ketersediaan PTK PAUD maka hal lain yang cukup penting adalah ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran di satuan PAUD yang ada pada kedua kecamatan. Kondisi status gedung tempat pelaksanaan PAUD pada Kecamatan Salahutu sebanyak 10 satuan (47,6%) adalah milik sendiri dan 11 satuan (52,4%) masih berstatus pinjam/sewa, sedangkan pada Kecamatan Leihitu ada sebanyak 13 satuan (56,6%) telah memiliki gedung sendiri dan 10 satuan (43,4%) masih pinjam/sewa.

Grafik 2. Kondisi Status Gedung Satuan PAUD di Kecamatan Salahutu dan Leihitu

Sedangkan kondisi Sarana APE dan Fasbel yang ada di kedua kecamatan sebagian besar termasuk kategori cukup namun juga masih ada lembaga yang masih termasuk kategori kurang.

Grafik 3. Kondisi APE dan Fasbel di Kecamatan Salahutu dan Leihitu

Kecamatan Satuan PAUD Jumlah

TK/ RA KB TPA SPS

Salahutu 16 5 0 0 21

Leihitu 17 6 0 0 23

(8)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 48

Aktifitas Layanan dan Kendala Penye-lenggraan PAUD Holistik Integratif

Berdasarkan pengamatan berpartisipasi dan analisa dokumen terhadap satuan PAUD serta wawancara secara mendalam dengan ketua dan anggota HIMPAUDI/ IGTKI, Ketua Pusat Kegiatan Gugus (PKG) serta 11 pengelola/ kepala sekolah (52%) Satuan PAUD di kecamatan Salahutu, diperoleh data bahwa satuan PAUD di kecamatan Salahutu sebanyak 21 (100%) lembaga saat ini belum menerapkan PAUD HI secara komprehensif (menyeluruh), terintegrasi dan berkesinam-bungan serta belum maksimalnya pelibatan peran serta stake holder. Penerapan PAUD HI baru sebatas kerjasama dengan Puskesmas dan atau Posyandu untuk pemberian vitamin dan timbang badan pada anak didik. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Kecamatan Leihitu, terdapat 23 satuan PAUD setelah dilakukan wawancara secara mendalam kepada ketua dan anggota HIMPAUDI/ IGTKI, Ketua Pusat Kegiatan Gugus (PKG), dan 7 pengelola/ Kepala sekolah satuan PAUD di kecamatan Leihitu serta pengamatan berpartisipasi dan analisa dokumen terhadap 7 (34%) Satuan PAUD diperoleh data bahwa satuan PAUD di kecamatan Leihitu sebanyak 23 (100%) lembaga saat ini belum menerapkan PAUD HI secara komprehensif (menyeluruh), terinte-grasi, berkesinambungan dan maksimal dalam pelibatan stake holder. Penerapan PAUD HI baru sebatas kerjasama dengan Puskesmas dan atau Posyandu untuk pemberian vitamin pada anak didik.

Layanan PAUD Holistik Integratif meliputi pengembangan karakter, pengem-bangan aspek bidang agama dan moral, motorik kasar dan halus, kognitif, serta bahasa dan sosial-emosional melalui metode layanan

kesehatan dan gizi, serta stimulasi dengan konsep program berbasis keluarga dan komunitas. Pada stimulasi holistik yang mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan menjadi kebijakan pengem-bangan anak usia dini dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua.

Dalam menjamin terlaksananya PAUD Holistik Integratif untuk pemenuhan hak tumbuh kembang anak usia dini, diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan, satuan PAUD memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan anak tersebut melalui kerjasama lintas sektor dengan sektor-sektor terkait.

Pada penerapan layanan PAUD Holistik Integratif harus sesuai dengan prinsip pelaksanaan PAUD Holistik Integratif seba-gai berikut ; 1) Pelayanan yang menye-luruh dan terintegrasi. Satuan PAUD sebagai wadah pemberian layanan pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak yang mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan anak oleh berbagai pihak dan pemangku kebijakan, 2) Pelayanan yang berkesinambungan yakni layanan dilakukan pada seluruh layanan PAUD yang dilakukan secara berkelanjutan sejak lahir hingga usia 6 tahun. 3) Pelayanan yang non diskriminasi yakni layanan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak dan pemangku kebijakan diberikan kepada seluruh anak yang ada di satuan PAUD

(9)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 49 secara adil tanpa membeda-bedakan jenis

kelamin, status sosial ekonomi, kondisi tumbuh kembang anak (berkebutuhan khusus), suku, agama, ras, antar golongan (Sara), 4) Pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta diterima oleh kelompok masyarakat yakni lokasi layanan PAUD HI diupayakan dekat dengan tempat tinggal masyarakat dan terjangkau dari aspek biaya, 5) Partisipasi masyarakat, yakni melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program PAUD HI sehingga rasa memiliki program dari oleh masyarakat menjadi lebih kuat, 6) Berbasis budaya yang konstruktif yakni pemberian layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, dan kesejahteraan anak dilakukan dengan memanfaatkan potensi lokal dan memper-hatikan nilai budaya setempat yang sejalan dengan prinsip lauanan PAUD HI, 7) Tata kelola yang baik yakni pengelolaan program dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui

wawancara mendalam, pengamatan

berpartisipasi dan analisis dokumen untuk mengetahui kendala yang dihadapi Satuan PAUD dalam menerapkan PAUD Holistik Integratif (PAUD HI), diperoleh informasi bahwa satuan PAUD di kecamatan Salahutu dan kecamatan Leihitu belum dapat menerapkan PAUD HI secara maksimal dan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan PAUD HI disebabkan factor Internal dan factor eksternal sebagai berikut; a) Faktor Internal, meliputi;

1) Kualitas pengelolaan satuan PAUD yang be-lum profesional, yakni bebe-lum tertatanya manajemen kelembagaan seperti admi-

nistrasi lembaga yang masih belum rapi dan lengkap serta struktur lembaga dan uraian tugas ( job descibtion) pengelola dan tenaga kependidikan yang masih belum jelas dan tumpang tindih dalam pengaplikasian di lapangan.

2) Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga pendidik dan penyelenggara PAUD HI, diantaranya masih kurangnya tenaga pendidik di setiap satuan PAUD serta belum memiliki kompetensi dalam bidang yang dibutuhkan, karena mayoritas pendidik Satuan PAUD masih berijazah SMA yang belum pernah mengikuti Diklat peningkatan kompetensi.

3) Fasilitas pelayanan yang kurang memadai, yakni masih belum lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran dan kesehatan serta Alat Permainan Edukatif (APE) bagi anak didik di Satuan PAUD. 4) Pengembangan anak usia dini masih bersifat sektoral padahal merupakan program multi sector, yaitu Satuan PAUD saat ini dalam menyelenggarakan program PAUD masih sebatas di lingkup lembaga dan mengandalkan potensi lembaga yang sangat terbatas. Belum ada kerjasama Satuan PAUD dengan mitra lintas sector secara formal dan berkesinambungan sehingga penyelenggaraan PAUD dan tujuan program PAUD belum dapat tercapai secara maksimal serta belum sesuai dengan harapan pemerintah.

b) Faktor Eksternal diantaranya;

1) Kurangnya sosialisasi kepada setiap lem-baga PAUD terkait PAUD HI oleh pihak terkait (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas sosial, IGTKI, HIMPAUDI, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan sebagainya). Selama ini satuan PAUD di kecamatan

(10)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 50 Salahutu dan kecamatan Leihitu mengaku

belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait PAUD HI dari Dinas terkait, kalau ada itu sebatas informasi dari IGTKI dan HIMPAUDI secara personal dan non formal, oleh karenanya satuan PAUD belum dapat menerapkan PAUD HI secara baik karena belum adanya pengetahuan dan pemahaman terkait program tersebut. 2) Kurangnya pembinaan, pendampingan,

pe-ngawasan dan evaluasi kepada lembaga/ Satuan PAUD penyelenggara PAUD HI, hal ini menyebabkan hampir seluruh satuan PAUD di kecamatan Salahutu dan Leihitu menyelenggarakan PAUD HI sebatas ikut-ikutan menerapkan program pemerintah tanpa didukung pengetahuan, pemahaman serta komponen lainnya atau ada juga satuan PAUD yang menyelenggarakan PAUD HI hanya sebagai prasyarat untuk melengkapi berkas/ dokumen pengajuan akreditasi lembaga.

3) Pemahaman dan atau kepedulian para pe-mangku kepentingan baik pengambil kebijakan, penyelenggara, masyarakat akan pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif masih terbatas, baik dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan propinsi. Hal ini dapat diketahui dari perhatian serta kebijakan yang dikeluarkan terlihat masih belum berpihak kepada pengembangan dan kemajuan PAUD secara optimal.

4) Kurangnya konsolidasi dan pengaturan pe-laksanaan program PAUD HI oleh pihak terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, kecamatan, desa/ kelurahan. Hal ini disebabkan putusnya rentang kendali serta koordinasi para mitra penyelenggara serta pendukung PAUD HI, belum diketahui

ditingkat kecamatan Salahutu maupun Leihitu ada forum bersama stake holder membahas terkait penerapan PAUD HI. 5) Belum ada model PAUD HI yang terukur.

Sampai saat ini belum ada model penerapan PAUD HI yang dapat dijadikan sebagai acuan serta tolak ukur penerapan PAUD HI yang ideal, oleh karenanya masing-masing Satuan PAUD menerapkan model PAUD HI sebatas pemahaman serta kemampuan yang dimiliki.

6) Pelibatan masyarakat (termasuk dunia usa-ha) dan orang tua terhadap layanan PAUD HI belum optimal. Dalam penerapan PAUD HI diperlukan koordinasi dan kerjasama antar mitra dan stake holder secara baik dan berkesinambungan, namun kenyataan di lapangan satuan PAUD menerapkan PAUD HI belum melibatkan pihak terkait secara optimal, oleh karenanya penerapan PAUD HI juga tidak dapat terlaksana dengan maksimal. Hal ini disebabkan keengganan satuan PAUD untuk mengajak dan melibatkan pihak terkait karena ketidak fahaman pengelola dan pendidik, ketidaksiapan lembaga serta sikap kurang peduli mitra dan stakeholder terkait program PAUD HI.

Berkaitan dengan itu maka penerapan PAUD Holistik Integratif dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan keterlibatan berbagai pihak (stake holder), diantaranya; 1) Satuan PAUD berperan sebagai

penyelenggara layanan PAUD HI dengan bimbingan dan pengawasan instansi terkait.

2) Dinas Pendidikan berperan melaksana-kan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi, pelatihan, evaluasi

(11)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 51 dan pelaporan terkait layanan pendidikan

di Satuan PAUD.

3) Dinas Kesehatan berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi; pelatihan, evaluasi dan pelaporan terkait layanan kesehatan di dalam atau di luar Satuan PAUD yang meliputi; pemeriksaan kesehatan, gizi, imunisasi, pemberian vitamin kepada anak, dan penyuluhan kesehatan untuk orang tua.

4) Dinas Sosial berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi; pelatihan, evaluasi dan pelaporan terkait layanan sosial di Satuan PAUD, meliputi: perlindungan, rehabilitasi untuk anak yang mengalami kasus kekerasan, atau penelantaran, dan penyuluhan kepada orang tua.

5) BKKBN berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi, pelatihan, evaluasi dan pelaporan terkait layanan pengasuhan di Satuan PAUD, termasuk penyuluhan tentang pengasuhan kepada orang tua. 6) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi, dan penyuluhan tentang hak anak memiliki identitas Akta Kelahiran kepada orang tua. 7) Badan Pemberdayaan Masyarakat berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis,

supervisi, advokasi, fasilitasi layanan PAUD HI dengan mengoptimalkan daya dukung yang ada di masyarakat.

8) Polres/Polsek berperan melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, advokasi, pelatihan, evaluasi dan pelaporan terkait layanan keamanan dan

ketertiban di Satuan PAUD, termasuk penyuluhan tentang jaminan keamanan dan perlindungan hukum dari tindak penelantaran dan kekerasan terhadap anak didalam keluarga.

9) Organisasi Mitra berperan sebagai pendamping, pembina, dan mitra kerja Satuan PAUD dalam menyelenggarakan PAUD HI.

10) Posyandu berperan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar kepada anak usia dini yang mencakup penimbangan dan pengukuran tinggi badan serta pemberian vitamin A secara berkala. 11) Tokoh masyarakat berperan sebagai

pendamping, pembina, dan mitra kerja Satuan PAUD dalam memberikan fasilitasi, advokasi, penyuluhan terkait dengan nilai dan budaya setempat yang sesuai dengan konten PAUD HI.

12) Orang tua berperan sebagai mitra Satuan PAUD dalam melaksanakan PAUD HI di Satuan PAUD maupun di dalam lingkungan keluarganya.

PENUTUP

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) merupakan upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.

Guna menjamin pemenuhan hak tumbuh kembang anak usia dini, diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan.

(12)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 52 Satuan PAUD memiliki peranan yang

sangat strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan anak tersebut di atas melalui kerjasama dan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasya-rakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua.

Begitu pentingnya PAUD HI untuk memberikan pengenalan nutrisi yang tepat dengan stimulasi yang sesuai tahapan tumbuh-kembang anak maka pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 telah mengatur tentang penerapan PAUD HI pada satuan PAUD yang ada dalam masyarakat. Namun kenyataannya penerapan PAUD Holistik Integratif pada Satuan PAUD yang ada di Kecamatan Salahatu dan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku masih belum dapat terlaksana dengan optimal karena berbagai kendala yang dihadapi berupa faktor internal dan faktor eksternal kelembagaan.

Faktor Internal, meliputi; 1) Kualitas pe-ngelolaan satuan PAUD yang belum profesional, 2) Keterbatasan jumlah dan kua-litas tenaga pendidik dan penyelenggara PAUD HI, 3) Fasilitas pelayanan yang kurang memadai, 4) Pengembangan anak usia dini masih bersifat sektoral padahal merupakan program multi sektor.

Faktor Eksternal antara lain; 1) Ku-rangnya sosialisasi kepada lembaga PAUD terkait PAUD HI oleh pihak terkait, 2) Ku-rangnya pembinaan, pendampingan, penga-wasan dan evaluasi kepada lembaga/ Satuan PAUD penyelenggara PAUD HI, 3) Pema-haman dan atau kepedulian para pemangku kepentingan baik pengambil kebijakan, penyelenggara, masyarakat akan pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik

integratif masih terbatas, 4) Kurangnya konso-lidasi dan pengaturan pelaksanaan program PAUD HI oleh pihak terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa/ Kelurahan, 5) Belum ada model PAUD-HI yang terukur, 6) Pelibatan masyarakat (terma-suk dunia usaha) dan orang tua terhadap layanan PAUD HI belum optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan PAUD, Dirjen PAUD dan Dikmas. 2015. Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan PAUD Holistik

Integratif di Satuan PAUD, Jakarta

Departemen Pendidikan Indonesia. 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

.

Freddy Rangkuti.2013. Analisis SWOT Teknik

Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

https://www.yuksinau.id/perbedaan-adminis-trasi-dan-manajemen/ (on-line) (diakses pada tanggal 23 Maret 2020)

https://www.paud.id/2016/01/juknis-penyele-nggaraan-paud-hi-tk-kb-tpa-islam.html (on-line) (diakses pada tanggal 03 Maret 2020)

http://cokrowisudita.blogspot.com/2015/09/pen dirian-satuan-pendidikan-anak-usia.html (on-line) (diakses pada tanggal 13 Maret 2020)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif

(13)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Maluku Vol.7 Ed.1, 2020 | 53 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 84 tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD 2013

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Gambar

Gambar skema Layanan PAUD HI Model 1
Grafik 2. Kondisi Status Gedung Satuan PAUD di  Kecamatan Salahutu dan Leihitu

Referensi

Dokumen terkait