• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam indentifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13 - 18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu (Monokotil).

Kingdom : Plantae Divisio : Tracheophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Cocoideae Family : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Sumber: Lubis (2008)

2.2 Morfologi

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

a. Akar

Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra,

(2)

yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amilum, dinamakan kolumela (Reinhardt, 2008).

Salah satu bagian dari tumbuhan adalah akar. Akar pada tumbuhan memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Akar merupakan bagian tubuh tumbuhan sebelah bawah, biasanya berkembang di bawah permukaan tanah meskipun ada pula akar yang tumbuh di udara (seperti halnya batang ada pula yang tumbuh di bawah permukaan tanah). Susunan dan perkembangan jaringan primer akar dan batang dapat dibedakan dengan jelas misalnya perkembangan epidermisnya. Pada tumbuhan berbiji, xilem akar primer bersifat eksarch dan xilem batang bersifat endarch. Xilem dan floem diakar muda membentuk berkas pengangkut yang tersusun berseling, sedang pada batang membentuk berkas pengangkut yang tersusun secara kolateral, bikolateral, atau konsentris. Pada akar tidak dijumpai bangunan yang serupa daun, cabang cabangnya terbentuk dari bagian yang telah dewasa (bukan dikuncup sperti pada batang), tidak mempunyai stomata tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada persamaannya pada batang. Berdasarkan asal pembentukannya, ada dua tipe akar yaitu akar primer dan akar adventif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio (koleoriza) dan dikotil untuk mengetahui tinggi, lebar akar dan dalam perakaran pada tumbuhan dikotil dan monokotil.

b. Batang

Batang kelapa sawit dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif penghasil kayu tambahan yang sangat menjanjikan. Potensi peremajaan batang kelapa sawit sangat tinggi mengingat luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 8,04 juta ha yang tersebar di 22 provinsi di Indonesia (Kementerian Pertanian 2010).

(3)

c. Daun

Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

1. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dani tulang anak daun (midrib).

2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat

3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun, karena daun berkembang terus-menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk baris duri (spine) sepanjang tepi petiole yang merupakan pangkal dari tepi serabut tersebut.

Tahapan perkembangan daun :

a. Lanceolate : daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh.

b. Bifurcate : bentuk daun dengan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujungnya belum terbuka.

c. Pinnate : bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun ke atas dan kebawah.

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah) per tahun dan pada tanaman tua Antara 18 – 24 pelepah per tahun.

(4)

Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125-200 pasang dengan panjang 1-1,2 m dan lebar tengah ± 6cm.

Jumlah pelepah yang dipertahankan ditajuk pada tanaman dewasa 40-56 pelepah; selebihnya dibuang /di tunas pada saat panen.

Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun.

Letak pelepah dilihat dari bekas tunasan membentuk putaran spiral ke kiri dan kanan.

Arah putaran dilihat dari arah atas ke bawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya dengan produksi.

d. Buah

Buah yang memiliki kadar minyak optimum adalah buah yang telah berumur pada 20 – 22 minggu setelah reseptik. Kematangan buah secara normal diindikasikan dengan perubahan warna dari hitam menjadi orange kemerahan. Laju kematangan buah pada satu tandan tidak seragam dan biasanya kematangan dimulai dari bagian apical (atas) ke basal (bawah) tandan dan dari bagian luar ke dalam dari spikelet (Keshvadi et al., 2011a; Razali et al., 2012).

1. Umumnya yang ditanam adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah.

2. Buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan dan warnanya berupa menjadi orange. Berat tandan dan ukuran buah bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan tanah dan pemeliharaan.

(5)

Table 2. Perkembangan Jumlah dan Berat Tandan

Umur ( Tahun ) Jumlah tandan/phn/thn Berat kg/tandan

03 15-25 3,5-13

16 04 14-24

>16 15 25-30

4. Dalam 1 tandan ada 600-2.000 buah, panjang buah 3-5 berat per buah 13-30 gr.

5. Pada satu rangkaian buah di bagian dalam tandan, ukuran buah lebih kecil dari yang berada di luar. Buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan.

2.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.3.1 Kondisi Iklim

Kondisi iklim sangat memegang peranan penting karena mempengaruhi potensi produksi. Hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata (Siregar dkk, 2006). Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan. Menurut Sunarko (2007) penyebaran produksi setiap bulan dalam setahun sangat dipengaruhi oleh curah hujan pada tahun-tahun sebelumnya.

Kelapa sawit dapat dikembangkan dengan baik pada wilayah dengan karakteristik lahan berupa tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15°LU-15°LS, mempunyai ketinggian 0-400 m, curah hujan 2000-2500 mm/tahun, suhu optimum sebesar 29-30 °C, intensitas penyinaran matahari 5-7 jam/hari, kelembaban optimum adalah 80-90 %, tanah mempunyai karakteristik gembur dan subur (Sasongko, 2010). Kelapa sawit tumbuh

(6)

dengan baik pada daerah dataranrendah dengan ketinggian tempat tidak melebihi dari 25o(Ritung, dkk, 2007; Sasongko, 2010).

2.3.2 Wilayah

Komoditas yang mempunyai nilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah kelapa sawit. Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15°LU-15°LS,ketinggian yang ideal berkisar antara 0-400mdpl,curah hujan sebesar 2.000-2.500mm/tahun,suhu optimum adalah 29-30°C,intensitas sinar matahari sekitar 5-7jam/hari dengan rata-rata penyinaran 6jam/hari, kelembaban optimum sekitar 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol dengan nilai pH optimum adalah 5,0–5,5, tanah gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas.Topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 25o. Solumtanah >80cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir 20–60%, debu10–40%, liat20–50. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 dimana C1% dan N0,1%. Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu Mg0,4–10 me/100gram, sedangkan K0,15–1,20me/100gram.

2.4 Tanah Ultisol 2.4.1 Fisik Tanah

Sifat-sifat fisik tanah yang secara nyata memengaruhi perkembangan bibit dan pertumbuhan kelapa sawit, yaitu; 1) Struktur tanah; 2) Air tanah; 3) Suhu/temperatur tanah; dan 4) Aerasi tanah. Sifat-sifat inilah yang memengaruhi pertumbuhan pohon. Pada tingkat yang kritis dari sifat-sifat

(7)

ini, maka dimasa yang akan datang pertumbuhan pohon akan dirugikan, namun demikian untuk sebagian besar tanah-tanah di wilayah tropika pengaruh ini belum banyak diketahui (Risnasari 2002).

Dari proses perombakan humus bahan organik tidak hanya memperkaya unsur hara, tetapi juga akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisika tanah. Sifat-sifat fisika tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel tanah; macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur, kemampuan tanah menahan atau menyimpan air, permeabilitas tanah, struktur, kerapatan (density), porositas, konsistensi, warna dan suhu.

2.4.2 Kimia

Ultisol masalah keasaman tanah, bahan organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat rendah (Fitriatin, dkk, 2014). Mulyani, dkk(2010) menyatakan bahwa kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi. Tingginya curah hujan disebagian wilayah Indonesia menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa,sehingga basa-basa dalam tanah akan segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal dalam tanah menjadi bereaksi masam dengan kejenuhan basa rendah. Sifat tanah pada setiap daerah mempunyai karakteristik sifat kimia yang berbeda-beda pula tergantung dengan bahan induknya. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) menyatakan bahwa Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dariyang bersifat masam hingga bersifat basa. Namun sebagian besar bahan

(8)

induk tanah ini adalah batuan sedimen asam. Secara umum sifat kimia pada sub grup tanah Ultisol berbeda antara satu dengan yang lainnya.Tetapi untuk menentukan perbedaan dari masing-masing sub grup tanah tersebut perlu di analisis berdasarkan spesifik lokasi. Tanah yang tersebar di permukaan bumi memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor geografis saat pembentukan tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut antara lain bahan induk, topografi, iklim, organisme, dan waktu.

2.4.3 Biologi

Selain itu sifat biologi tanah memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas kesuburan dan kesehatan tanah. Menurut Hanafiah (2009) pengaruh biota tanah, baik makro maupun mikro terhadap penyusunan tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan tanaman yang tumbuh diatasnya dan lingkungan sangatlah penting.Saat ini berbagai atribut biologi tanah mulai banyak digunakan sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah.Namun pengelolaan lahan yang tidak tepat seperti penggunaan tanah dalam jangka waktu lama, penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus, akan mengancam agroekosistem berkelanjutan. Sehingga peningkatan pengetahuan tentang ekosistem bawah tanah dan proses–prosesnya dirasa perlu untuk memahami pengelolaan lahan dan tanah berkelanjutan.

2.5 Pembibitan Kelapa Sawit

Bibit kelapa sawit berkualitas tidak hanya berasal dari benih unggul tetapi faktor teknik budidaya lainnya ikut berperan penting diantaranya pemupukan dan pengairan. Pada saat pembibitan seringkali ketersediaan air untuk penyiraman menjadi kendala sehingga apabila hal tersebut terjadi bibit kerap mengalami kekeringan sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

(9)

selanjutnya. Setiap bibit kelapa sawit membutuhkan air ratarata 2,25 liter atau setara dengan curah hujan efektif 3,4 mm/hari (Allorerung dkk, 2010).

a. Kriteria Bibit

Bibit kelapa sawit yang akan dihasilkan adalah memenuhi kriteria bibit sebagai berikut:

1. Bibit unggul dan berkualitas berasal dari varietas/klon unggul dan teruji. Varietas unggul yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Varietas-varietas teruji mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Setyawibawa dan Widyastuti, 1998). 2. Tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan berkelanjutan,

3. Bibit sehat dan bebas dari hama penyakit,

4. Dihasilkan dari pembibitan yang mengutamakan bahan-bahan organik. Pembuatan bibit dengan mengutamakan pemanfaatan bahanbahan organik, seperti pupuk hayati, pestisida botani dan bioaktivator,

5. Bibit didistribusikan melalui sistem pamasaran dengan melibatkan petani/kelompok tani dalam sistem kemitraan.

2.5.1 Tahapan Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu Pre Nursery dan Main Nursery. Pembibitan Pre Nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada polybag kecil hingga umur 3 bulan (Ginting, 2009).

Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system).Pada sistem pembibitan ganda, penanaman bibit dilakukan

(10)

sebanyak dua tahap. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan, yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3 (tiga) bulan. Tahap kedua adalah bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem pembibitan tunggal, bibit langsung ditanam pada plastik polibag besar hingga bibit berumur 12 bulan tanpa harus ditanam dalam plastik polibag kecil.

2.6 Pembibitan Pre Nursery

Pertumbuhan bibit di pre nursery masih memiliki perakaran yang pendek dan pertumbuhan morfologi yang tidak terlalu tinggi, sehingga penanaman di pipa paralon dan penyiraman dengan pompa dapat dilakukan. Ariati (2017) menyatakan bahwa tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur adalah yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki perakaran pendek. Produksi tanaman sayuran seperti terung, tomat dan cabai yang ditanam secara vertikultur juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan penanaman di polibag. Kondisi morfologi perakaran bibit kelapa sawit (umur 1 sampai 3 bulan) yang sama dengan perakaran sayuran yang masih pendek, menjadi dasar yang baik untuk melakukan percobaan penanaman bibit.

Penanaman secara vertikultur ini membutuhkan wadah atau rak penanaman. Wadah tersebut bisa dibuat dari berbagai macam alternatif bahan, seperti bambu, talang air, kayu dan pipa paralon. Bahan yang paling baik digunakan adalah pipa paralon karena lebih tahan lama dan kuat. Hadi et al, (2016) menyatakan bahwa pipa paralon PVC memiliki harga yang relatif murah, tahan lama dan mudah dirangkai. Oleh karena itu, penanaman bibit kelapa sawit menggunakan rak vertikultur pipa paralon dapat lebih optimal karena wadah yang digunakan memiliki banyak kelebihan. Metode penyiraman dengan pompa memberi kemudahan dan efektif, serta adanya kelebihan nilai estetika

(11)

pada sistem budidaya membuat perlunya dilaksanakan penelitian penerapan metode tersebut pada pembibitan awal kelapa sawit (Pre Nursery).

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) mendapatkan alternatif teknik penanaman bibit kelapa sawit menggunakan rak vertikultur;

2) mengetahui pengaruh penanaman secara vertikultur terhadap pertumbuhan morfologi bibit kelapa sawit pre nursery; dan

3) mengetahui metode pembuatan rak vertikultur dan penyiraman menggunakan pompa untuk bibit kelapa sawit pre nursery.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Menambah alternatif tanaman yang bisa ditanam secara vertikultur, karena umumnya hanya digunakan untuk tanaman sayuran, namun sebenarnya berpotensi untuk bibit kelapa sawit pre nursery;

2) Memanfaatkan bahan pipa paralon sebagai wadah penanaman alternatif untuk bibit kelapa sawit pre nursery; dan

3) Menambah informasi mengenai teknik penanaman bibit kelapa sawit pre nursery secara vertikultur.

2.6.1 Pembibitan Main Nursery

Bibit tidak dapat langsung ditanam dilapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh hama dan penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang masih muda. Bibit yang akan ditanam di pembibitan dapat berasal dari persemaian polibag (Fauzidkk, 2012).

Sistem pembibitan main nursery di lakukan pada media polybag. Polybag yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabnya agar perkecambahan bibit yang di peroleh berhasil dengan baik. Secara normal,biji kelapa sawit tidak dapat berkecambah dengan cepat, karena

(12)

adanya sifat dormans. Jika benih langsung ditanam pada tanah dan pasir maka presentase daya kecambahnya setalah 3-6 hanya 80% (Sianturi, 2001).

2.7 Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia.

Salah satu pupuk organik cair yang ada di pasaran adalah pupuk organik cair NASA. Pupuk organik cair NASA, mengandung lebih dari satu unsur hara, adapun kandungan yang terdapat didalamnya antara lain unsur N, P, K, C organik, Zn, Cu, Na, B, Si, Al, NaCl, Se, Cr, Mo, V, So4, pH, Lemak, Protein, danzat pengatur tumbuh yang berfungsi meningkatkan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan tunas baru dan dapat mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman, kosentrasi pupuk organik cair NASA yang di anjurkan untuk tanaman perkebunan 6 cc/liter (Redaksi Agromedia, 2007).

Zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk organik cair diantaranya adalah auksin, sitokinin dan giberalin. Auksin berperan dalam proses pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan pembuluh dan inisiasi akar (Wudianto, 2004). Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam proses pembelahan sel (Davies, 1990). Giberalin berperan meningkatkan fotosintat dan memacu translokasi fotosintat (Weaver, 1972).

2.7.2 Pupuk Majemuk

Pupuk Majemuk Pupuk mutiara 16-16-16 adalah pupuk majemuk yang diproduksi dengan teknologi mutakhir dengan komposisi hara yang merata pada setiap butiran, sehingga memudahkan dalam

(13)

pengaplikasian. Kandungan unsur hara pada pupuk mutiara 16-16-16 sangat cepat diserap oleh tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman serta meninkatkan kualitas buah dan hasil produksi. Hara N, P dan K merupakan hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Hara N dalam tanaman berfungsi sebagai pembentuk zat hijau (klorofil) dan unsur pembentuk protein. Hara P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi, seperti gula fosfat.

Hara K berfungsi dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim dan katalisator penyimpanan hasil fotosintesis (Dierolf et al.2000).Kandungan unsur hara pupuk majemuk mutiara 16% = N(nitrogen), 9,5%NH4 (Ammoniun Nitrogen), 6,5%NO3 (Nitrate) 16%=

P2O5 ( fosfat) 816%= K2O (Kalium Oksida) 1,5%= MgO (Magnesium

Oksida ) 5,0%= CaO (Kalsium Oksida). Menurut Hartanto (2011). Efisiensi dan efektivitas pemberian sangat dipengaruhi oleh cara pemupukan yang digunakan. Pada umumnya ada tiga cara aplikasi pupuk yaitu secara manual, mekanis dan aplikasi melalui udara Sedangkan metode yang digunakan dikebun dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan pocket.

2.7.3 Pupuk Kompos Ayam

Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapt menyuburkan tanaman. Itulah sebab nya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar tanaman yang tumbuh di tanah itu dapat tumbuh dengan baik (Suroto, 2009).

(14)

Kotoran ayam merupakan bahan organik yang banyak di gunakan sebagai pupuk organik yang memberikan pengaruh terhadap ketesedaan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur hara organik serta dapat menyuburkan tanaman . Itu lah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat di perlukan agar tanaman tumbuh di tanah dengan baik (Lirik, 2014). Pada pupuk kandang ayam unsur haranya N 3,21 %, P2O5 3,21 %, K2O 1,57 %.

2.7.4 Pembuatan Kompos

Upaya yang dilakukan untuk mempercepat pengomposan yaitu dengan aplikasi mikroorganisme (dekomposer) terpilih dan aktivator. Aktivator adalah bahan yang dapat mengaktifkan proses pelapukan atau pengomposan. (Hanafiah dkk.,2009). Pada penelitian Ariawan (2002) dalam pembuatan kompos dari sampah organik dan beberapa kotoran hewan menghasilkan tumpukan kompos yang paling efektif dan paling cepat yakni dengan tumpukan70% sampah organik dan 30% kotoran ternak.

2.7.5 Manfaat Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam

Keuntungan penggunaan media kompos adalah mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimiawi maupun biologis, mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman. Selain itu media tanam yang mengandung kompos dapat diperoleh relatif cepat, mudah dan murah. Terdapat kecenderungan makin tinggi dosis kompos dalam media tanam, semakin tahan bibit sawit terhadap kekeringan dengan interval penyiraman yang lebih panjang (Ichsan et al., 2012). Ketersediaan air pada media tanam menentukan tercukupi atau tidaknya kebutuhan tanaman akan air. Kekurangan hara dan air pada kelapa sawit akan mempengaruhi

(15)

penyekatan biomassa (biomassa partitioning), konsentrasi hara, dan pertumbuhan bagian morfologi serta keadaan fisiologis tanaman (Sun et al., 2011).

2.7.6 Syarat Pengomposan

Langkah-langkah pengomposan mengacu prosedur yang dilakukan Widiyaningrum & Lisdiana (2015), yaitu menggunakan dosis MOL 10 ml/1 kg bahan kompos. Penambahan air dilakukan jika bahan kompos terlihat belum mencapai kelembaban lapang (kadar air ± 60%, ditandai dengan keadaan lembab tapi tidak terlihat tetesan air jika diperas, serta tekstur tetap gembur). Setiap tiga hari sekali dilakukan pembalikan dan disemprot air jika kelembaban berkurang. Pengomposan berlangsung selama 28 hari.

2.7.7 Proses Pengoposan

Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 – 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba

yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.

Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah

(16)

mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. 2.8 Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ dan NO3-. N

merupakan salah satu hara yang banyak mendapat perhatian. Ini dikarenakan jumlah N yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan dalam kebutuhan tanaman dan kehilangan N pada tanah cukup besar. Menurut Damanik dkk. (2010) menyatakan bahwa kehilangan N dari tanah dapat dalam bentuk gas yang terjadi karena kegiatan-kegiatan mikroba tanah dan reaksi-reaksi di dalam tanah, kehilangan akibat pencucian yang diakibatkan oleh lahan gundul/ tanpa tanaman, dan kehilangan bersama panen.

Gambar

Table 2. Perkembangan Jumlah dan Berat Tandan

Referensi

Dokumen terkait

Aku tidak akan menyelamatkan kamu lagi (13) Biar merekalah yang menyelamatkan kamu (2) Sebab orang Israel terus melakukan yang jahat di mata Tuhan, bangkit murka Tuhan dan

Gugus hidroksil pada cincin aromatik polityrosin merupakan gugus pengaktivasi elektron yang mendorong elektrofilik (I + ) berada pada posisi ortho atau para dari

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

1 Saya berpikir bahwa saya akan sering mengakses website ini tidak sering sering 2 Saya berpikir website ini terlalu kompleks tidak setuju setuju 3 Saya berfikir

Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H 2 )

(1993) lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan. energi ransum

Proses pemberhentian di atas pada pasal 80 Undang- Undang NO 9 Tahun 2015 berlaku untuk Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah sumpah/janji, tidak melaksanakan

Hasil penelitian menemukan bahwa ternyata kebiasaan orang untuk menggunakan internet dalam aktivitasnya ( net-oriented lifestyle ) dan kemampuan seseorang untuk menerima dan