• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang makin kompleks karena semakin langkanya sumberdaya yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang makin kompleks karena semakin langkanya sumberdaya yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Memasuki era global, berbagai perusahaan di dunia menghadapi berbagai permasalahan yang makin kompleks karena semakin langkanya sumberdaya yang tersedia dan makin kritisnya publik. Keterbatasan sumber daya bisa ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang terpaksa memotong biaya operasional mengingat harga bahan baku yang semakin tinggi dan juga keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas, sementara public makin kritis tidak bisa menerima begitu saja hal yang diungkapkan oleh perusahaan. Publik akan mencerna informasi terlebih dahulu, baru kemudian membangun presepsi sendiri terhadap perusahaan tersebut.

Permasahalan diatas yang pada akhirnya memaksa setiap perusahaan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya agar tetap memiliki keunggulan daya saing yang bisa diterima dengan baik oleh publik.Bahkan, bukan hanya sekedar keunggulan sebagai daya saing, namun haruslah merupakan suatu daya saing yang berkelanjutan atau sustainable competitive advantage.

A sustainable competitive advantage is an element (or combination of elements) of the business strategy that provides a meaningful advantage over both existing and future competitors (Aaker, 2010:134).

Jadi yang dimaksud dengan daya saing berkelanjutan merupakan elemen atau kombinasi dari unsur- unsure dari strategi bisnis yang memberikan keuntungan yang berarti terhadap pesaing sekarang dan yang akan datang. Salah

(2)

satu unsur yang memberikan keuntungan yang sangat berarti baik di masa kini dan di masa depan adalah pencitraan. Hal ini menjawab mengapa Publik Relations diperlukan dalam sebuah perusahaan untuk membentuk citra perusahaan.

PR uses citra as a kind of shorthand for many concepts. These include reputation, attribute, attitude, perception, belief and credibility (Davis, 2003:10).

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa seorang Publik Relations menggunakan citra untuk menggambarkan berbagai konsep, baik reputasi perusahaan, atribut yang digunakan, bagaimana persepsi stakeholder terhadap perusahaan, kepercayaan public terhadap perusahaan, dan kredibilitas perusahaan dimata publiknya.

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari berbagai stakeholder yang berhubungan dengan perusahaan.

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi yang diterima seseorang.Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara orang mengorganisasikan citra tentang lingkungan. Menjaga hubungan dengan stakeholder bisa membantu komunikasi kepada publik yang diharapkan bisa menimbulkan pencitraan yang baik atau paling tidak, cara pengorganisasian citra perusahaan oleh publik.

(3)

Bagi perusahaan, citra dan reputasi yang baik akan meningkatkan penilaian stakeholder dengan demikian bisa menjadikan perusahaan sebagai patner yang berkelanjutan bagi stakeholder dan publiknya. Bisa dikatakan, bahwa citra adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan baik di masasekarang, maupun dimasa yang akan datang.

Pengelolaan manajemen yang baik dan dilakukan secara professional akan terbentuk citra yang positif dari konsumen dan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Namun, manajemen perusahaan dalam menghadapi permasalaan yang persaingan yang ketat, biasanya tidak memperdulikan berbagai etika bisnis yang ada.Bahkan sering kali melanggar etika- etikabisnis yang ada. Salah satu etika bisnis yang saat ini sedang dikembangkan secara luas, dan sekaligus merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan bisnis itu sendiri adalah melalui tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).

Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa untuk memperoleh keunggulan bersaing dari reputasi yang baik, tergantung pada bagaimana perusahaan mengelola manajemennya (Dolphin, 2004). Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (good corporate governance) seperti transparansi, akuntabilitas, kepantasan, tanggung jawab, dan idependensi merupakan elemen yang penting bagi citra dan reputasi perusahaan.

Pendapat tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa good corporate governance merupakan sebuah sistem yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan dan mengelola perusahaan guna bersaing untuk membentuk

(4)

perilaku strategic dari perusahaan tersebut. GCG mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua stakeholder. GCG adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.Salah satu topic utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan stakeholder.

Bagaimanapun kepuasan stakeholder akan mempengaruhi citra perusahaan di mata publik yang pada akhirnya akan membantu dalam pencapaian keuntungan perusahaan. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang shareholder (pemegang saham), yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pubik, misalnya karyawan atau lingkungan.

Seluruh masyarakat Indonesia secara umum pasti mengenal Pertamina, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hingga kini tetap menjadi salah satu andalan penghasil devisa negara. BUMN yang dulu sempat menjadi “raja minyak” di Indonesia karena system monopoli yang pernah dilakukannyaini, seiring tuntutan dan perubahan jaman, terus mengalami perubahan dan berusaha menjadi lebih baik. Dan salah satu hasil dari proses tersebut, yang dapat terlihat secara langsung adalah dengan hadirnya Pertamina dalam dunia bisnis internasional untuk bersaing bersama perusahaan minyak asing lainnya.

(5)

Jika hal ini terwujud, tentunya satu hal yang amat perlu diperhatikan adalah pertimbangan matang agar jangan sampai justru bisnis yang dilakukan malah merugi. Sebagai perusahaan yang tengah bertransformasi menuju perusahaan kelasdunia (World Class Company), BUMN di bidang minyakdan gas ini harus mampu meninggalkan citra negative warisan masa lalu menuju Pertamina baru dengan tata kelola perusahaan secara transparan dan akuntabel. Pengelolaan BUMN ini harus dengan kaidah-kaidah bisnis sebagaimana dituntut dalam konsep good corporate governance (GCG).

Implementasi good corporate governance (GCG) sudah dilakukan Pertamina sejak 2008 silam.BUMN ini secara konsiten telah menerapkan kaidah-kaidah bisnisnya sebagaimana yang terangkum dalam GCG. Apalagi, GCG kini telah menjadi etika bisnis yang berlaku universal bagi perusahaan-perusahaan kelas dunia. PT Pertamina dalam Pedoman Tata Kelola Perusahaannya telah menuliskan dengan jelas bahwa tujuan penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan sertameningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham.

Prinsip GCG yang dilakukan oleh Pertamina tentu saja diharapkan bisa membantu dalam meningkatkan citra dan reputasi pertamina ke depannya. Media massa tentu saja membawa pengaruh yang besar terhadap citra dan reputasi perusahaan melalui pemberitaan tentang GCG di dalam tubuh Pertamina.

(6)

Pemberitaan GCG Pertamina bisa saja dimuat di berbagai media yang ada, baik itu media cetak maupun elektronik. Kompas sebagai salah satu media cetak juga memuat pemberitaan mengenai GCG Pertamina.

Harian Kompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan tingkat keterbacaan 1.850.000 per hari.Artinya, Kompas rata-rata dibaca oleh 1.850.000 orang per hari (kompasgramedia.com). Ini membuktikan bahwa Kompas adalah media cetak terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. Kompas tentu membawa dampak yang sangat signifikan terhadap masyarakat luas, khususnya public dari PT Pertamina.

Hal inilah yang menjadi objek menarik untuk diteliti, bahwa seberapa besarkah media khususnya Kompas memproyeksikan citra Pertamina, dalam hal ini prinsip good corporate governance padatahun 2011 tepatnya pada bulan Januari 2011 hingga Juni 2011 (enam bulan pertama tahun ke 6 penerapan GCG di PT Pertamina).

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana pemberitaan tentang good corporate governance Pertamina diberitakan oleh Harian Kompas pada periode Januari 2011 hingga Juni 2011?

(7)

1.2.2 Seberapa besar pemberitaan di Harian Kompas selama masa periode Januari 2011 hingga Juni 2011 tentang good corporate governance dalam pembangunan citra perusahaan Pertamina?

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1.3.1 Mendeskripsikan bagaimana pemberitaan tentang good corporate governance Pertamina diberitakan oleh Harian Kompas pada periode Januari 2011 hinggaJuni 2011.

1.3.2 Mengetahui seberapa besar pemberitaan di Harian Kompas selama masa periode Januari 2011 hinggaJuni 2011 tentang good corporate governance dalam pembangunan citra perusahaan Pertamina.

1.4 ManfaatPenelitian

1.4.1 Bagi bidang ilmu komunikasi: Penelitian ini bisa memberikan kontribusi bagi konsep media relations khususnya media monitoring. Pelitian ini juga bisa memberikan masukan bagi ilmu opini publik yang dibangun melalui media cetak. Begitu juga dengan ilmu good corporate governance.

1.4.2 Bagi objek yang diteliti: PT Pertamina bisa mengetahui gambaran citra (khususnya tentang good corporate governance) disalah satu stakeholdernya yaitu media.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan

Feeder Canal I melayani 4 (empat) Daerah Irigasi (DI), yaitu Daerah Irigasi (DI) Sekampung Batanghari, Daerah Irigasi (DI) Sekampung Bunut, Daerah Irigasi (DI) Batang- hari Utara,

 Administrator melihat laporan (absensi) Menu laporan pada halaman registrasi Pilih menu dan klik laporan Aplikasi akan menampilkan

Proses pembelian barang dimulai dengan adanya PR (Purchase Requistion) yang sudah di terima dari kebun yang akan di stempel received terlebih dahulu agar mengetahui PR

Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi

Kelas VII.1 merupakan objek penelitian, alasan dipilihnya kelas VII.1 karena antusias siswa di kelas ini dalam bidang seni tari cukup tinggi, dapat dilihat dari jumlah siswa

Kegiatan study tour juga telah direncanakan oleh mahasiswa pasca sarjana yang berasal dari Kalimantan Selatan angkatan 2010 dengan memilih lokasi. sesuai program studinya

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa