• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TK

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Diajukan Oleh :

AVIANINDA DWI ANTISA A520120036

Kepada :

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DESEMBER, 2015

(2)
(3)
(4)

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

Avianinda Dwi Antisa dan Darsinah

PG-PAUD, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta avianindantisa@gmail.com

Abstract

The purpose of this research is to know the correlation about parenting and interpersonal intelligent of kindergarten children in group B at Kateguhan village, Tawangsari, Sukoharjo. The research design is descriptive correlational. Population of this research is 158 children and the sample is 122 children, proportional random sampling is the method. Data of the variables come from direct questionnaire and indirect questionnaire that distributed to the parents. This research use correlation product moment for the analysis method. The result is r product moment=0,701 and sig=0,00 (p < 0,05). It means that this is a positive correlation and this correlation is significant. The conclusion is there is positive correlation significant characteristic between parent’s democratic care pattern with children’s interpersonal intelligent.

Keywords

interpersonal intelligent, parent’s democratic care pattern Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh demokratis orang tua terhadap kecerdasan interpersonal anak TK B di desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 158 anak dan sampel yang diambil sebanyak 122 anak, dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Data kedua variabel diperoleh melalui metode angket yang diberikan kepada orang tua siswa dengan jenis angket langsung dan angket tidak langsung. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi product moment. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi diperoleh r hitung=0,701 dan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05) berarti korelasi bersifat positif dan memiliki korelasi yang kuat. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua (demokratis) terhadap kecerdasan interpersonal anak.

Kata kunci

(5)

2

Pendahuluan

Masa anak-anak adalah masa yang penting karena berdasarkan penelitian di bidang neurologi, otak anak mengalami perkembangan pesat pada usia 0-8 tahun yang mencapai 80% sehingga pada saat inilah penting untuk memberikan stimulus bagi anak (Aisyah, 2012:2.27). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa ketika dilahirkan otak bayi mengandung 100 miliar neuron dan sekitar satu triliun sel galia yang berfungsi sebagai perekat. Selama tahun-tahun pertama kehidupan, otak bayi berkembang pesat dengan menghasilkan neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Neuron-neuron bisa saling terkoneksi satu dengan yang lainnya apabila terdapat stimulasi dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan. Sambungan yang telah terbentuk harus diperkuat melalui berbagai rangsangan karena kalau tidak ada rangsangan maka akan mengalami atrohy (menyusut atau musnah). Banyaknya sambungan antar neuron akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak (Aisyah, 2012:2.28).

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain sehingga perlu memiliki kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain atau dalam multiple intelligent disebut kecerdasan interpersonal. Sebagai makhluk sosial, seseorang dituntut untuk bisa menjalin hubungan/interaksi dan komunikasi dengan pihak lain, membangun kerjasama serta mempertahankan hubungan tersebut selalu baik. Hal tersebut perlu dimiliki dan dikembangkan oleh semua orang karena akan menunjang karirnya di masa mendatang. Seorang individu akan lebih berhasil dalam kehidupan maupun karirnya apabila ia mampu mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Kecerdasan interpersonal yang baik pada diri seseorang akan mengantarkan pada kemudahan-kemudahan dalam berbagai hal, misalnya kemudahan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan, karir, hubungan dengan masyarakat, dan sebagainya. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki kecerdasan interpersonal yang baik akan mengalami berbagai hambatan dalam kehidupannya seperti sulit dalam menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain, kurang bisa memahami perasaan orang lain, kurang disukai teman karena cenderung mementingkan

(6)

kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain, dan sulit dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Kecerdasan interpersonal anak di desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada tahun 2015/2016 sangat beragam tingkatannya. Ada anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik yang ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan orang lain, mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, tidak malu saat berinteraksi dengan orang lain, mampu memahami teman saat bermain bersama. Ada pula anak yang kecerdasan interpersonalnya belum berkembang dengan baik. Anak masih malu-malu saat berinteraksi dengan orang lain, anak kurang menyukai hal-hal dalam kegiatan berkelompok, anak sulit bersosialisasi, dan anak kurang mampu memahami temannya.

Kecerdasan interpersonal anak di desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada tahun ajaran 2015/2016 beragam tingkatannya, ada yang sudah baik dan ada yang masih kurang. Ada anak yang mudah bergaul, senang bekerjasama, mudah beradaptasi dengan lingkungan, orang tuanya cederung mengekang dan banyak aturan bagi anak. Ada pula anak yang pemalu, suka menyendiri, orang tua cenderung terbuka dan bersikap hangat kepada anak. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal anak di desa Kateguhan.

Gardner (2011:65) berpendapat tentang multiple intelligent yang dimiliki manusia salah satunya adalah kecerdasan interpersonal atau sering disebut kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain, membedakan dan menanggapi suasana hati dengan tepat, peringai, motivasi, dan hasrat orang lain. Amstrong (2009:33) berpendapat bahwa anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi akan berpikir dengan mengungkapkan ide-idenya kepada banyak orang. Mereka mencintai kegiatan yang berhubungan dengan organisasi, kepemimpinan, relasi dengan banyak orang, menggerakkan orang lain, menjadi mediator atau penengah, dan menyukai kegiatan yang memerlukan kerjasama dengan sekelompok orang. @PsikologiID (2014:180) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri antara laian menyukai aktivitas yang

(7)

4

berhubungan dengan orang lain/bersama kelompok, pandai berbicara dan berkomunikasi serta menyampaikan pendapat, jika memiliki masalah senang untuk berdiskusi dengan orang lain, suka bekerjasama dengan orang lain, senang menjadi pemimpin dan mentor, serta menyukai permainan dan kegiatan yang melibatkan banyak orang.

Hildayani (2008:5.31) berpendapat bahwa di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak orang tua yang sibuk dengan rutinitasnya di luar rumah. Tidak dapat dipungkiri bahwa mempertahankan hubungan yang hangat antara anak dan orang tua sulit dilakukan, sehingga diperlukan beberapa kegiatan yang mampu mendorong berkembangnya kecerdasan interpersonal anak. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain menumbuhkan sikap menghargai perbedaan, membiasakan memberi umpan balik, melakukan tugas bersama anggota keluarga lain, memberi kesempatan anak bertanggung jawab, dan menumbuhkan sikap empati. Semua kegiatan tersebut merupakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terciptanya iklim demokratis dalam keluarga.

Amstrong dalam Musfiroh (2012:7.4) berpendapat bahwa perkembangan kecerdasan interpersonal ditentukan oleh kedekatan anak dengan figur lekat atau ikatan kasih sayang dengan orang tua atau pengasuh pada lima tahun pertama kehidupan. Yulaelawati (2014:90) menambahkan bahwa ikatan kuat yang berkembang antara anak dan orang tua merupakan fondasi bagi semua pembelajaran dan perkembangan anak. Kedekatan anak akan tercipta melalui pola interaksi yang diciptakan orang tua kepada anak yang tercermin dalam pola asuh orang tua. Tridhonanto (2014:11) berpendapat bahwa ada tiga jenis pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif. Dari ketiga pola asuh tersebut, pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling mendukung anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung kecerdasan interpersonal anak. Tridhonanto (2014:17) menyebutkan orang tua dengan pola asuh demokratsis bersikap menerima anak, memberikan kontrol, bersikap hangat, mengambil keputusan bersama, orang tua responsif terhadap kebutuhan anak, dan lain-lain.

(8)

Penelitian oleh Wulandari (2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan perilaku sosial anak. Penelitian ini mendukung penelitian ini karena variabel pola asuh demokratis dan perilaku sosial anak dalam penelitian ini memiliki indikator-indikator yang relevan dengan variabel yang akan diteliti. Variabel pola asuh demokratis merupakan variabel yang sama dengan variabel yang akan diteliti, sedangkan variabel perilaku sosial mendukung variabel kecerdasan interpersonal karena kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menjalin interaksi dengan orang lain dan berkaitan dengan aktivitas sosial seseorang.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh demokratis orang tua terhadap kecerdasan interpersonal anak. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pola asuh yang mendukung anak untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah pola asuh demokratis, sehingga dapat dibuat hipotesis terdapat hubungan antara pola asuh demokratis orang tua terhadap kecerdasan interpersonal anak.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Populasi dari penelitian ini sebanyak 158 anak dari 6 lembaga PAUD di desa Kateguhan. Dengan taraf kesalahan 1 % dalam tabel Kracjie maka sampel yang dapat digunakan sebanyak 122 anak (Sutama, 2010:103). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proporsional random sampling. Data diperoleh dari angket pola asuh demokratis orang tua dan angket kecerdasan interpersonal anak. Kedua data tersebut diperoleh dari angket yang diisi oleh orang tua anak. Pada angket pola asuh demokratis orang tua, orang tua sebagai sumber data primer, sedangkan pada angket kecerdasan interpersonal anak, orang tua sebagai sumber data sekunder. Tahap pertama adalah tahap uji coba angket yang dilakukan terhadap 20 orang tua anak di luar anggota sampel dan tahap kedua adalah tahap penelitan yang dilakukan terhadap 122 orang tua anak. Angket uji coba yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi untuk diuji validitas dan uji reliabilitas.

(9)

6

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis product moment. Hasil angket yang sudah diisi oleh orang tua kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan teknik analisis product moment dengan bantuan program SPSS. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan 3 uji prasayarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas .

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data dari 122 responden diperoleh hasil bahwa data pola asuh orang tua diperoleh dari hasil angket yang terdiri 20 pertanyaan dengan empat pilihan jawaban diperoleh jumlah skor secara keseluruhan adalah 7763 dan nilai rata-rata adalah 63,63. Nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah adalah 45, dan range sebesar 35. Data kecerdasan interpersonal anak diperoleh dari hasil angket yang terdiri 15 pertanyaan dengan empat pilihan jawaban diperoleh jumlah skor secara keseluruhan adalah 5559 dan nilai rata-rata adalah 45,57. Nilai tertinggi adalah 60, nilai terendah adalah 30, dan range sebesar 30.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian pola asuh demokratis orang tua dan pencapaian kecerdasan interpersonal anak dapat dilihat melalui tabel distribusi frekuensi pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Interval Status Jumlah Persen (%)

20-40 Rendah 0 0,000

41-60 Sedang 46 37,705

61-80 Baik 76 62,295

(10)

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal Anak

Interval Status Jumlah Persen (%)

15-30 Rendah 1 0,820

31-45 Sedang 61 50

46-60 Baik 60 49,180

Jumlah 122 100

Sebelum melakukan analisis data, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Uji normalitas Kolmogorov-Sminov pada penelitian ini diperoleh hasil nilai signigikansi sebesar 0,495. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Uji linearitas pada penelitian ini diperoleh hasil nilai signifikansi 0,296. Nilai signifikansi hasil uji linearitas 0,296 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdapat hubungan linier secara signifikan. Uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS diperoleh hasil bahwa nilai VIF=1 dan nilai tolerance= 1,00. Hasil uji multikolinearitas dengan nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas dalam penelitian ini.

Setelah dilakukan uji prasyarat, kemudian dilakukan uji korelasi dengan teknik analisis product moment. Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh r hitung=0,701 dan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh demokratis orang tua (X) mempunyai hubungan yang kuat dan bersifat positif terhadap kecerdasan interpersonal anak (Y). Hal ini berarti semakin demokratis pola asuh orang tua maka kecerdasan interpersonal anak semakin baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh sociocultural theory of development dari Vygotsky yang menyebutkan terdapat 3 faktor penting yang memberi dampak pada terhadap perkembangan kognitif yaitu interaksi sosial, bahasa, dan budaya (Eggen dan Kauchak dalam Surna dan Pandeirot, 2014:83). Blake dan Pope (2008:61) mengungkapkan tentang teori revolusi sosiokultural

(11)

(sociocultural-8

revolution) Vygotsky yang menjelaskan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar belakang sosial budaya dan sejarahnya. Hua dan Matthews (2005:391-392) menambahkan bahwa konsep utama dalam teori Vygotsky adalah nilai-nilai dalam perilaku sosial seorang individu akan berdampak pada proses belajar dan perkembangan individu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa seorang individu tidak bisa belajar sendiri tanpa ada bantuan dari lingkungan sosialnya. Tingkah laku seseorang dipengauhi oleh aktivitas kognitifnya. Tingkah laku seseorang dapat berubah apabila terjadi perubahan pada sistem kognitifnya. Berkembangnya sistem kognitif seorang anak dipengaruhi oleh proses sosialnya. Proses sosial anak didapatkan melalui interaksi anak dan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial memiliki peran penting bagi kemampuan berpikir seseorang. Interaksi sosial yang terjalin dalam lingkungan sosialnya akan membantu perkembangan kognitif anak sedangkan kemampuan bahasa akan menjadi corong pemikiran anak. Bantuan dari lingkungan sosial dan kemampuan berbahasa juga diperlukan dalam pola asuh demokratis orang tua. Pola asuh demokratis memberikan peluang bagi setiap anggota keluarga untuk menjalin interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga. Pemakaian bahasa yang tepat dalam proses interaksi akan membuat anak lebih mudah menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial dan penggunaan bahasa yang baik untuk mengartikan segala informasi dari orang lain adalah modal bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Anak yang terdidik dengan pola asuh demokratis akan memiliki kecerdasan interpersonal yang lebih baik sehingga lebih mudah menjalin interaksi dengan dunia luar.

Teori lain yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar sosial (social learning theory) yang menjelaskan bahwa melalui observasi tentang dunia sosial kita dan melalui interpretasi kognitif dari dunia itu, banyak sekali informasi dan penampilan keahlian yang kompleks dapat dipelajari dan ditiru (Albert Bandura dalam Hadi, 2005:30). Cherry (2014:1) mengungkapkan pendapat Albert Bandura tentang social learing theory yang menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

(12)

informasi baru dan tingkah laku melalui orang lain. Pernyataan ini lebih dikenal sebagai pembelajaran melalui pengamatan/modeling. Bandura dalam Cherry (2014:1) juga berpendapat bahwa belajar akan menjadi sangat sulit apabila seseorang hanya bergantung pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu sampai ia paham apa yang dilakukan. Bandura dalam Hadi (2005:31) terdapat 4 fase dalam membentuk perilaku yaitu fase perhatian (attention), fase ingatan (retention), fase meniru (reproduction), dan fase motivasi (motivation).

Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa seseorang mempelajari sesuatu melalui orang lain antara lain melalui proses mengamati atau meniru. Social learning theory ini mendukung pola asuh demokratis orang tua. Orang tua yang mengaplikasikan pola asuh demokratis dalam keluarga secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku anak. Anak akan cenderung meniru segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Orang tua yang demokratis akan senang berdiskusi, disiplin, musyawarah, bersikap hangat, dan mampu menjalin hubungan komunikasi dua arah yang baik dengan anaknya. Pada dasarnya anak akan meniru hal yang dilakukan oleh orang tua sehingga tingkah laku orang tua bisa tercermin dalam tingkah laku anak. Anak yang diasuh dalam pola asuh demokratis akan memiliki kecerdasan interpersonal yang baik sehingga akan lebih mudah untuk berbaur dengan lingkungan sosial di luar lingkungan keluarga.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan Wulandari (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan bersifat positif antara pola asuh demokratis orang tua dengan perilaku sosial anak. Hal ini berarti semakin demokratis pola asuh orang tua maka akan semakin baik pula kecerdasan interpersonal anak. Sebaliknya semakin tidak demokratis pola asuh orang tua maka kecerdasan interpersonal anak akan semakin menurun. Perilaku sosial merupakan perilaku yang sangat mendukung seseorang dalam mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Kecerdasan interpersonal anak akan berkembang dengan baik apabila ia memiliki perilaku sosial yang baik, mau berinteraksi dengan orang lain, menyukai kegiatan yang dilakukan bersama dengan orang lain, menyukai diskusi/musyawarah, dan kegiatan sosial lainnya.

(13)

10

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin demokratis pola asuh orang tua maka akan semakin baik pula kecerdasan interpersonal anak. Anak pada dasarnya belajar melalui meniru perilaku orang tua maupun meniru hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis dalam keluarganya maka anaknya akan cenderung bersikap demokratis pula.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh r hitung=0,701 dan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh demokratis orang tua (X) mempunyai hubungan yang kuat dan bersifat positif terhadap kecerdasan interpersonal anak (Y). Hal ini berarti semakin demokratis pola asuh orang tua maka kecerdasan interpersonal anak semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, dkk. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Amstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom Third Edition. United States of America: ASCD.

Blake, Barbara dan Pope, Tambra. 2008. “Developmental Psychology: Incorporating Piaget’s and Vygotsky’s Theories in Classroom”. Journal of Cross-Disciplinary Perspective in Education, Vol 1, No 1, May 2008: 59-67.

Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Cherry, Kendra. 2014. Social Learning Theory How People Learn By Observation.(online),(http://psychology.about.com/od/developmentalpsyc hology/a/sociallearning.htm, diakses tanggal 1 Desember 2015).

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Darsinah. 2011. Perkembangan Kognitif. Surakarta: Qinant.

Fatmawati, Ni’mah. 2013. Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Melalui Kegiatan Outbound Di TK Pertiwi 1 Suwatu Tanon Sragen Tahun

(14)

Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gardner, Howard. 2011. Frames of Mind The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.

Hadi, Purwaka. 2005. Modifikasi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Hildayani, Rini, dkk. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Hurlock, Elizabeth B. Terjemahan oleh Meitsari Tjandrasa. 1989. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Liu, Charlotte dan Matthew, Robert. 2005. “Vygotsky’s Philosophy: Constructivism and Its Criticisms Examined”. International Education Journal. 6(3) 386-399.

Mahmud, Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Margono, Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Morrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intelligent Anak Usia Taman Kanak-kanak). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Nanik, Acik Ira. 2010. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Dengan Menerapkan Metode Sosiodrama Pada Kelompok B TK Aisyiyah Pucangan Kartasura Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Priyatna, Andri. 2015. Begin Bright Fondasi Sukses Anak Dibangun Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

@PsikologiID. 2013. Who Am I? Personality Test (Kenali dan Upgrade Dirimu). Jakarta: PT Tangga Pustaka.

(15)

12

@PsikologiID. 2014. Who Am I? 3 Personality Test (Kenali dan Upgrade Dirimu). Jakarta: PT Lintas Kata.

Puspasari, Ika. 2013. Upaya Mengembangkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Pertiwi Segaran Delanggu Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dengan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statisti Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sunartyo, Nano. 2006. Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini. Jogjakarta : Think.

Surna, I Nyoman dan Pandeirot, Olga D. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga.

Sutama, Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kualititatif, Kuantitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media.

Tridhonanto, Al, Beranda Agency. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Widayati, Sri, Utami Widijati. 2008. Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak. Jogjakarta: Luna Publisher.

Wulandari, Dyah Setyawati. 2011. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sosial Antar Kelompok A di BA Aisyiyah Bakipandeyan 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yulaelawati, Ella. 2014. Menjadi Orang Tua Pintar. Jakarta: Expose (PT Mizan Publika).

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokratis Orang Tua  Interval  Status  Jumlah  Persen (%)
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal Anak  Interval  Status  Jumlah  Persen (%)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

Kata maudu lompoa ini adalah berasal dari bahasa Makassar yang berarti: Maulid Besar di sini, dimaksudkan adalah perayaan atau peringatan terhadap kehaliran Nabi

3 Adapun penafsiran yang dimaksud adalah adakah pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap

Berdasarkan hasil pemberian penjelasan Pengadaan Penyambungan Baru Listrik Kantor Pelayanan Persandian Wilayah Batam pada tanggal 18 November 2015 maka dipandang perlu

Pada penelitian ini diketahui bahwa orientasi penggunaan teknologi modern yang dilakukan oleh usaha songket di Kota Palembang belum diterapkan oleh sebagian besar