• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI BERBAGAI SKALA USAHA DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EKONOMI DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI BERBAGAI SKALA USAHA DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

SUSU KEDELAI BERBAGAI SKALA USAHA DI WILAYAH

KABUPATEN JEMBER

1

Nanang Agus Winandhoyo, 2Imam Syafi’i, 2Djoko Soejono 1Mahasiswa,Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember 2Staf pengajar, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember

email : brother_nanang@yahoo.com

ABSTRACT

Soy milk agroindustry is one of soy commodity processing with the aim to get added value by processingsoy milk product. This research aimed to determine: (1) the soy raw material stock, (2) the soy milk agroindustry income, (3) the efficiency of soy milk agroindustry production cost, (4) the value added of soy milk agroindustry, and (5) the development prospect of soy milk agroindustry. Research method used is descriptive and analysis methods. The sampling method using purposive sampling method. The result of this study showed that (1) the soy milk agroindustry have a total raw material cost which was bigger than EOQ total cost. (2) The income of soy milk agroindustry for home scale was Rp 15.987,95; Rp167.748,31 for small scale; and Rp 1.909.549,09 for medium scale industry.(3) The soy milk agroindustry production cost were efficient. (4) the value added of soy milk agroindustry in various scale are have been able to give the positive values.(5) the SWOT analysis result of soy milk agroindustry in Jember area showed that the industry were in white area (strengths - opportunities) which showed the industry have a prospect to be developed.

Keywords : Soy milk Agroindustry, raw material stock , income, efficiency, Value added, SWOT

PENDAHULUAN

Sektor pertanian mampu menjadi tumpuan hidup masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi, tetapi untuk menjadikan sektor pertanian sebagai suatu leading sector dalam proses pembangunan bukanlah suatu hal yang mudah. Membangun suatu agroindustri yang mampu menjadi mesin pendorong pembangunan ekonomi yang handal, dibutuhkan investasi yang mahal (Soetrisno, 2002).

Pertanian merupakan industri

primer yang mencakup

pengorganisasian sumberdaya tanah, air, dan mineral, serta modal dalam berbagai bentuk, pengelolaan dari tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai barang yang diperlukan oleh manusia (Hanafie, 2010).

Agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar (Suprapto, 2005).

Bahan baku yang digunakan oleh agroindustri skala rumah tangga, kecil dan sedang menggunakan bahan baku kedelai impor. Agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga di Kabupaten Jember cenderung lebih banyak, akan tetapi agroindustri skala rumah tangga banyak yang berhenti melakukan pengolahan susu kedelai. Dilain pihak terdapat agroindustri skala sedang yang dapat berkembang dengan baik. Produk susu kedelai baik yang bermerek dan tidak bermerek dapat diperoleh dengan mudah oleh para konsumen di pasar. Banyaknya produk susu kedelai di

(2)

pasaran ternyata tidak sesuai dengan data adanya agroindustri susu kedelai. Peneliti tidak menemukan data mengenai agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember di dinas-dinas terkait seperti (BPS, UMKM, Dinas Pertanian, dan Disperindag). Banyaknya minat konsumen yang ingin mengkonsumsi susu kedelai susu kedelai, maka usaha susu kedelai baik perlu dikembangkan. Susu kedelai juga dikenal sebagai minuman kesehatan karena tidak mengandung kolesterol,tetapi mengadung phitokimia yaitu senyawa dalam bahan pangan yang mempunyai khasiat kesehatan (Cahyadi, 2007).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) persediaan bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, (2) pendapatan agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, (3) efisiensi penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember dan (4) nilai tambah kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember.

METODOLOGI PENELITIAN Penentuan daerah pada penelitian ini ditentukan dengan sengaja (metode purposive method) yaitu di Kabupaten Jember. Pemilihan daerah penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa di Kabupaten Jember memiliki agroindustri susu kedelai berdasarkan pada skala industri rumah tangga, kecil dan sedang. Agroindustri tersebut memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan pendapatan pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analitis. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. Kabupaten Jember mempunyai beberapa agroindustri susu kedelai yang kemudian dipilih

agroindustri dengan cara sengaja (Purposive Sampling). Terdapat 3 agroindustri susu kedelai yang dipilih berdasarkan skala industri yaitu industri rumah tangga tanpa merek dengan pekerja 1 orang terletak di gang Bengawan Solo Kecamatan Sumbersari, industri kecil dengan nama usaha SDMG (Susu Kedelai Madu Gingseng) dengan pekerja 5 orang terletak di Desa Dukuh Dempok Kecamatan Wuluhan, dan industri menengah dengan nama usaha SKM (Susu Kedelai Madu) dengan pekerja 23 orang terletak di perumahan Mastrip Block CC No.8 Kecamatan Sumbersari.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, dengan cara mewawancarai secara langsung pada agroindustri olahan susu kedelai berdasarkan pada kuisioner yang telah disiapkan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data diperoleh dari Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Jember.

Pengujian permasalahan pertama mengenai persediaan bahan baku yaitu (a) Tingkat pemesanan bahan baku pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan Economical Order Quantity (EOQ) dengan rumus sebagai berikut (Gitosudarmo, 2002):

EOQ = 2 Ro c

R = Jumlah kebutuhan bahan baku (Kg/bulan)

o = Biaya pembelian setiap kali melakukan pembelian (Rp/bulan) c = Biaya penyimpanan tiap unit

bahan baku (Rp/bulan)

(b) Titik pemesanan kembali atau Reorder point (ROP) menggunakan rumus sebagai berikit (Bestari, 2004):

(3)

Keterangan:

ROP = Titik pembelian kembali (kg) R = Kebutuhan bahan baku per

produksi (kg)

L = Waktu tenggang (hari) SS = Persediaan pengaman (kg)

Metode yang digunakan untuk menguji hipotis kedua yaitu mengenai pendapatan pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, dengan menggunakan analisis teori pendapatan (Soekartawi, 1995): Pd = TR-TC Keterangan: Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

Analisa hipotesis ketiga yaitu efisiensi penggunaan biaya produksi pada hasil olahan kedelai di Kabupaten Jember, dengan menggunakan Analisis efisiensi biaya (Soekartawi, 1995):

a = TR/TC

Analisa hipotesis keempat yaitu mengenai nilai tambah per kilogram bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan analisis teori nilai tambah (Sudiyono, 2002).

VA = NP – IC Keterangan :

VA = Value Added atau Nilai Tambah susu kedelai (Rp/kg)

NP = Nilai Produksi susu kedelai (Rp/kg)

IC = Intermediate Cost atau biaya-biaya yang menunjang dalam proses produksi selain biaya tenaga kerja (Rp/kg)

Analisa hipotesis kelima yaitu mengenai pengembangan agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan analisis teori SWOT (Rangkuti, 2003): Melakukan analisis berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakneeses) dan ancaman (Threats).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persediaan Bahan Baku Kedelai pada Usaha Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember

Bahan baku kedelai yang digunakan setiap agroindustri susu kedelai baik dalam skala rumah tangga, kecil maupun sedang pada penelitian ini yaitu menggunakan bahan baku kedelai impor dari Amerika. Agroindustri susu kedeai menggunakan bahan baku kedelai impor dibandingkan dengan bahan baku kedelai lokal karena kedelai impor mempunyai kualitas yang lebih bagus sehingga susu kedelai yang dihasilkan lebih enak dan berkualitas. Biaya pemesanan bahan baku kedelai pada penelitian ini merupakan biaya pembelian bahan baku kedelai dikarenakan pada agroindustri susu kedelai skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan pemesanan bahan baku kedelai akan tetapi melakukan pembelian langsung bahan baku kedelai.

Tabel 1. menunjukkan bahwa biaya total saat kebutuhan pada agroindustri skala rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 85,76. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri skala rumah tangga harus membeli bahan baku kedelai sebanyak 2,37 kg/hari, hal ini harus dilakukan agar dapat menghemat biaya sebesar Rp 85,76/hari dengan cara mengurangi pengeluaran pada biaya produksi lainnya seperti biaya pengangkutan bahan baku kedelai dan biaya tenaga kerja seminimal mungkin.

Agroindustri skala kecil juga memiliki biaya total saat kebutuhan lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 798,01. Agroindustri skala kecil memiliki nilai EOQ sebesar 7,48 kg/hari sedangkan kebutuhan setiap harinya yaitu sebesar 10 kg.

(4)

Tabel 1. Selisih Total Cost pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember

No Nama

Agroindustri

Skala Usaha TC pada Q (Rp)

TC pada

EOQ (Rp) Selisih 1 Tanpa Merek Rumah Tangga 5.990,00 5.904,23 -85,76

2 SDMG Kecil 19.525,00 18.726,97 -798,01

3 SKM Sedang 203.750,00 174.56,78 -28.393,22

Sumber : Data primer diolah, 2014

Sebaiknya agroindustri skala kecil tetap membeli bahan baku kedelai sebanyak 10 kg/hari supaya tidak mengurangi produksi yang selama ini sudah berkembang akan tetapi agroindustri skala kecil harus mengurangi biaya pembelian bahan baku kedelai dengan cara mencari harga kedelai yang lebih murah lagi dan meminimalisir biaya kehilangan hasil akibat tercecernya kedelai.

Agroindustri skala sedang memiliki biaya total saat kebutuhan lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 28.393,22. Agroindustri skala sedang juga memiliki nilai EOQ sebesar 71,28 kg/hari sedangkan kebutuhan setiap harinya yaitu sebesar 125 kg. Agroindustri skala sedang harus tetap membeli bahan baku kedelai sebanyak 125 kg/hari supaya tidak mengurangi produksi yang selama ini sudah berkembang akan tetapi agroindustri skala sedang harus meminimalkan biaya penyimpanan dengan cara mengurangi biaya pembelian bahan baku kedelai dengan mencari harga kedelai yang lebih murah lagi dan meminimalisir biaya kehilangan hasil akibat tercecernya kedelai sehingga sehingga tidak perlu mengurangi jumlah bahan bahan baku.

Tingkat pemesanan kembali (Reorder Point) bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. Arti pemesanan pada penelitian ini yaitu berupa pembelian bahan baku kedelai, dikarenakan pada ketiga agroindustri tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan pembelian bahan baku

kedelai. Pembelian kembali dilakukan apabila jumlah persediaan bahan baku kedelai yang ada pada agroidustri susu kedelai berkurang terus. Pembelian kembali harus dilakukan agar barang dapat diterima pada saat dibutuhkan yang disebut reorder point). Sedangkan persediaan bahan baku yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang disebut sebagai safety stock (persediaan pengaman). Agroindustri skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan pemesanan bahan baku kedelai akan tetapi agroindustri skala rumah tangga, kecil, dan sedang melakukan pembelian bahan baku kedelai pada saat persediaan bahan baku kedelai mulai habis. Agroindustri Skala rumah tangga, kecil dan sedang juga tidak melakukan persediaan pengaman bahan baku kedelai dikarenakan ketiga agroindustri susu kedelai tersebut selalu membeli bahan baku kedelai setiap hari dan bahan baku kedelai selalu tersedia sehingga ketiga agroindustri tidak melakukan Safety Stock bahan baku kedelai. Selain itu, dikarenakan dari ketiga agroindustri susu kedelai tersebut juga beralasan bahwa dengan menyimpan atau melakukan Safety Stock maka bahan baku kedelai yang dibelinya akan mengalami penyusutan sehingga akan mengurangi kualitas dari susu kedelai itu sendiri. Agroindustri rumah tangga, kecil dan sedang tidak juga tidak memiliki tempat penyimpanan gudang yang khusus untuk menyimpan bahan baku kedelai sehingga tidak melakukan Safety Stock. Dikarenakan ketiga agroindustri tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan

(5)

pembelian maka waktu tenggang dalam pembelian bahan baku kedelai yaitu tidak ada.

Pendapatan Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember

Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total selama proses produksi susu kedelai. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri susu kedelai yang bersifat tetap dalam rangka operasional agroindustri, sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan banyaknya faktor produksi susu kedelai yang digunakan serta besarnya unit proses produksi susu kedelai. Agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga melakukan proses produksi setiap hari. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang dapat dicari dengan cara mengurangi penerimaan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi susu kedelai.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pendapatan per proses produksi yang paling tinggi adalah pendapatan pada skala sedang yaitu sebesar Rp 1.909.549,09. Pendapatan yang cukup besar berikutnya adalah pada agroindustri susu kedelai skala kecil sebesar Rp 167.748,31. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah pada agroindustri susu kedelai skala rumah tangga. Pendapatan yang besar ini

disebabkan oleh penerimaan total pada agroindustri susu kedelai skala sedang yang lebih besar dibandingkan pada

skala lainnya, yaitu sebesar Rp 10.648.000,00. Penerimaan sebesar

ini diperoleh dari harga jual susu kedelai perbungkus dengan harga Rp 1.000,00 dikali dengan jumlah produk yaitu 10.648 bungkus dengan isi per bungkus 180 ml. Sekalipun penerimaan yang diperoleh besar, biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri skala sedang ini juga yang paling besar dibandingkan skala lainnya. Jumlah biaya total pada skala sedang adalah sebesar Rp 8.738.450,91 yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap sebesar Rp 44.193,61 per produksi dengan biaya variabel sebesar Rp 8.694.257,30 per proses produksi, sehingga agroindustri skala sedang memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.909.549,09 per proses produksi.

Efisiensi Penggunaan Biaya pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember

Efisiensi biaya produksi sangat dipengaruhi oleh total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan mengenai biaya yang dilakukan dalam suatu agroindustri susu kedelai sangat penting dilakukan. Perhitungan biaya tesebut bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan proses produksi susu kedelai yang nantinya akan digunakan sebagai peninjauan supaya proses pengolahan susu kedelai lebih baik lagi sehigga dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tabel 2. Pendapatan Agroindustri Susu Kedelai pada Berbagai Skala di Kabupaten

Jember.

No. Uraian Pendapatan

Rumah Tangga Kecil Sedang

1 Total penerimaan 100.000,00 760.000,00 10.648.000,00

2 Total biaya 84.012,05 592.251,69 8.738.450,91

3 Pendapatan 15.987,95 167.748,31 1.909.549,09

(6)

Efisiensi biaya dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya yag dikeluarkan selama kegiatan produksi. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R/C ratio terbesar adalah pada agroindustri susu kedelai skala kecil yaitu sebesar 1,28 yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala sedang sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu.. Nilai ini dapat diartikan bahwa dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.280,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam skala kecil yaitu sebesar Rp 280,00. yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala kecil sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri susu kedelai dalam skala kecil mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien.

Tabel 3. Tingkat Efisiensi Biaya Agroindustri Susu Kedelai pada Berbagai Skala Produksi di Kabupaten Jember

No Uraian Nilai

1. Rumah Tangga 1,19

2. Kecil 1,28

3. Sedang 1,21

Sumber: Data primer diolah, 2014

Nilai R/C ratio yang cukup besar berikutnya adalah pada agroindustri susu kedelai skala sedang yaitu sebesar 1,21 yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala sedang sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Nilai R/C ratio sebesar 1,21 dapat diartikan bahwa dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.210,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam skala

sedang adalah sebesar Rp 210,00. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri susu kedelai dalam skala sedang mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien.

Sedangkan nilai R/C ratio pada agroindustri rumah tangga adalah yang terkecil yaitu sebesar 1,19. Namun demikian penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga masih tergolong efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Dengan kata lain bahwa penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.190,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam rumah tangga adalah sebesar Rp 190,00. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan biaya agroindustri skala rumah tangga harus meningkatkan penerimaan yang diperoleh dan menekan atau mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam produksi susu kedelai, seperti dalam penggunaan biaya variable yaitu kedelai, gula, air, gas, daun pandan, dan lain-lainnya. Nilai Tambah Olahan Susu Kedelai pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember

Nilai tambah merupakan suatu pengolahan bahan yang menyebabkan adanya sutu penambahan nilai produk. Nilai tambah merupakan nilai keuntungan dari proses pengolahan yang diperoleh dari pengurangan nilai produk yang dihasilkan dengan biaya penunjang (intermediate cost) tidak termasuk tenaga kerja manusia. Nilai tambah yang dimaksud pada penelitian ini yaitu pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang akan memberikan nilai tambah yang lebih terhadap produk susu kedelai dibandingkan dengan menjual kedelai tanpa diolah.

(7)

Tabel 4. Nilai Tambah per Kg Bahan Baku kedelai pada Agroindustri Susu Kedelai Skala Rumah Tangga di Kabupaten Jember.

No Uraian Nilai

Rumah Tangga Kecil Sedang

1 Faktor Konversi 8,40 6,84 15,33

2 Intermediate Cost (Rp/Kg) 35.506,03 49.225,17 61.050,61 3 Nilai Produk (Rp/Kg) 49.999,99 75.999,99 85.183,91 4 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 14.493,96 26.774,82 24.133,30

b. Rasio Nilai Tambah (%) 28,99 35,23 28,33

5 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) 6.500,00 9.999,99 8.857,00

b. Rasio tenaga kerja % 44,85 37.35 36,70

6 a. Keuntungan (Rp/Kg) 7.993,96 16.774,82 15.276,30

b. Rasio Keuntungan (%) 15,99 22,10 17,93

Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai tambah pada agroindustri susu kedelai pada berbagai skala usaha adalah positif (mampu memberikan nilai tambah). Nilai tambah yang diperoleh dari olahan susu kedelai pada skala kecil adalah yang terbesar yaitu sebesar Rp 26.774,82 per kg bahan baku kedelai. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penerimaan agroindustri susu kedelai dalam skala kecil dari setiap kg bahan baku kedelai sebesar Rp 26.774,82 dengan nilai rasio nilai tambah sebesar 35,23%. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari pengurangan nilai produksi sebesar Rp 75.999,99 per kg dengan Intermediate cost sebesar Rp 49.225,17 per kg. Keuntungan yang diperoleh per kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 16.774,82 dengan rasio sebesar 22,10 %. Hal ini menunjukkan bahwa mengolah kedelai menjadi susu kedelai akan memberikan tambahan nilai produksi yang besar yaitu dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.350,00 per kg akan menghasilkan nilai produk sebesar Rp 75.999,99 per kg. Pada tabel 3 juga terdapat nilai konversi yaitu sebesar 6,84. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg kedelai akan menghasilkan 6,84 liter susu kedelai. Faktor konversi merupakan perbandingan antara output dengan penggunaan bahan baku.

Agroindustri susu kedelai dalam skala kecil mampu menjual susu kedelai dengan harga sebesar Rp 2.000/180 ml.

Hal ini akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi kepada agroindustri susu kedelai tersebut. Akan tetapi pada agroindustri ini tidak mampu mengalokasikan tenaga kerja dengan baik. Terbukti dengan nilai biaya tenaga kerja yang diperoleh yaitu sebesar Rp 9.999,99 per kg bahan baku kedelai. Tingginya biaya tenaga kerja tersebut akan mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh agroindustri susu kedelai dalam skala kecil.

Nilai tambah pada agroindustri susu kedelai berdasarkan skala sedang (SKM) adalah sebesar Rp 24.133,30/kg bahan baku kedelai. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penerimaan agroindustri susu kedelai dalam skala sedang dari setiap kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 24.133,30 dengan nilai rasio nilai tambah sebesar 28,33%. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari pengurangan nilai produk sebesar Rp 85.183,91/kg dengan Intermediate cost sebesar Rp 61.050,61/kg. Keuntungan yang diperoleh per kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 15.276,30 dengan rasio sebesar 17,93%. Hal ini menunjukkan bahwa mengolah kedelai menjadi susu kedelai akan memberikan tambahan nilai produksi yang besar yaitu dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.200,00/kg akan menghasilkan nilai produk sebesar Rp 85.183,91/kg.

(8)

SIMPULAN

1. Persediaan bahan baku agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang memiliki biaya total saat kebutuhan bahan baku yang lebih besar dibanding dengan biaya total saat EOQ. agroindustri susu kedelai skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan persediaan pengaman dan tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan pembelian bahan baku kedelai. 2. Pendapatan pada agroindustri susu

kedelai dalam skala rumah tangga, kecil, dan sedang adalah menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh agroindustri susu kedelai per proses produksi dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang berturut-turut sebesar Rp 15.987,95, Rp167.748,31 dan Rp 1.909.549,09. 3. Penggunaan biaya produksi pada

agroindustri susu kedelai sudah efisien, dengan nilai R/C ratio pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang berturut-turut sebesar 1,19, 1,28, dan 1,21.

4. Nilai tambah pada agroindustri susu kedelai baik dalam skala rumah tangga, kecil, dan sedang sudah mampu memberikan nilai tambah yang positif. Nilai tambah per kg bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang yaitu berturut-turut sebesar Rp 14.493,96, Rp 26.774,82, dan Rp 24.133,30.

DAFTAR PUSTAKA

Bestari, Mitra. 2004. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi (UPFE-UMY).

BPS. 2011. Kabupaten Jember dalam Angka. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Cahyadi, Wisnu. 2007. Kedelai Khasiat

dan Teknologi. Bandung: PT Bumi Aksara.

Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Abdi Yogyakarta.

Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Soetrisno, Loekman. 2002. Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius.

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhamadiyah.

Suprapto, 2005. Karakteristik, Penerapan, dan Pengembangan Agroindustri Hasil Pertanian Di Indonesia.

http://research.mercubuana.ac.id/pr oceeding/penerapandanpengemban gan_agroindustrial.pdf. [diakses tanggal 02 November 2013].

Referensi

Dokumen terkait

From the figure we can look that using query database still not good perfume, because when we use two parameter query not work with two parameter, just in condition

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

Hasil fraksi ekstrak n-heksan dan etil asetat kulit buah muda pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) memiliki aktivitas teraktif terhadap bakteri

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengisolasi saponin yang terkandung pada ekstrak metanol batang pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) dengan metode

 Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh beberapa komponen pembentuk ITK, komponen pendapatan rumah tangga (nilai indeks 122,05), diikuti rendahnya

Keluarga (orang tua) yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua

Analisis Simulasi Model COST-231 Multiwall Pathloss Indoor Berbasis Wireless Sensor Network pada Aplikasi Absensi Mahasiswa dengan Tag RFID Menggunakan RPS

Pengendalian Gulma Dengan Saflufenacil Secara Tunggal dan Campuran pada Pertanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq. ) Belum Menghasilkan di Lahan Gambut.. Weed Control